• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 6 A Hasil Uji Asumsi

B. Hasil Penelitian

1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel penelitian diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas sebaran menggunakan Lilliefors test menunjukkan sebaran normal dengan bantuan SPSS for Windows version 17.00. kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0.05 maka sebaran data tersebut normal.

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas

No Variabel Signifikansi (p) Keterangan

1 Kecemasan Ekstrovert 0.052 Terdistribusi normal 2 Kecemasan Introvert 0.200 Terdistribusi normal

Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa variabel kecemasan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki signifikansi p > 0.05, artinya populasi data kecemasan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert terdistribusi secara normal.

1.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene test dengan bantuan SPSS 17.00. jika nilai berada di atas 0.05 (ρ > 0.05) maka populasi sampel dalam penelitian ini homogen.

Tabel 15. Hasil Uji Homogenitas

F Sig.

Kecemasan 0.810 0.372

Data penelitian dikatakan homogen apabila signifikansi menunjukkan nilai lebih besar dari 0.05 (ρ > 0.05). Berdasarkan data yang diperoleh di tabel 15 didapatkan nilai signifikansi kecemasan menghadapi kematian sebesar 0.0372 sehingga dapat dikatakan bahwa sampel bersifat homogen terhadap populasi.

IV.B.2. Uji Hipotesis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya perbedaan kecemasan menghadapi kematian antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Untuk melakkan pengujuian statistik maka terlebih dahulu dilakukan perumusan hipotetis statistik, yaitu:

1. Ho : tidak ada perbedaan kecemasan menghadapi kematian antara kepribadian ekstrovert dan introvert.

2. Ha : lansia dengan kepribadian ekstrovert akan memiliki kecemasan yang lebih ringan dibandingkan dengan lansia dengan kepribadian introvert.

Tabel 16. Independent Samples Test

t-test for equality of means

df Sig (2- tailed) Mean difference Std. Error Differnce Kecemasan Equal varians assumed 51 0.790 -.343 1.284

Hasil penghitungan uji-t di atas, didapatkan nilai ρ > 0.05, yakni sebesar 0.395 sehingga didapatkan kesimpulan bahwa Ho diterima sehingga Ha ditolak. Dengan demikian hipotesis yang diungkapkan dalam penelitian ini diterima, yaitu tidak ada perbedaan kecemasan menghadapi kematian antara lansia dengan kepribadian ekstrovert dan lansia dengan kepribadian introvert.

No Tipe Kepribadian Mean Std Deviation

1 Ekstrovert 54.84 5.047

2 Introvert 55.18 3.887

Jika dilihat melalui nilai mean, terdapat perbedaan dimana mean tertinggi diperoleh kelompok subjek dengan tipe kepribadian introvert yakni sebesar 55.18 (SD = 2.5), sedangkan kelompok subjek tipe kepribadian ekstrovert memiliki nilai mean sebesar 54.84 (SD = 2.83). Tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan sehingga antara kecemasan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert tidak memiliki perbedaan.

C. Hasil Analisis Tambahan

1. Perbedaan Kecemasan Menghadapi Kematian ditinjau dari Aspek-Aspek Kecemasan

a. Suasana Hati

Tabel 17. Hasil Analisa Perbedaan Suasana Hati antara Dimensi Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Aspek 1 Tipe Kepribadian Jumlah Mean

Suasana hati Ekstrovert 31 12.97

Suasana hati Introvert 22 13.14

Tabel 18. Uji Normalitas

No Variabel Signifikansi (p) Keterangan

1 Kecemasan Ekstrovert 0.000 Tdk Terdistribusi normal 2 Kecemasan Introvert 0.066 Terdistribusi normal

Tabel 19. Test Statistik

Suasanahati

Mann-Whitney U 303.000

Sig. (2-tailed) 0.481

Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat mean yang diperoleh untuk dimensi kepribadian ekstrovert = 12.97 dan untuk introvert = 13.14. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari aspek suasana hati adalah uji Mann-Whitney U. Hal ini dikarenakan peneliti ingin membandingkan rata-rata dari dua kelompok. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh p>0.05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kecemasan menghadapi kematian yang signifikan ditinjau dari aspek suasana hati.

