• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi keterlaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 (studi pendapat kepala sekolah dan guru di SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi keterlaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 (studi pendapat kepala sekolah dan guru di SMP Negeri 13 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014)."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

DI SMP NEGERI 13 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN

2013/2014

(Studi Pendapat Kepala Sekolah dan Guru di SMP NEGERI 13

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Silviana Danty Kusumaningtyas

111114028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ABSTRAK

EVALUASI KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP NEGERI 13 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

(Studi Pendapat Kepala Sekolah dan Guru di SMP NEGERI 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014)

Silviana Danty Kusumaningtyas Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh gambaran pemahaman kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta tentang pendidikan karakter; 2) mengetahui perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta; 3) mengetahui pelaksanaan pendidikkan karakter terintegrasi dalam mata pelajaran dan pembelajaran SMP N 13 Yogyakarta; 4) mengetahui metode-metode pembelajaran yang digunakan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta; 5) mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pada kurikulum 2013 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta; 6) mengetahui usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi.

Jenis penelitian yang dipakai adalah kualitatif. Subyek penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMP N 13 Yogyakarta, 4 guru mata pelajaran, 1 guru BK. Metode pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan observasi dengan menggunakan alat pedoman wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik triangualasi sumber untuk menguji keabsahan dan keterpercayaan data. Peneliti melakukan analisis data melalui analisis domain.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta tentang pendidikan karakter sejalan dengan peraturan pemerintah yaitu suatu proses membantu siswa untuk mempunyai nilai-nilai luhur dalam dirinya dan membantu siswa menjadi siswa yang berkarakter. Perencanaan yang dilakukan sekolah tersebut kurang sesuai dengan pedoman pemerintah karena hanya terdapat 2 perencanaan saja, yaitu sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dengan visi misi sekolah untuk menyelaraskan pendidikan karakter dan guru menentukan topik dengan disisipkan beberapa nilai karakter. Pelaksanaan pendidikan karakter yang terjadi di SMP N 13 Yogyakarta baru sampai pada tahap pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua mata pelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter adalah demonstrasi, sosiodrama, pemutaran video dan refleksi.

(3)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION EVALUATION ON CHARACTER BUILDING IN 13 YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR 2013/2014

(Opinion Study on Principal and Teachers in 13 Yogyakarta Junior High School Academic Year 2013/2014)

Silviana Danty Kusumaningtyas 2015

This study aims to 1) obtain an overview understanding of the principal and teachers of 13 Yogyakarta JHS on character building; 2) know the integrated character building planning in 13 Yogyakarta JHS; 3) know the implementation of the integrated character building in subjects and learning of 13 Yogyakarta JHS; 4) know the teaching methods used by teachers in the implementation of integrated character building in 13 Yogyakarta JHS; 5) know the factors that hinder the implementation of integrated character building on curriculum 2013 in Pangudi Luhur 1 JHS Yogyakarta; 6) know the efforts done by school to solve the obstacles in the implementation of integrated character building.

Research method used in this paper is qualitative. The subjects of this research are the Principal of 13 Yogyakarta JHS, 4 subject teachers, 1 counseling teacher. The methods of collecting data used are interview and observation using interview guideline. This study used a triangulation source technique to examine the validity and reliability of the data. Researcher analyzed the data through domain analysis.

The results showed that principals and teachers’ knowledge of 13 Yogyakarta JHS on character building is in line with government regulation which is a process to help the students to have noble values and help students become students of character. Planning made by school is not in line with government guidelines because there are only 2 plannings only, which combines school with the vision of government regulations to align the school's mission and teachers’ character building identify topics with inserted some character values. Implementation of character building that occurs in 13 Yogyakarta JHS is in the phase formation of character that is integrated with learning in all subjects. The learning method used by the teachers in the implementation of character building is a demonstration, socio-drama, video playback and reflection.

(4)

EVALUASI KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

DI SMP NEGERI 13 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN

2013/2014

(Studi Pendapat Kepala Sekolah dan Guru di SMP NEGERI 13

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Silviana Danty Kusumaningtyas

111114028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

MOTTO

“Rayakan apapun peristiwanya dan peristiwa-Nya

(Silviana Danty)

“Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh”

(Confusius)

“Kita tidak bisa lari dari kepahitan hidup, kita tidak bisa lari dari takdir kita,

tetapi kita memiliki pilihan: Menyerah atau melawan, berjuang dan menciptakan kehidupan yang sangat bernilai, kehidupan yang bahagia dan

penuh harapan”

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan bagi:

Tuhan Yesus Kristus,

Almamaterku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

Program Studi Bimbingan dan Konseling,

Kedua orangtuaku tercinta, Antonius Sugeng Widodo dan Agnes Indarti Kakakku tercinta, Maria Asumpta Deny dan Stephanus Dony

