• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian pengembangan ini dilakukan oleh peneliti sesuai dengan prosedur pengembangan Sugiyono, yang telah dimodifikasi sehingga penelitian ini hanya sampai uji coba terbatas.

4.1.1 Penjelasan Proses Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Bangun Ruang Sederhana Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

4.1.1.1Potensi dan Masalah

Potensi yang peneliti lihat adalah tentang pembelajaran geometri

bangun ruang sederhana di SDN Sendangadi 2 kelas IV. Konsep geometri bangun ruang sederhana dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan matematis-logis dan ruang-visual. Siswa yang memahami konsep geometri dengan benar maka mereka akan dengan mudah menunjukkan suatu kemahiran dan ketrampilan dalam memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemuinya dalam kehidupan terutama yang berkaitan dengan penggunaan bilangan, logika, abstraksi, kategorisasi, perhitungan, mengenal bentuk ataupun benda secara tepat dan memiliki

kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang. Maka dari itu konsep geometri ini sangat penting untuk dipelajari.

Masalah yang peneliti lihat pada waktu Probaling peneliti melakukan

observasi di SDN Sendangadi 2 kelas V pada tanggal 14 April 2015 dan 16 April 2015. Peneliti melihat jika siswa mengalami kesulitan memahami konsep bangun ruang sederhana (sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok serta jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok). Adapun rekapitulasi hasil observasinya pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran di SDN Sendangadi 2

No Aspek yang Diamati 14 April 2015 (Balok dan Kubus)

16 April 2015 (Jaring-jaring balok

dan kubus) Deskripsi Hasil Kegiatan

1 Penggunaan media dalam pembelajaran

Media bangun ruang kubus dan balok dari plastik

Tidak menggunakan media 2 Penerapan metode pembelajaran tertentu untuk membantu siswa dalam memahami materi

Ceramah dan observasi Ceramah dan diskusi

3 Penerapan model pembelajaran tertentu untuk membantu siswa dalam memahami materi

Kooperatif namun belum begitu nampak

Kooperatif namun belum begitu nampak

4 Kesulitan yang sering muncul pada siswa

Siswa kesulitan untuk mamahami sifat-sifat bangun ruang, siswa kesulitan untuk

menggambar dan

membedakan bangun antara ruang kubus dan balok.

Siswa kesulitan untuk menggambar jaring-jaring serta membedakan antara jaring-jaring kubus dan balok.

Data di atas menunjukan bahwa dari dua kali observasi peneliti melihat pembelajaran di kelas kurang kondusif dan kegiatan pembelajaran kurang

bervariatif, untuk media yang digunakan hanya bangun ruang dari plastik, metode yang digunakan di dominasi oleh metode ceramah, dan model pembelajaran dari dua kali pertemuan adalah kooperatif namun belum begitu nampak. Pembelajaran yang kurang bervariatif membuat siswa kurang tertarik atau kurang berminat untuk belajar, selain itu dapat diketahui bahwa dari dua kali observasi peneliti melihat siswa sering mengalami kesulitan belajar yaitu siswa kesulitan untuk mamahami sifat-sifat bangun ruang, siswa kesulitan untuk menggambar bangun ruang dan membedakan bangun ruang kubus dan balok.

4.1.1.2Pengumpulan Data

Instrumen pra-penelitian untuk guru dan siswa divalidasi oleh seorang validator dengan latar belakang seorang dosen matematika dan hasilnya adalah baik dengan hasil rata-tata, dengan demikian instrumen tersebut layak untuk dibagikan kepada guru dan siswa.

a. Hasil Angket Pra-Penelitian untuk Guru

Angket untuk guru dibagikan kepada dua guru kelas IV di SD yang berbeda yakni SDN Sendangadi 2 dan SDN Kadirojo pada tanggal 29 Juli 2015. Hasil angket pra-penelitian ada papa lampiran 5 dan 6. Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi angket pra-penelitian yang telah diisi oleh guru.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Angket Pra-Penelitian

No Pertanyaan Guru SDN Sendangadi 2 Guru SDN Kadirojo Jawaban 1

Bagaimana Bapak/ Ibu menerapkan metode pembelajaran tertentu untuk membantu siswa

Dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dan

dalam memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana?

ceramah

2

Bagaimana Bapak/ Ibu menerapkan model pembelajaran tertentu untuk membantu siswa dalam memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana?

