• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

B. Hasil Penelitian

Berikut merupakan hasil dari analisis butir soal: 1. Validitas Isi

Validitas isi bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat (Jihad, 2008: 179). Menurut Sugiyono (2014:182) dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomer butir pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator.

Berikut merupakan tabel dalam pengujian validitas isi: Tabel 4.1 Tabel Validitas Isi

No. Soal Indikator Pembahasan

1

Kesadaran seberapa besar yang nilai yang diberikan orang lain terhadap dirinya disebut...

Menjelaskan pengertian harga diri.

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

2 Manusia adalah makhluk sosial karena... Menjelaskan pengertian harga diri.

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

3

Seseorang yang mempunyai harga diri yang baik maka akan menambah...

Menjelaskan perilaku harga diri yag tepat dan tidak tepat

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

4

Seorang anak apabila berbicara dengan orang yang lebih tua harus..

Menyebutkan contoh bentkl harga diri

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

5

Perilaku menghargai orang lain pada gambar disamping adalah

Menyebutkan contoh perilaku menghargai orang lain

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

6

Soni adalah anak yang sering berbohong. Akibatnya ia... teman- temannya. Menjelaskan akibat tidak memiliki harga diri

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

7 Di bawah ini yang merupakan contoh perilaku disiplin di

Menyebutkan contoh bentuk

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi

sekolah adalah.... harga diri dasaar dan indikator

8 Perilaku menjaga harga diri di lingkungan keluarga adalah... Menampilkan perilaku yang mkencerminkan harga diri

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

9

Semboyan Bhineka Tunggal Ika berasal dari kitab...

Mengidentifikai keanekaragaman dan kekhasan budaya Indonesia

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

10

Nama upacara adat suku Nias disamping adalah...

Mengidentifikai keanekaragaman dan kekhasan budaya Indonesia

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

11

Suku Batak berasal dari provinsi...

Mengidentifikai keanekaragaman dan kekhasan budaya Indonesia

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dsar dan indikator

12

Orang yang beribadah

pada gambar disamping beragama... Mengidentifikai keanekaragaman dan kekhasan budaya Indonesia

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

13

Di bawah ini yang merupakan hasil hutan adalah...

Mengidentifikasi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

14

Air laut dapat diolah menjadi...

Mengidentifikasi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dsar dan indikator

15

Andi adalah orang yang bersifat ramah. Ia sangat... orang lain.

Menampilkan perilaku yang mencerminkan harga diri

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

16 Siswa SD Sembada mengikuti upacara bendera dengan.... Menampilkan perilaku yang mencerminkan harga diri

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

17

Di bawah ini yang merupakan sikap bangga terhadap hasil karya bangsa Indonesia adalah... Memiliki rasa bangga sebagai anak Indonesia yang memiliki keanekaragaman dan kekhasan budaya serta kekayaan alam yang begitu banyak

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

18 Negara Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal.... Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi keanekaragaman Indonesia dan rasa bangsa menjadi orang Indonesia

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

19

Sikap ... adalah siri khas masyarakat pedesaan. Menyebutkan contoh perilaku yang menunjukkan rasa bangga sebagai anak Indonesia

Tidak valid, tidak sesuai standar kompetensi, kompetensi dsar dan indikator

20

Manfaat kita

mengerjakan sesuatu secara gotong royong adalah.... Menyebutkan contoh perilaku yang menunjukkan rasa bangga sebagai anak Indonesia

Valid, sesuai standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa 19 butir soal pilihan ganda dapat dikatakan valid dan 1 butir soal pilihan ganda tidak valid. Berikut merupakan tabel uraian butir soal valid dan tidak valid beserta persentasenya:

Tabel 4.2 Persentase Hasil analisis Validitas Isi Keputusan Nomor soal jumlah Persentase

(%) Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20 19 95 Tidak valid 19 1 5

Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa 19 butir soal valid dengan persentase sebesar 95%. Soal yang tergolong valid terdapat pada butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 20.

