BAB III METODE PENELITIAN
C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi merupakan kelompok subjek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain (Azwar, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia, baik pria maupun wanita, yang berusia diatas 60 tahun.
2. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel atau sampling berarti mengambil suatu bagian dari populasi sebagai wakil dari populasi itu. Sedangkan teknik sampling adalah adalah teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu. Teknik sampling diperlukan agar memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya dikarenakan analisis penelitian didasarkan pada data sampel, sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi (Azwar, 2010).
Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling. Metode pengambilan insidental sampling adalah metode
yang digunakan untuk memilih sampel berupa setiap orang yang ditemui dimanapun yang sesuai dengan penelitian (Sukardi, 2003). Teknik accidental sampling digunakan karena kebanyakan perkumpulan atau komunitas lansia tidak aktif sampai bulan Januari.
Menurut Azwar (2009), secara statistik jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Peneliti menggunakan 72 orang lansia untuk dijadikan sampel penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Menurut Azwar (2009), metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian bertujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan alat ukur berupa 2 skala psikologis yaitu Skala Kepribadian dan Skala Kecemasan.
1. Skala Kecemasan Menghadapi Kematian
Aspek-aspek kecemasan menurut Blackburn & Davidson (dalam Zainuddin, 2002) adalah:
1. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis seperti mudah marah dan perasaan tegang.
2. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu seperti khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan merasa tidak berdaya.
3. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu seperti menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, dan lari dari kenyataan.
4. Perilaku gelisah, yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti gugup, kewaspadaan yang berlebihan, dan sangat sensitif.
5. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali seperti berkeringat, gemetaran, pusing, berdebar-debar, mual, dan mulut kering.
Setiap aspek di atas akan diuraikan kedalam sejumlah pernyataan favorable dan unfavorable, dimana subjek diberikan lima alternative pilihan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk aitem favorable, pilihan SS akan mendapatkan skor empat, pilihan S akan mendapakkan nilai tiga, pilihan TS akan mendapakkan nilai dua, dan pilihan STS akan mendapakkan nilai satu. Sedangkan untuk aitem yang unfavorable pilihan SS mendapat skor satu, pilihan S mendapat skor dua, pilihan TS mendapat skor tiga, dan pilihan STS mendapat skor empat.
Untuk menggolongkan subjek ke dalam masing-masing tipe kepribadian digunakan kategorisasi standar eror pengukuran (standard error of measurement) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Se = Sx √(1− rxx) Keterangan :
Se : Eror standar dalam pengukuran Sx : Deviasi standar skor
rxx : Koefisen reliabilitas
Tabel 1.
Blue-print Skala Kecemasan Menghadapi Kematian Sebelum Diuji Coba
Cara Merespon Nomor Aitem Jumlah Persentase
Suasana Hati 1,6,11,16,21,26,31,36 8 22% Pikiran 2,7,12,17,22,27,32 7 19.5% Motivasi 3,8,13,18,23,28,33 7 19.5% Perilaku Gelisah 4,9,14,19,24,29,34 7 19.5% Reaksi-reaksi Biologis 5,10,15,20,25,30,35 7 19.5% Jumlah 36 100% 2. Skala Kepribadian
a. Skala kepribadian ekstrovert
1. sifat yang keras hati yaitu sifat yang cenderung keras.
2. menuruti dorongan hati ketika bertindak yaitu bertindak tergesa-gesa, kurang pertimbangan, kurang berhati-hati dalam membuat keputusan, mudah berubah, dan sulit diduga tindakannya.
3. cenderung santai, yaitu kurang teliti dan santai dalam melakukan pekerjaan.
4. perasaan gembira yang dialami dapat meningkatkan perfoma, yaitu kinerja dapat ditingkatkan oleh kesenangan.
5. lebih suka pekerjaan yang berhubungan dengan orang banyak, yaitu membutuhkan kehadiran orang lain, cepat akrab dengan orang lain, dan merasa nyaman dalam situasi-situasi sosial.
6. tahan terhadap rasa sakit, yaitu mudah memaafkan kesalahan yang dibuat orang lain.
7. suka hal-hal yang baru, yaitu tertarik untuk mengikuti hal-hal baru dan spontan, memiliki berbagai hobi dan aktivitas yang variatif dan tertarik pada hal yang sulit diprediksi dan suka mengambil resiko.
8. suka mengambil kesempatan, yaitu mempergunakan dan mengambil peluang yang ada untuk mencoba hal-hal baru.
b. Skala kepribadian introvert
1. sifat hatinya lembut, yaitu sifat yang cenderung lemah lembut.
2. berpikir dulu sebelum bertindak, yaitu sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan, sistematik dan terarah, kehidupannya terencana, berpikir sebelum berbicara, dan mengamati sebelum melakukan sesuatu. 3. cenderung serius, yaitu teliti, dapat dipercaya, dapat diandalkan, dan
serius.
