• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh : LIDWINA KASIH RADITA NIM: 121134043. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh : LIDWINA KASIH RADITA NIM: 121134043. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016. i.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini Ku persembahkan untuk :  Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah mengutus Roh Kudus untuk mendampingiku.  Kedua Orang tuaku, F.X. Suradiya dan Anastasia Priharyatmi yang telah memberikan dukungan baik material, moral, maupun spiritual.  Adikku Marcellinus Luber Anggoro yang selalu memberi dukungan dan menemani berjaga sampai malam.  Sahabat Natalia Peni dan teman-teman OMK yang selalu memberi motivasi, semangat, dan selalu menghibur.  Sahabat-sahabatku Asri, Ratna, Luky, Rani, dan Dika yang selalu memberi motivasi, dukungan, semangat dan tempat curhat terbaik.  Para dosen PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.  Almamaterku Universitas Sanata Dharma.. iv.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Matius 6:34). “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit… Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang” ~Soekarno~. v.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vi.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK MISKONSEPSI IPA FISIKA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN. Lidwina Kasih Radita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA Fisika pada siswa kelas V yang mengakibatkan terjadinya miskonsepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif survei yang dilaksanakan di 29 SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen tes berupa soal pilihan ganda dan uraian, kisi-kisi wawancara, dan data siswa . Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 784 siswa. Sampel penelitian ini dihitung menggunakan tabel Krejcie dan Morgan dan diperoleh sampel 260 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep tentang gaya, pesawat sederhana, cahaya, cermin, batuan, dan struktur bumi. Untuk pilihan ganda miskonsepsi tertinggi terjadi pada konsep tentang sifat cahaya yaitu 53,3 % dan miskonsepsi terendah terjadi pada konsep pesawat sederhana yaitu 3,1 %. Untuk soal uraian miskonsepsi tertinggi terjadi pada konsep bidang miring yaitu 89,1 % dan miskonsepsi terendah terjadi pada konsep cahaya yaitu 25,3 %. Kata kunci: miskonsepsi, IPA Fisika, Kecamatan Ngaglik. viii.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT. MISCONCEPTION ABOUT SCIENCE PHYSICS IN THE SECOND SEMESTER FIFTH GRADES OF STATES ELEMENTARY SCHOOLS IN NGAGLIK DISTRICT OF SLEMAN REGENCY. Lidwina Kasih Radita Sanata Dharma University Yogyakarta 2016 The background of this research is based on the lack of understanding of the concept of science physics in fifth graders which led to misconception. This research aims to describe the misconception of science physics of fifth graders in the second semester of stste elementary school in Ngaglik District of Sleman. This research is a quantitative survey. This research was conducted in 29 state elementary schools in Ngaglik District. The researcher used written test, interview, questionnaire, and documentation as the data gathering technique. The test instrumen consisted of multiple choice and essay, lattice interview, and data students. The population of this research was all of the fifth graders of state elementary schools academic year 2014/2015 in Ngaglik District which amounts to 784 students. The researcher used Krejcie table and Morgan to calculate the research Sampel and obtained a sampel of 260 students. The researcher used simple random sampling as a sampling technique. The data analysis technique of this research was descriptive analysis. The finding showed that there was a misconception of science physics towards the fifth graders of state elementary schools in Ngaglik District. The students had misconception on the concept of force, a simple plane, light, mirror, rock, and earth structure. For the multiple choices, the highest misconception was on the concept of nature of light that was 53.3%, while for the lowest misconception was on the concept of simple plane that was 3.1%. For the essay, the highest misconception was on the concept of incline that was 89.1%, while for the lowest misconception was the concept of light that was 25.3%. Keywords: Misconception, Physics, Ngaglik District. ix.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri SeKecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman” dengan baik. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Peneliti menemui banyak kendala dan kesulitan selama menyusun skripsi ini, namun berkat dukungan dan bantuan dari beberapa pihak kendala tersebut dapat teratasi. Karena itu, perkenankanlah peneliti mengucapkan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ide, saran, kritik, dan bimbingan yang sangat berguna selama penelitian. 5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar dan memberikan ide, saran, kritik, serta bimbingan yang sangat berguna selama penelitian. x.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. Kepala UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Ngaglik yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik. 7. Kepala Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Ngaglik yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SD yang bersangkutan. 8. Bapak dan Ibu wali kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik yang telah bersedia menyempatkan waktu untuk menunggui siswa mengisi instrumen penelitian. 9. Siswa-siswi kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik yang telah bersedia menyempatkan waktu untuk mengerjakan instrumen penelitian. 10. Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ., M.ST., dan Ir. Sri Agustini, M.Si., selaku Dosen Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma sebagai validator instrumen penelitian yang memberikan saran dan kritik dalam penyusunan instrumen penelitian. 11. Ari Trisnawati, S.Pd., selaku Guru SD Negeri Denggung sebagai validator instrumen penelitian yang memberikan saran dan kritik dalam penyusunan instrumen penilitian. 12. Agustinus Tarmadi, S.Pd., selaku Guru SD di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebagai validator instrumen penelitian yang memberikan saran dan kritik dalam penyusunan instrumen penilitian. 13. Orangtuaku tercinta, F.X. Suradiya dan Anastasia Priharyatmi yang dengan tulus hati memberikan doa, dukungan, serta motivasi.. xi.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. xii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL… .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN… ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv HALAMAN MOTTO…. ........................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…. ............................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. ................................................................ vii ABSTRAK .................................................................................................................. viii ABSTRACT ................................................................................................................. ix KATA PENGANTAR…. ........................................................................................... x DAFTAR ISI ............................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR… .............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN…. ......................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN….. ..................................................................................... 1 A.Latar Belakang….. ................................................................................................... 1 B.Identifikasi Masalah…. ............................................................................................ 4 C.Batasan Masalah….. ................................................................................................. 4 D.Rumusan Masalah…. ............................................................................................... 5 E.Tujuan Penelitian….. ................................................................................................ 5 F.Manfaat Penelitian… ................................................................................................ 5 G.Definisi Operasional……......................................................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI…. ............................................................................... 8 A.Kajian Teori….......................................................................................................... 8 1.Konsep…. ............................................................................................................. 8 2.Konsepsi…. .......................................................................................................... 10 3.Miskonsepsi…. ..................................................................................................... 11 4.Hakikat Pembelajaran IPA….. ............................................................................. 20 5.Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2…. ................................................. 21 xiii.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6.Miskonsepsi IPA…. ............................................................................................. 33 B.Hasil Penelitian Relevan…....................................................................................... 34 C.Kerangka Berpikir…. ............................................................................................... 39 D.Hipotesis Penelitian…. ............................................................................................. 40 BAB III METODE PENELITIAN…. ...................................................................... 41 A.Jenis Penelitian… ..................................................................................................... 41 B.Waktu dan Tempat Penelitian… .............................................................................. 41 1.Waktu Penelitian….. ............................................................................................ 41 2.Tempat Penelitian…… ......................................................................................... 42 C.Populasi dan Sampel…. ........................................................................................... 42 1.Populasi…. ........................................................................................................... 42 2.Sampel… .............................................................................................................. 44 D.Variabel Penelitian…. .............................................................................................. 47 E.Teknik Pengumpulan Data… ................................................................................... 48 1.Tes Tertulis ........................................................................................................... 48 2.Wawancara ........................................................................................................... 49 3.Studi Dokumenter…............................................................................................. 50 F.Instrumen Penelitian… ............................................................................................. 50 1.Instrumen Tes… ................................................................................................... 50 2.Kisi-kisi Wawancara… ........................................................................................ 54 3.Data Siswa… ........................................................................................................ 54 G.Teknik Pengujian Instrumen… ................................................................................ 55 1.Validitas…............................................................................................................ 55 2.Reliabilitas… ........................................................................................................ 64 H.Teknik Analisis Data… ............................................................................................ 66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 69 A.Hasil Penelitian… .................................................................................................... 69 1.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian… ..................................................................... 69 2.Deskripsi Responden Penelitian…. ...................................................................... 70 3.Deskripsi Data Miskonsepsi…. ............................................................................ 71 B.Pembahasan… .......................................................................................................... 107 BAB V PENUTUP… .................................................................................................. 110. xiv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. A.Kesimpulan… .......................................................................................................... 110 B.Keterbatasan Penelitian… ........................................................................................ 110 C.Saran…. .................................................................................................................... 111 DAFTAR REFERENSI… ......................................................................................... 112 LAMPIRAN…. ........................................................................................................... 115. xv.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12. 3.13. 3.14. 3.15. 3.16. 4.1. 4.2. 4.3.. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7.. Populasi Penelitian ................................................................................. Penentuan Sampel dan Populasi Tabel Krejcie dan Morgan.................. Penghitungan Sampel ............................................................................. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda .................................................................. Kisi-kisi Soal Uraian .............................................................................. Kisi-kisi Wawancara dengan Guru ......................................................... Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen .............................................. Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Soal Pilihan Ganda ....................... Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Soal Uraian ................................... Pedoman Wawancara Validitas Muka.................................................... Hasil Wawancara Siswa ......................................................................... Hasil Validasi Soal Pilihan Ganda ......................................................... Hasil Validasi Soal Uraian ..................................................................... Koefisien Reliabilitas ............................................................................. Reliabilitas Soal Pilihan Ganda .............................................................. Reliabilitas Soal Uraian .......................................................................... Pembagian Kompetensi Dasar dan Nomor Soal Pilihan Ganda ............. Pembagian Kompetensi Dasar dan Nomor Soal Uraian......................... Data Miskonsepsi Siswa Mengenai Konsep Pesawat Sederhana (Pengungkit) ........................................................................................... Data Miskonsepsi Siswa Mengenai Konsep Pesawat Sederhana (Bidang Miring) ...................................................................................... Data Miskonsepsi Siswa Mengenai Konsep Cermin.............................. Data Miskonsepsi Siswa Mengenai Konsep Cahaya.............................. Data Miskonsepsi Siswa Mengenai Konsep Jenis-Jenis Batuan ............. xvi. 43 44 45 51 52 54 56 57 59 60 60 62 63 64 65 65 72 96 98 100 102 103 105.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 2.10. 2.11. 2.12. 2.13. 2.14. 2.15. 3.1. 4.1.. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9.. Garis gaya magnet ........................................................................... Seorang anak sedang melempar bola keatas. .................................. Pada saat mendorong kardus terjadi gaya gesek ............................. Jungkat-jungkit merupakan pengungkit golongan pertama ............ Alat pemecah kemiri ....................................................................... Sekop adalah contoh tuas golongan ketiga ..................................... Bidang miring digunakan untuk memindahkan peti ....................... Katrol pada sumur timba (katrol tetap) ........................................... Roda berporos pada sepeda ............................................................. (a) Sedotan dalam gelas berisi air terlihat seperti bengkok ............. (b) Skema pembiasan cahaya pada sedotan .................................... Periskop sederhana dari kardus dan cermin .................................... Kaca pembesar sederhana dari bola lampu yang diberi air ............. Spektrum warna yang terbuat dari karton dan kertas warna............ Struktur bumi................................................................................... Literature map penelitian yang relevan .......................................... Rumus menghitung sampel penelitian ............................................ Persentase miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Ngaglik untuk seluruh KD Pilihan Ganda .............................................................................................. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 1 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 2 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 3 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 4 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 5 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 6 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 7 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 8 soal Pilihan Ganda ............................................................................................... 22 23 23 24 25 25 26 26 26 28 28 30 30 31 33 38 45. 72 74 75 76 78 79 80 81 82. Gambar 4.10. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 9 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. 83 xvii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Gambar 4.11. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 10 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.12. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 11 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.13. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 12 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.14. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 13 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.15. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 14 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.16. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 15 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.17. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 16 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.18. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 17 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.19. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 18 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.20. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 19 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.21. Persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem 20 soal Pilihan Ganda .............................................................................................. Gambar 4.22. Persentase miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Ngaglik untuk uraian .............................. xviii. 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 96.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran. 1a. 1b. 1c. 1d. 2a.. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ..................... Surat Ijin Penelitian Kesatuan Bangsa............................................. Surat Ijin BAPPEDA ....................................................................... Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian dari UPT ............................ Kisi-Kisi Instrumen Soal Pilihan Ganda Sebelum Expert Judgment .......................................................................................... Lampiran 2b. Kisi-Kisi Instrumen Soal Uraian Sebelum Expert Judgment .......... Lampiran 3a. Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen Pilihan Ganda ....... Lampiran 3b. Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen Uraian ................... Lampiran 3c. Sampel Pekerjaan Siswa .................................................................. Lampiran 4a. Instrumen Soal Pilihan Ganda Sebelum Uji Empiris ...................... Lampiran 4b. Instrumen Soal Uraian Sebelum Uji Empiris .................................. Lampiran 5a. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Pilihan Ganda .......................... Lampiran 5b. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda ...................... Lampiran 5c. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uraian ...................................... Lampiran 5d. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Uraian .................................. Lampiran 6a. Instrumen Soal Pilihan Ganda Setelah Uji Empiris ........................ Lampiran 6b. Instrumen Soal Uraian Setelah Uji Empiris .................................... Lampiran 6c. Sampel Pekerjaan Siswa .................................................................. Lampiran 7a. Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda ................................................. Lampiran 7b. Pedoman Penskoran Soal Uraian..................................................... Lampiran 8. Hasil Rekapitulasi Miskonsepsi IPA Fisika Instrumen Soal Pilihan Ganda .................................................................................. Lampiran 9. Hasil Rekap Data Responden tentang Jenis Kelamin, Pekerjaan Orangtua, Pendidikan Orangtua ...................................................... Lampiran 10. Dokumentasi .................................................................................... Biodata Penulis ............................................................................................................. xix. 116 117 118 119 120 137 140 145 147 154 160 161 163 164 165 166 170 171 177 178 180 188 190 191.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini peneliti akan membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran penting dalam proses perkembangan manusia. Tujuan utama pendidikan adalah transmisi pengetahuan atau proses membangun manusia menjadi berpendidikan yang dijelaskan oleh Danim (dalam Ahmadi, 2014: 45). Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (Triwiyanto, 2014: 122). Senada dengan Mulyasa (2006:9) yang menjelaskan sekolah dan komite sekolah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus baik untuk SD/MI, SMP/M.Ts., SMA/SMK/MA dalam upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Sehubungan dengan itu, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat. pendidikan. agama,. pendidikan. kewarganegaraan,. bahasa,. matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal. Salah satu mata pelajaran yang terdapat pada Sekolah Dasar adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Samatowa (2011: 170) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA adalah aktivitas pembelajaran dengan seperangkat aturan. 1.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. serta proses untuk menanamkan sikap ilmiah mengenai konsep dasar Ilmu Pengetahuan Alam. Sesuai dengan ilmu yang diterapkan dalam IPA yaitu berbasis peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Samatowa (2011: 5) kembali menjelaskan IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya membuat pendidikan IPA menjadi penting, karena memberi kesempatan anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan memodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak. Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA berupa konsep IPA dan daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Namun jika melihat dalam laporan studi Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2006 untuk literasi sains peserta didik usia 15 tahun, Indonesia berada pada ranking 50 dari 57 negara peserta dengan skor 393 di bawah rata-rata internasional 500 (OECD, 2007). Selain itu pula dari data hasil studi Trends in International and Science Study (TIMSS) tahun 2007 hasilnya belum menunjukan prestasi yang memuaskan. Untuk literasi sains berada di urutan ke 35 dari 49 negara dengan pencapaian skor 433, dan masih di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500 (Tjalla, 2010: 2). Peneliti juga menemukan rendahnya nilai KKM pada mata pelajaran IPA yang peneliti peroleh dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru SD kelas V di Kecamatan Ngaglik. Laporan studi dari PISA, TIMSS, dan wawancara yang dilakukan peneliti, membuktikan bahwa prestasi IPA siswa SD di Indonesia masih rendah. Rendahnya prestasi salah satu penyebabnya adalah miskonsepsi. Miskonsepsi atau salah konsep adalah konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. (Suparno, 2005: 2). Suparno (2005: 7) menjelaskan bahwa menurut banyak penelitian, miskonsepsi ternyata terdapat dalam semua bidang sains, seperti fisika, biologi, kimia, dan astronomi. Secara garis besar penyebab miskonsepsi dapat berasal dari siswa, guru, buku teks, konteks dan metode mengajar. Oleh karena itu pentingnya pemahaman konsep yang benar sejak awal sehingga tidak terjadi miskonsepsi, dan miskonsepsi merupakan kondisi yang perlu segera ditangani agar tidak berdampak pada jenjang pendidikan seterusnya. Peneliti membaca penelitian terdahulu, seperti milik Taufiq (2012) yang melakukan penelitian untuk mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa berkaitan dengan konsep gaya menggunakan Certainty of Respons Index (CRI) dan wawancara, senada meneliti miskonsepsi yaitu Fitrianingrum (2013) melakukan penelitian tentang ”Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Pada Buku Sekolah Dasar (BSE) Fisika SMA Kelas X Semester 1” dengan metode penelitian. deskriptif. kualitatif.. Jayadianta. (2010). meneliti. tentang. pembelajaran IPA yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan proses siswa sekolah dasar tentang peristiwa benda padat dengan penerapan model pembelajaran inkuiri melalui kegiatan praktikum pada pembelajaran sains. Rizqi (2015) yang juga meneliti tentang miskonsepsi yang bertujuan untuk mendiskripsikan jenis miskonsepsi yang terjadi pada pelajaran matematika materi bilangan bulat kelas VI SDN Adisucipto 2 Yogyakarta dan mengetahui faktor penyebab miskonsepsi. Berdasarkan permasalahan yang ada di Sekolah Dasar dan didukung oleh serangkaian artikel serta keterbatasan penelitian terdahulu yang meneliti tentang miskonsepsi, belum ada yang meneliti tentang miskonsepsi pada siswa.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. kelas V SD, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”.. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang mendasari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Prestasi belajar IPA yang masih tergolong rendah untuk Sekolah Dasar daerah Kabupaten Sleman khususnya SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik. 2. Penguasaan konsep IPA yang masih belum sesuai dengan materi yang diajarkan pada Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. 3. Nilai mata pelajaran IPA yang rendah di bawah KKM. 4. Pemahaman konsep IPA yang rendah di jenjang Sekolah Dasar.. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang miskonsepsi IPA siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Ngaglik khususnya pada KD 5.1 tentang gaya, gerak dan energi, KD 5.2 tentang pesawat sederhana KD 6.1 tentang sifat-sifat cahaya, KD 6.2 tentang penerapan sifat-sifat cahaya, KD 7.1 tentang pembentukan tanah karena pelapukan, dan KD 7.3 tentang struktur bumi. Peneliti mengambil IPA kelas V semester 2 dikarenakan pada.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. untuk materi pada semester 2 yang diberikan memerlukan konsep yang mendalam karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari murid. Peneliti juga membatasi lingkup permasalahan hanya untuk SD yang menggunakan Kurikulum 2006 (KTSP).. D. Rumusan Masalah Rumusan. masalah. dalam. penelitian. ini. adalah. “Bagaimanakah. miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman?”.. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang bermakna bagi: 1. Guru Manfaat dari penelitian ini untuk guru yaitu membantu guru mengetahui materi IPA semester 2 yang banyak terjadi miskonsepsi dikalangan siswa sehingga guru dapat lebih memperhatikan materi yang sering adanya miskonsepsi dalam penerapannya..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. 2. Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah membantu sekolah untuk mengetahui adanya miskonsepsi dalam materi IPA sehingga perlu adanya tindak lanjut dari sekolah dalam menanggulangi terjadinya miskonsepsi. Misalnya dengan pengadaan alat peraga sebagai penunjang dalam pembelajaran dan penyampaian materi. 3. Peneliti Dari penelitian ini manfaat yang diperoleh oleh peneliti menjadi sadar bahwa perlu adanya pemahaman konsep yang benar dalam memberikan materi sehingga tidak terjadi miskonsepsi dikalangan siswa. Peneliti juga dapat mengetahui kompetensi dasar mana saja yang rentan terhadap miskonsepsi.. G. Definisi Operasinal Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Miskonsepsi adalah pemahaman yang salah terhadap suatu konsep ilmiah yang sudah ada. Miskonsepsi dapat ditinjau dari jawaban siswa pada suatu soal. Miskonsepsi terjadi ketika siswa menjawab salah tetapi yakin benar dengan jawabannya. 2. IPA adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar yang berkaitan tentang alam dan lingkungan sehari-hari. 3. Miskonsepsi IPA adalah pemahaman yang salah tentang materi IPA sehingga jawaban siswa tentang materi tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang sudah ada..