Butir soal tidak valid ada 1 pada nomor 19 dengan persentase sebesar 5%. Hasil persentase dapat dilihat dalam bentuk diagram pie, berikut:

Gambar 4.1 Diagram Validitas Isi

Diagram 4.1 terlihat bahwa persentase validitas isi yang tergolong valid sebesar 95%. Sedangkan validitas isi yang tergolong tidak valid sebesar 5%.

2. Reliabilitas

Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu tes dapat dipercaya dengan memberikan hasil yang tetap sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Koefisien realibilitas dalam Output Iteman dapat dilihat pada koefisien Alpa. Kriteria reliabilitas dibagi menjadi lima kategori, yaitu korelasi amat rendah, korelasi rendah, korelasi cukup, korelasi tinggi, dan korelasi amat tinggi. Berikut tabel rincian kategori reliabilitas:

Tabel 4.3 Kategori Koefisien Reliabilitas

No. Koefisien

Reliabilitas Makna

6. 0,00 ≤ r ≤ 0,19 Korelasi amat Rendah 7. 0,20 ≤ r ≤ 0,39 Korelasi Rendah 8. 0,40 ≤ r ≤ 0,69 Korelasi Cukup 9. 0,70 ≤ r ≤ 0,89 Korelasi Tinggi 10. 0,90 ≤ r ≤ 1,00 Korelasi amat Tinggi Sumber: Basuki dan Hariyanto (2014: 119)

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa apabila r pada suatu soal menunjukkan

angka di antara 0,00 ≤ r ≤ 0,19 maka korelasi soal menunjukkan

reliabilitasnya amat rendah. Apabila r pada suatu soal menunjukkan angka

di antara 0,20 ≤ r ≤ 0,39 maka korelasi soal menunjukkan reliabilitasnya

rendah. Apabila r pada suatu soal menunjukkan angka di antara 0,40 ≤ r ≤

0,69 maka korelasi soal menunjukkan reliabilitasnya cukup. Apabila r pada

suatu soal menunjukkan angka di antara 0,70 ≤ r ≤ 0,89 maka korelasi soal

menunjukkan reliabilitasnya tinggi. Apabila r pada suatu soal menunjukkan

angka di antara 0,90 ≤ r ≤ 1,00 maka korelasi soal menunjukkan

reliabilitasnya amat tinggi. Di bawah ini merupakan hasil reliabilitas butir soal pilihan ganda UAS mata pelajaran PKn kelas III dengan bantuan program ITEMAN:

Tabel 4.4 Reliability Statistics

Alpha N of Items

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa butir soal pada UAS tahun 2014/2015 mata pelajaran PKn kelas III SD yang terdiri dari 20 butir soal dapat dikatakan reliabel dengan kategori rendah, karena memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,215. Apabila reliabilitas pada suatu soal menunjukkan angka di antara 0, 20 ≤ r ≤ 0,39 maka korelasi soal memiliki reliabilitas yang rendah (Basuki, 2014: 119). Jadi, hasil penelitian ini mengandung arti bahwa butir- butir soal tidak mampu menunjukkan keajegan hasil dari tes pengukuran yang telah dilakukan. 3. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui bilangan yangmenunjukkan sukar mudahnya suatu soal (Arikunto, 2005: 207). Tingkat kesukaran pada Output Iteman dinyatakan dalam Prop. Correct (Azwar, 2015: 151). Sudjana (dalam Jihad,2012: 182) mengelompokkan tingkat kesukaran dalam tiga kelompok, yaitu: sukar, sedang, dan mudah. Rician pengelompokkan rentang tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Rentang Tingkat Kesukaran Rentang Tingkat Kesukaran Kategori 0,00 - 0,30 Sukar 0,31 - 0,70 Sedang 0,71 - 1,00 Mudah Sumber: Sudjana (2012: 137)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa kategori tingkat kesukaran terdiri dari tiga kelompok yaitu sukar, sedang, dan mudah.