Menggunakan model

CTL Kooperatif

3

Bagaimana cara Bapak/ Ibu dalam mengajarkan materi sifat-sifat bangun ruang sederhana menggunakan media?

Dengan mengamati benda-benda yang terletak disekitar kita membuat bangun rang sederhana dan meminta siswa untuk mencari sifat-sifat bangun ruang

meminta siswa untuk mengamati media dan menjelaskan sifat-sifat

bangun ruang

sederhana

4

Bagaimana ketercapaian nilai KKM siswa pada materi sifat-sifat bangun ruang sederhana?

Beberapa siswa ada yang belum mencapai KKM sebesar 25%

Beberapa siswa tidak mencapai KKM

5

Kesulitan apa yang sering muncul pada siswa saat mempelajari sifat-sifat bangun ruang sederhana?

Siswa masih diberi petunjuk dalam membedakan kubus

dan balok

(membedakan sisi, rusuk, dan titik sudut)

Membedakan bangun ruang kubus dan balok serta menggambar

6

Bagaimana Bapak/ Ibu menerapkan metode pembelajaran tertentu untuk membantu siswa dalam memahami jaring-jaring bangun ruang sederhana?

Menggunakan metode diskusi kelompok, demonstrasi, dan ceramah

Ceramah dan diskusi

7

Bagaimana cara Bapak/Ibu

menggunakan model

pembelajaran tertentu untuk membantu siswa dalam memahami jaring-jaring bangun ruang sederhana?

Menggunakan model

CTL Kooperatif

8

Bagaimana Bapak/ Ibu dalam mengajarkan materi jaring-jaring bangun ruang sederhana menggunakan media? Siswa diminta menggamabar dan menggunting gambar jaring-jaring, melipatnya sehingga terbentuk bangun ruang Guru menjelaskan mengenai jaring-jaring dan meminta siswa untuk menggambar jaring-jaring

9

Bagaimana ketercapaian nilai KKM siswa pada materi jaring-jaring bangun ruang sederhana?

75% siswa sudah mencapai KKM

Beberapa siswa tidak mencapai KKM

10

Kesulitan apa yang sering muncul pada siswa saat mempelajari jaring-jaring bangun ruang sederhan?

Siswa kurang

memahami dan

membedakan jaring-jaring kubus dan balok

Membedakan jaring-jaring kubus dan balok seta menggambar jaring-jaringnya.

Data dari dua guru yang mengisi lembar angket, keduanya mengatakan bahwa kesulitan yang sering muncul pada siswa saat mengerjakan sifat-sifat bangun ruang sederhana adalah membedakan

bidang sisi, rusuk, dan titik sudut. Selain itu, kedua guru tersebut juga mengatakan bahwa kesulitan yang sering muncul pada siswa saat mengerjakan jaring-jaring bangun ruang sederhana adalah beberapa siswa masih kebingungan untuk membedakan jaring-jaring kubus dan balok.

Kesulitan yang terjadi pada siswa ini bisa disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang maksimal, pembelajaran yang diterapkan di kedua Sekolah Dasar tersebut berdasarkan angket guru sebagai berikut: Metode pembelajaran yang digunakan dari 2 guru kelas IV adalah ceramah, diskusi, dan demonstrasi, sedangkan untuk model pembelajarannya adalah CTL dan kooperatif. Cara mengajarkan materi bangun ruang sederhana di SDN Sendangadi 2 untuk materi sifat-sifat kubus dan balok dengan meminta siswa mengamati benda-benda, membuat bangun ruang, dan meminta anak mencari sifat-sifatnya. Materi jaring-jaring kubus dan balok dengan cara meminta siswa menggambar, menggunting, dan melipatnya. Cara mengajarkan materi bangun ruang sederhana di SDN Kadirojo untuk materi sifat-sifat kubus dan balok dengan meminta siswa untuk mengamati media dan menjelaskan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Sedangkan untuk materi jaring-jaring kubus dan balok, guru menjelaskan mengenai jaring-jaring dan meminta siswa untuk menggambar jaring-jaring kubus dan balok. Proses pembelajaran yang kurang maksimal menimbulkan efek pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), di SDN Sendangadi 2 ada sekitar 25% siswa mencapai KKM, di SDN Kadirojo ada beberapa siswa tidak mencapai KKM. Kesulitan belajar yang sering muncul pada siswa di kedua SD tersebut

adalah: siswa masih diberi petunjuk dalam membedakan kubus dan balok (membedakan sisi, rusuk, dan titik sudut), siswa kesulitan dalam menggambar bangun ruang, siswa kurang memahami materi dan membedakan jaring-jaring kubus dan balok, dan siswa kesulitan untuk menggambar jaring-jaring.