Orang yang selalu memberikan motivasi serta dukungan, Vinsensius Alvendo Setya Budi

Sahabat-sahabatku, Caroline,Thia, Yuli, Grace, Rosa Delima, Pius, Thea, Reni, Dewi, Sugeng, Nawas, Theo, Sandi, Adven, Rhea, Om Janu, Febi, Ryo, Ajik,

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

EVALUASI KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP NEGERI 13 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

(Studi Pendapat Kepala Sekolah dan Guru di SMP NEGERI 13 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014)

Silviana Danty Kusumaningtyas Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh gambaran pemahaman kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta tentang pendidikan karakter; 2) mengetahui perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta; 3) mengetahui pelaksanaan pendidikkan karakter terintegrasi dalam mata pelajaran dan pembelajaran SMP N 13 Yogyakarta; 4) mengetahui metode-metode pembelajaran yang digunakan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta; 5) mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pada kurikulum 2013 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta; 6) mengetahui usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi.

Jenis penelitian yang dipakai adalah kualitatif. Subyek penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMP N 13 Yogyakarta, 4 guru mata pelajaran, 1 guru BK. Metode pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan observasi dengan menggunakan alat pedoman wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik triangualasi sumber untuk menguji keabsahan dan keterpercayaan data. Peneliti melakukan analisis data melalui analisis domain.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta tentang pendidikan karakter sejalan dengan peraturan pemerintah yaitu suatu proses membantu siswa untuk mempunyai nilai-nilai luhur dalam dirinya dan membantu siswa menjadi siswa yang berkarakter. Perencanaan yang dilakukan sekolah tersebut kurang sesuai dengan pedoman pemerintah karena hanya terdapat 2 perencanaan saja, yaitu sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dengan visi misi sekolah untuk menyelaraskan pendidikan karakter dan guru menentukan topik dengan disisipkan beberapa nilai karakter. Pelaksanaan pendidikan karakter yang terjadi di SMP N 13 Yogyakarta baru sampai pada tahap pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua mata pelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter adalah demonstrasi, sosiodrama, pemutaran video dan refleksi.

(12)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION EVALUATION ON CHARACTER BUILDING IN 13 YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR 2013/2014

(Opinion Study on Principal and Teachers in 13 Yogyakarta Junior High School Academic Year 2013/2014)

Silviana Danty Kusumaningtyas 2015

This study aims to 1) obtain an overview understanding of the principal and teachers of 13 Yogyakarta JHS on character building; 2) know the integrated character building planning in 13 Yogyakarta JHS; 3) know the implementation of the integrated character building in subjects and learning of 13 Yogyakarta JHS; 4) know the teaching methods used by teachers in the implementation of integrated character building in 13 Yogyakarta JHS; 5) know the factors that hinder the implementation of integrated character building on curriculum 2013 in Pangudi Luhur 1 JHS Yogyakarta; 6) know the efforts done by school to solve the obstacles in the implementation of integrated character building.

Research method used in this paper is qualitative. The subjects of this research are the Principal of 13 Yogyakarta JHS, 4 subject teachers, 1 counseling teacher. The methods of collecting data used are interview and observation using interview guideline. This study used a triangulation source technique to examine the validity and reliability of the data. Researcher analyzed the data through domain analysis.

The results showed that principals and teachers’ knowledge of 13 Yogyakarta JHS on character building is in line with government regulation which is a process to help the students to have noble values and help students become students of character. Planning made by school is not in line with government guidelines because there are only 2 plannings only, which combines school with the vision of government regulations to align the school's mission and teachers’ character building identify topics with inserted some character values. Implementation of character building that occurs in 13 Yogyakarta JHS is in the phase formation of character that is integrated with learning in all subjects. The learning method used by the teachers in the implementation of character building is a demonstration, socio-drama, video playback and reflection.

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang

dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan

skripsi ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi penulis untuk belajar

dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah penulis dapatkan selama proses

penyelesaian skripsi berlangsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dan berjalan

dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan

mendampingi penulis. Oleh karena itu secara khusus penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M,Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang telah memberikan izin penelitian dan dukungan selama

penyelesaian skripsi.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling dan juga selaku dosen pembimbing yang telah sabar

mendampingi, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dan

kerja keras dalam memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada

penulis selama mengerjakan skripsi.

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan

pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

4. Kepala Sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta yang telah meluangkan

waktu untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

5. Kedua orangtuaku tercinta yaitu bapak Antonius Sugeng Widodo dan ibu

Agnes Indarti yang selalu memberikan dukungan baik lewat doa,

semangat, dan materi demi terselesainya skripsi ini.

