BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
1.Pemahaman Pendidikan Karakter Menurut Pendapat Kepala Sekolah dan
Guru di SMP N 13 Yogyakarta
Pendidikan karakter adalah usaha membantu siswa memiliki nilai-
nilai luhur, membatu siswa menyiapkan siswa yang berkarakter. SMP N
13 Yogyakarta telah menyelenggarakan pendidikan karakter dalam
siswa- siswi yang berkarakter. Berikut pendapat Kepala sekolah SMP N
13 Yogyakarta mengenai pendidikan karkater.
“Pendidikan karakter adalah suatu hal untuk mempunyai nilai-nilai luhur yang dikembangkan siswa, menyiapkan masa depan untuk
menjadi orang yang berkarakter.”(A1.PK.Kep.Sek)
Sejalan dengan konsep pendidikan karakter menurut kepala
sekolah, guru bahasa Indonesia memahami pendidikan karakter sebagai
berikut:
“Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membangun siswa dalam hal kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, gemar membaca, setia kawanan.” (A1.PK.G.BK).
Menurut guru Bahasa Indonesia
“Pendidikan karakter adalah memperbaiki akhlak anak supaya budi pekerti dan perilaku anak menjadi baik” (A1.PK.G.B.Ind).
Dari pemahaman tersebut tampak bahwa pendidikan karakter
adalah suatu proses untuk membantu siswa mempunyai nilai-nilai luhur
dalam dirinya dan membantu siswa menjadi siswa yang berkarakter.
2.Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP N 13 Yogyakarta
Pendidikan karakter dilaksanakan melalui perencanaan program
yang akan dilakukan sekolah untuk membantu siswa menjadi orang yang
berkarakter. Kesimpulan pemahaman perencanaan pendidikan karakter
kepala sekolah dan guru di SMP N 13 Yogyakarta diperoleh data sebagai
a. Sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dengan visi misi
sekolah untuk menyelaraskan pendidikan karakter
Sekolah ini merupakan sekolah negeri yang didirikan oleh
pemerintah, sehingga SMP N 13 Yogyakarta mengikuti peraturan
pemerintah yang berlaku dalam penyelenggaraan kegiatan
pendidikan. SMP N 13 Yogyakarta menyelaraskan pendidikan
karakter dari pemerintah dengan visi misi sekolah. Didalam visi
misi sekolah terdapat nilai-nilai karakter yang akan dibangun oleh
anak yaitu semangat keunggulan, kejujuran, ketekunan dan
pantang menyerah. Kepala sekolah berpendapat bahwa
“Mengutamakan pendidikan karakter pada peraturan 2010, dalam KTSP pendidikan karakter sudah kami rancang untuk pedoman pihak sekolah jadi kami melaksanakan KTSP dan visi misi. Mengikuti peraturan dan di kaitkan dengan visi misi. Menurut visi misi: semangat keunggulan, kejujuran, ketekunan, pantang menyerah. Sebelum ada KTSP sudah ada pendidikan karakter”. (A2.PerPK.Kep.Sek)
b. Guru menentukan topik dan disisipkan beberapa nilai karakter awal
pembelajaran dimuali, guru terlebih dahulu membuat beberapa
topik yang akan di sampaikan oleh siswa. Setelah menentukan
topik, guru di SMP N 13 Yogyakarta ini pun harus membuat
sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disebut RPP.
Dalam pembuatan RPP ini, guru SMP N13 Yogyakarta
memasukkan beberapa nilai pendidikan karakter ke dalam indikator
RPP tersebut. Pernyataan tersebut juga didukung oleh kepala
Pendidikan karakter disisipkan dalam materi yang akan diajarkan oleh para guru. Dalam 1 materi terdapat beberapa indikator pendidikan karaketer.(A2.PerPK.Kepsek)
Sejalan dengan kepala sekolah, pihak guru lebih menegaskan
kembali bahwa nilai pendidikan karakter di sisipkan kedalam
materi. Berikut pendapat dari salah satu guru PKN :
“Rpp di desain dan nila-nilai karakter dicantumkan di RPP, ketika pembelajaran di kelas terdapat tujuannya dan terdapat karakter disiplin. Guru hanya melampirkan saja dan tidak ada evaluasi. Guru mata pelajaran memadukan materi dan pendidikan karakter. Diberikan contoh-contoh yang relefan dengan sekarang, contoh pendidikan. Contoh: tidak menyontek dalam ulangan. Pembelaan Negara: pembuangan sampah
sembarang, penebangan liar” (A2.PerPK.G.PKN)
Dari pendapat guru dan kepala sekolah SMP N 13 Yogyakarta
dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan karakter yang
dilakukan sekolah tersebut menggunakan 2 perencanaan yaitu
sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dengan visi misi
sekolah untuk menyelaraskan pendidikan karakter dan guru
menentukan topik terlebih dahulu kemudian disisipkan beberapa
nilai karakter dalam topic tersebut.