Kategori tingkat kesukaran yang sukar memiliki rentang tingkat kesukaran 0,00-0,31. Kategori tingkat kesukaran yang sedang memiliki rentang tingkat kesukaran 0,31-0,70. Sedangkan kategori tingkat kesukaran yang mudah memiliki rentang tingkat kesukaran 0,71-1,00. Proporsi tingkat kesukaran antara soal mudah, sedang, dan sukar dibuat 3-4-3, artinya 30% soal kategori mudah , 40% soal kategori sedang, dan 30% soal kategori sulit (Sulistyorini, 2009: 174). Berikut merupakan tampilan gambar hasil output tingkat kesukaran dengan bantuan Software

MicroCat Iteman:

Gambar 4.2 Hasil Output dengan software MicroCat Iteman

Gambar 4.2 merupakan hasil analisis butir soal dengan bantuan software Iteman versi 3.00 yang diambil dua butir soal yang memiliki tingkat kesukaran kategori sukar. Butir soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,084 dan butir soal nomor 2 memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,039. Nilai tingkat kesukaran pada butir soal nomor 1

dan nomor 2 memiliki nilai yang sama dengan kunci jawaban bagian Prop. Endorsing yang ada tanda bintang (*).

Hasil analisis tingkat kesukaran dengan menggunakan bantuan software Iteman versi 3.00, sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Tingkat Kesukaran No Prop. Correct Kategori

1 0,084 Sukar 2 0,039 Sukar 3 0,069 Sukar 4 0,196 Sukar 5 0,060 Sukar 6 0,178 Sukar 7 0,090 Sukar 8 0,815 Mudah 9 0,920 Mudah 10 0,084 Sukar 11 0,880 Mudah 12 0,158 Sukar 13 0,175 Sukar 14 0,111 Sukar 15 0,038 Sukar 16 0,033 Sukar 17 0,025 Sukar 18 0,884 Mudah 19 0,025 Sukar 20 0,051 Sukar

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa tingkat kesukaran pada butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, dan 20 termasuk dalam klasifikasi sukar, karena indeks kesukaran pada butir-butir soal tersebut berkisar antara 0,00- 0,30. Tingkat kesukaran pada butir soal nomor 8, 9, 11, dan 18 termasuk dalam klasifikasi mudah, karena indeks kesukarannya berkisar antara 0,71- 1,00. Menurut Arikunto (2012: 222) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa 16 soal tergolong dalam kategori soal sukar. Sedangkan sebanyak 4 soal

tergolong dalam kategori mudah. Hasil persentase pengelompokkan kategori tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 4.7 Persentase Tingkat Kesukaran

Tabel di atas menunjukkan bahwa butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, dan 20 memiliki tingkat kesukaran kategori sukar dengan persentase 80%. Kemudian pada butir soal nomor 8, 9, 11, dan 18 memiliki tingkat kesukaran kategori mudah dengan persentase 20%. Hasil persentase di atas, dapat dilihat melalui pie chart berikut ini:

Gambar 4.1 Pie Chart Tingkat Kesukaran

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil analisis butir soal tingkat kesukaran sebesar 80% dengan kategori sukar. Sedangan tingkat

Kategori Butir Soal Jumlah Persentas e (%) Sukar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20 16 80 Mudah 8, 9, 11, 18 4 20

kesukaran dengan kategori mudah 20%. Hasil analisis butir soal tingkat kesukaran tersebut tidak menunjuukkan proporsi yang sesuai, yang telah diungkapkan oleh Sulistyorini (2009: 174), yaitu persentase sebesar 30% mudah, sebesar 50% mudah, dan sebesar 30% sukar.