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. 4. Miskonsepsi IPA Fisika adalah pemahaman yang salah tentang pembelajaran IPA terkhusus fisika di sekolah dasar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 5. Siswa kelas V SD adalah siswa yang sedang duduk di tingkatan kelas V dengan rentang usia 11-12 tahun. 6. Kecamatan Nganglik adalah satu dari 17 Kecamatan di Kabupaten Sleman yang sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sleman, sebelah timur dengan Kecamatan Depok, sebelah utara dengan Kecamatan Ngemplak, sebelah selatan dengan Kecamatan Mlati..

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. Bab II pada penelitian ini membahas tentang empat sub bab yaitu kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. A. Kajian Pustaka 1. Konsep a.. Pengertian Konsep Konsep adalah abtraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir (Berg, 1991: 8). Basleman dan Mappa (2011: 67) menyatakan bahwa konsep diperoleh dari kejadian yang dijumpainya, baik positif maupun negatif. Sekali memperoleh konsep, peserta belajar akan mampu mengenal hal atau kejadian dan mampu memberikan definisi verbal dari konsep tersebut. Ausubel (dalam Dahar, 2011: 64) menjelaskan bahwa konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu pembentukan konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama dan sesudah sekolah. Berg (1991: 11) menjelaskan seorang siswa dapat dikatakan memahami suatu konsep apabila (1) siswa tersebut mampu menjelaskan konsep yang bersangkutan, (2) mampu menjelaskan perbedaan antara konsep yang satu dengan yang lain, (3) mampu. 8.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. menjelaskan hubungan konsep-konsep, (4) mampu menjelaskan arti konsep dalm kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pendapat yang sudah disampaikan para ahli dapat dikatakan bahwa konsep adalah sebuah pemahaman awal tentang tentang suatu pengetahuan yang dapat membantu komunikasi dengan orang lain. b.. Ciri-ciri Konsep Hamalik (1990: 199) menyebutkan ciri-ciri konsep antara lain: 1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya. Adanya keragaman antara konsepkonsep sebenarnya ditandai oleh adanya atribut yang berbeda. 2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. Suatu konsep mungkin punya rentang nilai yang luas, misalnya atribut warna bermacam-macam mulai dari merah oranye sampai dengan oranye kuning. Semakin atibut konsep sangat luas, maka konsep tersebut dapat saja diidentifikasi berdasar atributatribut lainnya. 3) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya. Semakin kompleks suatu konsep semakin banyak jumlah atributnya dan semakin sulit untuk mempelajarinya. 4) Kedominan atribut, menunjukkan pada kenyataan bahwa beberapa atribut dominan (obvious) daripada yang lainnya. Konsep dominan memiliki atribut dominan. Atribut nyata, maka lebih mudah.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. menguasai konsep dan jika atributnya tidak nyata maka sulit untuk menguasai suatu konsep. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya adalah atribut konsep, atribut nilai-nilai, jumlah atribut dan juga kedominanan atribut. c.. Jenis-jenis Konsep Hamalik (1990: 200-201) menyebutkan terdapat tiga jenis konsep di antaranya: 1) Konsep konjungtif, yaitu nilai-nilai tertentu (yang penting) dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan. bersama. untuk. menghasilkan. suatu. konsep. konjungtif. 2) Konsep disjungtif, yaitu sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang berbeda-beda. 3) Konsep hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubunganhubungan khusus antara atribut-atribut. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis konsep terdiri dari konsep konjungtif, konsep disjungtif dan konsep hubungan. 2. Konsepsi Pemahaman setiap murid terhadap suatu konsep disebut dengan konsepsi (Berg dalam Suryanto, 2002: 13). Berg (1991: 10) menjelaskan bahwa konsepsi adalah tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu kita. Misalnya, inti konsep massa jenis adalah bahwa untuk jenis bahan tertentu.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. hasil bagi massa dan volume selalu tetap dan bahwa tetapan itu berbeda untuk setiap unsur/senyawa/campuran, maka unsur/senyawa dapat dikenal dari massa jenisnya. Berdasarkan pendapat yang sudah disampaikan oleh ahli dapat disimpulkan bahwa konsepsi adalah suatu pemahaman seseorang terhadap konsep. 3. Miskonsepsi a. Pengertian Miskonsepsi Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar dalam bidangnya. Suparno. (2005:. 4).. Pengertian. miskonsepsi. juga. dikemukakan oleh Feldine (dalam Suparno, 2005: 4) yaitu suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 2005: 4). Konsep awal biasanya didapatkan sewaktu siswa berada di jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah, dan dari pengalaman serta melalui pengamatan di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Seorang siswa mampu menggunakan. konsep. ganda. dalam. hal. ini.. Mereka. akan. menggunakan konsep ilmiah ketika berada di sekolah dan akan menggunakan konsep sehari-hari ketika berada di masyarakat. Contohnya adalah pernyataan tentang bumi diam terhadap matahari. Seorang anak mampu menjelaskannya dalam kehidupan sehari-hari,.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. karena matahari terbit dari Timur dan tenggelam di Barat. Hal itu menunjukkan bahwa mataharilah yang bergerak terhadap bumi. Menggunakan konsep tersebut seorang anak dapat membuat jam waktu berdasarkan gerak matahari terbit, bergerak, dan tenggelam. Oleh karena itu, miskonsepsi sulit untuk dihilangkan. Berdasarkan beberapa pendapat yang sudah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah pemahaman konsep seseorang yang berbeda dengan konsep-konsep ilmiah yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh ahli. b. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi Penyebab miskonsepsi dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar (Suparno, 2005: 29). Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Siswa Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain: a) Prakonsepsi atau Konsep Awal Siswa Prakonsepsi atau konsep awal sudah dimiliki siswa sebelum mereka mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal yang dimiliki siswa sering mengandung miskonsepsi. Hal ini dikarenakan prakonsepsi ini diperoleh dari orang tua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa (Suparno, 2005: 35)..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. Jelas sekali bahwa orang tua mempengaruhi prakonsepi siswa.. Suparno. (2005:. 35). juga. menegaskan. bahwa. miskonsepsi akan lebih banyak lagi, jika yang mempengaruhi pembentukan konsep pada anak tersebut mempunyai banyak miskonsepsi, seperti orang tua, tetangga, dan lain-lain. b) Pemikiran Asosiatif Siswa Marshall dan Gilmour (dalam Suparno, 2005: 36) mengungkapkan bahwa pengertian yang berbeda dari kata-kata antara siswa dan guru juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Kata dan istilah yang digunakan guru ketika pembelajaran di kelas, akan diasosiasikan lain oleh siswa. Hal ini dikarenakan kata dan istilah itu mempunyai arti yang lain. c) Pemikiran Humanistik Gilbert (dalam Suparno, 2005: 36) mengungkapkan bahwa siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam term pengalaman orang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup, sehingga tidak cocok. Contoh miskonsepsi tentang kekekalan energi dimana manusia jika bekerja terus atau bermain terus energi pasti akan berkurang dan lenyap. d) Reasoning yang tidak lengkap/salah Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah (Comins dalam.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. Suparno, 2005: 38). Alasan yang tidak lengkap dapat disebabkan karena logika yang salah dalam mengambil kesimpulan atau dalam menggeneralisasi, sehingga terjadi miskonsepsi. e) Instuisi yang salah Suparno (2005: 38) mengungkapkan bahwa intuisi yang salah. dan. perasaan. siswa. juga. dapat. menyebabkan. miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Contohnya adalah siswa telah mempunyai pengertian spontan bahwa benda padat bila dimasukkan ke air akan tenggelam, kemudian jika mereka dihadapkan pada persoalan apakah gabus jika dimasukkan ke air akan tenggelam, mereka pasti akan menjawab „ya‟. f) Tahap perkembangan kognitif siswa Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan. yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya. miskonsepsi siswa. Siswa yang masih dalam tahap operational concrete bila mempelajari sesuatu bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep tersebut. Mereka masih memiliki keterbatasan untuk menggeneralisasi, mengabstraksi, dan berpikir sistematis logis. Sehingga tidak.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. jarang konsep yang mereka pelajari tidak lengkap atau bahkan salah konsep. g) Kemampuan siswa Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat fisika atau kurang mampu dalam mempelajari fisika, sering mengalami kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar. Suparno (2005: 40) menjelaskan bahwa siswa yang tingkat intelegensi. matematis-logisnya. kurang. tinggi,. akan. mempengaruhi tingkat pemahaman tentang konsep Fisika terlebih hal yang abstrak. Sedangkan siswa yang IQ-nya rendah juga mudah melakukan miskonsepsi. h) Minat belajar siswa Berbagai studi menunjukkan bahwa minat siswa terhadap fisika juga berpengaruh pada miskonsepsi. Suparno (2005: 42) menjelaskan bahwa siswa yang tidak berminat dalam fisika lebih cenderung kurang memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian fisika yang baru. Secara umum dapat dikatakan, siswa yang berminat pada fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah daripada siswa yang tidak berminat pada fisika. 2) Guru Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru fisika. Guru yang tidak menguasai bahan.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. atau mengerti bahan fisika secara tidak benar, akan menyebabkan siswa mendapatkan miskonsepsi (Suparno, 2005: 42). Arons & Lona (dalam Suparno, 2005: 42) menyebutkan bahwa beberapa guru Fisika tidak memahami konsep Fisika dengan baik, sehingga mereka mengajar dengan beberapa miskonsepsi. 