• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN NILAI KEMANDIRIAN DI TAMAN BALITA (TB) CERIA TIMOHO YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN NILAI KEMANDIRIAN DI TAMAN BALITA (TB) CERIA TIMOHO YOGYAKARTA."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN NILAI KEMANDIRIAN ANAK DI TAMAN BALITA (TB) CERIA TIMOHO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Theodora Denis Haria Dewani NIM 12111241046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Ketika anda memiliki kepercayaan diri, anda dapat banyak kesenangan. Dan ketika anda senang, anda dapat melakukan hal-hal yang luar biasa

(Joe Namath)

Kemandirian adalah titik yang harus dilewati untuk sampai pada kesuksesan

(NN)

Jika kita berkata bisa, maka kita akan bisa. Jika kita berkata tidak bisa, maka kita tidak bisa

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Babe, Ibu, dan Budhe yang selalu mendoakan, membimbing, dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi masa depan saya.

(7)

vii

PENERAPAN NILAI KEMANDIRIAN DI TAMAN BALITA (TB) CERIA TIMOHO YOGYAKARTA

Oleh:

Theodora Denis Haria Dewani NIM : 12111241046

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan nilai kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta. Mengetahui proses penerapan nilai kemandirian, faktor pendukung, faktor penghambat dalam penerapan nilai kemandirian.

Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan anak di Taman Balita Ceria Timoho. Fokus penelitian ini adalah penerapan nilai kemandirian. Tempat penelitian dilakukan di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif naratif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis menggunakan model analisis menurut Miles dan Huberman dan diuji keabsahannya dengan menggunakan perpanjangan kehadiran dan triangulasi data.

Hasil penelitian menunjukan: 1) penerapan nilai kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta dilakukan dengan cara membiasakan anak untuk menaruh tas dan sepatu pada tempatnya, melepas sepatu sendiri, mengambil dan memasukkan daily book sendiri, mampu menyerahkan daily book ke pendidik, menyelesaikan dan mengumpulkan tugas yang diberikan secara mandiri, antri ketika mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, antri ketika menaruh piring dan gelas yang telah dipakai kedalam ember, mengucapkan kata maaf jika berbuat kesalahan, mengucap kata keberatan jika merasa tidak nyaman, mengenakan sepatu sendiri, mengenali sepatu dan tasnya sendiri. Bimbingan educator untuk mengurus dirinya sendiri, menyelesaikan masalah yang dihadapi, bertanggung jawab atas barang yang dimiliki. Arahan educator dan assistaint secara verbal untuk membiasakan kemandirian anak; 2) faktor pendukung kemandirian anak yaitu adanya konsistensi pendidik dan dukungan sarana prasarana disekitar anak; 3) faktor penghambat adalah adanya perbedaan pembiasaan yang dilakukan dirumah dan disekolah, dan terdapat discontinuitas antara educator dengan orang tua

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Nilai Kemandirian di Taman Balita (TB) Ceria Timoho Yogyakarta”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan skripsi ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakrta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.

4. Ibu Nelva Rolina, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Eka Sapti C, M.M, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Babe Albertus Edi Ispriyanto dan Ibu Benedikta Iin Winarsih serta adik Chatarina Dinda Dewi Dewani tercinta yang selalu memberikan motivasi, doa serta dukungan moril dan materiil untuk terselesaikannya skripsi ini. 6. Budhe MF. Endang Iriani yang selalu mendukung dan memberi semangat. 7. Kepala sekolah, guru, staf karyawan dan peserta didik Taman Balita (TB)

Ceria Timoho Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam penelitian ini.

8. Sahabat-sahabat saya di Program Studi PG PAUD angkatan 2012 tercinta. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

(9)

ix

Penulisan skripsi ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun isi penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua.

Yogyakarta,8 Desember 2016 Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemandirian ... 10

1. Pengertian Kemandirian ... 10

2. Macam-macam Kemandirian ... 11

3. Karakteristik Kemandirian... 12

4. Aspek Kemandirian ... 13

5. Ciri Kemandirian ... 14

(11)

xi

1. Pengertian Anak Usia Playgroup... 15

2. Kemandirian Anak Usia Playgroup atau Taman Balita (2-4) ... 17

C. Penelitian Yang Relevan... 19

D. Kerangka Pikir ... 20

E.Pertanyaan Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 22

B. Definisi Operasional ... 22

C. Subyek dan Fokus Penelitian ... 23

D. Tempat Penelitian ... 24

E. Metode Pengumpulan Data ... 24

1. Wawancara ... 24

2. Observasi ... 24

3. Dokumentasi ... 25

F. Instrumen Penelitian... 25

1. Pedoman Wawancara ... 25

2. Pedoman Observasi ... 26

3. Pedoman Dokumentasi ... 27

G. Teknik Analisis Data ... 28

1. Pengumpulan Data ... 28

2. Reduksi Data ... 29

3. Penyajian Data ... 29

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ... 30

G. Uji Keabsahan Data ... 30

1. Perpanjangan Kehadiran ... 31

2. Triangulasi Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah dan Identitas Lembaga ... 32

1. Sejarah (CD-1)... 32

2. Identitas Lembaga ... 34

(12)

xii

B. Hasil Penelitian ... 38

1. Sarana dan Prasarana Lembaga (CD-3) ... 38

a. Deskripsi Kegiatan Anak (CD-4)... 40

2. Penerapan Nilai Kemandirian Di Taman Balita Ceria Timoho ... 43

3. Faktor Pendukung Dalam Penerapan Nilai Kemandirian Anak ... 51

4. Faktor Penghambat Dalam Penerapan Nilai Kemandirian Anak... 51

C. Pembahasan ... 52

1. Penerapan Nilai Kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho ... 52

2. Faktor Pendukung Dalam Penerapan Nilai Kemandirian Anak ... 56

3. Faktor Penghambat Dalam Penerapan Nilai Kemandirian Anak... 57

D. Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 65

Lampiran 2. Pedoman Penyusunan Catatan Observasi (CO)... 67

Lampiran 3. Hasil Wawancara Guru (CW-1) ... 71

Lampiran 4. Hasil Wawancara Kepala Sekolah (CW-2) ... 74

Lampiran 5. Rencana Kegiatan Anak (CD-4) ... 78

Lampiran 6. Checklist Penilaian terkait kemandirian happy class... 100

Lampiran 7. Checklist Penilaian terkait kemandirian smiley class ... 102

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan saat ini. Dimana banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin sehingga harapannya orang tersebut akan bekerja dan mendapatkan penghidupan yang layak. Dan untuk mendapat penghidupan yang layak, tentu saja masyarakat pun juga harus dapat memanfaatkan peluang yang ada supaya dapat bertahan hidup. Untuk bertahan hidup pada saat ini, tentu saja banyak tuntutan dalam berbagai macam hal yang berhubungan untuk pengembangan pendidikan anak kedepannya.

(17)

2

memiliki anak usia playgroup sekitar usia 3-4 tahun yang cenderung bangga ketika anak mereka sudah mahir dalam hal membaca ataupun menulis, sehingga banyak orang tua yang memiliki anak usia dini dan mendaftarkan anak mereka ke lembaga bimbingan belajar membaca dan menulis.