4. Daya beda

Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh ( berkemampuan rendah) (Arikunto, 2006: 211). Kriteria daya beda terdiri dari 0,00-0,20 bermakna jelek, 0,21- 0,40 bermakna cukup, 0,41- 0,70 bermakna baik sedangkan 0,71- 1,00 bermakna baik sekali (Arikunto, 2012: 232). Berikut merupakan indeks daya beda butir soal yang didapat dengan bantuan program ITEMAN:

Tabel 4.8 Indeks Daya Beda No Daya beda klasifikasi

1 0,682 Baik 2 0,517 Baik 3 0,595 Baik 4 0.437 Baik 5 0.551 Baik 6 0.607 Baik 7 0.640 Baik 8 -0,272 Jelek 9 -0,376 Jelek 10 0.653 Baik 11 -0,473 Jelek 12 0.612 Baik 13 0.632 Baik 14 0.199 Jelek 15 0.108 Jelek 16 0.123 Jelek 17 0.076 Jelek 18 -0,503 Jelek 19 0.149 Jelek 20 0.121 Jelek

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa daya beda pada butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, dan 13 tergolong dalam kategori baik. Sedangkan daya beda pada butir soal nomor 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20 tergolong dalam kategori jelek. Dari hasil hasil di atas, dapat dilihat dalam bentuk tabel persentase berikut ini:

Tabel 4.9 Persentase Daya Beda

Kategori Butir Soal Jumlah Persentase (%)

Baik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

10, 12, 13 10 50

Jelek 8, 9, 11, 14, 15, 16,

17, 18, 19, 20 10 50

Tabel 4.9 di atas menjelaskan bahwa persentase daya beda sebanyak 50% dengan kategori baik pada butir soal pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, dan 13. Sedangkan presentase 50% nya lagi dengan kategori jelek pada butir soal nomor 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20. Dari hasil tersebut dapat disederhanakan kembali melalui pie chart berikut ini:

Gambar 4.3Pie Chart Daya Beda

Gambar 4.3 di atas menjelaskan bahwa daya beda sebesar 50% termasuk dalam kategori baik. Sedangkan sebesar 50% menunjukkan daya beda termasuk dalam kategori jelek.

5. Efektivitas pengecoh

Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir soal adalah agar para peserta didik yang mengikuti tes tertarik untuk memilih dan menyangka bahwa itu jawaban benar (Sudijono, 2006: 410). Arikunto (2005: 220) mengatakan bahwa suatu pegecoh dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes. Efektifitas pengecoh pada Iteman dinyatakan dalam Prop. Endorsing (Azwar, 2015:151). Dengan bantuan program ITEMAN, didapat hasil efektivitas pengecoh pada butir soal sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Efektivitas Pengecoh

Butir Persentase

1 B 0,003 0,3%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik

C 0,000 0% Pengecoh tidak berfungsi

dengan baik

2 A 0,045 4,5%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik B 0,003 0,3% Pengecoh tidak berfungsi

dengan baik 3 A 0,011 1,1%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik C 0,006 0,6% Pengecoh tidak berfungsi

dengan baik 4 A 0,676 67,6% Pengecoh berfungsi dengan baik C 0,620 62% Pengecoh berfungsi dengan baik 5 B 0,315 31,5% Pengecoh berfungsi dengan baik C 0,620 62% Pengecoh berfungsi dengan baik 6 A 0,080 8% Pengecoh berfungsi dengan baik B 0,732 73,2% Pengecoh berfungsi dengan baik 7 A 0,018 1,8%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik

B 0,887 88,7% Pengecoh berfungsi

dengan baik

8 B 0,011 1,1%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik C 0,164 16,4% Pengecoh berfungsi dengan baik 9 A 0,066 66% Pengecoh berfungsi dengan baik B 0,008 0,8% Pengecoh tidak berfungsi

dengan baik 10 A 0,028 2,8%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik C 0,882 88,2% Pengecoh berfungsi

dengan baik 11 B 0,019 1,9%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik C 0,096 9,6% Pengecoh berfungsi dengan baik 12 A 0,339 33,9% Pengecoh berfungsi dengan baik C 0,096 9,6% Pengecoh berfungsi dengan baik 13 A 0,106 10,6% Pengecoh berfungsi dengan baik B 0,711 71,1% Pengecoh berfungsi dengan baik 14 A 0,361 36,1% Pengecoh berfungsi dengan baik