6. Kakak-kakaku tersayang yaitu Maria Asumpta Deny dan Stephanus Dony

(14)
(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian... 5

D. Pertanyaan Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Karakter ... 10

B. Pendidikan Karakter ... 11

(16)

D. Penyelenggarakan Pendidikan Karakter di SMP ... 17

E. Nilai-Nilai Karakter untuk SMP ... 22

F. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP ... 27

G. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 28

H. Hambatan-Hambatan Pendidikan Karakter ... 30

I. Pengertian Remaja ... 32

J. Tugas Perkembangan Remaja ... 36

K. Metode Pembelajaran ... 37

L. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Responden ... 49

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 50

E. Keabsahan dan Keterpercayaan Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Secara Umum ... 58

B. Hasil Penelitian ... 59

C. Pembahasan ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran-Saran ... 81

C. Keterbatasan Penelitian ... 82

D. Penutup ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama Ke dalam Mata Pelejaran .. 19

Tabel 2 : Tahap Perkembangan Remaja ... 33

Tabel 3 : Jadwal Penelitian ... 49

Tabel 4 : Jadwal Jumlah Responden ... 50

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Wawancara ... 86

Lampiran 2: Pengodingan Hasil Wawancara ... 102

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan masalah.

A. Latar Belakang Masalah

Kemerosotan pendidikan karakter yang terjadi pada remaja masa kini

sudah merisaukan pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan. Sekarang ini banyak sekali terjadi tawuran antar pelajar,

perilaku bullying, korupsi, membolos sekolah, bahkan perilaku seksual yang

menyimpang pada remaja pun sudah banyak terjadi.

Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat bahwa terdapat 229 kasus

tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013. Jumlah ini meningkat

sekitar 44 % dibanding tahun sebelumnya yang hanya 128 kasus. Dalam 229

kasus kekerasan antar pelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia.

Ketua Umum Komnas Anak Arist Merdeka Sirait menyatakan bahwa tahun

ini merupakan tahun darurat terhadap kekerasan anak. Arist juga berpendapat

bahwa meningkatnya jumlah kasus tawuran merupakan indikasi gagalnya

sistem perlindungan anak dan negara ikut bertanggung jawab atas gagalnya

ini. Arist juga mengatakan bahwa sistem pendidikan pemerintah kita

cenderung mengejar intelektualitas semata, tanpa mementingkan pendidikan

(20)

Pemerintah pun sudah mulai risau dengan perilaku remaja masa kini.

Pastinya pemerintah memiliki tugas yang sangat besar yaitu mencari jalan

keluar untuk memperbaiki pendidikan karakter.

Mochtar Buchori (2007) menegaskan bahwa character building masih

merupakan suatu isu besar, bahkan amat besar. Semua kebobrokan yang

dirasakan kini lahir dari watak bangsa rapuh dan watak manusia Indonesia

mudah goyah. Jumlah orang yang jujur masih cukup banyak di Indonesia,

tetapi mereka tidak berdaya menghadapi kelompok kecil manusia Indonesia

yang korup, yang mempunyai kekuasaan atau membonceng pada kekuasaan.

Ungkapan character building kini sudah klise kosong, nyaris tidak bermakna.

Diucapkan para politisi, birokrat pendidik, pemimpin organisasi pendidikan

ungkapan ini tidak meninggalkan bekas apa-apa.

Mochtar Buchori melanjutkan bahwa yang salah dengan pendidikan

karakter banyak sekali. Pendidikan watak diformulasikan menjadi pelajaran

agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program

utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Paling

mendalam sedikit hanya sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Padahal

pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai

secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman

nilai secara nyata.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa

(21)

membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu,

cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d)

toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab. Berdasarkan hal

tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang termasuk SMP

sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan

karakter yang terjadi di SMP sekarang belum menampakkan hasil yang

memuaskan, karena masih terdapat masalah-masalah yang terjadi pada remaja

yaitu maraknya membolos, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya.

Masalah-masalah ini dapat terjadi karena sang pendidik pun belum tentu

paham cara pengolahan pendidikan karakter dilaksanakan di sekolah. Memang

nilai-nilai pendidikan karakter sudah dimuat dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), namun nilai-nilai karakter itu belum diterapkan dalam

pembelajaran yang dilaksanakan. Pendidik lebih mementingkan kognitif anak.

Penilaian di kurikulum 2013 juga memiliki penilaian yang rumit sehingga

banyak guru yang mengeluhkan dalam pelaksankan kurikulum 2013 ini.