Hal ini terbukti ketika peneliti melakukan observasi awal terdapat anak usia 3 tahun yang sudah bisa mengurutkan angka hingga angka 80 (delapan puluh). Ketika peneliti bertanya, pendidik yang mendidik anak tersebut membenarkan bahwa anak tersebut di leskan disalah satu bimbingan belajar. Tujuannya adalah supaya saat masuk ke sekolah dasar anak sudah dapat membaca dan menulis dan dapat masuk ke sekolah favorit. Hal tersebut tentu saja hanya membuat anak akan unggul dalam hal kognitifnya, namun tidak dengan kemampuan spiritual maupun sosial emosionalnya. Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya suatu pendidikan yang tidak hanya mengedepankan aspek kognitif anak tetapi juga mengoptimalkan beberapa aspek seperti sosial, emosional, seni, bahasa, dan nilai agama dan moral anak.

(18)

3

kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik.

Pembentukan pendidikan karakter anak tentu saja tidak dapat instan terbentuk ketika anak dewasa, sehingga pendidikan karakter ini seharusnya sudah dimulai sejak dini. Pendidikan karakter bagi anak usia dini sendiri tentu saja juga membutuhkan peran pendidik dan orang tua anak guna membentuk karakter yang baik pada anak. Dan tentu saja terdapat banyak hal yang termasuk pendidikan karakter tersebut antara lain jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, percaya diri, ingin tahu, dan mandiri. Dalam bukunya yang berjudul Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Jamal (2011: 29) mengungkapkan bahwa guru diharapkan mampu memegang peran sentral dalam pendidikan karakter agar anak didik bisa cepat menemukan bakat terbesarnya, kemudian mengasahnya secara tekun, kreatif, inovatif, dan produktif.

(19)

4

menemani anak didalam kelas, kemudian orang tua dapat melihat anak dari luar jendela kelas sehingga anak masih merasa aman, dan semakin lama anak dapat terbiasa untuk tidak ditunggui oleh orangtuanya. Tentu saja dalam pembiasaan tersebut, kita sebagai orang terdekat anak juga harus sering mengelola perilaku anak agar anak kedepannya dapat mengelola perilakunya menuju ke perilaku yang positif. Menurut Muhammad Fadillah (2013: 173) Pembiasaan sendiri adalah inti dari pengulangan. Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sangat efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak sejak dini.

(20)

5

Dalam penerapannya, tentu saja pola asuh orang tua dapat terlibat aktif dalam membentuk kepribadian anak. Maccoby dan Martin (dalam Janet Kay 2013: 41) menyebutkan bahwa terdapat empat model praktik pengasuhan tersebut antara lain, yang pertama adalah orang tua menekankan kehangatan dan kedekatan dengan ciri-ciri yaitu responsive (tanggap), sensitive, dan mesra, yang kedua adalah orang tua menekankan komunikasi dan percakapan dengan ciri-ciri yaitu kaya dengan percakapan dan saling mendengarkan, yang ketiga adalah orang tua menekankan kontrol dengan ciri-ciri yaitu ada batasan-batasan perilaku yang jelas dan menekankan kedisiplinan, yang keempat adalah orang tua menekankan terpenuhinya harapan perilaku dengan ciri-ciri yaitu menekankan kemandirian dan kematangan perilaku.

(21)

6

Salah satu prasekolah yang menerapkan kemandirian anak dalam setiap pembelajarannya adalah Taman Balita (TB), Taman Kanak-kanak (TK), dan Daycare Ceria Timoho. TB dan TK, Daycare Ceria Timoho merupakan Taman Balita dan Taman Kanak-kanak yang berada di Jalan Polisi Istimewa no 2 Yogyakarta. Taman Balita dan Taman Kanak-kanak ini memiliki 2 kelas Playgroup 2 kelas untuk TK A, dan 2 kelas untuk TK B, dan kelas daycare. Berdasarkan informasi awal dari kepala Taman Balita, Taman Balita (TB) Ceria Timoho memiliki 17 (tujuh belas) anak yang terbagi dalam 2 (dua) kelas sesuai tahapan usia anak, usia 2 (dua) hingga 3 (tiga) tahun yang memiliki 12 (dua belas) anak berada di happy class, dan anak dengan usia 3 (tiga) hingga 4 (empat) tahun dengan 5 (lima) anak berada di smiley class pada periode caturwulan I ini, di taman balita ini tentu saja memiliki cara tersendiri dalam membentuk karakter anak salah satunya membentuk kemandirian anak.

Menurut pengamatan peneliti, didapatkan informasi bahwa penerapan nilai-nilai kemandirian anak sangat tampak di Taman Balita Ceria Timoho. Selain itu, menumbuhkan rasa percaya diri pada anak juga merupakan hal yang tampak di TB dan TK Ceria Timoho. Selain itu, terdapat beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan rasa percaya diri anak misalnya, adalah ketika anak pertama kali datang ke sekolah, terdapat 3 (tiga) anak yang belum bisa berpisah dan ditinggal dari orang tua mereka, maka secara perlahan, guru menggunakan kata “wah sudah

(22)

7

keberatan, terimakasih, hebat yang mungkin jarang digunakan sehari-hari secara umum pada anak usia dini. Namun tampaknya, menjadi kata yang menguatkan pada proses ini yaitu kata keberatan, hebat, maaf, dan terimakasih. Hal ini juga terlihat salah satunya pada saat kegiatan snack time terdapat 3 (tiga) anak yang selalu minta disuapi oleh pendidik dan biasanya pendidik akan mendukung anak tersebut untuk belajar makan sendiri dengan cara dibantu dipegangkan piringnya. Setelah selesai makan, anak juga dibiasakan untuk membereskan piring dan gelas dengan cara memasukkannya kedalam ember yang telah disediakan. Jika anak menolak untuk melakukan hal tersebut tanpa alasan yang jelas (misalnya tangan sakit atau kotor) maka pendidik biasanya akan mengatakan “keberatan”, misalnya “maaf dek, keberatan kemarin sudah hebat lho bisa menaruh piring sendiri ke

ember, yuk sekarang menaruh piring sendiri lagi.” Pendidik juga terus mendukung anak untuk mencoba sendiri. Selain itu, saat berangkat dan pulang sekolah ada beberapa anak yang menunggu untuk dipakaikan sepatunya oleh pendidik dan belum mau menaruh sepatu di rak yang telah disediakan secara mandiri. Hal-hal tersebut merupakan sebagian kecil contoh bagaimana penerapan nilai-nilai kemandirian anak di Taman Balita (TB) Ceria Timoho Yogyakarta menurut hasil observasi peneliti.

(23)

8 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Ada orang tua yang cenderung lebih mengutamakan kemampuan berhitung pada anak dibandingkan dengan pembentukan karakter anak

2. Kemandirian anak merupakan salah satu aspek yang menjadi unggulan di TB Ceria Timoho, namun belum ada kajian mendalam mengenai penerapan nilai-nilai keandirian di TB Ceria Timoho ini

3. Terdapat 3 (tiga) anak yang masih belum bisa ditinggal orang tua pada saat masuk ke dalam kelas

4. Penggunaan kata maaf, keberatan, hebat, dan terimakasih yang belum secara jelas digunakan untuk membentuk kemandirian anak

5. Terdapat 3 (tiga) anak ketika kegiatan snack time meminta untuk disuapi oleh pendidik meskipun pendidik sudah menggunakan kata keberatan.