3) Buku Miskonsepsi pada siswa juga dapat disebabkan oleh miskonsepsi yang terdapat pada buku teks atau buku yang berisi penjelasan materi mengenai mata pelajaran Fisika. Iona & Renner (dalam Suparno, 2005: 45) menjelaskan bahwa miskonsepsi pada buku teks disebabkan karena bahasa yang digunakan sulit untuk dipahami oleh siswa atau uraian penjelasan yang terkandung di dalamnya tidak benar. Selain itu pemilihan buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa SD juga dapat menyebabkan miskonsepsi, karena siswa tidak bisa menangkap seluruh konsep secara utuh melainkan hanya mampu menangkap sebagian dari isi konsep tersebut. 4) Konteks Konteks. bisa. menimbulkan. terjadinya. miskonsepsi.. Konteks meliputi pengalaman siswa, bahasa sehari-hari, teman lain, dan keyakinan dan ajaran agama. Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi. Stavy (dalam Suparno, 2005: 47) menjelaskan bahwa pengertian yang diperoleh siswa melalui.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. pengalaman sifatnya hanya terbatas dan tidak dalam pengertian luas. Gilbert (dalam Suparno, 2005: 48) menyatakan bahwa beberapa miskonsepsi datang dari penggunaan bahasa sehari-hari yang mempunyai arti lain dengan bahasa fisika. Misalnya dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti dan menggunakan istilah berat dengan unit kg, tetapi dalam fisika, berat adalah suatu gaya, dan unitnya adalah Newton. Teman juga mempengaruhi terjadinya miskonsepsi dimana teman yang dominan pandai, kebetulan mereka. menjelaskan. pelajaran. pada. teman. tetapi. terjadi. miskonsepsi disitu, maka jelas sekali mereka dapat mempengaruhi siswa lain dalam hal miskonsepsi. Keyakinan dan ajaran agama ternyata juga mempengaruhi miskonsepsi. Commins (dalam Suparno, 2005: 49) menjelaskan bahwa keyakinan atau ajaran agama yang diyakini secara kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat menerima penjelasan ilmu pengetahuan. 5) Metode Mengajar Beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa. Beberapa. metode. pembelajaran. seperti. metode. ceramah,. praktikum, demonstrasi, diskusi, dan penggunaan analogi juga dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa (Suparno, 2005: 50)..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. c. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi Suparno (2005: 121) mengungkapkan cara mendeteksi miskonsepsi pada siswa, yaitu melalui : 1) Peta Konsep Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa dalam bidang fisika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan. jelas. dapat. mengungkap. miskonsepsi. siswa. digambakan dalam peta konsep tersebut. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan lengkap antar konsep (Nova dalam Suparno 2005: 121). 2) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Beberapa peneliti menggunakan pertanyaan pilihan ganda digabungkan dengan alasan yang sudah tertentu. Jadi alasan-alasannya sudah dipilihkan. Model ini dipilih, biasanya dengan. alasan. untuk. lebih. memudahkan. menganalisis.. Kelemahan model ini adalah alasan siswa yang tidak tercantum dalam pilihan itu, tidak terungkap. 3) Tes Esai Tertulis Dari tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa siswa dan dalam bidang apa. Setelah ditemukan miskonsepsinya, dapatlah beberapa siswa diwawancarai untuk.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. lebih mendalami, mengapa mereka mempunyai gagasan seperti itu. 4) Wawancara Diagnosis Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru atau peneliti memang bebas bertanya kepada siswa dan siswa dapat dengan bebas menjawab.. Sedangkan. dalam. wawancara. terstruktur,. pertanyaan sudah disiapkan dan urutannya pun secara garis besar sudah disusun, sehingga memudahkan dalam praktiknya. 5) Diskusi dalam Kelas Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. 6) Praktikum dengan Tanya Jawab Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan-persoalan dalam praktikum tersebut..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. d. Hakikat Pembelajaran IPA Pada hakikatnya IPA dibangun melalui proses, produk, dan sikap ilmiah. IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk memperbaiki pengetahuan atau menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk yaitu hasil dari proses ilmiah, sedangkan sebagai sikap yaitu mengembangkan dan menumbuhkan sikap ilmiah (Samatowa, 2011: 2). Hal ini juga diungkapkan oleh Wisudawati (2014: 24) menjelaskan bahwa IPA memiliki hakikat sebagai berikut: 1) IPA sebagai proses. Dalam IPA perlu memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta yang meliputi cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Kegiatan yang dilakukan dalam proses IPA adalah mengamati, mencoba, memahami, dan menganalisis. 2) IPA sebagai produk. Produk IPA diperoleh melalui kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan ilmuwan. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori. Fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam IPA sedangkan konsep dan prinsip merupakan kegiatan analitik IPA. 3) IPA sebagai sikap. IPA dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serat hubungan sebab akibat. Selain itu, IPA dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan sikap religius, keteraturan, dan keterbukaan. Beberapa alasan dikemukakan oleh Iskandar (1997: 16-18) alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan dalam kurikulum.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. suatu sekolah yaitu (1) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, sebab IPA merupakan dasar teknologi, (2) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berpikir kritis, (3) banyak contoh memecahkan masalah lain yang memerlukan daya berfikir yang kritis, meskipun sederhana, dan (4) hasil-hasil IPA semakin lama semakin banyak mempengaruhi kehidupan kita. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA memiliki tiga unsur penting yaitu sebagai proses, produk, dan sikap. Dari ketiga unsur tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari IPA secara lebih baik dan memahami fakta-fakta baru yang belum diketahui. e. Pembelajaran IPA di SD kelas V semester 2 Pembelajaran IPA yang cocok untuk sekolah dasar adalah melalui pengalaman langsung yang dapat memperkuat ingatan siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran akan memberikan pengalaman menarik kepada siswa dan membuat siswa tidak bosan. Pembelajaran IPA sendiri merupakan aktivitas pembelajaran dengan seperangkat aturan serta proses untuk menanamkan sikap ilmiah mengenai konsep dasar Ilmu Pengetahuan Alam (Samatowa , 2011: 170). Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari dimana siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, mengungkapkan ide-ide, membangun rasa ingin tahu siswa tentang lingkungan, membangun keterampilan siswa.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. dan menimbulkan kesadaran siswa belajar IPA sangat diperlukan, hal ini diungkapkan oleh De Vito (dalam Samatowa, 2011: 104). Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menggunakan materi IPA pada semester 2 yang dirasa materi tersebut memerlukan pemahaman konsep karena berhubungan juga dengan kehidupan sehari-hari. Ada beberapa materi yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1) Gaya Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah (Sulistyanto, 2008: 89). Macam-macam gaya yaitu; a) Gaya Magnet Magnet berasal dari batuan yang mengandung logam besi. Batuan logam tersebut diolah sampai akhir menjadi magnet. Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh magnet disebut gaya magnet.. Sumber: https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://fisikazone.com/wpcontent/uploads/2014/09/Garis-Gaya-. Gambar 2.1 Garis gaya magnet.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. b) Gaya Gravitasi Buah mangga yang ada di atas pohon dapat jatuh kebawah karena adanya gaya tarik dari bumi, atau saat melempar bola ke atas, bola akan jatuh ke bawah. Gaya tarik inilah yang disebut gaya gravitasi. Gaya gravitasi adalah gaya tarik menarik yang terjadi antara partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Gaya gravitasi di pengaruhi oleh ukuran dan bentuk benda tersebut (Sulistyanto, 2008: 98). Sumber: (Sulistyanto,2008:98) BSE. Gambar 2.2 Seorang anak sedang melempar bola ke atas c) Gaya Gesek Gaya gesek merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua permukaan yang saling bersentuhan. Lantai yang licin membuat kita sulit berjalan di atasnya karena gaya gesekan yang terjadi antara kaki kita dengan lantai sangat kecil (Sulistyanto, 2008: 99).. Sumber: (Sulistyanto,2008:99) BSE. Gambar 2.3 Pada saat mendorong kardus terjadi gaya gesek.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. 2) Pesawat Sederhana Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan. manusia. disebut. pesawat.. Kesederhanaan. dalam. penggunaannya menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana (Sulistyanto, 2008: 109). Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos (Sulistyanto, 2008: 110-112). a) Tuas Tuas lebih dikenal dengan nama pengungkit. Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut : (1) Tuas golongan pertama Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di antara beban dan kuasa. Contoh tuas golongan pertama ini diantaranya adalah gunting, linggis, jungkatjungkit, dan alat pencabut paku.. Sumber: (Sulistyanto,2008:109) BSE. Gambar 2.4 Jungkat-jungkit merupakan pengungkit golongan pertama.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. (2) Tuas golongan kedua Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di antara titik tumpu dan kuasa. Contohnya adalah gerobak beroda satu, alat pemecah kemiri,dan pembuka tutup botol.. Sumber: (Sulistyanto,2008:110) BSE. Gambar 2.5 Alat pemecah kemiri (3) Tuas golongan ketiga Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di antara titik tumpu dan beban. Contohnya adalah sekop yang biasa untuk memindahkan pasir.. Sumber: (Sulistyanto,2008:98) BSE. Gambar 2.6 Sekop adalah contoh tuas golongan ketiga b) Bidang Miring Bidang. miring. adalah. permukaan. rata. yang. menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya (Sulistyo, 2008:115). Bidang miring berguna untuk membantu memindahkan benda-benda yang terlalu berat (Azmiyawati, 2008:108)..