4. perasaan gembira yang dialami dapat mengganggu performa, yaitu kinerja akan terganggu oleh kesenangan.
5. menyukai pekerjaan bersifat menyendiri, yaitu lebih suka memiliki sedikit teman, menyukai aktivitas individual sepserti membaca, memiliki kesulitan untuk memulai pembicaraan dengan orang lain, cenderung menghindari kontak sosial.
6. sensitif terhadap rasa sakit, yaitu cenderung menyimpan kesalahan yang dibuat orang lain.
7. suka hal-hal yang teratur, yaitu lebih menyukai hal-hal yang familiar, aman, dan tidak berbahaya, walaupun hal tersebut kurang membawa kebahagiaan.
8. cenderung penyegan (malu-malu), yaitu cenderung menahan diri dalam mengambil kesempatan yang ada.
Model skala ini menggunakan skala Likert. Aitem terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu: SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Skala yang disajikan dalam bentuk favorable (mendukung) yaitu skala kepribadian ekstrovert dan unfavorable (tidak mendukung) yaitu skala kepribadian introvert. Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan skala kepribadian ekstrovert adalah SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan skala kepribadian introvert adalah SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.
Skor yang tinggi pada skala kepribadian menunjukkan subjek cenderung memiliki tipe kepribadian ekstrovert. Skor yang rendah pada skala kepribadian menunjukkan memiliki tipe kepribadian introvert.
Untuk menggolongkan subjek ke dalam masing-masing tipe kepribadian digunakan kategorisasi standar eror pengukuran (standard error of measurement) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Se = Sx √(1− rxx) Keterangan :
rxx : Koefisen reliabilitas
Tabel 2. Blue-print Skala Kepribadian Sebelum Uji Coba
Komponen Objek Sikap Ekstrovert
Komponen Objek Sikap Introvert
Jumlah %
Sifat yang keras hati Sifat hatinya lembut 6 12,5%
Menuruti dorongan hati ketika bertindak
Berpikir dulu sebelum bertindak 6 12,5%
Cenderung santai Cenderung serius 6 12,5%
Perasaan gembira yang dialami dapat meningkatkan perfoma
Perasaan gembira yang dialami dapat mengganggu performa
6 12,5%
Lebih suka pekerjaan yang berhubungan dengan orang banyak
Menyukai pekerjaan bersifat menyendiri
6 12,5%
Tahan terhadap rasa sakit Sensitive terhadap rasa sakit 6 12,5% Suka hal-hal yang baru Suka hal-hal yang teratur 6 12,5% Suka mengambil kesempatan Cenderung penyegan (malu-
malu)
6 12,5%
Jumlah 48 100%
E. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem, Dan Reliabilitas Alat Ukur
Uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Uji validitas dan reliabilitas alat ukur diperlukan agar aitem-aitem yang dikonstruk valid dan reliable. Aitem-aitem dalam skala yang memiliki validitas baik dengan daya beda yang cukup tinggi dan reliable akan digunakan untuk mengukur tingkat tingkat kecemasan pada lansia.
1. Uji Validitas Alat Ukur
Azwar (2000) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya
derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity).
Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Isi tes harus tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran (Azwar, 2010).
Pengujian validitas isi menggunakan analisis rasional atau lewat professional judgment. Pertama sekali aspek-aspek dan karakteristik yang akan diukur ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti akan menyusun aitem- aitem yang mengacu pada blue print yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, peneliti meminta pertimbangan professional judgment sebelum aitem-aitem dijadikan alat ukur.
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem digunakan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes (Azwar, 2010).
Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi
skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rit) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria
pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rit ≥ 0.250 (Azwar, 2012). Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.250, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rit kurang dari 0.250 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah.
Teknik statistika yang digunakan adalah koefisien korelasi Pearson Product Moment. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2010). Uji daya beda aitem ini akan digunakan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala tipe kepribadian dan kecemasan menghadapi kematian.
3. Uji Reliabilitas Alat Ukur
Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur skala dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).
Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan single trial administration yang mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekolompok individu sebagai subjek
(Azwar, 2009). Formula statistika yang digunakan untuk menguji reliabilitas alat ukur adalah Alpha Cronbach dengan bantuan komputerisasi dari program SPSS versi 17.0 for Windows.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada
dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas. Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas yang diperoleh sesuai dengan pendapat Arikunto (2003) yaitu:
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0.81 < r ≤ 1.00 Sangat tinggi
0.61 < r ≤ 0.80 Tinggi 0.41 < r ≤ 0.60 Cukup
0.21 < r ≤ 0.40 Rendah
0.00 < r ≤ 0.21 Sangat rendah
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Uji coba skala kecemasan menghadapi kematian dan skala kepribadian ekstrovert dan introvert dilakukan pada 72 lansia di Medan. Untuk melihat daya diskriminasi aitem, dilakukan analisa uji coba dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 17.0.