C. Batasan Masalah

Fokus dalam penelitian ini adalah meneliti mengenai penerapan nilai-nilai kemandirian yang dilakukan di TB Ceria Timoho Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan batasan masalah pokok maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah penerapan

(24)

9 E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk menggambarkan bagaimana penerapan nilai-nilai kemandirian di TB Ceria Timoho Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil yang di dapat dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan maupun manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Praktis a) Bagi sekolah

Dapat memberikan informasi dan dapat menjadi bahan evaluasi dalam penerapan dan pembiasaan kemandirian anak

b) Bagi guru

Dapat memberikan masukkan dan sebagai koreksi kepada guru pendidikan anak usia dini supaya dapat membiasakan kemandirian anak melalui pembiasaan, bimbingan, serta arahan dari pendidik

c) Bagi Peneliti

(25)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian berasal dari kata mandiri, mandiri menurut Agus Wibowo (2012: 72) adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri bagi anak sangat penting karena dengan memiliki sikap mandiri anak tidak muda bergantung terhadap orang lain dan dapat menyelesaikan tugasnya sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Depdiknas (2002) kemandirian (ke-man-di-ri-an) berasal dari kata mandiri (man-di-ri) yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung kepada orang lain. Sedangkan kata kemandirian ( ke-man-di-ri-an) berarti hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian juga merupakan salah satu karakter atau kepribadian seorang manusia yang tidak dapat berdiri sendiri. Kemandirian juga terkait dengan aspek kepribadian lainnya seperti percaya diri dan berani (Novan 2015: 35).

(26)

11

orang lain (Novan 2015: 89). Membentuk karakter mandiri pada anak usia dini sangat penting, karena kemandirian sendiri akan memiliki peran untuk kehidupan kedepan anak, dimana nantinya anak akan hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Pengertian kemandirian dalam penelitian ini adalah dimana anak akan berusaha untuk melakukan aktivitasnya sendiri dengan sedikit bantuan dari orang dewasa atau teman sebaya yang ada disekitar anak.

2. Macam-Macam Kemandirian

Menurut Sternberg (dalam Desmita 2011: 186) membedakan kemandirian menjadi 3 (tiga) bentuk, antara lain:

a. Kemandirian emosi

Kemandirian emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainnya yang banyak melakukan interaksi dengannya. Contoh kemandirian emosi diantaranya yaitu hubungan antara anak dengan orangtua berubah sangat cepat, terlebih setelah anak memasuki masa remaja. Seiring dengan semakin mandirinya anak dalam mengurus diri sendiri pada pertengahan masa kanak-kanak, maka perhatian orang tua dan orang dewasa lainnya terhadap anak semakin berkurang.

b. Kemandirian Kognitif

(27)

12

orang lain. Kemandirian bertindak dimulai sejak usia anak dan berkembang dengan sangat tajam sepanjang usianya.

c. Kemandirian Nilai

Kemandirian nilai, yakni kebebasan untuk memaknai seperangkat benar-salah, baik-buruk apa yang berguna dan sia-sia bagi dirinya sendiri. Diantara ketiga komponen kemandirian, kemandirian nilai merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, dan umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya. Kemandirian nilai semakin berkembang setelah sebagian besar cita-cita pendidikan, rencana pekerjaan, pernikahan, dan identitas diri tercapai. Beberapa ahli juga mengakui keluarga dan lingkungan sekolah menjadi sumber utama bagi perkembangan kemandirian nilai.

Macam kemandirian dalam penelitian ini adalah anak akan berusaha untuk bisa mengambil keputusan sendiri, misalnya anak berusaha untuk meminta maaf kepada temannya dan menyatakan rasa tidak nyamannya terhadap orang lain secara sendiri, dimana hal ini termasuk dalam kemandirian kognitif.

3. Karakteristik Kemandiran Anak Usia Dini

Menurut Anita Lie dan Sarah Prasasti (2004: 4-5) Karakteristik anak usia dini adalah:

(28)

13

b. Mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, artinya anak ketika melakukan kesalahan dengan orang tuanya anak mampu meminta maaf dengan kesadaran anak sendiri tanpa diminta dan diingatkan oleh orangtuanya untuk meminta maaf

c. Mampu bertanggung jawab atas barang-barang yang dimiliki, artinya anak ketika mempersiapkan diri sebelum sekolah dengan mengambil tas sendiri dan memilih perlengkapan sendiri yang akan dibawa ke sekolah

Melalui penjelasan di atas, maka ketiga karakteristik ini sangat cocok untuk anak usia playgroup, dimana nantinya anak akan memiliki kemampuan untuk mengurus diri sendiri, menyelesaikan masalah sendiri, dan bertanggung jawab atas barang yang dimiliki.

4. Aspek-aspek kemandirian

Aspek aspek kemandirian menurut Kartono (dalam Novan Ardy 2015: 32) antara lain:

a. Emosi yang ditunjukan dengan kemampuan anak mengontrol dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua

b. Ekonomi yang ditunjukkan dengan kemampuan anak mengatur dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi dari orang tuanya

(29)

14

Melalui penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa aspek kemandirian intelektual dapat dikembangkan sejak anak masih dalam usia dini.

5. Ciri-ciri kemandirian

Ciri-ciri kemandirian anak usia dini menurut Novan (2015: 33), adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kepercayaan kepada diri sendiri

Anak yang memiliki rasa percaya diri memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya sendiri dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang dapat ditimbulkan karena pilihannya. Kepercayaan diri ini sangat terkait dengan kemandirian anak.

b. Memiliki motivasi intrinsik yang tinggi

Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri untuk melakukan suatu perilaku maupun perbuatan. Motivasi intrinsik ini pada umumnya lebih kuat dan abadi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik walaupun kedua jenis motivasi tersebut bisa juga berkurang dan bertambah. Motivasi yang datang dari dalam akan mampu menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya.

c. Mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri

(30)

15 d. Kreatif dan inovatif

Kreatif dan inovatif pada anak usia dini lebih mengarah kepada ingin melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri dan tanpa disuruh oleh orang lain, menyukai dan selalu ingin mencoba hal baru.

e. Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai pilihannya.

Pada anak usia dini, bertanggung jawab menerima konsekuensi ini masih dlam sikap wajar. Misalnya saja, ketika anak tidak menangis ketika salah mengambil alat mainan.

f. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya

Ketika pertama kali masuk ke KB atau TK anak seringkali menangis, bahkan tidak jarang kita mendapati anak yang ditunggui oleh orang tuanya. Bagi anak yang memiliki karakter mandiri, dia akan mudah dengan cepat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru dan dapat belajar meskipun tidak ditungui oleh orang tuanya.

g. Tidak bergantung pada orang lain

Anak yang memiliki karakter mandiri akan berusaha untuk melakukan dan mencoba segala sesuatunya sendiri, dan anak itu tahu kapan harus meminta bantuan terhadap orang lain, misalnya saja ketika anak akan mengambil mainan yang jauh dari jangkauannya.