b. Hasil Angket Pra-Penelitian untuk Siswa

Peneliti menyusun angket untuk memperkuat pengamatan peneliti tentang pemahaman siswa mengenai bangun ruang sederhana. Sebelum disebarkan peneliti melakukan validasi untuk menilai instrumen layak untuk diujicobakan. Hasil dari validasi adalah baik dengan hasil rata-rata 2,8 pada angket pra-penelitian untuk guru dan 2,8 pada angket untuk siswa. Berikut ini adalah rekapan hasil angket pra-penelitian yang diberikan kepada siswa:

Tabel 4.3. Persentase Ketidaktercapaian Pra-Penelitian Per-Item Siswa

No PERTANYAAN Indikator Ketidak

Tercapaian Per-item

1.

Gambar di bawah ini adalah gambar kubus: 4%

2. Kubus memiliki empat bidang sisi 47%

3. Kubus memiliki duabelas rusuk 14%

4. Kubus memiliki enam titik sudut 28%

5. Semua sisi kubus sama panjang 9%

6.

Gambar di bawah ini adalah gambar balok: 4%

7. Balok memiliki enam bidang sisi 52%

8. Balok memiliki delapan rusuk 57%

9. Balok memiliki delapan titik sudut 19%

11.

Gambar di bawah ini adalah gambar jaring-jaring kubus:

0%

12.

Gambar di bawah ini adalah gambar jaring-jaring kubus:

47%

13

Gambar di bawah ini adalah gambar jaring-jarin balok:

23%

14

Jaring-jaring di bawah ini adalah jaring-jaring balok: 4%

15.

Jaring-jaring di bawah ini adalah jaring-jaring kubus: 4%

Tabel 4.4 Persentase Ketidaktercapaian Kisi-Kisi

No Indikator pernyataan No. item

Persentase ketidak tercapaian perindikator 1 Mengetahui sifat- sifat kubus 1-5 20% 2 Mengetahui sifat- sifat balok 6-9 33% 3 Mengetahui jaring-jaring kubus 11, 13, 15 22% 4 Mengetahui jaring-jaring balok 10, 12, 14 9%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa urutan persentase ketidaktercapaian terbesar berada pada indikator dimulai dari indikator 2, 3, 1, dan 4. Indikator 2 yaitu mengetahui sifat-sifat balok dengan persentase 33%, indikator 3 mengetahui jaring- jaring kubus dengan

persentase 22%, indikator 1 yaitu mengetahui sifat-sifat kubus dengan persentase 20%, dan indikator 4 yaitu Mengetahui jaring- jaring balok dengan persentase 9%.

Indikator 2 memiliki persentase kesalahan terbesar pertama dikarenakan siswa kurang memahami sifat-sifat balok dengan baik, hal ini terbukti dari jumlah keseluruhan 21 siswa terdapat 12 siswa yang menjawab salah pada item 8 dengan persentase sebesar 57% dan terdapat 11 siswa yang menjawab salah pada item 7 dengan persentase sebesar 52%.

Indikator 1 dan indikator 4 memiliki persentase kesalahan terbesar kedua dikarenakan siswa kurang memahami sifat-sifat balok dan jaring-jaring kubus dengan baik, hal ini terbukti dari jumlah keseluruhan 21 siswa terdapat 10 siswa yang menjawab salah pada item 2 dan item 12 dengan persentase sebesar 47%.

Berdasarkan 4 item yang memiliki persentase kesalahan terbesar peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran yang memuat materi pada indikator 4 item tersebut. Materi tersebut adalah: 1) sifat-sifat bangun ruang sederhana (kubus dan balok) dan 2) jaring-jaring kubus dan balok.