B 0,434 43,4% Pengecoh berfungsi dengan baik 15 A 0,391 39,1% Pengecoh berfungsi dengan baik B 0,478 47,8% Pengecoh berfungsi dengan baik 16 B 0,019 1,9%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik

C 0,855 85,5% Pengecoh berfungsi

dengan baik

17 A 0,033 3,3%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik

C 0,850 85% Pengecoh berfungsi

dengan baik

18 A 0,014 1,4%

Pengecoh tidak berfungsi dengan baik

B 0,010 1% Pengecoh tidak berfungsi

dengan baik 19 A 0,699 69,9% Pengecoh berfungsi dengan baik C 0,183 18,3% Pengecoh berfungsi dengan baik 20 A 0,057 5,7% Pengecoh berfungsi dengan baik B 0,800 80% Pengecoh berfungsi dengan baik

Dari tabel 4.9 di atas, dijelaskan bahwa pada butir soal nomor 1 memiliki hasil persentase pengecoh B sebesar 0,3% yang termasuk dalam kategori pengecoh yang tidak berfungsi dengan baik karena menurut Arikunto (2005: 220) menyatakan bahwa pengecoh pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes. Pada pengecoh C memiliki persentase pengecoh sebesar 0% yang termasuk dalam kategori pengecoh tidak berfungsi dengan baik.

Pada butir soal nomor 2, pengecoh A memiliki hasil persentase sebesar 4,5% , artinya pengecoh tersebut tidak berfungsi dengan baik. Untuk pengecoh B memiliki hasil persentase sebesar 0,3% yang berarti termasuk dalam kategori pengecoh tidak berfungsi dengan baik.

Pada butir soal nomor 3, pengecoh A dipilih oleh 1,1% peserta tes sehingga pengecoh tidak dapat berfungsi dengan baik karena dipilih kurang 5% peserta tes. Sedangkan pada pengecoh C dipilih oleh 0,6% peserta tes, artinya pengecoh tidak berfungsi dengan baik.

Pada butir soal nomor 4, kedua pengecoh berfungsi dengan baik karena dipilih lebih dari 5% peserta tes. Pada pengecoh A dipilih sebanyak 67,6% peserta tes dan pada pengecoh dipilih oleh 62% peserta tes.

Butir soal nomor 5, efektivitas pengecoh juga berfungsi dengan baik. Ini terlihat pada pengecoh B memiliki persentase sebanyak 31,5% sedangkan pengecoh C memiliki persentase sebanyak 62%. Kedua pengecoh tersebut dipilih lebih dari 5% peserta tes.

Pada butir soal nomor 6, pengecoh A dipilih sebanyak 8% peserta tes, artinya pengecoh tidak berfungsi dengan baik karena dipilih kurang dari 5% peserta tes. Sedangkan pada pengecoh B dipilih sebanyak 73,2% peserta tes, yang artinya pengecoh berfungsi dengan baik.

Butir soal nomor 7 pengecoh A memiliki persentase sebesar 1,8%. Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa pengecoh A tidak berfungsi dengan baik. Pada pengecoh B memiliki persentase sebesar 88,7%, artinya pengecoh berfungsi dengan baik.

Butir soal nomor 8, pada pengecoh B memiliki persentase sebesar 1,1%. Pengecoh B tidak berfungsi dengan baik karean dipilih kurang dari 5% peserta tes. Pengecoh C berfungsi dengan baik karena memiliki persentase sebesar 16,4%.

Pada butir soal nomor 9, pengecoh A dipilih 66% peserta tes, artinya pengecoh berfungsi dengan baik karena dipilih oleh lebih dari 5% peserta tes. Namun sebaliknya, pada pengecoh B hanya dipilih sebesar 0,8% peserta tes, artinya pengecoh tidak berfungsi dengan baik.