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. sumber: buku BSE (Asmiyawati, 2008:108). Gambar 2. 7 Bidang miring digunakan untuk memindahkan peti c) Katrol Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya pada katrol juga terdapat tali atau rantai sebagai penghubungnya. Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk (Sulistyanto, 2008: 117).. ` Sumber: (Sulistyanto,2008:117) BSE. Gambar 2.8 Katrol pada sumur timba (katrol tetap) d) Roda Berporos Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama.. Sumber: (Sulistyanto,2008:98) BSE. Gambar 2.9 Roda berporos pada sepeda.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. 3) Sifat-Sifat Cahaya Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. Cahaya juga mempunyai sifat-sifat yang terbentuk jika mengenai cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung (Sulistyanto, 2008: 125). a) Cahaya merambat lurus Sifat cahaya yang merambat lurus ini dimanfaatkan manusia pada lampu senter dan lampu kendaraan bermotor dan dapat dilihat pada pagi hari ketika melewati celah-celah kecil genting rumah (Rositawaty, 2008: 100). b) Cahaya dapat menembus benda bening Bayangan dapat terbentuk ketika kita berjalan di bawah sinar matahari. Bayangan terbentuk karena cahaya tidak dapat menembus suatu benda. Berbeda jika ada sebuah gelas bening dan disoroti dengan senter, cahaya senter dapat menembus gelas itu (Rositawaty, 2008: 101). c) Cahaya dapat dipantulkan Ketika cahaya mengenai permukaan yang licin seperti cermin datar cahaya dapat dipantulkan. Tidak hanya permukaan.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. licin tetapi juga dapat permukaan kasar (Rositawaty, 2008: 103). d) Cahaya dapat dibiaskan. Gambar 2.10 (a) sedotan dalam gelas berisi air terlihat seperti bengkok, (b) skema pembiasan cahaya pada sedotan Dari gambar 2.10 (b) cahaya dibiaskan mendekati garis normal. Hak itu terjadi apabila cahaya datang dari zat yang kurang rapat (udara) menuju zat yang lebih rapat (air). Sebaliknya, jika cahaya datang dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, akan dibiaskan menjauhi garis normal (Rositawaty, 2008: 105). e) Sifat-sifat cahaya apabila mengenai cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung (1) Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantunya datar. Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar yaitu, bayangan benda tegak dan semu; besar dan tinggi bayangan sama besar dan tinggi benda sebenarnya; jarak benda dengan cermin sama dengan jarak bayangannya; bagian kiri pada bayangan merupakan bagian kanan pada benda dan sebaliknya (Sulistyanto, 2008: 128)..