Wildan (2015) menegaskan,

(22)

SMP Negeri 13 Yogyakarta sudah mengimplementasikan pendidikan

karakter terintegrasi. Setiap guru mata pelajaran sudah mengimplikasikan

nilai-nilai karakter di dalam Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP). Setiap

indikator dalam Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) terdapat dua atau tiga

nilai-nilai pendidikan karakter, sehingga dalam proses belajar mengajar

pendidikan karakter. Tidak hanya itu saja, setiap pagi sekolah mengadakan

salam pagi, berdoa pagi bagi yang muslim membaca alquran dan bagi yang

beragama non muslim membaca alkitab atau berdoa sesuai dengan cara

agamanya. Setiap hari Senin dan peringatan hari nasional, sekolah

mengadakan upacara bendera agar menumbuhkan rasa nasionalis. Sekolah

juga mengadakan classmeting yang berisikan perlombaan-perlombaan untuk

ngasah dan membangkitkan nilai sprotifitas anak. Sekolah juga sudah

menerapkan penilaian pendidikan karakter 2013.

Dari berbagai permasalahan yang timbul dengan dibelakukannya

sistem baru ini, maka perlu dikaji lebih mendalam mengenai keterlaksanaan

dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP. Hal ini

penting dilakukan untuk memperbaiki pendidikan karakter di sekolah.

B. Identifikasi Masalah/Kasus

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan hambatan

pendidikan karakter diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pemahaman pendidik tentang pendidikan karakter masih rendah.

2. Pendidikan karakter baru dalam tahap rancangan belum sampai pada

(23)

3. Sekolah-sekolah SMP lebih menekankan pegajaran dari segi kogitif

sedangkan pada sisi lain kurang mendapat perhatian.

4. Masih sering dijumpainya kasus-kasus kekerasan, membolos, bullying.

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian

Melihat berbagai bentuk permasalahan yang ditampilkan pada latar

belakang di atas, menjadi penting bahwa sistem pendidikan perlu

terus-menerus dikaji secara lebih mendalam, khususnya dalam penerapan

kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti ikut mengambil andil melakukan

sebuah penelitian terkait pendidikan karakter terintegrasi. Penelitian ini

memfokuskan pada pendapat kepala sekolah dan guru tentang keterlaksanaan

pendidikan karakter terintegrasi di SMP N13 Yogyakarta. Sebuah penelitian

studi evaluatif mengenai sistem baru yang diberlakukan oleh pemerintah.

D. Pertanyaan Penelitian

Masalah utama yang diharapkan terpecahkan melalui penelitian ini,

diformulasikan secara spesifik menjadi beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta

tentang pendidikan karakter?

2. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter terntegrasi di SMP N 13

Yogyakarta?

3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter terinegrasi di SMP N 13

(24)

4. Metode pembelajaran apa sajakah yang digunakan para guru dalam

pelaksanaan pendidikan karakter di SMP N 13 Yogyakarta?

5. Faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter

terintegrasi pada kurikulum 2013 di SMP N 13 Yogyakarta?

6. Usaha-usaha apa sajakah yang dilakukan sekolah untuk mengatasi

hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter?

E. Tujuan Penelitian

Berikut ini merupakan beberapa tujuan yang didasarkan pada masalah

yang ingin peneliti pecahkan, yaitu:

1. Memperoleh gambaran pemahaman kepala sekolah dan guru SMP N 13

Yogyakarta tentang pendidikan karakter.

2. Mengetahui perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 13

Yogyakarta

3. Mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 13

Yogyakarta

4. Mengetahui metode-metode pembelajaran yang digunakan para guru

dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP N 13 Yogyakarta.

5. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan

karakter pada kurikulum 2013 di SMP N 13Yogyakarta

6. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi

(25)

F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam bidang penerapan

Bimbingan dan Konseling terkait peran guru BK dalam pelaksanaan

pendidikan karakter, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi

peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang

lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan

bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan

pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan

tepat sasaran.

b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di

SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi

mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat

mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna

mencerdaskan peserta didik.

c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi

semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi

program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran.

d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil

(26)

alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling

karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian

pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam

optimalisasi pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP.

e. Bagi penulis

1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai

pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan

klasikal kolaborasi dengan pendekatan experiential learning di

SMP Negeri 13 Yogyakarta.

2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan

keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji

permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu

mengembangkan secara ilmiah di kemudian hari.

3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami

praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan

pengembangan secara ilmiah.

G. Definisi Istilah

1. Karakter

Karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

(27)

2. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan

dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku

peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud

dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

3. Pendidikan Karakter Terintegrasi

Pendidikan karakter terintegrasi merupakan pengenalan nilai-nilai,

fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan

penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik

sehari-hari melalui proses pembelajaran, manajemen sekolah maupun kegiatan

pembinaan kesiswaan.

4. Remaja

Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

yang berkembang ke arah kematangan seksual, memantapkan identitas

sebagai individu yang terpisah dari keluarga dan menghadapi tugas

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan

kerangka pikir.