Pada butir soal nomor 10, pengecoh A memiliki persentase sebesar 2,8%. Hasil tersebut menunjukkan pengecoh A tidak berfungsi dengan baik karena dipilih kurang dari 5% peserta tes. Pada pengecoh C berfungsi dengan baik karena memiliki persentase sebesar 88,2%, dipilih lebih dari 5% peserta tes.

Butir soal nomor 11, pada pengecoh B memiliki persentase sebesar 1, artinya pengecoh tidak berfungsi dengan baik karean dipilih kurang dari 5% peserta tes. Pengecoh C berfungsi dengan baik karena memiliki persentase sebesar 9,6% dipilih lebih dari 5% peserta tes.

Pada butir soal nomor 12, kedua pengecoh berfungsi dengan baik karena dipilih lebih dari 5% peserta tes. Pada pengecoh A dipilih sebanyak 33,9% peserta tes dan pengecoh C dipilih sebanyak 9,6% peserta tes.

Pada butir soal nomor 13, kedua pengecoh juga berfungsi dengan baik. Pengecoh A memiliki persentase sebesar 10,6% dan pengecoh B memiliki persentase sebesar 71,1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua pengecoh dipilih lebih dari 5% peserta tes.

Butir soal nomor 14, persentase sebesar 36,1% merupakan hasil dari pengecoh A. Pada pengecoh B memiliki persentase sebesar 43,4%. Artinya, kedua pengecoh tersebut berfungsi dengan baik karena dipilih lebih dari 5% peserta tes.

Persentase lebih dari sama dengan 5% peserta tes merupakan persentase pengecoh yang berfungsi dengan baik. Seperti halnya kedua pengecoh yang terdapat pada nomor 15 juga berfungsi dengan baik. Pada pengecoh A dipilih sebanyak 39,1% peserta tes. Kemudian pada pengecoh B dipilih sebanyak 47,8% peserta tes.

Pada butir soal nomor 16, satu dari dua pengecoh tidak berfungsi dengan baik. Pada pengecoh yang tidak berfungdi dengan baik adalah pengecoh B, karena hanya dipilih sebanyak 1,9% peserta tes. Sedangkan pada pengecoh yang berfungsi dengan baik merupakan pengecoh C, dipilih lebih dari 5% peserta tes, yaitu sebanyak 85,5% peserta tes.

Butir soal nomor 17, pengecoh A memiliki hasil persentase sebesar 3,3% yang artinya pengecoh tidak berfungsi dengan baik karena dipilih kurang dari 5% peserta tes. Tetapi sebaliknya, pada pengecoh C dipilih lebih dari 5% peserta tes, yaitu sebanyak 85% peserta tes, artinya pengecoh berfungsi dengan baik.

Kedua pengecoh pada butir soal nomor 18 tidak dapat berfungsi dengan baik, karena dipilih kurang dari 5% peserta tes. Pada pengecoh A hanya dipilih sebanyak 1,4%. Sedangkan pada pengecoh Bjuga hanya dipilih sebanyak 1% peserta tes.

Butir soal nomor 19, keduanya dipilih lebih dari 5% peserta tes sehingga dapat dikatakan bahwa pengecoh berfungsi dengan baik. Pada pengecoh A dipilih 69,9% peserta tes. Untuk pengecoh C dipilih sebanyak 18,3% peserta tes.

Kedua pengecoh pada butir soal nomor 20 berfungsi dengan baik, karena dipilih lebih dari 5% peserta tes. Pada pengecoh A dipilih 5,7% peserta tes. Kemudian pada pengecoh B dipilih sebanyak 80% peserta tes. Dari hasil diatas dapat disederhanakan melalui tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Persentase Efektivitas Pengecoh