B. Karakteristik Kemandirian Anak Usia Playgroup 1. Pengertian Anak Usia Playgroup

(31)

16

sesuai dengan tahapan usianya. Untuk usia 2-4 tahun biasanya anak akan berada di kelas playgroup atau taman bermain, sedangkan untuk anak usia 4-6 tahun akan berada di kelas Taman Kanak-kanak atau TK. Playgroup biasanya disebut dengan Taman bermain atau Taman Balita. Menurut Maimunah Hasan (2012: 348) disebutkan bahwa sebenarnya, playgroup hanyalah untuk ajang sosialisasi bagi anak, dan anak usia playgroup ini masih membutuhkan stimulasi untuk motorik halus dan kasarnya. Oleh karena itu, sangat diharapkan arena pendidikan anak usia playgroup ini memiliki sarana prasarana untuk menstimulasi anak balita, yakni tempat dan alat bermain, karena bermain bagi balita merupakan proses pembelajarannya.

Menurut Maimunah Hasan (2012: 349) terdapat beberapa alasan mengapa anak sangat disarankan untuk masuk ke playgroup, antara lain:

a. Menambah kemampuan sosialisasi anak

Hal ini diperlukan jika anak kesepian dirumah, misalnya karena teman sebayanya sedikit.

b. Menambah sarana bermain yang edukatif

Playgroup biasanya menyediakan sarana bermain yang lebih lengkap dan edukatif, baik untuk kemampuan motorik kasar anak maupun motorik halusnya. Misalnya, papan seluncur, mobil-mobilan dan motor-motoran yang bisa dikendarai oleh anak, puzzle,buku-buku, dan sebagainya.

c. Mendapatkan budi pekerti yang baik.

(32)

17

televisi, maka dari itu orang tua yang bekerja, lebih cenderung menyekolahkan anaknya di playgroup dengan harapan anak akan memiliki budi pekerti yang lebih baik lagi. Dalam hal ini bukan berarti semua pembantu itu tidak baik, namun terkadang orang tua ingin supaya anaknya memiliki budi pekerti yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Kemandirian Usia Playgroup atau Taman Balita (2-4 tahun)

Kemandirian menurut Novan Ardy (2015: 35) sebenarnya merupakan hal yang tidak dapat berdiri sendiri, namun juga membutuhkan beberapa faktor seperti percaya diri dan berani. Selain itu kemandirian bagi anak usia dini hanyalah kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangannya, seperti belajar berjalan, belajar makan, berlatih berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan, interaksi dengan orang lain, pembentukan pengertian serta belajar moral. Hal ini diperkuat dengan adanya anggapan bahwa ketika kita tidak berani mencoba maka kita tidak akan pernah bisa untuk melakukan sesuatu tersebut. Erickson (dalam Santrock 2011: 302) menekankan bahwa kemandirian merupakan hal penting di tahun kedua kehidupan anak. Erikson juga menggambarkan perkembangan tahap kedua sebagai tahap kemandirian versus rasa malu dan ragu-ragu. Pada anak usia taman balita atau playgroup sebenarnya harus dikembangkan dengan hal hal kecil, seperti membiasakan anak untuk membantu dirinya sendiri. Kemampuan membantu diri sendiri inilah yang merupakan esensi dari karakter mandiri.

(33)

18

resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Menurut Novan Ardy (2015: 90) dalam membentuk kemandirian anak usia dini, diperlukan rangsangan serta dorongan untuk bereksplorasi secara berulang ulang agar rasa tanggung jawab itu dapat terbentuk. Disinilah peran guru dan orang tua sangat penting untuk pembentukan kemandirian anak. Dalam hal ini orang tua dan guru hendaknya bersikap adil dengan memberi kepercayaan dengan anak. Biasanya orang tua cenderung memiliki rasa kurang percaya dengan anak sehingga orang tua cenderung membantu anak secara terus menerus dalam menyelesaikan tugasnya, dan yang terjadi justru anak akan menjadi anak yang manja dan cenderung susah untuk beradaptasi.

Terdapat 10 (sepuluh) tanda anak manja yang dijelaskan dalam artikel oleh Nenden Novianti (2009) antara lain:

1. Anak sering menangis dan berteriak bila menginginkan sesuatu. 2. Anak suka merajuk sambil terlentang di lantai dan tak mau bangun.

3. Anak sering marah dan bahkan memukul orang tua ketika orang tua sedang menghukumnya

4. Mengabaikan pertanyaan orang tua.

5. Bersikap kasar pada orang dewasa dan anak-anak lainnya.

6. Menolak berbagi mainan atau perlakuan tertentu dengan anak lainnya. 7. Suka pamer, dan menjadi pusat perhatian diantara kelompoknya.

(34)

19

9. Kamar anak cenderung berantakan dan tidak mau membereskannya, hingga biasanya orang disekitar anak mengalah dan melakukannya.

10.Menolak untuk tidur.

Dengan adanya tanda tersebut hendaknya orang tua harus tegas supaya anak tidak secara terus menerus memunculkan tanda tanda tersebut. Setidaknya anak juga harus dibiasakan untuk dapat melakukan tugasnya sendiri sejak dini, karena anak yang cenderung dibantu terus menerus juga akan menjadi anak yang kurang mampu untuk mengatur dirinya sendiri dikehidupan mendatang (Novan Ardy 2015: 93).

C. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Prabandari (2016) tentang penanaman kemandirian pada anak kelompok bermain di Kinderstation Maguwoharjo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif studi kasus. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penanaman kemandirian pada anak kelompok bermain di kinderstation Maguwoharjo.

Dari hasil penelitian tersebut dapat direalisasikan bahwa penanaman kemandirian anak dimulai saat anak memiliki kemampuan untuk bergabung dengan lingkungannya dan dengan adanya kesiapan fisik anak serta pembiasaan, sehingga peran pendidik sangat berpengaruh.

(35)

20

Bermain dengan rentang usia 2-4 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian sama-sama menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada pendekatan dan jenis penelitian. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Sedangkan, penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif naratif. Selain itu, perbedaan juga terdapat pada lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini adalah di Kinderstation Maguwoharjo, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini berada di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta.

D. Kerangka Pikir

Kemandirian merupakan hal yang terpenting untuk kehidupan sseseorang. Kemandirian juga dapat dibentuk ketika anak masih dalam usia dini, karena tanpa adanya kemandirian, anak akan terus bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Menurut Gerungan (2004: 194) kemandirian anak juga dapat dikembangkan di pendidikan formal (Pendidikan Anak Usia Dini). Pada penerapan kemandirian anak ini tentu saja setiap orang atau instansi pendidikan memiliki caranya tersendiri dalam membentuk kemandirian anak. Taman Balita (TB) Ceria Timoho Yogyakarta juga memiliki cara tersendiri dalam menerapkan kemandirian anak.