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. (2) Cermin cekung adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa cekungan. Sifat bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda. Jika letak benda dekat dengan cermin cekung maka akan terbentuk bayangan yang memiliki sifat semu, lebih besar dan tegak. Ketika benda dijauhkan dari cermin cekung maka akan diperoleh bayangan yang bersifat nyata dan terbalik (Sulistyanto, 2008: 129). (3) Cermin cembung adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa cembungan. Sifat bayangan yang terbentuk oleh cermin cembung adalah semu, tegak dan diperkecil (Sulistyanto, 2008: 130). 4) Pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana Sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai macam alat, diantaranya periskop, kaca pembesar sederhana, dan cakram warna (Azmiyawati, 2008:108). a) Periskop Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop dapat digunakan untuk melihat benda yang berada di atas batas pandang (Sulistyanto, 2008: 139)..

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. Sumber: (Azmiyawati,2008:139) BSE. Gambar 2.11 Periskop sederhana dari kardus dan cermin b) Kaca pembesar sederhana Kaca pembesar sederhana terbuat dari lampu yang tidak terpakai. Jika ke dalam bola tersebut dimasukkan air maka kita dapat menggunakannya untuk melihat benda-benda kecil agar terlihat jelas (Sulistyanto, 2008: 141).. Sumber: (Sulistyanto,2008:98) BSE. Gambar 2.12 Kaca pembesar sederhana dari bola lampu yang diberi air. c) Cakram warna Cakram warna merupakan alat yang digunakan untuk menunjukkan bahwa cahaya putih matahari merupakan kumpulan warna-warna yang disebut spectrum (Sulistyanto, 2008: 141). Cakram warna ini dibuat dari karton putih dan kertas warna yang merupakan spectrum cahaya. Apabila cakram diputar dengan menarik tali yang ada di tengahnya maka dapat dilihat perpaduan warna spectrum menjadi satu warna yaitu putih..

