• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1. Sarana dan Prasarana Lembaga (CD-3)

Di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta terdapat sarana dan Prasarana yang mendukung proses belajar dan mengajar. Selain untuk mendukung proses belajar dan mengajar, tentu saja juga mendukung penerapan kemandirian anak yang juga merupakan tujuan dibentuknya sekolah. Sarana dan Prasarana yang mendukung proses penerapan kemandirian anak tersebut diantaranya adalah Ruang kelas dimana untuk ruang kelas playgroup happy dan smiley class ini, ruang kelas berbentuk bus, dan disetting supaya anak tetap bisa melakukan berbagai macam kegiatan sendiri. Hal ini didukung dengan adanya rak yang sesuai dengan tinggi badan anak sehingga anak tidak kesulitan untuk membereskan mainan setelah selesai bermain, lalu ada Snack Room dimana Snack room juga didukung dengan adanya wastafel yang sesuai dengan tinggi badan anak, dan juga didukung dengan adanya meja dan kursi yang sesuai dengan tinggi

39

badan anak. Ada juga kamar mandi anak yang juga didesign sesuai dengan tinggi badan anak. Dimana kamar mandi anak menggunakan kloset yang ditanam dibawah atau menggunakan kloset untuk anak. Sehingga memudahkan anak untuk bisa buang air kecil atau buang air besar dan tidak takut jatuh atau terpeleset, selain itu terdapat pula Play Hall dimana Play hall didukung dengan adanya permainan yag sesuai dengan tinggi badan anak playgroup. Namun, rak tempat mainan yang ada belum sesuai dengan tinggi badan anak sehingga anak masih cenderung kesulitan dan meminta bantuan educator dan assistaint untuk mengembalikan mainan. Ada pula Ruang Komputer dimana ruang komputer juga didesign untuk anak. Hal ini terbukti dengan adanya meja dan kursi yang digunakan sesuai dengan tinggi badan anak. Selain itu design ruang komputer juga menarik minat anak untuk berada diruang tersebut. Dan ada pula APE yang tersedia yang juga membantu anak dalam menerapkan kemandirian, antara lain adanya APE yang digunakan untuk melatih kemandirian adalah APE tali menali (biasa digunakan untuk lacing) dimana anak mencoba untuk belajar tali menali sederhana seperti menali tali sepatunya sendiri (yang memiliki sepatu bertali). Kantor kepala sekolah, sebanarnya kantor Kapala Sekolah didesign untuk orang dewasa, namun tidak membatasi anak ketika anak ingin bermain diruangan tersebut. Di ruangan kepala sekolah terdapat berbagai macam mainan yang juga dapat mengembangkan motorik halus anak dan kognitif anak seperti adanya mainan maze geometri, maupun puzzle busa. Selain itu, ada ruang Library , dimana Ruang library juga didesign supaya anak betah saat membaca dan berada diruang library tersebut. Ruang library berbentuk bus dan berada di komplek

40

playgroup. Ruang library didukung dengan adanya rak buku yang sesuai dengan tinggi badan anak sehingga anak sampai saat mengambil buku dan mengembalikan bukunya sendiri.

a. Deskripsi Kegiatan Anak (CD-4)

Peneliti mengikuti kegiatan anak guna mengetahui penerapan nilai kemandirian anak di Taman Balita Ceria Timoho, penelitian dilangsungkan mulai tanggal 12 agustus 2016 hingga tanggal 2 september 2016. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut, pada hari pertama penelitian, kegiatan yang dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2016 ini adalah program Audio Visual. Pada hari tersebut anak diajak untuk menonton film Barney, yaitu Lets Play School. Dalam Program tersebut anak diajak supaya anak mampu untuk menyesuaikan diri dengan teman, dan latihan memperhatikan, dan pada akhir program anak diajak untuk me-review apa yang telah mereka lihat. Mampu menyesuaikan diri juga merupakan salah satu ciri kemandirian yang diungkapkan oleh Novan Ardy (2015: 33).

Pada hari kedua penelitian yaitu hari jumat tanggal 19 Agustus 2016, program pertama dan kedua yang seharusnya dilakukan anak adalah beautifull butterfly dan Paying Rope. Namun, karena educator memiliki alasan tertentu, educator mengganti program pertama dengan lompat katak, dan program kedua diganti dengan Library. Dalam program lompat katak, selain aspek motorik kasar yang dinilai, juga terdapat aspek sosial anak yang dinilai yaitu bergantian dengan temannya. Untuk program Library, selain motorik halus, dan kognitif anak yang dikembangkat terdapat pula aspek sosial anak seperti bertanggung jawab, disini bertanggung jawab berarti anak mampu mengembalikan buku ketempatnya seperti

41

semula, dan menjaga buku supaya tidak rusak. Bertanggung jawab juga merupakan ciri kemandirian anak yang diungkapkan oleh Novan Ardy (2015).