(36)

21

nilai kemandirian anak tersebut. Oleh karenanya, peneliti akan menggali lebih mendalam mengenai bagaimana cara untuk menerapkan nilai kemandirian anak di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta.

Dalam penerapan nilai kemandirian anak, tentu saja terdapat faktor pendukung dan penghambat. Dimana faktor pendukung ini yang nantinya akan mendukung dan membantu penerapan nilai kemandirian untuk anak, sedangkan faktor penghambat adalah faktor yang mengganggu dalam penerapan nilai kemandirian anak di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta. Sehingga, untuk penerapan nilai kemandirian anak di TB Ceria Timoho Yogyakarta ini perlu digali lebih dalam mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan nilai kemandirian di TB Ceria Timoho Yogyakarta.

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penerapan nilai kemandirian anak di TB Ceria Timoho Yogyakarta?

2. Faktor apa yang mendukung penerapan nilai-nilai kemandirian anak di TB Ceria Timoho Yogyakarta?

(37)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan fokus masalah serta tujuan dari penelitian maka peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif naratif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Lexy J. Moleong 2007: 6). Metode penelitian deskriptif menurut Nazir (dalam Andi Prastowo 2012: 186) adalah metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Peneliti berharap bahwa penelitian ini mampu untuk menggambarkan bagaimana penerapan nilai kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta. Dan penggunaan penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana penerapan nilai kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta.

B. Definisi Operasional

(38)

23

lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai kemandirian anak. Kemandirian sendiri merupakan dimana dapat melakukan sesuatu tanpa harus bergantung pada orang lain. Pada anak usia dini, kemandirian merupakan kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangannya, seperti belajar berjalan, belajar makan, berlatih berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan, interaksi dengan orang lain (Novan Ardy 2015: 89). Dalam definisi operasional kali ini, nilai kemandirian anak akan dilihat berdasarkan karakteristik kemandirian anak usia dini, antara lain:

a. Mampu mengurus dirinya sendiri,

b. Mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi,

c. Mampu bertanggung jawab atas barang-barang yang dimiliki. C. Subyek dan Fokus Penelitian

(39)

24 D. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Balita, Daycare, dan TK Ceria Timoho Yogyakarta. Taman Balita, Daycare, dan TK ini beralamatkan di Jl. Polisi Istimewa no 2 Timoho, Yogyakarta. Taman Balita, Daycare, dan TK Ceria Timoho ini dipilih sebagai tempat penelitian karena (a) sekolah tersebut menyediakan layanan pendidikan bagi anak yang berusia 2-4 tahun, dan (b) sekolah tersebut memiliki salah satu misi yaitu menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri anak yang merupakan ciri-ciri kemandirian anak sebagai salah satu keungggulan atau nilai lebih dari sekolah. Fokus dari penelitian ini adalah pada penerapan nilai kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta.

E. Metode Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan anak, kegiatan penerapan nilai kemandirian,catatan wawancara, dan foto. Sedangkan, metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono 2007: 72). Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan antara peneliti dengan kepala sekolah, dan guru di Taman Balita Ceria Timoho. 2. Observasi

(40)

25

Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta dengan menggunakan panduan observasi tentang proses penerapan awal nilai kemandirian anak, pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik, dan kondisi anak sebelum dan sesudah pendidik melakukan pembiasaan nilai kemandirian anak.

3. Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono (2007: 240) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa Sejarah berdirinya lembaga, Visi, misi, dan tujuan lembaga, Sarana prasarana, dan Arsip kegiatan anak terkait penerapan nilai kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta.

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya berperan sebagai pelapor hasil penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan peneliti meliputi pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. 1. Pedoman Wawancara

(41)

26

Tabel 1. Pedoman Wawancara Guru (CW-1)

No. Pertanyaan Wawancara Aspek yang

dinilai 1. Penerapan nilai kemandirian anak di Taman

Balita Ceria Timoho Yogyakarta

1a

a. Mengurus diri sendiri 1b b. Penyelesaian masalah 1c c. Bertanggung jawab atas barang-barang

pribadi

1d

2. Faktor pendukung dalam menerapkan nilai kemandirian anak

1e

3. Faktor penghambat dalam menerapkan nilai kemandirian anak

1f

Tabel 2. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah (CW-2)

No. Pertanyaan Wawancara Aspek yang

dinilai 1. Penerapan nilai kemandirian anak di Taman

Balita Ceria Timoho Yogyakarta

2a

a. Mengurus diri sendiri 2b b. Penyelesaian masalah 2c c. Bertanggung jawab atas barang-barang

pribadi

2d

2. Faktor pendukung dalam menerapkan nilai kemandirian anak

2e

3. Faktor penghambat dalam menerapkan nilai kemandirian anak

2f

2. Pedoman Observasi

[image:41.596.156.536.104.423.2] [image:41.596.157.537.347.603.2]
(42)

27

pentingnya anak untuk masuk playgroup menurut Maimunnah Hasan (2012: 347). Pedoman Observasi ini, nantinya akan disusun tiap hari observasi. Hari pertama observasi memiliki kode CO-1, hari kedua observasi memiliki kode CO-2, hari ketiga obsevasi memiliki kode 3, hari keempat observasi memiliki kode CO-4, hari kelima observasi memiliki kode CO-5, dan hari keenam observasi memiliki kode CO-6. Berikut ini adalah Pedoman Observasi yang telah dirancang oleh peneliti:

Tabel 2. Pedoman Observasi (CO)

No Objek Observasi

1. Karakteristik kemandirian yang diterapkan di Taman Balita Ceria Timoho

2. Pelaksanaan pembiasaan kemandirian anak non pembelajaran di Taman Balita Ceria Timoho

3. Sarana dan prasarana

3. Pedoman Dokumentasi

Berikut merupakan pedoman dokumentasi berupa catatan pengamatan peneliti mengenai arsip sekolah yang mendukung penerapan nilai kemandirian di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta

Tabel 3. Pedoman Dokumentasi

No Obyek observasi Aspek yang dilihat 1. Sejarah berdirinya lembaga CD-1

2. Visi, misi, dan tujuan lembaga

CD-2

3. Sarana Prasarana CD-3

[image:42.596.162.451.277.420.2] [image:42.596.160.455.560.724.2]
(43)

28

5. Checklist Penilaian CD-5

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara untuk mencari data dan mendata secara sistematis catatan hasil dari penelitian. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dan lebih banyak uraian dari hasil wawancara dan hasil studi dokumentasi. Sehingga data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan diuraikan secara deskriptif naratif.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3) mengungkapkan bahwa metode analisis deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen, karena tidak dimaksudkan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Sehingga, penelitian deskriptif ini hanya untuk menyelidiki keadaan, dan menggambarkan gejala yang terjadi. Metode kualitatif ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana proses penerapan nilai kemandirian anak di Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta.