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. Sumber: (Sulistyanto,2008:98) BSE. Gambar 2.13 Spektrum warna yang terbuat dari karton dan kertas warna 5) Proses terbentuknya tanah Tanah berasal dari batuan. Batuan akan mengalami pelapukan menjadi butiran-butiran yang sangat halus. Lamakelamaan butiran-butiran halus ini bertambah banyak dan terbentuklah tanah (Azmiyawati, 2008: 124). Azmiyawati (2008: 125) mengungkapkan terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi dilihat dari proses terbentuknya yaitu : a) Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik) Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. b) Batuan Endapan (Batuan Sedimen) Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. c) Batuan Malihan (Metamorf) Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen yang mengalami perubahan (metamorfosis). Batuan sedimen ini.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika mendapat panas terus menerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan. 6) Proses Pembentukan Tanah karena Pelapukan Batuan Batuan memerlukan waktu jutaan tahun untuk berubah menjadi tanah. Batuan menjadi tanah karena pelapukan. Batuan dapat mengalami pelapukan karena berbagai faktor, di antaranya cuaca dan kegiatan makhluk hidup. Pelapukan yang disebabkan oleh faktor cuaca ini disebut pelapukan fisika. Adapun makhluk hidup yang menyebabkan pelapukan, misalnya pepohonan dan lumut. Pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup ini disebut pelapukan biologi (Azmiyawati, 2008: 128). 7) Struktur Bumi Bumi tempat tinggal manusia saat ini merupakan salah satu anggota tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Jika bumi diiris maka akan tampak lapisan-lapisan seperti pada gambar di atas. Sulistyanto (2008: 153) mengungkapkan ada empat lapisan penyusun Bumi yaitu : a) Lapisan inti bumi dalam Lapisan inti dalam merupakan pusat bumi. Lapisan inti dalam memiliki diameter sebesar 2600 km. lapisan ini terbentuk dari besi dan nikel padat dan merupakan lapisan yang paling panas..