A.Pengertian Karakter

Menurut Lickona (2008), karakter merupakan sifat alami seseorang dalam

merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam

tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,

menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya. Pengertian yang

dikemukakan Lickona ini, mirip dengan apa yang diungkapkan oleh

Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan

yang terus menerus dilakukan.

Menurut Maksudin (2013) dalam buku Pendidikan Karakter

Non-Dikotomik, karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “karasso”,

yang berarti “cetak biru”, “format dasar”. Dalam buku tersebut juga

mengartikan karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati

dirinya (daya qalbu), yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara

berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan

bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun Negara.

Menurut Panduan Pendidikan Karakter Menengah Pertama dari

Kementrian Pendidikan Nasioanal tahun 2010, karakter merupakan perilaku

(29)

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Beberapa definisi sebagaimana diuraikan memang memiliki sudut pandang

yang berbeda. Meski demikian, dari berbagai definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon

sehingga seseorang tersebut memiliki sebuah ciri khas pada dirinya dalam

berperilaku.

B. Pendidikan Karakter

Menurut Lickona (2008), pendidikan karakter merupakan pendidikan yang

menekankan tiga hal dalam mendidik, yaitu knowing, loving, and acting the

good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan

pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau

peneladanan atas karakter baik itu.

Pendidikan karakter adalah menyiapkan lingkungan pembelajaran yang

memungkinkan interaksi di antara faktor khas yang ada dalam diri seseorang

dan lingkungannya memberikan kontribusi maksimal untuk menguatkan dan

memberikan kebijakan yang ada dalam diri orang yang bersangkutan (Gede

Raka, dkk, 2011:44). Sedangkan menurut Panduan Pendidikan Karakter

Sekolah Menengah Pertama dari Kementrian Pendidikan Nasioanal tahun

2010, pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan

(30)

peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud

dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Berdasarkan Pedoman Pendidikan Karakater (Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Pertama Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, 2010) pengembangan atau

pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah

dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan

pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya

adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan

berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh

dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik

dan melakukan segalanyadengan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat

jugaberperan membentuk karakter anak melalui orang tua danlingkungannya.

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),

pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada

pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu

mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi

kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau

(31)

Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik

(components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang

moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan

moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik

dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut

sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan

(mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral). Dimensi-dimensi yang termasuk

dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran

moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing

moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral

(moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan

pengenalan diri (self knowledge).

Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk

menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk

sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri

(conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain

(emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control),

kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan

moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya.

Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik

(act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi

(32)

Dari beberapa definisi pendidikan karakter, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan karakter adalah usaha membantu siswa memiliki nilai-nilai luhur,

membantu siswa menyiapkan siswa yang berkarakter.

C. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

Berdasarkan pedoman Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama

Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan

Nasional (2010), pendidikan karakter terintegrasi di SMP dilaksanakan melalui

proses pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan.

1. Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran

Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah

pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya

nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku

peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang

berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta

didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang

untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan

menginternalisasi nilai-nilai, serta menjadikannya sebagai perilaku.

Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran memuat

materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya

terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan

(33)

Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata

pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan

sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan

menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata-mata

pelajaran di SMP mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah

laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian.

2. Pendidikan karakter terintegrasi melalui manajemen sekolah

Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan manajemen

pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pendidikan dalam upaya untuk menghasilkan lulusan yang sesuai

dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri. Penyelenggaraan

pendidikan karakter memerlukan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan

yang dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan karakter dalam

pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan secara memadai.

Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan direncanakan, dilaksanakan,

dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (1) nilai-nilai karakter

kompetensi lulusan, (2) muatan kurikulum nilai karakter, (3)

nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, (4) nilai-nilai-nilai-nilai karakter pendidik dan

tenaga kependidikan, dan (5) nilai-nilai karakter pembinaan

kepesertadidikan.

Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu

(34)

berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan, (2)

penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah, (3) penyelenggaraan

kantin kejujuran, (4) penyediaan kotak saran, (5) penyediaan sarana ibadah

dan pelaksanaan ibadah, misalnya: shalat dhuhur berjamaah, (6)

salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, (7)

pengelolaan dan kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan bentuk-bentuk

kegiatan lainnya.

3. Pendidikan karakter terintegrasi melalui kegiatan pembinaan kesiswaan

Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di luar

mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan

peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka

melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan

atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah.

Visi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya potensi, bakat

dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan

peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah (1) menyediakan sejumlah

kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan,

potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang

memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan diri secara bebas

(35)

D. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP

Berdasarkan pedoman pendidikan karakter Kementerian Pendidikan

Nasional (2010), penyelenggaraan pendidikan karakter terintegrasi di SMP

dilakukan secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur, yaitu: pembelajaran,

manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. Langkah pendidikan

karakter meliputi: perancangan, implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut.