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti menggunakan model analisis menurut Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil penelitian. Adapun prosedur menurut Miles dan Huberman (1992: 16) antara lain:

1. Pengumpulan data

(44)

29

Timoho Yogyakarta. Data-data tersebut akan dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Menurut Miles dan Huberman (1992: 16), reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, mengelompokkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan verifikasikan. Pada tahap reduksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Tahap reduksi data dimaksudkan bahwa setelah data-data diperoleh kemudian diketik kedalam bentuk uraian rinci, lalu uraian-uraian tersebut direduksi dan diberi kode lalu dipilih dan difokuskan sesuai dengan masalah. Pada penelitian ini segala data atau informasi yang didapatkan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi akan direduksikan dengan melakukan pemilahan terhadap data-data yang telah diperoleh. Dan data yang tidak diperlukan akan dibuang, sehingga kesimpulan final dapat ditarik dan diverifikasi.

3. Penyajian Data

(45)

30

disajikan dalam bentuk Catatan Wawancara (CW), Catatan Observasi (CO) dan Catatan Dokumentasi (CD). Data-data yang berupa catatan lapangan, catatan dokumentasi, dan catatan wawancara diberi kode untuk menganalisis data sehingga peneliti dapat dengan mudah dan cepat dalam menganalisis data. Peneliti membuat daftar kode yang sesuai dengan pedoman wawancara, dan dokumentasi. Data-data yang telah diberi kode kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk teks deskriptif.

4. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Pada dasarnya kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir. Oleh karenanya, kesimpulan awal bersifat sementara dan belum pasti. Kesimpulan yang sudah final inilah yang akan menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan dari awal oleh peneliti.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi. Pada penelitian ini peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan data yang berupa wawancara, dokumentasi, dan observasi.

H. Uji Keabsahan Data

(46)

31

mengungkap kebenaran yang obyektif. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti menggunakan beberapa teknik antara lain:

1. Perpanjangan Kehadiran

Perpanjangan kehadiran yang dimaksud adalah peneliti tinggal di lapangan penelitian hingga pengumpulan data dapat tercapai. Perpanjangan kehadiran dilakukan peneliti dengan mengikuti pembelajaran yang berlangsung dari pukul 08.00-10.00 (kelas pagi) dan 10.00-12.00 (kelas siang) WIB.

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut Moleong (2006: 330) Triangulasi data ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memandatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut guna keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan triangulasi metode. Burhan Bungin (2003: 203) menyebutkan bahwa triangulasi metode ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi saat wawancara sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika wawancara. Begitu pula teknik ini dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika interview dan observasi akan memberi informasi yang sama atau berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk

(47)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Identitas Lembaga 1. Sejarah (CD-1)

Pada awal pembentukan yayasan pendidikan Ceria pada tahun 2001 memiliki sejarah yang mendukung kemandirian anak, hal ini terlihat pada arti dalam logo ceria sebagi berikut :

Gambar 1. Logo CERIA Cerdas, Ceria,Cemerlang

Didalam logo tersebut terdapat beberapa warna, seperti terdapat gambar anak laki laki dan perempuan, dimana gambar ini memiliki arti bahwa Ceria didirikan untuk melayani kebutuhan Taman Balita dan Taman Kanak-kanak di Yogyakarta, selain itu terdapat pula wajah anak-anak yang tersenyum melambangkan rasa senang dan nyaman, dan slogannya yang berbunyi “Cerdas,

Ceria, Cemerlang” yang harapannya anak-anak selain cerdas mereka tetap ceria,

(48)

33

warna kuning, huruf I dengan warna ungu, dan huruf A dengan warna hijau. Masing masing warna tersebut memiliki arti, dimana warna merah berarti percaya diri dimana percaya diri ini termasuk dalam ciri-ciri kemandirian anak, memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi, juga meningkatkan daya hidup agar lebih kuat menerima cobaan hidup. Warna merah juga diartikan sebagai perangsang untuk pertumbuhan sesuatu yang baru atau menunjukan adanya hal baru, seperti kelahiran dan pengembangan, juga sebagai suatu keberanian melakukan hal baru, dimana keberanian melakukan sesuatu yang baru ini merupakan ciri kemandirian yaitu memiliki motivasi intrinsik yang tinggi yang berasal dari dalam diri sendiri.

Warna hitam adalah warna yang gelap, menakutkan tetapi elegan, tetapi juga memiliki nilai ketegasan. Karena itu elemen apapun jika di taruh di atas background hitam akan terasa lebih bagus misalnya, pada waktu menampilkan foto, portfolio atau produk. Dalam hal ini, memiliki ketegasan berarti anak mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri yang termasuk dalam ciri-ciri kemandirian.

(49)

ciri-34

ciri kemandirian, dimana kreatif berarti ingin melakukan segala sesuatu secara sendiri dan selalu ingin mencoba hal baru.

Warna ungu dalam huruf I berarti, menunjukan sesuatu yang mencari perkembangan yang lebih tinggi atau lebih senang akan hal spiritual. Dan Umumnya warna ini ada karena keinginan untuk memperbaiki diri. Pada anak usia dini, hal ini tentu saja akan mendukung nilai agama dan moral anak yang sesuai dengan pendidikan karakter anak. Terdapat pula warna hijau pada huruf A, dimana warna hijau ini dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna ini dapat membantu orang yang sering merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan antara anda dan orang lain. Pada penerapan kemandirian untuk anak usia dini, termasuk dalam ciri-ciri kemandirian yaitu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Nilai kemandirian sangat tampak di yayasan pendidikan Ceria ini, namun tidak hanya kemandirian yang ditanamkan di yayasan pendidikan ini, Ceria memiliki keunggulan dalam pengenalan multicultural baik dalam negeri dan luar negeri, ceria ingin anak-anak mengenal berbagai budaya dan menghargai berbagai perbendaan. Ceria juga mengembangkan pengenalan nilai-nilai universal pada anak-anak.

2. Identitas Lembaga

(50)

35

(sebelumnya jalan Cik Di Tiro 19). Sebelumnya Yayasan Pendidikan Ceria telah memiliki Kelompok Bermain yang dinamakan Taman Balita Ceria, di mana pada awalnya berlokasi di jalan Cik Di Tiro no. 19, Yogyakarta. Namun seiring waktu dan kebutuhan akan pengembangan sekolah, maka dibukalah Taman kanak-Kanak Ceria yang beralamat di Jl. Polisi Istimewa No. 2, Timoho, Yogyakarta. Taman Kanak-kanak Ceria pada awalnya dibuka untuk kelas TK A dan TK B masing-masing 1 kelas di tahun 2001, kemudian rombongan kelas TK A dan TK B berkembang masing- masing menjadi 2 kelas, hingga sekarang.

Kepala Taman Kanak-Kanak, selaku pengelola TK menyusun program kerja setiap awal tahun pelajaran, yang berfungsi sebagai pedoman kerja bagi para pengelola dan pelaksana pendidikan di sekolah yang setiap lengkahnya terlaksana sebagai penjabaran dari program sekolah. Pelaksana Pendidikan terdiri dari :

1. Kepala TB TK CERIA selaku pengelola, bertanggung jawab dalam manajemen dan administrasi sekolah.

2. Guru (educator) selaku pelaku proses pembelajaran.

3. Pihak yang mendukung dan menunjang proses pembelajaran.

(51)

36

kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkakn dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Dengan demikian maka perlu dikembangkan Kurikulum Taman Kanak-Kanak.