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. b) Lapisan inti bumi luar Lapisan inti bumi luar merupakan lapisan tersusun atas cairan yang sangat kental. Ketebalan lapisan ini adalah 2200 km. c) Selimut bumi Lapisan ini berbatasan dengan lapisan inti bumi luar. Lapisan ini memiliki ketebalan 2900 km dan terdiri atas cairan silikat kental. Pada bagian atas lapisan selimut ini berbatasan dengan kerak bumi. d) Kerak bumi Lapisan kerak bumi merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal. Pada lapisan ini banyak terdapat batuan. Selain itu juga terdapat mineral dan tanah.. Sumber: (Azmiyawati,2008:128) BSE. Gambar 2.14 Struktur bumi f. Miskonsepsi IPA Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep (Suparno, 2005: 2). Konsep awal itu mereka dapatkan sewaktu berada di sekolah dasar, sekolah menengah, dari pengalaman dan pengamatan mereka di masyarakat.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. atau dalam kehidupan sehari-hari. Contoh terjadinya miskonsepsi IPA di sekolah dasar yaitu ketika; “ seorang siswa SD sebelum pelajaran IPA ditanya oleh gurunya, mana yang benar: “bumi mengelilingi matahari atau matahari mengelilingi bumi.” Dengan tegas anak itu menjawab bahwa matahari mengelilingi bumi. “Tiap hari aku melihat matahari terbit dari timur, terusberjalan di atas bumi, dan akhirnya terbenam di barat. Dan itu terusmenerus terjadi. Maka jelas bahwa matahari mengelilingi bumi, dan bumi kita ini. diam saja,”. siswa itu. menjelaskan.” (Suparno, 2005: 1) Dari jawaban anak tersebut dapat ditarik kesimpulan menurut teori ilmiah, konsep murid itu tidak benar. Yang benar adalah bahwa bumi mengelilingi matahari, dan dapat dipastikan anak tersebut mengalami miskonsepsi. Jadi, miskonsepsi IPA Fisika pemahaman yang salah tentang pembelajaran IPA terkhusus fisika di sekolah dasar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.. B. Hasil Penelitian Relevan Taufiq (2012) melakukan penelitian yang bertujuan mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa berkaitan dengan konsep gaya menggunakan Certainty of Respons Index (CRI) dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan jumlah siswa.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. yang mengalami miskonsepsi. Penggunaan tes model Certainty of Respons Index (CRI) membantu dalam memetakan tingkat miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa. Implementasi model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E mampu menurunkan proporsi siswa yang mengalami miskonsepsi mahasiswa pada konsep gaya, yakni dari 46% menjadi 2,8%. Peningkatan. proporsi. penurunan. jumlah. siswa. yang. mengalami. miskonsepsi sebanyak 43,2%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah meneliti tentang miskonsepsi tentang salah satu materi IPA fisika. Perbedaan penelitian ini terjadinya sebuah usaha untuk memperbaiki miskonsepsi yang terjadi, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti mengetahui adanya miskonsepsi di sekolah dasar se-kecamatan. Fitrianingrum. (2013). melakukan. penelitian. tentang. ”Analisis. Miskonsepsi Gerak Melingkar Pada Buku Sekolah Dasar (BSE) Fisika SMA Kelas X Semester 1” dengan metode penelitian deskriptif kualitatif, pendekatan fenomenologi. Hasil penelitan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada miskonsepsi gerak melingkar pada buku-buku BSE berdasarkan analisis ketiga BSE yang diterbitkan Pusat Perbukuan Kemendiknas. Selain menganalisis selain menganalisis adanya miskonsepsi pada penelitian ini juga mengidentifikasi keterangan lainnya, meliputi: konsep benar, konsep tidak ada, perbaikan gambar, perbaikan penulisan notasi, perbaikan penulisan satuan, perbaikan penulisan perumusan, perbaikan penulisan hasil perhitungan, dan perbaikan keterangan perumusan. Berdasarkan hasil identifikasi keterangan lain pada buku A ditemukan ada.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. 16 konsep benar, 8 konsep tidak ada, 7 perbaikan gambar, 3 perbaikan penulisan notasi, 2 perbaikan penulisan satuan, 3 perbaikan penulisan perumusan dan 2 perbaikan keterangan perumusan. Sedangkan pada buku B ada 20 konsep benar, 4 konsep tidak ada, 6 perbaikan gambar, 2 perbaikan penulisan satuan, dan 1 perbaikan hasil perhitungan. Buku C ada 17 konsep benar, 6 konsep tidak ada, 3 perbaikan gambar, 1 perbaikan penulisan satuan, 1 perbaikan penulisan perumusan, dan 2 perbaikan hasil perhitungan. Terlihat bahwa buku B lebih memuat banyak konsep serta sedikit mengalami perbaikan dari pada kedua buku yang lain. Sehingga untuk proses pembelajaran Gerak Melingkar buku B dapat dijadikan sumber belajar siswa. Persamaan penelitian yang dilakukan Fitriningrum dan peneliti adalah menganalisis terdapat adanya miskonsepsi. Perbedaannya pada objek yang dianalisis, jika Fitriningrum menganalisis miskonsepsi pada BSE, peneliti melakukan analisis miskonsepsi pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan oleh Jayadianta (2010) yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan proses siswa sekolah dasar tentang peristiwa benda padat dengan penerapan model pembelajaran inkuiri melalui kegiatan praktikum pada pembelajaran sains. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan metode quasi eksperimen. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi peristiwa benda padat dimana rata-rata postes> pretes (42,84 > 17,34) dengan thitung > t-tabel (16,11 > 2,04)..

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah meneliti tentang materi IPA. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Jayadianta adalah perlakukaan yang diberikan kepada subjek, jika peneliti hanya memberikan soal pretes tanpa mengajar, tetapi penelitian yang dilakukan Jayadianta menggunakan metode inkuiri serta menggunakan pretes dan posttes. Penelitian relevan selanjutnya dari Rizqi (2015) yang bertujuan untuk mendiskripsikan jenis miskonsepsi yang terjadi pada pelajaran matematika materi bilangan bulat kelas VI SDN Adisucipto 2 Yogyakarta dan mengetaui faktor penyebab miskonsepsi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima subjek terpilih mengalami miskonsepsi yang bterjadi pada pembelajaran Matematika materi bilangan bulat. Faktor penyebab miskonsepsi secara umum adalah sumber belajar siswa yang berpatokan pada buku paket saja tanpa mencari sumber lain, metode mengajar guru saat melakukan proses pembelajaran pada materi bilangan bulat, siswa yang kurang paham dengan konsep materi bilangan bulat. Persamaan penelitian yang dilakukan Rizqi dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang miskonsepsi. Pembedanya jika penelitian di atas menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif metode survei. Berdasarkan keempat penelitian diatas, belum ada penelitian seperti yang dilakukan peneliti yaitu miskonsepsi IPA Fisika kelas V semester 2 SDN se-Kecamatan Ngaglik..

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. Jayadianta (2010) Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang peristiwa benda padat dalam air melalui praktikum.. Taufiq (2012), Remediasi Miskonsepsi mahasiswa calon guru fisika pada konsep gaya melalui penerapan model siklus belajar (learning cycle) 5E.. Radita (2016), Miskonsepsi IPA Fisika Kelas V Semester 2 SD Negeri se Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.. Fitriningrum (2013), Analisis miskonsepsi gerak melingkar pada buku sekolah dasar (BSE) Fisika SMA kelas X semester 1.. Riqzi (2015) Jenis dan fakor miskonsepsi pada pembelajaran matematika materi bilangan bulat kelas VI SDN Adisucipto 2 Yogyakarta.. Gambar 2.15 Literature map penelitian yang relevan Berdasarkan gambar 2.15 dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan oleh keempat peneliti terdahulu berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang mengenai miskonsepsi dan hal ini membantu peneliti dalam penelitian yang dilakukan dan menambah referensi. Hanya yang membedakan belum adanya yang meneliti tentang miskonsepsi IPA pada siswa kelas V SD..

Gambar

Gambar 2.11 Periskop sederhana dari kardus dan cermin  b)  Kaca pembesar sederhana
Gambar 2.13 Spektrum warna yang terbuat dari karton dan  kertas warna
Tabel 3.2 Penentuan Sampel dari Populasi Berdasar Krejcie dan Morgan
Tabel 3.14 Koefisien Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dunia Internet provides a fast Internet connection with proper computer units.. 9 Maranatha

[r]

Mata ajar Akuntansi Keuangan 2 bertujuan membahas pengakuan, pencatatan, penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan atas pos liabilitas jangka pendek, jangka

Berdasarkan pada penelitian Babin et al (2005), maka penelitian ini menggunakan tiga indikator yang sama untuk WOM positif sebagai berikut: menceritakan hal yang

Aplikasi Simpan Pinjam pada Koperasi Sumber Rejeki Surabaya mampu menghasilkan penyimpanan data anggota dan nasabah, data pengajuan pinjaman, data hasil survei,

Pndiio hi etuj@.

[r]

yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan dalam kesekretariatan.. Di dalam lingkup aktivitasnya, unit sekretariat diharuskan untuk