1. Perancangan

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan

rancangan antara lain:

a. Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat

merealisasikan pendidikan karakter, yaitu nilai-nilai/perilaku yang

perlu dikuasa dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik

direalisasikan dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu (a) terpadu dengan

pembelajaran pada mata pelajaran; (b) terpadu dengan manajemen

sekolah; dan (c) terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan.

b. Mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis

kegiatan di sekolah

c. Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah

(tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan

pelaksanaan, evaluasi)

d. Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan

(36)

Perencanaan kegiatan program pendidikan karakter di sekolah

mengacu pada jenis-jenis kegiatan, yang setidaknya memuat unsur-unsur:

tujuan, sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksana kegiatan dan

pihak-pihak yang terkait, mekanisme pelaksanaan, keorganisasian, waktu

dan tempat, serta fasilitas pendukung.

2. Implementasi

a. Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua

mata pelajaran

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman

dan ketaqwaan) diimplementasikan dalam pembelajaran mata

pelajaran-mata pelajaran yang terkait, seperti Agama, PKn, IPS, IPA,

Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalan

nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke

pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari.

Kementerian Pendidikan Nasional (2010) telah memilih dan

mengelompokkan sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi

penanaman nilai-nilai yang kemudian diintegrasikan pada mata

pelajaran yang paling cocok. Hal tersebut berarti tidak setiap mata

pelajaran diberi integrasi semua butir nilai, melainkan beberapa nilai

utama saja. Oleh karena itu, setiap mata pelajaran memfokuskan pada

(37)

karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Berikut contoh

distribusi nilai-nilai utama ke dalam mata pelajaran:

Tabel 1.

Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran

Mata Pelajaran Nilai Utama

1. Pendidikan

Agama

Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli

2. Pendidikan

Kewarga-negaraan

Nasionalis, patuh pada aturan sosial,

demokratis, jujur, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

3. Bahasa

Indonesia

Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis

4. Matematika Berpikir logis, kritis, jujur, kerja keras, ingin tahu, mandiri, percaya diri

5. IPS Nasionalis, menghargai keberagaman,

berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras

6. IPA Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan

inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu

7. Bahasa Inggris Menghargai keberagaman, santun, percaya

diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan social

8. Seni Budaya Menghargai keberagaman, nasionalis, dan

menghargai karya orang lain, ingin tahu, jujur, disiplin, demokratis

9. Penjasorkes Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin,

jujur, percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain

10. TIK/

Keterampilan

Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain

11. Muatan Lokal Menghargai keberagaman, menghargai karya

(38)

b. Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman

dan lain-lain) diimplementasikan dalam aktivitas manajemen sekolah,

seperti pengelolaan: siswa, regulasi/peraturan sekolah, sumber daya

manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran,

penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya.

c. Pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan pembinaan

kesiswaan

Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat

pembentukan karakter antara lain:

1) Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan

lain-lain)

2) Keagamaan (baca alkitab, ibadah, dan lain-lain)

3) Seni budaya (menari, menyanyi, melukis, teater)

4) KIR

5) Kepramukaan

6) Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS)

7) Palang Merah Remaja (PMR)

8) Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA)

9) Pameran, lokakarya

(39)

3. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau

proses pelaksanaan program pembinaan pendidikan karakter. Fokus

kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program

pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah

ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauhmana efektivitas

program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah

ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk

menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter.

Monitoring dan evaluasi secara umum bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan

pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah

sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung

keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.

b. Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara

umum.

c. Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan

mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi

(40)

d. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan

untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program

pendidikan karakter ke depan.

e. Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan

pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter.

f. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan

pendidikan karakter di sekolah.

4. Tindak lanjut

Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program

pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai acuan untuk

menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan,

mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan

manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program

(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).

E. Nilai-Nilai Karakter untuk SMP

Dalam Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama dari

Kementrian Pendidikan Nasional Tahun 2010, terdapat 20 nilai utama. Berikut

adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius)

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu

(41)

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

a. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

b. Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan

budaya), negara dan Tuhan YME.

c. Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

(42)

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas

(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

f. Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan

tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

g. Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat

mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,

menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,

serta mengatur permodalan operasinya.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang

telah dimiliki.

i. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

(43)

j. Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

k. Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi

milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri

sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan

masyarakat dan kepentingan umum.

c. Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan

(44)

d. Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun

tata perilakunya ke semua orang.

e. Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan

upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan

selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

5. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya

a. Nasionalis

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

(45)

b. Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam

hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan

agama.

F. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP

Gede Raka dkk (2011) menuliskan tujuan dari pendidikan karakter di

sekolah yaitu

1. Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka

masing-masing secara maksimal dan mewujudkan dalam kebiasaan baik:

baik pikiran, baik dalam sikap, baik dalam hati, baik dalam perkataan, dan

baik dalam perbuatan.