3.Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta
Guru memiliki tanggungjawab moral untuk mendidik siswanya
dengan baik. Untuk mendidik siswa dengan baik maka sang guru pun
juga mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan pengintegrasian
wawancara guru mata pelajaran dan kepala sekolah mengenai
pelaksanaan pengintegrasian nilai karakter dengan mata pelajaran.
a. Guru memasukkan beberapa nilai karakter dengan materi yang akan
di sampaikan kepada siswa.
Guru SMP N 13 Yogyakarta sebelum mengajar di depan kelas
terlebih dahulu membuat RPP sebagai pedoman pembelajaran yang
akan disampaikan kepada siswa. Tujuannya, agar guru
memberikan materinya lebih terarah sehingga nilai-nilai karakter
yang akan disampaikan ke siswa dapat diterima dengan baik dan
dapat bermanfaat bagi siswa. Berikut pendapat salah satu guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia :
“Pelaksanaan pendidikan karakter menyatu dan terpadu dengan materi. Guru memasukkan beberapa butir karakter di dalam materi yang akan di sampaikan kepada siswa. Satu materi terdapat kurang lebih 3 atau 4 butir.” (A3.Pelak.PK.G.B.Ind) b. Guru mata pelajaran memberikan tugas yang berhubungan
langsung dengan nilai karakter yang akan dicapai.
Guru SMP N 13 Yogyakarta berpikir agar siswa secara mudah
untuk menangkap isi materi dan nilai karakter yang akan di
sampaikan dapat tercapai, maka guru tersebut harus pintar-pintar
mencari ide agar tujuan yang akan di sampaikan tersebut akan
tercapai. Guru mata pelajaran sering memberikan tugas yang
beberapa nilai karakter. Dengan adanya tugas yang langsung dialai
oleh siswa maka nilai karakter dapat dirasakan langsung oleh siswa
yang bersangkutan. Guru Agama berpendapat :
“Contoh, disiplin dengan cara memberikan tugas, laporkan harian sholatmu selama seminggu tolong dengan jujur dan ada bukti bahwa orang tua mengetahuinya yaitu dengan tandatangan orang tua bahwa anak tersebut sudah melakukan sholat tepat waktu. Dapat juga guru memberikan pertanyaan- pertanyaan kepada anak, menghargai pendapat orang lain, mari kita simpulkan bersama. Agar anak-anak tahu caranya, silahkan kalian memberikan komentar contoh dalam kasus.” (A3.Pelak.PK.G.Agm)
Pelaksanaan pengintegrasian Nilai-nilai karakter dalam mata
pelajaran dan pembelajaran di SMP N 13 Yogyakarta dapat
disimpulkan dari pendapat beberapa guru dan kepala sekolah SMP
tersebut adalah guru memasukkan beberapa nilai karakter dengan
materi yang akan disampaikan kepada siswa selanjutnya guru juga
memberikan tugas yang berhubungan langsung dengan nilai
karakter yang akan dicapai sehingga pelaksanaan pengintegrasian
pendidikan karakter dapat sesuai dengan rencana.
4.Metode Pembelajaran yang Digunakan Para Guru dalam Melaksanakan
Pendidikan Karakter di SMP N 13 Yogyakarta.