b. Pikiran

Tabel 20. Hasil Analisa Perbedaan Pikiran antara Dimensi Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Aspek 2 Tipe Kepribadian Jumlah Mean

Pikiran Ekstrovert 31 12.61

Pikiran Introvert 22 12.77

Tabel 21. Uji Normalitas

No Variabel Signifikansi (p) Keterangan

1 Kecemasan Ekstrovert 0.000 Tdk Terdistribusi normal 2 Kecemasan Introvert 0.004 Tdk Terdistribusi normal

Tabel 22. Test Statistik Pikiran

Mann-Whitney U 340.500

Sig. (2-tailed) 0.992

Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat mean yang diperoleh untuk dimensi kepribadian ekstrovert = 12.61 dan untuk introvert = 12.77. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari aspek pikiran adalah uji Mann-Whitney U. Hal ini dikarenakan peneliti ingin membandingkan rata-rata dari dua kelompok. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh p>0.05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kecemasan menghadapi kematian yang signifikan ditinjau dari aspek pikiran.

c. Motivasi

Tabel 23. Hasil Analisa Perbedaan Motivasi antara Dimensi Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Aspek 3 Tipe Kepribadian Jumlah Mean

Tabel 24. Uji Normalitas

No Variabel Signifikansi (p) Keterangan

1 Kecemasan Ekstrovert 0.000 Tdk Terdistribusi normal 2 Kecemasan Introvert 0.000 Tdk Terdistribusi normal

Tabel 25. Test Statistik Motivasi

Mann-Whitney U 321.500

Sig. (2-tailed) 0.699

Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat mean yang diperoleh untuk dimensi kepribadian ekstrovert = 8.35 dan untuk introvert = 8.27. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari aspek motivasi adalah uji Mann-Whitney U. Hal ini dikarenakan peneliti ingin membandingkan rata-rata dari dua kelompok. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh p>0.05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kecemasan menghadapi kematian yang signifikan ditinjau dari aspek motivasi.

d. Perilaku gelisah

Tabel 26. Hasil Analisa Perbedaan Perilaku Gelisah antara Dimensi Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Aspek 4 Tipe Kepribadian Jumlah Mean

Perilaku gelisah Ekstrovert 31 10.74

Perilaku gelisah Introvert 22 10.73

Tabel 27. Uji Normalitas

No Variabel Signifikansi (p) Keterangan

1 Kecemasan Ekstrovert 0.001 Tdk Terdistribusi normal 2 Kecemasan Introvert 0.001 Tdk Terdistribusi normal

Tabel 28. Test Statistik

Perilaku gelisah

Mann-Whitney U 330.000

Sig. (2-tailed) 0.838

Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat mean yang diperoleh untuk dimensi kepribadian ekstrovert = 10.74 dan untuk introvert = 10.73. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari aspek perilaku gelisah adalah uji Mann-Whitney U. Hal ini dikarenakan peneliti ingin membandingkan rata-rata dari dua kelompok. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh p>0.05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kecemasan menghadapi kematian yang signifikan ditinjau dari aspek perilaku gelisah.

e. Reaksi-Reaksi Biologis

Tabel 29. Hasil Analisa Perbedaan Reaksi-Reaksi Biologis antara Dimensi Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Aspek 5 Tipe Kepribadian Jumlah Mean

Reaksi-reaksi biologis Ekstrovert 31 10.19

Reaksi-reaksi biologis Introvert 22 10.27

Tabel 30. Uji Normalitas

No Variabel Signifikansi (p) Keterangan

1 Kecemasan Ekstrovert 0.038 Tdk Terdistribusi normal 2 Kecemasan Introvert 0.001 Tdk Terdistribusi normal

Tabel 31. Test Statistik

Reaksi biologis

Mann-Whitney U 327.500

Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat mean yang diperoleh untuk dimensi kepribadian ekstrovert = 10.19 dan untuk introvert = 10.27. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari aspek reaksi-reaksi biologis adalah uji Mann-Whitney U. Hal ini dikarenakan peneliti ingin membandingkan rata-rata dari dua kelompok. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh p>0.05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kecemasan menghadapi kematian yang signifikan ditinjau dari aspek reaksi-reaksi biologis.