2. Membantu para siswa menyiapkan diri menjadi warga Negara Indonesia

yang baik.

3. Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat

mengembangkan kebajikkan dan potensi dirinya secara penuh dan dapat

membangun kehidupan yanng baik, berguna, dan bermakna.

4. Dengan karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan mampu

menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi

dan pada saat yang sama mampu menjadikannya sebagai peluang untuk

(46)

Kementrian Pendidikan Nasional (2010) menuliskan pendidikan karakter

bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan

di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar

kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik

SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku

sehari-hari.

G. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Kementrian Pendidikan Nasional (2010) menuliskan keberhasilan

program pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian

butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang meliputi

sebagai berikut:

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja

2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri

3. Menunjukkan sikap percaya diri

4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang

(47)

5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkup nasional

6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan

sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya

9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari

10.Mendeskripsikan gejala alam dan sosial

11.Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

12.Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara

kesatuan Republik Indonesia

13.Menghargai karya seni dan budaya nasional

14.Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

15.Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan

waktu luang dengan baik

(48)

17.Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat

18.Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek

sederhana

19.Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana

20.Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah

21.Memiliki jiwa kewirausahaan

H. Hambatan – Hambatan Pendidikan Karakter

Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010), terdapat 3 faktor

penghambat keberhasilan pendidikan karakter di sekolah yaitu:

1. Ketidak jelasan konsep

2. Kekurangan data empiris

3. Kelemahan proses pembelajaran

Kendala-kendala pendidikan karakter di sekolah sebagai berikut :

1. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan

(49)

baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam mengungukur

ketercapaiannya.

2. Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan

visinya. Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan

oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun dari

sumber-sumber lain. Umumnya sekolah menghadapi kesulitan memilih nilai

karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada

gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan

fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dn penilaiannya.

3. Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum

menyeluruh. Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan

sasaran program yang sangat besar. Program pendidikan karakter belum

dapat disosialisaikan pada semua guru dengan baik sehingga mereka

belum memahaminya.

4. Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata

pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata

pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan guru

pegampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali

dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.

5. Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan

nilai-niai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah

(50)

menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter

pada mata pelajaran yang diampunya.

6. Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya.

Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan

dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai

karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.

(Handoyo, 2013)

I. Pengertian Remaja

Menurut Syamsu Yusuf, 2009:9, masa remaja merupakan segmen

kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan

masa transisi (dari masa anak ke masa dewasa) yang diarahkan kepada

perkembangan masa dewasa yang sehat. Karakter aspek-aspek perkembangan

remaja sebagai berikut:

1. Aspek fisik

Secara fisik, masa remaja ditandai dengan matangnya organ-organ

seksual. Remaja pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis,

pembuluh mani, dan kelenjar prostat. Matangnya organ-organ ini

memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sementara remaja

wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium. Ovarium

mengasilkan ova (telur) dan mengeluarkan hormon-hormon yang

diperlukan untuk kehamilan, dan perkembangan seks sekunder.

(51)

mengalami menarce (menstruasi/haid pertama). Perubahan fisik lainnya

yang menandai masa remaja ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2

Tahap Perkembangan Remaja

Jenis Kelamin Usia Pertumbuan fisik

Wanita 8-13 tahun Tumbuhnya buah dada

8-14 tahun Tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan

9,5-14,5 tahun Pertumbuhan badan

10-16,5 tahun Menstruasi pertama

10-16 tahun Tumbuhnya bulu ketiak, minyak dan keringat mengasilkan kelenjar (jerawat terjadi ketika kelenjar tersumbat)

Pria 10-13,5 tahun Tumbuhnya testis dan kantung buah pelir

10-15 tahun Tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan

10,5-16 tahun Pertumbuhan badan

11-14,5 tahun Perubahan suara (tumbuhnya pangkal tenggorokan)

(52)

2. Aspek intelektual

Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berpikir

operasional formal. Tahap ini ditandai dengan kemampuan berpikir

abstrak (seperti memecahkan persamaan aljabar), idealistik (seperti

berpikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain, dan masyarakat), dan

logis (seperti menyususun rencana untuk memecakan masalah).

3. Aspek emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas. Pertumbuhan

organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang

belum dialami sebelumnya, seperti : rasa cinta, rindu, dan keinginan untuk

berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal (siswa

SLTP), perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan

reaktif (kritis) yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi

sosial. Emosi sering bersifat negatif dan tempramental (mudah

tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung). Kondisi ini terjadi,

terutama apabila remaja itu hidup di lingkungan (terutama keluarga) yang

tidak harmonis.