4.1.1.3Desain Produk

Berdasarkan hasil observasi dan angket, maka peneliti merancang prototipe perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Bagian Pertama

Bagian ini adalah bagian pendahuluan untuk mengantarkan para pembaca prototipe agar lebih memahami dan mengenal teori pembelajaran van Hiele. Bagian pertama dibagi menjadi tiga sub judul sebagai berikut:

Pertama, kekhasan tingkat berpikir dalam belajar geometri berdasarkan van Hiele yaitu: level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2 (deduksi

informal), level 3 (deduksi), dan level 4 (ketepatan).

Kedua, Lima fase dalam pembelajaran van Hiele yaitu: 1) fase

penyelidikan, 2) fase orientasi langsung, 3) fase penjelasan, 4) fase orientasi bebas, dan 5) fase integrasi.

Ketiga, proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran van Hiele,

menjelaskan tentang uraian pembelajaran yang diuraikan secara jelas dengan menyertakan kegiatan yang dilakukan, materi, media, soal dan kunci jawaban.

b. Bagian Kedua

Bagian kedua berisikan silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), peneliti hanya menyantumkan satu RPP yaitu RPP I tentang materi sifat-sifat kubus dikarenakan RPP ini yang sudah peneliti ujicobakan. Silabus disusun berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sedangkan RPP yang dikembangkan memiliki komponen identitas, kompetensi inti, kompetensi dasar yang diturunkan dari silabus. RPP yang akan dikembangkan menggunakan model pembelajaran van Hiele, hal ini dapat dilihat pada setiap kegiatan menggunakan fase-fase van Hiele yang digunakan dalam pembelajaran geometri bangun ruang sederhana (kubus dan balok).

c. Bagian Ketiga

Bagian ketiga ini berisikan Lembar Kerja Siswa pembelajaran I (LKS) yang didalamnya memuat materi dan kegiatan untuk memahami konsep sifat-sifat bangun ruang kubus berdasarkan fase dalam teori van Hiele.

4.1.1.4Validasi Desain

Prototipe sudah divalidasi oleh 1 pakar ahli yang berlatar belakang sebagai dosen matematika dan 1 guru SD kelas IV, adapun hasil validasisnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9 halaman 94 dan 96 berikut ini hasil rekapitulasi validasi yang dilakukan oleh dosen dan guru SD.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Validasi Produk

Validator Skor Total Rata-rata Rata-rata Keseluruhan

Dosen 34 3,4

3,60

Guru 77 3,8

Hasil penilaian dari dosen dengan total skor 34 dan rata-tara 3,4 sedangkan hasil penilaian dari guru memiliki total skor 77 dan rata-rata 3,8. Skor keseluruhan yang didapatkan adalah 111 sehingga rata-rata keselurhannya adalah 3,60 menunjukan bahwa kualitas produk sangat baik. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa produk berupa prototipe perangkat pembelajaran bangun ruang sederhana untuk kelas IV memiliki kualitas sangat baik, namun masih ada beberapa masukan/komentar yang perlu dipertimbangkan agar produk yang dibuat menjadi lebih baik lagi. Masukan/ komentar ini menjadi bahan pertimbangan pada saat melakukan revisi desain.

4.1.1.5Revisi Desain

Berdasarkan penilaian dan komentar dari validator maka peneliti melakukan revisi desain, bagian produk yang mengalami revisi atau perubahan adalah bagian penulisan yang kurang karena pada saat pengetikan ada beberapa kata yang kurang sempurna dan kurang tepat, bagian kesesuaian indikator karena pembuatan indikator harus lebih disesuaikan tingkat berpikir van Hiele level 1 yaitu analisis, bagian penilaian karena pembuatan rubrik penilaian harus lebih jelas dalam pemberian skoring dan sesuai dengan indikator, serta pada bagian panduan untuk guru (Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran van

Hiele) menambahkan sedikit keterangan halaman pada setiap kegiatan

yang akan dilakukan.

4.1.1.6Ujicoba Produk

Produk yang peneliti hasilkan berupa prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun ruang sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar terdiri dari tiga RPP yaitu: RPP I materi sifat – sifat bangun ruang kubus, RPP II materi sifat – sifat bangun ruang balok, dan RPP III materi jaring-jaring kubus dan balok. Ujicoba terbatas peneliti lakukan hanya untuk RPP 1, RPP dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 114. Ujicoba terbatas dilakukan di SDN Sendangadi 2 pada Tanggal 16 Desember 2015 kepada 11 siswa kelas IV dari hasil ujicoba siswa memahami sifat-sifat kubus, hal tersebut dibuktikan dengan nilai hasil pengerjaan soal evaluasi pada fase integrasi. Berikut adalah tabel presentase nilai evaluasi:

4.1.2 Deskripsi Kualitas Prototipe Perangkat Pembelajaran Model Dapat Membantu Siswa Kelas IV Memahami Konsep Bangun Ruang Sederhana.