Metode pemebelajaran dalam dunia belajar mengajar sangat
penting. Metode yang akan dipakai oleh guru akan penyampaian
didik. Berikut hasil wawancara kepala sekolah dan guru mengenai
metode penyampaian pendidikan karakter.
a. Praktik langgung dianggap metode yang sangat efektif dalam
pemberian pelajaran, namun guru juga harus melihat apakah materi
yang akan dibawakan tersebut dapat di praktikan atau tidak. Contoh
praktik langsung adalah menggunakan sosiodrama dan demontrasi.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomina
social, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga
otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah
social serta mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya. Sedangkan, demontrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan kejadian, aturan, dan urutan melakukan
sesuatu kegiatan. Berikut pendapat salah satu guru Agama :
“Antusias anak-anak lebih tertarik dengan demontrasi dan sosio drama. Membentuk kelompok untuk membentuk skenario untuk sosiodrama, dan anak-anak sangat antusias. Dan anak akan lebih tertanam. Demonstrasi atau praktik ini juga diminati atau anak-anak dengan antusias. Contohnya
sopan santun ketika makan bersama dengan orangtua.”
(A4.Med.PK.G.Agm)
b. Menggunakan metode pemutaran video merupakan salah satu contoh
metode yang baik pula, karena dari pemutan video tersebut anak-
melihat video tersebut, peserta didik diminta untuk
mendiskusikannya bersama teman-teman. Pernyataan berikut juga
didukung oleh salah satu guru BK :
“Anak-anak lebih suka untuk menonton film dan diselingi ice breaking. Dari sisi materi harus selesai baik menggunakan metode tersebut, dari sisi pendidikan karakter baik karena langsung ada contohnya lebih bisa memberikan gambaran lewat visual dan lebih suka ada tayangan film. Follow upnya bagus, yaitu pendapat tentang film dan diadakan diskusi dan dipresentasikan”. (A4.MetPK.G.BK)
c. Setiap pembelajaran usai, guru memberikan sebuah refleksi kepada
peserta didik. Refleksi ini berfungsi untuk mengetahui seberapa
siswa menguasai pelajaran yang baru saja diberikan. Pernyataan
tersebut juga didukung oleh salah satu guru SMP N 13 Yogyakarta,
yaitu guru BK yang menyatakan bahwa
“Evaluasi setiap usai pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar anak menyerap pembelajaran.” (A4.MetPK.G.BK)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
yang digunakan para guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di
SMP N 13 Yogyakarta adalah dengan demonstrasi, sosiodrama,
pemutaran video, setelah pembelajaran selesai guru memberikan refleksi
5. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pada
kurikulum 2013 di SMP N 13 Yogyakarta.
Sebuah kegiatan yang dilakukan maupun yang masih direncanakan
pasti memiliki beberapa hambatan yang terjadi. Dalam pendidikan
karakter terintegrasi juga terdapat berbagai macam hambatan. Pendidikan
karakter semata-mata tidak hanya dilakukan oleh guru yaitu di sekolah
saja, melainkan peran orang tua juga penting dalam penanaman
pendidikan karakter tidak hanya itu saja, melainkan materi juga harus
selesai dengan waktu yang terbatas. Berikut hasil kesimpulan dari
wawancara kepala sekolah guru mata pelajaran SMP N 13 Yogyakarta.
a. Penilaian yang sulit
Kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta merasa bahwa
hambatan yang di alami adalah penilaian pendidikan karakter.