4. Aspek sosial

Pada masa ini berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan

memahami orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin

hubungan sosial dengan teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan

(53)

untuk meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran

(hobby), atau keinginan orang lain.

5. Aspek kepribadian

Masa remaja merupakan saat perkembangannya self-identity

(kesadaran akan identitas atau jati dirinya). Apabila remaja berhasil

memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan sosial, dan

memahami makna hidup beragam, maka dia akan menemukan jati dirinya,

dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat.

6. Kesadaran beragama

Tugas utama perkembangan remaja adalah memperoleh

kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan

remaja belumlah sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat

diterima secara universal. Pendapat ini menunjukkan tentang pentingnya

remaja memiliki landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai-nilai moral,

terutama yang bersumber dari agama. Terkait degan kehidupan beragama

remaja, ternyata mengalami proses yang ccukup panjang untuk mencapai

kesadaran beragama yang diarapkan. Kualitas kesadaran beragama remaja

sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan

(54)

J. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Syamsu Yusuf (2009:21), tugas-tugas perkembangan merupakan

social expectations (harapan-harapan sosial-masyarakat). Dalam arti setiap

kelompok budaya mengharapkan para anggotanya menguasai keterampilan

tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi

berbagai usia sepanjang rentang keidupan.

Tugas-tugas perkembangan sebagai berikut:

1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya

2. Mencapai kemandirian sosial dari orang tua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas

3. Mengembanngkan keterampilan komunikasi interpersonal

4. Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar

5. Menemukan manusia model yang djadikan pusat identifikasinya

6. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri

7. Memperole self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar

skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup

8. Mampu meninggalkan reaksi dan menyesuaikan diri (sikap dan perilaku)

(55)

9. Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

10.Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan bagi warga Negara

11.Memilih dan mempersiapkan karir

12.Memiliki sikap positif terhadap pernikaan dan hidup berkeluarga

13.Mengamalkan ajaran agama yang dianut

K. Metode Pembelajaran

Menurut Ridwan (2015), terdapat beberapa metode pembelajaran efektif,

sebagai berikut:

1.Metode debat

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat

penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar

dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam

beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di

dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua

orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topic

yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut

kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru

dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang

(56)

terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya agar semua model berhasil

seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus

melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan

mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung

(interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang

dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam

keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat

diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk

memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin

bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), kesimpulan

(summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan

peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

2.Metode role play

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan

pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini

pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung

kepada apa yang diperankan.

Kelebihan metode Role Playing:

a. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai

(57)

b. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

c. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan

dalam situasi dan waktu yang berbeda.

d. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui

pengamatan pada waktu melakukan permainan.

e. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi

anak.

3.Metode pemecahan masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan

metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa

menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan

maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara

bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan

penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun

keunggulan metode problem solving sebagai berikut:

a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

b. Berpikir dan bertindak kreatif.

c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

(58)

f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:

a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.

Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk

melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian

atau konsep tersebut.

b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan

metode pembelajaran yang lain.

L. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan

1.Definisi Evaluasi Program

Ralph Tyler (Arikunto, S. & Jabar, C. P., 2014: 5) menyatakan bahwa

evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan

pendidikan sudah dapat terealisasikan. Cronbach dan Stufflebeam

(Arikunto, S. & Jabar, C. P., 2014: 5) mengemukakan bahwa evaluasi

program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada

Gambar

Tabel 1 : Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama Ke dalam Mata Pelejaran  ..
Tabel 1.
Tabel 2 Tahap Perkembangan Remaja
Tabel 3 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelurahan Cibangkong memiliki jumlah RW terbanyak dengan 13 RW yang terdiri dari 84 RT, sedangkan Kelurahan Kebon Gedang dan Kebonwaru memiliki jumlah RW dan RT paling sedikit yaitu

09.30 hrs Overview of Mexico and Indonesia: two blooming economies, by Mr. Nick Gandolfo, Head of leading intemational business, HSBC.. 09'50 hrs Presentation of

yang lebih besar bagi para importir dan pemasok barang dalam memilih yang terbaik perusahaan inspeksi dan penguji yang ada di negara asal5. yang memiliki laboratorium

Heat : Heat ( q ) is energy which is transferred across the boundary of a thermodynamic system during a change in its state by virtue of a difference in temperature between the

[r]

Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan perusahan/pengurus koperasi yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain

Dalam khasanah studi analisis tekstual, analisis wacana masuk dalam paradigma penelitian kritis, suatu paradigma berpikir yang melihat pesan sebagai pertarungan kekuasaan

pemerintah daerah JASA LAINNYA 15.000.000 DPPKKI APBD 25-Apr-13 20-Des-13. 43 Pengadaan Iklan sosialisasi APBD Perubahan Penyebarluasan