Peneliti saat melakukan uji coba prototipe mengajarkan materi macam-macam segi empat dengan menerapkan lima fase van Hiele dengan tujuan supaya siswa memahami konsep segi empat. Adapun proses pembelajaran pada tiap fasenya adalah sebagai berikut:

a. Fase Informasi

Fase informasi pada pertemuan pertama dapat terlihat pada awal pembelajaran yang diawali dengan guru membuka pelajaran dengan bernyanyi tenteng lagu yang berkaitan tentang bangun ruang kubus. Kegiatan ini mengarahkan siswa untuk tahu materi apa yang akan mereka pelajari pada pertemuan pertama ini. Setelah siswa mengetahui apa yang akan mereka pelajari guru memperlihatkan gambar dadu yang berbentuk kubus dan melakukan kegiatan tanya jawab tentang gambar dadu tersebut. Kegiatan ini memicu keingintahuan siswa tentang bangun ruang kubus melalui gambar dadu, setelah rasa ingin tahu meraka timbul kemudian

guru mengajak siswa untuk membaca teks cerita yang berjudul “Dadu yang Lucu”. Melalui membaca cerita tersebut siswa mendapatkan

informasi awal tentang bangun ruang kubus dari media dadu ular tangga

yang diceritakan seperti “dadu tersebut terbentuk dari bangun ruang kubus yang memiliki bidang sisi yaitu sekat (bagian) yang membatasi bagian dalam dan bagian luar, titik sudut yaitu perpotongan tiga bidang

sisi atau perpotongan tiga rusuk atau lebih, dan rusuk yaitu pertemuan antara dua buah sisi atau perpotongan dua bidang sisi”.

Gambar 4.1. Siswa membaca teks cerita tentang dadu yang lucu

Setelah selesai membaca guru mengajak siswa mengamati dadu yang terbuat dari kertas manila. Di sini siswa mulai mengaplikasikan informasi awal yang dia dapatkan dengan benda dadu (konkret), efek positif yang timbul pada diri siswa dalam fase informasi ini adalah timbulnya sikap antusias siswa dalam belajar dan menemukan sesuatu dari dadu tersebut, sikap ini dapat dilihat pada bukti gambar di bawah ini.

Gambar 4.2. Siswa mengamati dadu berbentuk kubus

Seluruh kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan pengamatan dari guru, seluruh siswa telah melakukan kegiatan fase informasi dengan

baik, dalam arti seluruh kegiatan dari fase informasi/kegiatan telah

“tercapai” oleh seluruh siswa.

b. Fase Orientasi Langsung

Fase informasi tadi mendorong siswa untuk memasuki fase berikutnya yaitu fase orientasi langsung. Fase orientasi langsung dimulai dengan guru

meminta siswa untuk mengerjakan soal cerita “Dadu yang Lucu”, siswa

menjawab soal-soal tersebut dengan bantuan teks cerita yang sudah ada dan arahan dari guru. Kegiatan ini menimbulkan rasa senang pada siswa karena mereka terbantu dan merasa mudah dalam mempelajari bangun ruang kubus.

Gambar 4.3. Siswa mengerjakan soal cerita dadu yang lucu

Selesai mengerjakan soal cerita, kemudian guru mengajak siswa untuk membahas jawaban soal cerita tersebut. Dari kegiatan mengerjakan soal dan membahasnya siswa mendapatkan informasi-informasi yang cukup tentang bentuk dan ciri-ciri bangun ruang kubus. Hasil dari kegiatan

ini menunjukan bahwa 100% siswa dikatakan “tercapai” dengan nilai

tertinggi 10 dan nilai terendah 8 dengan rata-rata 9,8. Ketika pemahaman siswa tentang bangun ruang kubus sudah cukup baik guru meminta siswa untuk melakukan observasi baik itu di dalam kelas ataupun di halaman

seolah untuk mencari benda-benda di lingkungan sekitar yang bentuknya sama dengan kubus.