Kurikulum TK adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing TK. Kurikulum pada jenjang anak usia dini, mengacu pada Permendiknas no 58 Tahun 2009 dan berpedoman pada panduan penyusunan KTP dari Badan Standar Nasional Pendidikan. Dalam pelaksanaannya secara menyeluruh, mencakup aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya, serta pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik. Pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada:

1. Berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,

2. Beragam dan terpadu,

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, 4. Relevan dengan kehidupan,

5. Menyeluruh dan berkesinambungan, 6. Belajar sepanjang hayat,

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

Visi dan Misi Taman Balita Ceria Timoho Yogyakarta (CD-2)

(52)

37

nilai agama dan moral anak. Adapun visi, misi, dan tujuan lembaga Ceria adalah sebagai berikut:

1. Visi Satuan PAUD

Visi Kelompok Bermain Taman Balita CERIA Timoho adalah “Terwujudnya Sebuah Lembaga Pendidikan yang Mefasilitasi Anak Menjadi

Cerdas, Ceria, Cemerlang untuk Bersama Membentuk Hari Depan yang Lebih Baik

Indikator Visi :

1) Lembaga menghargai setiap kecerdasan anak yang khas ( kecerdasan majemuk)

2) Anak Ceria selalu Ceria dan dapat mengekspresikan perasaan dengan bebas dan wajar

3) Anak Ceria mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan minat dan bakatnya.

2. Misi Satuan PAUD

a. Menanamkan nilai-nilai universal Ketuhanan yang maha Esa, serta nilai kebajikan dan kemanusiaan.

b. Bersama menghormati dan menghargai keberagaman kepercayaan dan budaya yang ada (multiculture)

c. Mengembangkan konsep pendidikan yang menghargai keunikan setiap anak d. Memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk bereksplorasi

(53)

38

e. Menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

f. Menumbuhkan semangat, motivasi dan rasa percaya diri anak dalam mewujudkan kemampuannya.

3. Tujuan Satuan PAUD

Tujuan Kelompok Bermain Taman Balita CERIA Timoho adalah Memfasilitasi anak menjadi Cerdas, Ceria, Cemerlang melalui pendidikan yang menyenangkan dan menghargai keunikan anak, berdasar pada nilai-nilai universal KeTuhanan Yang Maha Esa dan keragaman budaya.

B. Hasil Penelitian

1. Sarana dan Prasarana Lembaga (CD-3)

(54)

39

(55)

40

playgroup. Ruang library didukung dengan adanya rak buku yang sesuai dengan tinggi badan anak sehingga anak sampai saat mengambil buku dan mengembalikan bukunya sendiri.

a. Deskripsi Kegiatan Anak (CD-4)

Peneliti mengikuti kegiatan anak guna mengetahui penerapan nilai kemandirian anak di Taman Balita Ceria Timoho, penelitian dilangsungkan mulai tanggal 12 agustus 2016 hingga tanggal 2 september 2016. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut, pada hari pertama penelitian, kegiatan yang dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2016 ini adalah program Audio Visual. Pada hari tersebut anak diajak untuk menonton film Barney, yaitu Lets Play School. Dalam Program tersebut anak diajak supaya anak mampu untuk menyesuaikan diri dengan teman, dan latihan memperhatikan, dan pada akhir program anak diajak untuk me-review apa yang telah mereka lihat. Mampu menyesuaikan diri juga merupakan salah satu ciri kemandirian yang diungkapkan oleh Novan Ardy (2015: 33).

(56)

41

semula, dan menjaga buku supaya tidak rusak. Bertanggung jawab juga merupakan ciri kemandirian anak yang diungkapkan oleh Novan Ardy (2015).

Pada hari ketiga penelitian, peneliti melakukan obervasi di Smiley class tanggal 24 Agustus 2016. Program yang dilakukan adalah swimming. Dalam hal ini, aspek yang dinilai adalah motorik kasar. Selain aspek motorik kasar, educator juga menyisipkan latihan kemandirian anak dengan cara anak diajak untuk membawa tasnya sendiri dan berjalan menuju ke kolam renang. Selain itu, anak juga diajak untuk mengenali tasnya sendiri. Membawa tas sendiri, dan mengenali tasnya sendiri juga merupakan salah satu karakteristik kemandirian anak yang diungkapkan Anita Lie (2004: 5) yaitu mampu mengurus dirinya sendiri.

Pada hari keempat penelitian yang dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2016 di Smiley Class, Program yang seharusnya dibawakan adalah Go Picnic dan Story Telling. Namun, program diganti dengan Build a tower dan Dancing Time. Dalam kegiatan Build a tower anak diajak untuk menyusun balok hingga membentuk sebuah menara. Aspek yang dikembangkan adalah sosial anak yaitu bergantian, dan kognitif anak. Sedangkan untuk Dancing Time aspek yang dikembangkan adalah motorik kasar anak. Dalam hari ini, kemandirian anak disisipkan pada program kedua yaitu dancing time. Dimana anak memiliki kepercayaan diri dan mau untuk menari bersama teman temannya.

(57)

42

educator memiliki alasan tertentu, educator mengganti program pertama dengan make a line, dan program kedua diganti dengan computer. Dalam program make a line, anak di ajak untuk menebalkan titik titik (tracing) yang membentuk garis lurus. Aspek yang dikembangkan adalah aspek pre-writing, selain itu anak juga mulai dibiasakan untuk mengerjakan sendiri, dan mengumpulkan tugasnya sendiri. Mengerjakan sendiri, juga merupakan salah satu ciri kemandirian anak yaitu tidak bergantung pada orang lain yang diungkapkan oleh Novan Ardy (2015) dan karakteristik kemandirian anak yang diungkapkan Anita Lie (2004: 5) yaitu mampu mengurus diri sendiri. Selain itu terdapat program computer dimana dalam program ini, aspek yang dikembangkan adalah motorik halus anak.

Untuk hari keenam penelitian yaitu tanggal 2 September 2016, peneliti kembali meneliti di smiley class. Dimana Program yang seharusnya dilaksanakan adalah Audio Visual, namun karena ada suartu hal, educator menggantu program pertama yaitu Library, dan program kedua adalah Throw the ball. Dan kemandirian pada hari ini disisipkan di program Library yaitu anak mampu bertanggung jawab dengan cara mejaga buku agar tidak sobek, dan anak mampu mengembalikan buku ketempatnya semula.

(58)

43

dengan proses pelepasan. Ketika pelepasan, biasanya educator akan berusaha untuk jujur dan tidak berbohong kepada anak, supaya anak dapat percaya kepada orang tua maupun pihak sekolah dan tetap nyaman ketika berada di sekolah. Hal ini dilakukan terus menerus sehingga anak merasa nyaman ketika berada di sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dalam catatan wawancara (CW-2a) yang diungkapkan oleh kepala sekolah yaitu:

“Pada awalnya, pendiri sekolah sudah memimpikan adanya pengenalan kemandirian pada anak sesuai dengan usianya, sehingga begitu anak bergabung bermain di ceria, maka mulai saat itu pula pengenalan tentang kemandirian diberikan, tentu sesuai dengan usia dan tugas belajar anak.”