Kategori Jumlah Persentase

(%) Pengecoh berfungsi dengan baik 25 62,5 Pengecoh tidak berfungsi dengan

baik 15 37,5

Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa efektivitas butir soal dari 40 pengecoh diantaranya 25 pengecoh berfungsi dengan baik, ditunjukkan dengan persentase sebesar 62,5%. Sedangkan sisanya 37,5% , pengecoh tidak berfungsi dengan baik yaitu sebanyak 15 pengecoh dari total keseluruhan pengecoh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pie chart di bawah ini:

Gambar 4.4 Pie Chart Efektivitas Pengecoh

Gambar 4.4 di atas menjelaskan bahwa pengecoh yang berfungsi dengan baik sebesar 62,5%. Sedangkan 37,5% pengecoh tidak berfungsi. Hal ini menunjukkan butir soal memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik lebih banyak dari pada pengecoh yang tidak berfungsi.

C. Pembahasan

1. Validitas Isi

Validitas isi merupakan validitas yang sangat penting. Tujuan utama nya adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan, dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada diri peserta didik tersebut setelah mengalami proses pembelajaran tertentu (Arifin,2009: 248). Menurut Basuki (2014: 124) validitas isi bertujuan untuk menilai kemampuan tes merepresentasikan dengan baik ranah yang hendak diukur. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 1995: 67). Berdasarkan pendapat para ahli, validitas isi merupakan kesesuaian antara isi materi pelajaran yang diberikan dengan kurikulum.

Hasil analisis yang dilakukan peneliti untuk mengetahui validitas isi butir soal UAS genap tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran PKn kelas III SD memiliki butir soal valid sebanyak 95%, butir oal yang tidak valid sebanyak 5%. Valid dalam penelitian ini adalah adanya kesesuaian antara materi, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Analisis validitas isi juga dilakukan dalam penelitian Adiputra (2011)

dengan hasil menunjukkan relevansi antara standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dengan butir soal dari 60 soal terdapat 56 (93%) butir soal relevan dan 4 butir soal (7%) tidak relevan dengan indikator soal.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan alat ukur dalam suatu pengukuran (Sangadji, 2010: 145). Instrumen dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur aspek selama beberapa kali dan hasilnya relatif sama atau tetap. Tujuan utama mengukur reliabilitas adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keajegan skor tes (Kusaeri, 2012: 177). Berpedoman pada pendapat ahli, reliabilitas adalah ketepatan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil yang sama ketika diguanakn dimana saja. Hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti untuk mengetahui reliabilitas butir soal UAS genap tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran PKn kelas III SD, sebesar 0,215. Apabila reliabilitas pada suatu soal menunjukkan angka di antara

0, 20 ≤ r ≤ 0,39 maka korelasi soal memiliki reliabilitas yang rendah (Basuki, 2014: 119). Analisis reliabilitas juga dilakukan dalam penelitian Sartika (2013) yang menghasilkan reliabilitas butir soal termasuk dalam kategori rendah dengan r = 0,322.

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah ukuran yang menunjukkan kesulitan soal untuk diselesaikan oleh siswa (Rahkmat, 2001: 190). Sebuah soal dikatakan sukar jika sebagian besar peserrta didik gagal

menyelesaikannya, sebaliknya soal dikatakan mudah jika sebagian besar peserta didil mampu menyelesaikannya (Surapranata, 2004: 12). Hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal UAS genap tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran PKn kelas III SD, diperoleh hasil 80% soal dalma kategori sukar. Sedangkan untuk kategori mudah diperoleh hasil dengan persentase 20%.

Analisis tingkat kesukaran juga dilakukan oleh Adiputra (2011), Rahayu (2013), Sartika (2013), dan Rahmani (2015) dengan hasil analisis tingkat kesukaran yang tidak sesuai proporsi yang dijelaskan oleh (Sulistyorini, 2009: 174)

4. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah (Arikunto,2012: 226). Menurut Arifin (2009: 273) daya pembeda adalah sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Hasil pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui daya beda butir soal UAS genap tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran PKn kelas III SD diperoleh hasil 50% tergolong dalam kategori baik dan 50% tergolong dalam kategori jelek.

Dokumen terkait