Pada hari ketiga penelitian, peneliti melakukan obervasi di Smiley class tanggal 24 Agustus 2016. Program yang dilakukan adalah swimming. Dalam hal ini, aspek yang dinilai adalah motorik kasar. Selain aspek motorik kasar, educator juga menyisipkan latihan kemandirian anak dengan cara anak diajak untuk membawa tasnya sendiri dan berjalan menuju ke kolam renang. Selain itu, anak juga diajak untuk mengenali tasnya sendiri. Membawa tas sendiri, dan mengenali tasnya sendiri juga merupakan salah satu karakteristik kemandirian anak yang diungkapkan Anita Lie (2004: 5) yaitu mampu mengurus dirinya sendiri.

Pada hari keempat penelitian yang dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2016 di Smiley Class, Program yang seharusnya dibawakan adalah Go Picnic dan Story Telling. Namun, program diganti dengan Build a tower dan Dancing Time. Dalam kegiatan Build a tower anak diajak untuk menyusun balok hingga membentuk sebuah menara. Aspek yang dikembangkan adalah sosial anak yaitu bergantian, dan kognitif anak. Sedangkan untuk Dancing Time aspek yang dikembangkan adalah motorik kasar anak. Dalam hari ini, kemandirian anak disisipkan pada program kedua yaitu dancing time. Dimana anak memiliki kepercayaan diri dan mau untuk menari bersama teman temannya.

Hari ke lima Penelitian, yaitu pada tanggal 31 Agustus 2016 peneliti kembali meneliti di happy class, dimana Program pertama dan kedua yang seharusnya dilakukan anak adalah Heavy Light dan Baby Einstein. Namun, karena

42

educator memiliki alasan tertentu, educator mengganti program pertama dengan make a line, dan program kedua diganti dengan computer. Dalam program make a line, anak di ajak untuk menebalkan titik titik (tracing) yang membentuk garis lurus. Aspek yang dikembangkan adalah aspek pre-writing, selain itu anak juga mulai dibiasakan untuk mengerjakan sendiri, dan mengumpulkan tugasnya sendiri. Mengerjakan sendiri, juga merupakan salah satu ciri kemandirian anak yaitu tidak bergantung pada orang lain yang diungkapkan oleh Novan Ardy (2015) dan karakteristik kemandirian anak yang diungkapkan Anita Lie (2004: 5) yaitu mampu mengurus diri sendiri. Selain itu terdapat program computer dimana dalam program ini, aspek yang dikembangkan adalah motorik halus anak.

Untuk hari keenam penelitian yaitu tanggal 2 September 2016, peneliti kembali meneliti di smiley class. Dimana Program yang seharusnya dilaksanakan adalah Audio Visual, namun karena ada suartu hal, educator menggantu program pertama yaitu Library, dan program kedua adalah Throw the ball. Dan kemandirian pada hari ini disisipkan di program Library yaitu anak mampu bertanggung jawab dengan cara mejaga buku agar tidak sobek, dan anak mampu mengembalikan buku ketempatnya semula.

2. Penerapan nilai Kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta Penerapan nilai kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho ini dimulai ketika anak pertama kali masuk dan bergabung di Ceria. Awalnya, anak didukung untuk mau bergabung bersama teman, dan mau bermain didalam kelas. Pada hari selanjutnya, anak akan dibiasakan untuk berani bergabung dengan teman dan mau bermain dikelas tanpa ada pendampingan orang tua. Proses ini disebut

43

dengan proses pelepasan. Ketika pelepasan, biasanya educator akan berusaha untuk jujur dan tidak berbohong kepada anak, supaya anak dapat percaya kepada orang tua maupun pihak sekolah dan tetap nyaman ketika berada di sekolah. Hal ini dilakukan terus menerus sehingga anak merasa nyaman ketika berada di sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dalam catatan wawancara (CW-2a) yang diungkapkan oleh kepala sekolah yaitu:

“Pada awalnya, pendiri sekolah sudah memimpikan adanya pengenalan kemandirian pada anak sesuai dengan usianya, sehingga begitu anak bergabung bermain di ceria, maka mulai saat itu pula pengenalan tentang kemandirian diberikan, tentu sesuai dengan usia dan tugas belajar anak.”