2. Perbedaan Kecemasan Menghadapi Kematian ditinjau dari Jenis Kelamin

Untuk melihat perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 32. Hasil Analisa Perbedaan Kecemasan menghadapi Kematian ditinjau dari Jenis Kelamin

Jenis kelamin Subjek Mean Standar deviasi

Laki-laki 19 54.72 5.554

Perempuan 53 56.21 4.435

Tabel 33. Uji Normalitas

No Variabel Signifikansi (p) Keterangan

1 Kecemasan Ekstrovert 0.135 Tdk Terdistribusi normal 2 Kecemasan Introvert 0.017 Terdistribusi normal

Tabel 34. Test Statistik

Jenis kelamin

Mann-Whitney U 398.500

Sig. (2-tailed) 0.178

Berdasarkan data pada tabel 32, dapat dilihat bahwa kecemasan menghadapi kematian pada laki-laki memiliki nilai rata-rata sebesar 54.72 dengan

standar deviasi sebesar 5.554 dan kecemasan menghadapi kematian pada perempuan memiliki nilai rata-rata 56.21 dengan standar deviasi sebesar 4.435. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari jenis kelamin adalah uji Mann-Whitney U. Hal ini dikarenakan peneliti ingin membandingkan rata-rata dari dua kelompok. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh p>0.05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kecemasan menghadapi kematian yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin.

3. Perbedaan Kecemasan Menghadapi Kematian ditinjau dari Status Pekerjaan

Untuk melihat perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 35. Perbedaan Kecemasan Menghadapi Kematian ditinjau dari Status Pekerjaan

Status Pekerjaan Subjek Mean Standar Deviasi

Bekerja 18 55.44 5.032

Tidak Bekerja 54 55.00 4.710

Tabel 36. Uji Normalitas

No Variabel Signifikansi (p) Keterangan

1 Kecemasan Ekstrovert 0.098 Terdistribusi normal 2 Kecemasan Introvert 0.200 Terdistribusi normal

Tabel 37. Independent Samples Test

t-test for equality of means df Sig (2- tailed) Mean difference Std. Error Differnce kecemasan Equal varians assumed 70 0.734 0.444 1.304

Berdasarkan data pada tabel 35, dapat dilihat bahwa kecemasan menghadapi kematian pada lansia yang bekerja memiliki nilai rata-rata sebesar 55.44 dengan standar deviasi sebesar 5.032 dan kecemasan menghadapi kematian pada lansia yang tidak bekerja memiliki nilai rata-rata 55.00 dengan standar deviasi sebesar 4.710. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari status pekerjaan adalah uji independent t-test. Hal ini dikarenakan peneliti ingin membandingkan rata-rata dari dua kelompok. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh p>0.05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kecemasan menghadapi kematian yang signifikan ditinjau dari status pekerjaan.

D. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan terhadap 72 sampel yang diberikan pada orang yang termasuk kategori lanjut usia di Medan. Dari tujuan penelitian ini, akan dibagi menjadi dua kategori yaitu dari dimensi kepribadian ekstrovert dan dimensi kepribadian introvert. Dari 72 sampel diperolehlah sampel yang memiliki dimensi kepribadian ekstrovert adalah 31 orang dan sampel yang memiliki dimensi kepribadian introvert berjumlah 22 orang. Sedangkan yang tidak tergolongkan berjumlah 19 sampel.