Gambar 4.4. Siswa melakukan observasi

Kegiatan ini menimbulkan sikap aktif, kreatif, imajinatif, kerjasama, tolong-menolong antar teman satu kelompok, dan eksplorasi. Di dalam gambar tersebut siswa dapat dengan mudah menemukan benda berbentuk kubus dengan tepat, hasil dari kegiatan ini 100% kelompok

dikatakan “tercapai”, hal ini menunjukan bahwa guru sudah menekankan

fase orientasi langsung dengan baik.

c. Fase Penjelasan

Fase penjelasan diawali dengan siswa mempresentasikan hasil dari kegiatan observasinya. Siswa menyampaikan benda apa saja yang mereka temukan, di mana mereka menemukan benda tersebut, dan hasil gambar dari benda tersebut. Di sini kelompok yang mempresentasikan hasil observasinya akan diberi pertanyaan dari kelompok lain, dari 3 kelompok semuanya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dari kelompok lain dengan baik dan benar, hal ini membuktikan bahwa 100% siswa telah

Gambar 4.5. Siswa mempresentasikan hasil observasinya

Kegiatan berikutnya adalah guru memberikan penjelasan tentang sifat-sifat bangun ruang kubus dan memberikan bangun ruang kubus yang terbuat dari kertas karton serta beberapa gambar kubus yang menunjukan bidang sisi, titik sudut, dan rusuk untuk memudahkan guru saat menjelaskan dan siswa saat menerima penjelasan.

Guru menjelaskan sifat-sifat bangun ruang kubus dan sudah ada beberapa siswa yang inisiatif untuk menunjuk apa yang sedang dijelaskan oleh guru. Contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini, ketika guru sedang menjelaskan apa yang dimaksud bidang sisi beberapa siswa sudah menunjuk apa yang dimaksud bidang sisi tersebut.

d. Fase Orientasi Bebas

Ketika siswa sudah mendapatkan informasi, menggali informasi dengan beberapa arahan, dan mendapatkan penjelasan. Kegiatan selanjutnya adalah pemecahan masalah yang kompleks, siswa diberikan soal-soal untuk mengasah kemampuannya serta pemahaman mereka sendiri dan dengan cara mereka sendiri.

Gambar 4.7 Siswa mengerjakan soal

Gambar di atas menunjukan kegiatan pada saat siswa menentukan berapa jumlah bidang sisi, titik sudut, rusuk, dan sisi kongruen dari kegiatan ini seluruh siswa dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan berada pada rentang skor/ penilaian “20” dan “25” yang berarti tujuan pembelajaran telah

“tercapai”, selain kegiatan menentukan jumlah dari setiap bagian bangun ruang kubus. Kegiatan yang lain adalah ketika siswa menggambar bangun ruang kubus dengan cara mereka sendiri. Hasil dari kegiatan ini menunjukan bahwa siswa dapat menggambar bangun ruang kubus sesuai dengan bentuknya seperti yang ditunjukan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.8. Siswa sedang menggambar kubus

e. Fase Integrasi

Fase integrasi ditunjukan pada kegiatan mengerjakan soal evalusai secara individu. Kegiatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.9. Siswa mengerjakan soal evaluasi

Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan kemampuan mereka sendiri dan tanpa bantuan dari siapapun. Pada gambar diatas terlihat semua semua siswa mencoba mengerjakan soal tersebut dengan kemampuan mereka sendiri. Hasil dari kegiatan evaluasi menunjukan bahwa 55% siswa mendapat nilai 80 (5 siswa), 27% siswa mendapat nilai 90 (4 siswa), 18% siswa mendapat nilai 100 (2 siswa), dengan hasil rata-rata nilai satu kelas berjumlah 11 siswa yang mengerjakan soal evaluasi adalah 8,8 dengan nilai terendah 8,0 dan nilai tertinggi 10. Melihat dari hasil tersebut

menunjukan bahwa tujuan fase integrasi yaitu siswa mampu mengintegrasikan pengetahuan yang telah diamati dan didiskusikan telah

“tercapai”, dan semua fase-fase yang telah dilewati dapat membantu siswa dalam memahami konsep bangun ruang kubus.

Selesai mengerjakan soal evaluasi, kemudian siswa mencoba

Dokumen terkait