Selain dengan catatan wawancara (CW-2a), hal ini juga sesuai dengan catatan dokumentasi (CD-1) tentang sejarah berdirinya lembaga. Setelah dengan adanya pembiasaan, kemandirian anak juga dimulai saat anak paham instruksi sederhana, misalnya saja saat anak diminta untuk melepas sepatunya, biasanya educator dan assistaint akan mendukung anak dengan cara meminta anak untuk melepaskan sepatunya dan mendampingi anak untuk melepaskan sepatunya sendiri. Hal ini juga didukung dengan adanya catatan wawancara (CW-1a) yaitu wawancara dengan guru yang menyatakan bahwa:

“Penerapan nilai kemandirian dimulai saat anak mampu untuk memahami instruksi sederhana dan mampu melakukan hal-hal sederhana melalui pembiasan”

Setelah melepas sepatu, anak dibiasakan untuk menaruh sepatu atau sandalnya dirak yang telah disediakan. Tentu saja dengan arahan, dukungan, dan pembiasaan educator maupun assistaint. Selain melepas sepatu, anak juga dibiasakan untuk menaruh tas. Pada saat hari pertama penelitian dilaksanakan, ada

44

satu orang anak yang sudah paham untuk menaruh tasnya sendiri, karena anak tersebut memang sudah terbiasa karena sudah satu semester berada di Ceria. Namun, setelah adanya pembiasaan tersebut semua anak bisa menaruh tas ditempatnya. Hal ini juga terbukti dengan adanya catatan wawancara (CW-1.b) yang menyatakan bahwa:

“untuk membiasakan anak mengurus dirinya sendiri adalah dengan mengajak anak untuk terlibat melakukan kegiatan sehari-hari”

Untuk membiasakan anak untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri, anak didukung dan dibantu miss untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, misalnya saja saat anak terganggu dengan temannya, anak didukung untuk mengatakan kata “keberatan” dan saat ada temannya yang bilang keberatan, maka anak yang dituju tersebut didukung untuk meminta maaf. Hal ini tentu saja selain untuk mengenalkan bagaimana menyelesaikan masalah, anak juga belajar untuk menolak sesuatu, dan mengungkapkan pendapat. Karena menurut cattan wawancara (CW-1c), untuk membiasakan anak supaya anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri adalah

“biasanya kami memberikan pemahaman kepada anak akan masalah yang dihadapi dan mengajaknya untuk berdiskusi dengan bahasa sederhana, lalu kami akan memberikan dukungan kepada anak untuk menyelesaikan permasalahan”

Hal tersebut juga sesuai dengan catatan dokumentasi (CD-2) pada indikator visi dimana salah satu indikator tersebut diungkapkan bahwa Anak Ceria selalu Ceria dan dapat mengekspresikan perasaan dengan bebas dan wajar. Disini, berarti anak akan selalu didukung untuk mengungkapkan perasaannya. Jika anak merasa terganggu dan tidak nyaman, maka educator maupun assistaint akan

45

berusaha untuk mendukung anak supaya anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan bisa mengungkapkan pendapatnya.

Kemudian, untuk membiasakan anak untuk bertanggung jawab atas barang barang yang dimiliki, menurut catatan observasi (CO-1), anak akan diajak untuk mengenal barang barang yang dibawa dan dimiliki oleh anak. Sehingga tidak tertukar antara barang yang satu dengan yang lainnya. Anak dikenalkan dengan sepatunya sendiri, dengan tasnya, dan dengan bukunya. Bahkan, anak dibiasakan untuk memakai sepatu sendiri, dan memasukkan daily book sendiri kedalam tas. Pada saat awal penelitian, semua anak memang sudah kenal dengan barang barang yang dimiliki. Seperti sepatu, dan tas. Namun untuk latihan membuka tas, anak perlu dukungan educator maupun assistaint untuk belajar memasukkan buku kedalam tasnya sendiri. Setelah hari ke ketiga penelitian, untuk kelas happy, anak sudah bisa memasukkan daily book kedalam tasnya. Sedangkan untuk kelas smiley, sejak hari pertama penelitian anak sudah bisa memasukkan daily book sendiri kedalam tasnya. Hal ini juga didukung dengan adanya catatan wawancara (CW-2d) dimana kepala sekolah berpendapat bahwa

“Untuk anak di bawah 4 tahun, pendidik akan membimbing untuk mendorong anak menyimpan benda miliknya dengan bantuan verbal dan melakukan aksi bersama dengan anak”

Pelaksanaan pembiasaan kemandirian anak non pembelajaran di happy class Taman Balita Ceria Timoho pada hari pertama catatan observasi (CO-1) adalah dimulai dari anak datang ke sekolah dan sebelum masuk ke dalam kelas. Sebelum anak masuk kelas terdapat 3 anak dikelas pagi yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan, sedangkan untuk kelas siang juga terdapat

46

1 anak yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan. Untuk anak yang tidak menangis saat sebelum masuk kelas, nak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity. Kegiatan snack time, Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, mengenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

Pada hari kedua penelitian, menurut catatan observasi (CO-2) penelitian pelaksanaan pembiasaan kemandirian anak non pembelajaran di happy class Taman Balita Ceria Timoho, dimulai saat anak sebelum masuk kelas, Sebelum anak masuk kelas terdapat anak dikelas pagi yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan, sedangkan untuk kelas siang juga terdapat 1 (satu) orang anak yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan. Untuk anak yang tidak menangis saat sebelum masuk kelas, nak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity, Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan

47

arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, menegenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup

Pada hari ketiga (CO-3), penelitian pelaksanaan pembiasaan kemandirian anak non pembelajaran di smiley class Taman Balita Ceria Timoho, dimulai sebelum anak masuk kelas. Sebelum anak masuk kelas terdapat 1 anak dikelas pagi yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan, sedangkan untuk kelas siang juga terdapat 1 anak yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan. Untuk anak yang tidak menangis saat sebelum masuk kelas, anak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity, Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya

48

sendiri, mengenakan sepatunya, mengenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

Pada hari keempat menurut catatan observasi (CO-4) penelitian pelaksanaan pembiasaan kemandirian anak non pembelajaran di smiley class Taman Balita Ceria Timoho. Dimulai saat pagi hari sebelum anak masuk kelas. Sebelum anak masuk kelas sudah tidak ada anak yang menangis pada kelas pagi maupun siang kemudian anak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity, Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, menegenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

Pada hari kelima (CO-5) pelaksanaan pembiasaan kemandirian anak non pembelajaran di Happy Class Taman Balita Ceria Timoho. Dimulai saat pagi hari sebelum anak masuk kelas. Sebelum anak masuk kelas terdapat 1 anak dikelas pagi yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan, sedangkan untuk kelas siang juga terdapat 1 anak yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan. Untuk anak yang tidak menangis saat sebelum masuk kelas,

49

anak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity, Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, menegenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

Pada hari keenam, menurut catatan observasi (CO-6) pelaksanaan pembiasaan kemandirian anak non pembelajaran di Smiley Class Taman Balita Ceria Timoho. Dimulai saat pagi hari sebelum anak masuk kelas. Sebelum anak masuk kelas sudah tidak ada anak yang menangis pada kelas pagi maupun siangkemudian anak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity. Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika

50

ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, mengenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

Pada hari keenam penelitian inilah anak sudah bisa melepas sepatu sendiri, antri ketika mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, antri ketika menaruh piring dan gelas yang telah dipakai kedalam ember, mampu menyelesaikan tugas yang diberikan secara mandiri, mampu mengumpulkan tugas secara mandiri, mampu mengenakan sepatu secara sendiri ketika pulang, mampu mengucapkan kata maaf jika berbuat kesalahan, mampu mengucap kata “keberatan” jika merasa tidak nyaman dan mampu menaruh tas ditempatnya, mampu menaruh sepatu kedalam rak yang telah disediakan, mampu mengambil daily book sendiri, mampu menyerahkan daily book ke pendidik, mampu mengenali sepatunya sendiri, mampu mengenali tasnya sendiri, mampu memasukkan daily book ke dalam tasnya sendiri, meskipun masih dengan arahan verbal dari educator dan assistaint.

3. Faktor pendukung dalam penerapan nilai kemandirian anak

Faktor pendukung dalam penerapan nilai kemandirian anak pada saat penelitian dilakukan antara lain adanya konsitensi dalam penerapan nilai kemandirian anak. Educator selalu mengingatkan anak mengenai hal hal yang perlu dibawa, dan juga educator tidak berbohong kepada anak dengan mengatakan “nanti dijemput mama” ketika awal anak darang dan menangis. Sehingga anak tidak cemas dan mulai berani untuk berada di sekolah bersama

51

teman-teman. Hal ini sesuai dengan catatan wawancara (CW-1e) yang mengungkapkan bahwa:

“Kami selalu konsisten dalam penerapan nilai kemandirian. Peran orang dewasa disekitar anak dalam membantu anak juga perlu konsisten”

Dan yang diungkapkan oleh kepala sekolah dalam catatan wawancara (CW-2e) bahwa:

“Tentu, faktor tersebut didukung oleh setiap person pendamping dan karyawan di Ceria, selain itu, kesamaan atau dukungan dari orang tua pada anak dalam menerapkan pembiasaan-pembiasaan dalam menumbuhkan kemandirian anak.”

4. Faktor penghambat dan cara untuk mengatasinya:

Faktor penghambat dalam penerapan nilai kemandirian anak pada saat penelitian dilakukan antara lain adanya beberapa orang tua yang cenderung tidak tega ketika anaknya menangis dan cenderung berbohong kepada anak misalnya orang tua mengatakan bahwa orang tua menunggu didepan. Namun, ketika waktu pulang orang tua tidak ada didepan dan anak menunggu orang tua untuk dijemput. Hal ini menimbulkan kecemasan kepada anak dan membuat anak tidak percaya dan akan takut ke sekolah karena takut ditinggal lagi. Cara mengatasinya adalah educator dan assistaint memberikan pemahaman kepada anak dan anak mulai

Dokumen terkait