Pengujian hipotesis dari kedua variabel tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan menghadapi kematian lansia dengan kepribadian ekstrovert dan lansia dengan kepribadian introvert. Hasil pengujian dengan menggunakan uji-t menunjukkan nilai ρ > 0.05, yakni sebesar

0.790, artinya Ho diterima sehingga Ha ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Nurul Rosidah (2010) yang menyatakan bahwa tipe kepribadain ekstrovert akan mengalami kecemasan ringan sedangkan tipe kepribadian introvert akan mengalami kecemasan sedang atau berat. Meskipun sebenarnya jika dilihat dari besarnya mean kecemasan menghadapi kematian pada lansia dengan tipe kepribadian introvert = 55.18 lebih besar dari mean kecemasan menghadapi kematian dengan tipe kepribadian ekstrovert = 54.84, namun, hal ini tidak cukup untuk menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kecemasan menghadapi kematian pada lansia tipe kepribadian ekstrovert introverrt.

Berdasarkan kategorisasi kecemasan menghadapi kematian, kecemasan kategori ringan pada subjek penelitian sebesar 13.9%, kecemasan kategori sedang sebesar 73.6%, dan kecemasan kategori berat sebesar 12.5%. Jadi, dapat disimpulkan secara umum bahwa tingkat kecemasan menghadapi kematian pada lansia berada dalam kategori sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1990) menyatakan bahwa masa lansia akan mengalami kecemasan akibat suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.

Dari aspek-aspek kecemasan menghadapi kematian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Perbedaan yang tidak signifikan tersebut dapatdilihat dari hasil uji independent- test dari masing-masing aspek yang menunjukkan bahwa nilai p > 0.05 yang

artinya tidak ada perbedaan kecemasan menghadapi kematian ditinjau dari aspek- aspek kecemasan tersebut.

Hasil tambahan penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan menghadapi kematian jika ditinjau dari jenis kelamin. Namun, dilihat dari mean menunjukkan mean pada perempuan = 56.21 lebih besar dari mean laki-laki = 54.72, artinya perempuan kenderung lebih cemas daripada laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan penemuan Sadock dan Sadock (2003) menunjukkan bahwa prevalensi depresi dan kecemasan lebih besar pada perempuan daripada laki-laki sebab terdapat perbedaan sekresi hormone, tekanan psikososial, dan tipe perilaku antara laki-laki dan perempuan. Hal ini juga didukung oleh Gunarso (1995), bahwa perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan laki-laki dikarenakan perempuan dirasa lebih sensitif terhadap permasalahan, sehingga mekanisme koping perempuanlebih kurang bai dibandingkan laki-laki.

Hasil tambahan penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan menghadapi kematian jika ditinjau dari status pekerjaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penemuan Dian Pratama Putri, dkk (2013) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia, menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan kecemasan yang dialami lansia.

Penelitian ini tidak terbukti karena adanya kelemahan penelitian seperti teknik sampling yang digunakan (accidental sampling) dimana kelemahan dari teknik ini adalah sampel yang digunakan tidak representatif sehingga diambil

suatu kesimpulan yang bersifat tidak bisa digeneralisasi. Saat penelitian dilakukan kepada lansia ada pihak ketiga seperti anggota keluarga yang mempengaruhi lansia untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti. Disamping itu, dari beberapa lansia yang diteliti ada yang sambil berjualan sehingga kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana tiba-tiba ada pembeli sehingga konsentrasi untuk menjawab pernyataan yang diajukan peliti sudah terpecah.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan menghadapi kematian pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert tidak memiliki perbadaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia. Menurut Noorkasiani dan S. Tamher (2009), tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan. Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang tersebut mengalami kecemasan, semakin tinggi tingkat pendidikannya akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Umumnya lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat produktif.

Freud (dalam Dewi, 2005) mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan adalah lingungan sekitar individu. Adanya dukungan dari lingkungan, membuat kecemasan individu berkurang, lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan sosial (Effendi, 1999). Dukungan dari keluarga merupakan undur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah (Noorkasiani dan S. Tamher, 2009). Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat.