Kepala sekolah dan guru mata pelajaran belum terlalu mengerti
tentang penilaian pendidikan karakter. Tidak hanya itu saja
penilaian dirasa sulit juga karena faktor dari siswanya. Setiap tahun
siswa berganti murid sehingga proses penilaiannya harus diulang
dari awal lagi dalam pembentukan karakter. Pernyataan tersebut
didukung oleh kepala sekolah SMP N 13 Yogyakarat:
“Penilaian yang sulit, memerlukan waktu yang lama dan setiap tahun muridnya berganti, sehingga harus dari awal lagi dalam pembentukkan karakter.” (A5. Ham.PK.Kepsek)
Bukan hanya kepala sekolah saja merasakan hal penilaian
sebagai penghambat pelaksanaan pendidika karaketer namun dari
guru BK juga merasakan hal yang sama. Berikut pendapat beliau:
“Penilaian karakter, misal nilai kejujuran tetapi indikator anak yang jujur itu seperti apa belum ada.” (A5. Ham.PK.G.BK)
b. Orang tua
SMP N 13 Yogyakarta mengeluhkan bahwa hambatan dari
pelaksanaan pendidikan karakter terjadi karena orang tua. Orang
tua merupakan orang yang sangat berperan penting dalam
kehidupan anak, karena dari lahir hingga sekarang orang tualah
yang memiliki jam bersama paling banyak dibandingkan dengan
guru yang ada di sekolah. Pendidikan karakter dilakukan pertama
kali oleh keluarga, sehingga anak masuk ke sekolah sudah
memiliki pendidikan karakter. Namun, yang sangat disayangkan
sekali bahwa orang tua kurang peduli dengan pendidikan karakter
anak. Berikut pendapat salah seorang guru SMP N 13 Yogyakarta:
“Mengasuh anak setelah anak usia 12 atau 13tahun dan karakter anak sudah terbentuk terlebih dulu lewat keluarga, dan jika karakter di rumah tidak bagus maka guru yang bekerja keras. Anak-anak membawa perilaku yang kurang berkarakter.” (A5.Ham.PK.G.B.Ind)
Orang tua terkadang juga lepas tangan dengan anaknya, dalam
artian bahwa setelah anak bersekolah maka orangtua sudah tidak
Semestinya, anak merupakan tanggung jawab orangtua juga,
sehingga sekolah dan orangtua terjalin kerjasama yang solid.
Pernyataan tersebut didukung oleh guru SMP N 13 Yogyakarta:
“Lebih banyak ke orang tua, latar belakang orang tua. Serumit apapun permasalahan anak harus ada kerja sama antar orang tua, tetapi tidak ada kerja sama dengan orang tua dan oranng tua disini ekonomi rendah.” (A5.Ham.PK.G.BK) c. Guru tidak dapat memberikan contoh yang baik.
Seorang pendidik seharusnya memberikan contoh yang baik
bagi siswa-siswanya. Namun terkadang ada beberapa guru yang
terlambat masuk ke kelas, padahal guru tersebut ketika melihat
muridnya terlambat memberikan sanksi. Berikut pendapat salah
satu guru tentang hambatan pelaksanaan pendidikan karakter
terinegrasi di SMP N 13 Yogyakarta:
“Ada beberapa guru yang terkadang terlambat, itu menjadi sebuah penghambat. Sedangkan jika siswa yang terlambat di suruh menunggu di depan gerbang. Di depan gerbang terdapat guru piket kecuali hari Senin dan Jumat tidak terjadwal karena ada upacara dan senam, penjaga dari siswa sudah di jadwal.” (A5.Ham.PK. G.IPS)
d. Beberapa mata pelajaran susah dikolaborasikan beberapa nilai
pendidikan karakter.
Mata pelajaran yang ada di SMP terkadang ada yang sulit
untuk di kolaborasikan dengan nilai-nilai pendidikan karakter.
Penyebabnya adalah topik yang di berikan tidak sesuai dengan
“ Dalam materi sejarah terdapat kesulitan yaitu mengikuti secara ilmu itu luas tetapi mengena, jika kita menyampaikan materi secara khusus atau langsung intinya nanti pastinya sejarah itu kering (tidak bermakna), sehingga di masukkan ke dalam pendidikan karakter masih sulit.” (A5.Ham.PK.G.Sej) Tidak hanya itu saja, terkadang materi yang terlalu banyak dan
dituntut untuk terselesaikan maka pendidikan karakter tidak dapat di
selipkan dalam materi tersebut. Berikut pendapat salah satu guru untuk
mendukung pernyataan tersebut:
“Materi dan pendidikan karakter kurang, karena banyak yang berbau politik dan hukum. Karena masalah materi kurang mendukung materinya adanya hanya politik dan hukum dan Pancasila pun sudah tidak ada. Materi harus sudah selesai tidak memperhitungkan pendidikan karakter, karena guru dituntut untuk menyelesaikan materi.” (A5.Ham.PK.G.PKN) Dari hasil pendapat guru dan kepala sekolah SMP N 13
Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pelaksanaan
pedidikan karakter terintegrasi pada kurikulum 2013 di SMP N 13
Yogyakarta adalah penilaian yang sulit, orang tua kurang peduli dengan
pendidikan karakter, guru tidak dapat memberikan contoh yang baik,
beberapa mata pelajaran susah dikolaborasikan dengan nilai pendidikan
karakter.