Selain dengan catatan wawancara (CW-2a), hal ini juga sesuai dengan catatan dokumentasi (CD-1) tentang sejarah berdirinya lembaga. Setelah dengan adanya pembiasaan, kemandirian anak juga dimulai saat anak paham instruksi sederhana, misalnya saja saat anak diminta untuk melepas sepatunya, biasanya educator dan assistaint akan mendukung anak dengan cara meminta anak untuk melepaskan sepatunya dan mendampingi anak untuk melepaskan sepatunya sendiri. Hal ini juga didukung dengan adanya catatan wawancara (CW-1a) yaitu wawancara dengan guru yang menyatakan bahwa:

“Penerapan nilai kemandirian dimulai saat anak mampu untuk memahami instruksi sederhana dan mampu melakukan hal-hal sederhana melalui pembiasan”

(59)

44

satu orang anak yang sudah paham untuk menaruh tasnya sendiri, karena anak tersebut memang sudah terbiasa karena sudah satu semester berada di Ceria. Namun, setelah adanya pembiasaan tersebut semua anak bisa menaruh tas ditempatnya. Hal ini juga terbukti dengan adanya catatan wawancara (CW-1.b) yang menyatakan bahwa:

“untuk membiasakan anak mengurus dirinya sendiri adalah dengan mengajak anak untuk terlibat melakukan kegiatan sehari-hari”

Untuk membiasakan anak untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri, anak didukung dan dibantu miss untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, misalnya saja saat anak terganggu dengan temannya, anak didukung untuk mengatakan kata “keberatan” dan saat ada temannya yang bilang keberatan, maka

anak yang dituju tersebut didukung untuk meminta maaf. Hal ini tentu saja selain untuk mengenalkan bagaimana menyelesaikan masalah, anak juga belajar untuk menolak sesuatu, dan mengungkapkan pendapat. Karena menurut cattan wawancara (CW-1c), untuk membiasakan anak supaya anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri adalah

“biasanya kami memberikan pemahaman kepada anak akan masalah yang dihadapi dan mengajaknya untuk berdiskusi dengan bahasa sederhana, lalu kami akan memberikan dukungan kepada anak untuk menyelesaikan permasalahan”

(60)

45

berusaha untuk mendukung anak supaya anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan bisa mengungkapkan pendapatnya.

Kemudian, untuk membiasakan anak untuk bertanggung jawab atas barang barang yang dimiliki, menurut catatan observasi (CO-1), anak akan diajak untuk mengenal barang barang yang dibawa dan dimiliki oleh anak. Sehingga tidak tertukar antara barang yang satu dengan yang lainnya. Anak dikenalkan dengan sepatunya sendiri, dengan tasnya, dan dengan bukunya. Bahkan, anak dibiasakan untuk memakai sepatu sendiri, dan memasukkan daily book sendiri kedalam tas. Pada saat awal penelitian, semua anak memang sudah kenal dengan barang barang yang dimiliki. Seperti sepatu, dan tas. Namun untuk latihan membuka tas, anak perlu dukungan educator maupun assistaint untuk belajar memasukkan buku kedalam tasnya sendiri. Setelah hari ke ketiga penelitian, untuk kelas happy, anak sudah bisa memasukkan daily book kedalam tasnya. Sedangkan untuk kelas smiley, sejak hari pertama penelitian anak sudah bisa memasukkan daily book sendiri kedalam tasnya. Hal ini juga didukung dengan adanya catatan wawancara (CW-2d) dimana kepala sekolah berpendapat bahwa

“Untuk anak di bawah 4 tahun, pendidik akan membimbing untuk mendorong anak menyimpan benda miliknya dengan bantuan verbal dan melakukan aksi bersama dengan anak”

(61)

46

1 anak yang masih menangis hingga penelitian selesai dilaksanakan. Untuk anak yang tidak menangis saat sebelum masuk kelas, nak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity. Kegiatan snack time, Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, mengenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

(62)

47

arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, menegenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup

(63)

48

sendiri, mengenakan sepatunya, mengenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

Pada hari keempat menurut catatan observasi (CO-4) penelitian pelaksanaan pembiasaan kemandirian anak non pembelajaran di smiley class Taman Balita Ceria Timoho. Dimulai saat pagi hari sebelum anak masuk kelas. Sebelum anak masuk kelas sudah tidak ada anak yang menangis pada kelas pagi maupun siang kemudian anak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity, Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, menegenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

(64)

49

anak didukung untuk bisa melepas sepatu sendiri, menaruh sepatu ke rak yang disediakan, menaruh dan menata tas ditempat yang telah dicontohkan oleh educator dan assistaint, dan mengambil buku daily activity, Pada kegiatan snack time, dengan bantuan dan arahan dari educator dan assistaint, anak dibiasakan untuk mengantri saat cuci tangan, mengambil makannya sendiri, dan menaruh peralatan makan yang telah dipakai ke dalam ember secara bergantian. Saat freeplay, anak dibiasakan untuk mengantri saat menggunakan alat permainan, dan juga anak didukung untuk menyelesaikan masalah sendiri ketika ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, menegenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

(65)

50

ada masalah dengan teman sebayanya. Saat pulang, anak didukung untuk mengenali sepatunya sendiri, mengenakan sepatunya, mengenali tasnya, dan mengantri saat keluar dari area playgroup.

Pada hari keenam penelitian inilah anak sudah bisa melepas sepatu sendiri, antri ketika mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, antri ketika menaruh piring dan gelas yang telah dipakai kedalam ember, mampu menyelesaikan tugas yang diberikan secara mandiri, mampu mengumpulkan tugas secara mandiri, mampu mengenakan sepatu secara sendiri ketika pulang, mampu mengucapkan kata maaf jika berbuat kesalahan, mampu mengucap kata “keberatan” jika merasa tidak nyaman dan mampu menaruh tas ditempatnya,

mampu menaruh sepatu kedalam rak yang telah disediakan, mampu mengambil daily book sendiri, mampu menyerahkan daily book ke pendidik, mampu mengenali sepatunya sendiri, mampu mengenali tasnya sendiri, mampu memasukkan daily book ke dalam tasnya sendiri, meskipun masih dengan arahan verbal dari educator dan assistaint.

3.

Gambar

Tabel 1. Pedoman Wawancara Guru (CW-1)
Tabel 3. Pedoman Dokumentasi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Wujud kecintaan pada tanah air melalui simbol-simbol visual iklan mampu menjadikan propaganda untuk selalu memunculkan semangat patriotisme, seperti yang nampak pada

Panitia Pengadaan Barang / Jasa (Unit Layanan Pengadaan/ULP) Pengadilan Negeri Rangkasbitung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk paket

pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas

- Anak dapat menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motoric kasar dan halus (FM). - Anak mampu bertanyanya manfaat wortel(BHS) - Anak dapat membuat

Waktu kunjungan pertama ibu hamil (K1) dengan umur kehamilan kurang dari 12 minggu berdasarkan sarana dan prasarana yang tersedia di pelayanan kesehatan Puskesmas Kepil

H8: Terdapat pengaruh yang signifikan dari kepuasan pelanggan terhadap.

[r]