Schaine dan Wllis (dalam Wicaksono dan Meiyanto, 2003) mengatakan bahwa kecemasan tentang kematian adalah suatu yang berkaitan dengan berbagai faktor seperti usia, keyakinan religius, dan tingkat dimana individu mempunyai hidup yang memuaskan. Atwater (dalam Hartanto, 1996) mengatakan bahwa penghayatan seseorang terhadap agamanya akan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap kematian. Adanya penghayatan terhadap agama yang berkaitan dengan kematian adalah keyakinan aka adanya kehidupan setelah kematian.

Kepuasan merupakan suatu keadaan yang subjektif dari keadaan seseorang sehubungan dengan perasaan senang atau tidak senang sebagai akibat dari adanya dorongan atau kebutuhan yang ada dalam dirinya dan dihubungkan dengan kenyataan yang dirasakan (Chaplin, 1999). Kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan kegembiraan. Kepuasan hidup timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan dan merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati. Seseorang individu yang dapat menerima diri dan lingkungan secara positif akan merasa puas dengan hidupnya (Atson dan Dudly dalam Hurlock, 1996).

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini bahwa respon lansia terhadap kematian berbeda-beda. Lansia yang dapat berespon baik terhadap proses mendekati kematian itu akan dapat menikmati hidupnya dengan kebahagiaan, namun, lansia yang tidak dapat berespon baik akan mengalami kecemasan. Kebahagiaan atau kecemasan yang dihadapi lansia ternyata banyak faktor yang mempengaruhi seperti tingkat pendidikan, religiusitas, dukungan keluarga, dan juga lingkungan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari permasalahan yang terdapat di penelitian ini, yang selanjutnya akan dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan tema yang berkaitan dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil penelitian, yaitu:

1. Tidak ada perbedaan kecemasan menghadapi kematian antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, dimana kecemasan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki nilai p > 0.05.

2. Dari 72 subjek diketahui bahwa ada 31 orang yang memiliki dimensi kepribadian ekstrovert dan 22 orang memiliki dimensi kepribadian introvert dan 19 orang yang tidak tergolongkan. Dimana pengkategorian ini hanya dua kategori saja, yaitu kategori ekstrovert dan kategori introvert.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran yang

dikemukakan diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah.

1 Saran Metodologis

a. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang kecemasan menghadapi kematian dengan lebih jelas dalam bentuk kualitatif karena kecemasan menghadapi kematian merupakan variabel yang memiliki subjektivitas yang tinggi sehingga dapat diperoleh informasi mendalam dari subjek penelitian.

b. Disarankan pada peneliti yang tertarik meneliti variabel kecemasan menghadapi kematian lebih melihat lagi variable-variabel yang mempengaruhi kecemasan menghadapi kematian lainnya, menelitinya dengan variable lain sehingga lebih memperkaya hasil penelitian tentang kecemasan menghadapi kematian.

c. Menambah jumlah sampel agar lebih merata dan lebih akurat dalam hal penelitiannya.

2 Saran Praktis

Peneliti memberikan saran praktis bagi individu yang memiliki orangtua atau keluarga yang tergolong lansia.

a. Bagi lansia agar tetap berusaha memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarganya dan juga orang di sekitarnya karena dukungan keluarga dan lingkungan sosial berengaruh terhadap kualitas hidup lansia disisa waktu hidupnya.

b. Bagi lansia agar terus mengikuti kegiatan keagamaan untuk meningkatkan nilai religiusitas yang dianutnya sehingga penghayatan seseorang terhadap agamanya akan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap kematian. c. Bagi keluarga lansia agar agar memberikan dukungan kepada lansia,

dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian; mendengarkan keluhan mereka; dan meluangkan waktu serta melakukan kegiatan bersama. Karena adanya dukungan yang diberikan oleh keluarga mampu membuat lansia merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai sehingga mempengaruhi lansia dalam menyikapi datangnya kematian itu.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, Silvya. 2009. Hubungan Dukungan Sosial dan Kecemasan dalam Menghadapi Kematian pada Lansia di Panti Jompo Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling dan Psikologi. Universitas Negreri Malang.