6.Usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan
pelaksanaan pendidikan karaketer terintegrasi.
SMP N 13 Yogyakarta, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
pendidikan karakter terintegrasi. Tindakan yang diambil oleh sekolah
a. Dalam penilainnya, sekolah mengambil 1 contoh dalam penilainnya,
sehingga dalam penilaian untuk jumlah siswa yang banyak tidak lagi
menjadi penghambat. Berikut pendapat kepala sekolah SMP N 13
Yogyakarta:
“Hanya diambil contoh untuk penilaiannya.” (A6.Us.PK.Kepsek)
b. Melakukan pelatihan untuk guru-guru mata pelajaran tentang
pendidikan karakter terintegrasi
Hambatan yang dialami para guru dalam pelaksanaan
pendidikan karakter terintegrasi adalah terkadang materi dengan
nilai-nilai karakter tidak sama dan bahkan tidak dapat dikaitkan.
Sehingga perlu adanya pelatihan khusus pendidikan karakter
terintegrasi bagi guru mata pelajaran agar materi yang di
sampaikan dan pendidikan karakter dapat berkolaborasi dengan
baik. Berikut pendapat salah satu guru:
“Sebaiknya dilakukan pelatihan untuk guru-guru mata pelajaran sehingga materi dan pendidikan karakter sama- sama berjalan.” (A6.Us.PK.G.PK)
c. Memanggil orangtua
Memanggil orang tua merupakan upaya yang akan dilakukan
sekolah, karena guru juga mengeluhkan bahwa orangtua tidak ikut
serta dalam mendidik anaknya menjadi anak berkarakter. Dalam
kesempatan ini, sekolah memanggil orang tua siswa dan
karakter dilakukan dalam tengah-tengah keluarga. Tujuannya
adalah agar orangtua sadar betul akan tanggung jawabnya.
Sebelumnya guru BK juga harus mengikuti pelatihan tentang
pendidikan karakter sehingga ketika menghadapi orangtua murid,
guru BK juga sudah memiliki ilmu yang cukup untuk dibagikan ke
orangtua murid. Berikut ini pendapat salah satu guru SMP N 13
Yogyakarta:
“Memanggil orang tua, pelatihan pada guru BK belum ada, sehingga penerjemahannya masing-masing, sarana prasarana terbatas dan perlu ditingkatkan.” (A6.Us.PK.G.BK)
d. Ada kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran
Kolaborasi antara guru BK dengan guru mata pelajaran itu
sangat diperlukan dalam pendidikan karaketer terintegrasi ini.
Sehingga guru BK lebih membimbing peserta didik untuk menjadi
siswa yang berkarakter. Berikut pendapat salah satu guru:
“Ada kerja sama antara guru BK dan mata pelajaran, pemantauan pendidikan karakter tiap anak, orang tua lebih peduli terhadap anaknya.” (A.6.Us.PK.G.AGM)
Dapat disimpulkan upaya yang dilakukan SMP N 13
Yogyakarta untuk mengatasi hambatan tersebut dengan cara dalam
penilaiannya, sekolah mengambil 1 contoh dalam penilainnya.
Tidak hanya itu saja untuk masalah lainnya sekolah juga perlu
melakukan pelatihan untuk guru mata pelajaran tentang pendidikan
kurang peduli dengan pendidikan karakter maka perlunya guru
memnaggul orang tua siswa dan mengadakan pelatihan atau
seminar tentang pentingnya pendidikan karakter dilakukan
ditengah-tengah keluarga. Selain itu, kerjasama antara guru BK dan
guru mata pelajaran juga penting untuk pengontegrasian
pendidikan karakter tersebut.
C. Pembahasan
1. Pemahaman pendidikan karakter
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemahaman
pendidikan karakter dari kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta
adalah suatu proses untuk membantu siswa untuk mempunyai nilai-nilai
luhur dalam dirinya dan membantu siswa menjadi siswa yang berkarakter.
Sejalan dengan pendapat guru dan kepala sekolah SMP N 13 Yogayakarta,
menurut Panduan Pendidikan Karakter Menengah Pertama dari
Kementrian Pendidikan Nasioanal tahun 2010, pendidikan karakter
merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dapat disimpulkan
pendidikan pendidikan karakter karena apa yang dipahami oleh kepala
sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta sama dengan pemahaman
pendidikan karakter yang ada di pemerintah, yaitu membantu siswa untuk
memiliki nilai-nilai.
Menurut Thomas Lickona (2008), pendidikan karakter merupakan
pendidikan yang menekankan tiga hal dalam mendidik, yaitu knowing,
loving, and acting the good, namun yang terjadi di SMP N 13 Yogyakarta hanya terjadi sampai pada tahap pemahaman dan pelaksanaan atau
peneladanan atas karakter yang baik belum sampai mencintai pendidikan
karakter.
2. Perencanaan Pendidikan Karakter
Untuk melakukan suatu kegiatan, pastinya terlebih dahulu
melakukan sebuah perencanaan yang matang. Begitu pula dalam
perencanaan pendidikan karakter yang ada di sekolah, perencanaan
tersebut harus di rancang sesuai dengan peraturan pemerintah. SMP N 13
Yogyakarta sudah melakukan perencanaan pendidikan karakter, berikut
perencanaan yang dilakukan SMP N 13 Yogyakarta:
a. Sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dengan visi misi
sekolah untuk menyelaraskan pendidikan karakter
Jika dipadupadankan dengan pedoman pendidikan karakter
Kementrian Pendidikan Karakter Nasional (2010), perencanaan yang
dilakukan SMP N 13 Yogyakarta masih kurang sesuai dengan pedoman
Kementerian Pendidikan Karater Nasional. Pedoman pendidikan karakter
Kementrian Pendidikan Karakter Nasional (2010), menuliskan terdapat 4
pedoman perencanaan yaitu
a. Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat
merealisasikan pendidikan karakter, yaitu nilai-nilai/perilaku yang
perlu dikuasa dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis
kegiatan di sekolah.
c. Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah
(tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan
pelaksanaan, evaluasi)
d. Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan
karakter di sekolah.
Namun, perencanaan yang dilakukan SMP N 13 Yogyakarta hanya
terdapat 2 poin saja, masih ada beberapa poin perencanaan dari pedoman
3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pengintegrasian nilai-
nilai karakter dalam mata pelajaran yang dilaksanakan oleh SMP N 13
Yogyakarta dapat dinyatakan kurang baik. Pelaksanaan yang dilakukan
SMP N 13 Yogyakarta adalah
a. Guru memasukan beberapa nilai karakter dengan materi yang akan di
sampaikan kepada teman dengan membuat RPP terlebih dahulu.
b. Guru mata pelajaran memberikan tugas yang berhubungan langsung
dengan nilai karakter yang akan dicapai.
Berdasarkan pedoman pendidikan karakter Kementerian Pendidikan
Nasional (2010) dalam mengimplementasikan pendidikan karakter
kedalam pelajaran dan pembelajaran terdapat 3 yaitu pembentukan
karakter yang terpadu dengan pembelajran pada semua mata pelajaran,
pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah dan yang
terakhir pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan pembinaan
kesiswaan. Namun yang terjadi di SMP N 13 Yogyakarta baru sampai
pada tahap pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada
semua matapelajaran, sehingga pelaksanaan penintegrasian pendidikan
4. Hambatan-hambatan pendidikan karakter
Setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan pastinya sering terjadi
sebuh kendala atau hambatan yang terjadi, sehingga kegiatan yang
dilakukan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Dalam dunia
pendidikan juga tak memungkiri bahwa segala kegiatan yang sudah
direncanakan menjadi gagal atau tidak sesuai dengan harapan karena
terdapat hambatan-hambatan selama proses kegiatan tersebut. Begitu pula
yang dirasakan oleh kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta,
bahwa terdapat hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan
karakter terintegrasi pada kurikulum 2013. Berikut hambatan yang terjadi
di SMP N 13 Yogyakarta dalam pelaksanaan pendidikan karakter