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke 3. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

_______________. 2010. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

_______________. 2010. Metode Penelitian. Edisi ke 4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Hilgard, E. R. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Blackburn, I.M., & Davidson. 1994. Teori Kognitif Untuk Depresi dan Kecemasan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Carlson,N.R dan Willian Buskist. 1997. Psychology The Science of Behaviour. Englewood Cliffs. New Jersey Hall and Boston: Allyn & Bacon.

Chaplin. 1999. Kamus Lengkap Psikologi ( Terjemahan dari Dr. Kartini Kartono). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Chaplin. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Dian, Pratama Putri,.dkk. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Lansia Di Kelurahan lembah Rumbi Pesisir. Universitas Riau Dewi. 2005. Berbagai Masalah Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjen

Dikti.

Effendi, Sofian. 1999. Membangan Martabat manusia: Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan. Yogyakarta: UGM.

Eysenck. 1990. Personality: Theory and Research. Canada: John Wiley and Sons, Icn.

Fry, P. S. 2003. Perceives Self Effeicacy Domains as Predictors of Fear The Unknown and Fear of Dying Among Older Adults. Psychology and Aging Journal. Vol. 18. No. 3: 474-486

Gire, James T & Eyetesmitan. 1999. Cultural Perspectives on Death dying and Bereavement. Center for Cross-Cultural Research: Wetern Washington University.

Gunarso, D. S. 1995. Psikologi Perawatan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Hadi, S. 2002. Methodology research jilid I, II, & III. Yogyakarta: Andi Offset. Hall, C. S., & Garner Lindzey.1985. Introduction to the theories of personality.

New York: John Wiley & Son

Hall & Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodiaknostik. Terjemahan Yogyakarta: Penerbit Kanisins.

Handayani,W. (2006). Psikologi keluarga. Jakarta : Pustaka Utama

Hawari, Dadang. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta: FKUI Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

Henderson, A.S. 1994. Dementia: Epidemiology of Mental Disorders and Psychosocial Problems. USA: WHO

Hurlock, E. B. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

_______________. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Irwanto, E.H. 1994. Psikologi Umum. Cetakan ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Kartono, Kartini. 1980. Teori Kepribadian. Bandung: Alumni

Komisi Nasional lanjut Usia. 2010. Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta

Lalenoh, T. 1993. Gerontologi dan Pelayanan Lanjut Usia. Bandung: An-Bana Press & Jakarta: Socialia.

Lazarus, Richard S. 1969. Pattern of Adjustment and Human Effectivenes. New York: McGraw-Hill Book & Co.

Lestary, Dwi. (2010). Seluk Beluk Menopouse. Yogyakarta : Gerailmu.

Mahmud, M. Dimyati. 1990. Psikologi : Suatu Pengantar. Yogyakarta : BPFE. McCue. 1996. Safety of Antihistamines in the Treatment of Allergic Rhinitis in

Elderly Patients. Arch Fam Med.

Naisaban, Ladislaus. 2003. Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses Dalam Hidup (tipe kebijaksanaan Jung). Jakarta: PT Gramedia.

Papalia, E Diane. 1981. Human Development. United States of America: Mc Graw-Hill.

Papalia, Sterns, & Feldman. 2002. Adulth Development and Aging:2nded. New York: McGraw-Hill Companies.

Pervin, L. A. 1996. The Science of personality. USA: John Wiley & Sons.

Pervin, Lawrence A. dkk. 2010. Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian (terjemah oleh A.K. Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rosidah, Nurul. 2010. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Kecemasan Wanita

dalam Menghadapi Menopause di Desa Podorejo Sumbergempol Talungagung.

Sadock, B. J. dan Sadock, V. A. 2003. Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Santrock. 1985. Audult Development and Aging. United States of America: Wm. C. Publishers.

Schaie, K.W., dan Willis, S.L.2000. Adulths Development and Aging. 3rdEdition. New York: Harper Collins.

Schultz & Schultz. 1994. Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove.

Setyoadi, dkk. 2010. Hubungan Tipe Kepribadian Kejadian Depresi Pada Lansia di UPT Panti Sosial Lanjut Usia Pasuruan.

Dokumen terkait