1. Skala Kecemasan Menghadapi Kematian
Hasil uji coba skala kecemasan menghadapi kematian diperoleh dari 36 aitem yang terdapat pada skala kecemasan menghadapi kematian terdapat 10 aitem yang dinyatakan gugur yaitu aitem 8,9,15,16,18,20,22,30,32,35. Nilai
koefisien korelasi aitem total bergerak dari rit = 0.253 sampai dengan rit = 0.710 dan reliabilitas sebesar 0.890.
Aitem-aitem yang baik ini kemudian disusun kembali dengan melakukan penomoran ulang untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian yang sebenarnya. Dari 36 aitem yang diuji cobakan, ada 10 aitem yang gugur dan 26 yang lolos. Penomoran kembali dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Skala Kecemasan Menghadapi Kematian
Cara Merespon Nomor Aitem Jumlah
Suasana Hati 1,6,11,16,21,25 6 Pikiran 2,7,12,17,22,26 6 Motivasi 3,8,13,18 4 Perilaku Gelisah 4,9,14,19,23 5 Reaksi-reaksi Biologis 5,10,15,20,24 5 Jumlah 26
2. Skala Tipe Kepribadian
Hasil uji coba skala tipe kepribadian diperoleh dari 48 aitem yang terdapat pada skala kecemasan menghadapi kematian terdapat 12 aitem yang dinyatakan gugur yaitu 10, 15, 16, 18, 27, 29, 34, 39, 40, 42, 43, 45. Nilai koefisien korelasi aitem total bergerak dari rit = 0.261 sampai dengan rit = 0.879 dan reliabilitas sebesar 0.952.
Aitem-aitem yang baik ini kemudian disusun kembali dengan melakukan penomoran ulang untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian yang sebenarnya. Dari 48 aitem yang diuji cobakan, ada 12 aitem yang gugur dan 36 yang lolos. Penomoran kembali dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Skala Kepribadian
Komponen Objek Sikap Ekstrovert
Komponen Objek Sikap Introvert
Jumlah
Sifat yang keras hati (1,14,27) Sifat hatinya lembut (9,21,32) 6 Menuruti dorongan hati ketika
bertindak (2,28)
Berpikir dulu sebelum bertindak (22)
3
Cenderung santai (3,15) Cenderung serius (10) 3
Perasaan gembira yang dialami dapat meningkatkan perfoma (4,16,29)
Perasaan gembira yang dialami dapat mengganggu performa (11,23,33)
6
Lebih suka pekerjaan yang berhubungan dengan orang banyak (5,17,30)
Menyukai pekerjaan bersifat menyendiri (12)
4
Tahan terhadap rasa sakit (6,18,31)
Sensitive terhadap rasa sakit (13,24,34)
6 Suka hal-hal yang baru (7,19) Suka hal-hal yang teratur (25,35) 4 Suka mengambil kesempatan
(8,20)
Cenderung penyegan (malu-malu) (26,36)
4
Jumlah 36
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Pembuatan Alat Ukur
Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala kecemasan dan tipe kepribadian dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan. Skala dibuat dalam bentuk buku yang terdiri dari empat alternatif pilihan jawaban. Sebelum dilakukan uji coba validitas dan reliabilitas alat ukur, terlebih dahulu akan dilakukan validitas isi. Validitas isi alat ukur ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam proses telaah soal.
Uji coba skala kecemasan menghadapi kematian dan skala tipe kepribadian dilakukan dengan memberikan skala tersebut langsung kepada subjek penelitian. Setelah melakukan uji coba alat ukur, peneliti melanjutkan dengan reliabilitas kedua alat ukur dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 17.0 for windows untuk menentukan aitem-aitem mana saja yang dapat digunakan sebagai aitem dalam penelitian yang sebenarnya. Peneliti mengambil aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi yang baik untuk dijadikan skala kecemasan menghadapi kematian dan skala kepribadian. Skala inilah yang akan digunakan dalam mengambil data penelitian.
.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Penyebaran skala kepada responden yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data
b. Pengumpulan data dari responden dengan cara pengumpulan kembali instrument penelitian berupa skala yang telah diisi oleh responden.
3. Tahap Pengolahan Data Penelitian
Setelah data semua subjek terkumpul, maka data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan analisa deskriptif pada SPSS versi 17.0 for windows.
H. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh melalui skala kecemasan dan skala tipe kepribadian akan dianalisis dengan metode statistik. Pertimbangan penggunaan statistik dalam penelitian ini menurut Hadi (2000) adalah cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan, dan menganalisis data penelitian yang berwujud angka-angka. Lebih jauh daripada itu, statistik diharapkan dapat menyediakan dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menarik kesimpulan yang benar dan untuk mengambil keputusan yang baik.
Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan analisa uji T-test untuk melihat perbedaan kecemasan menghadapi kematian pada lansia dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada SPSS versi 17.0 for windows. Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliputi uji asumsi normalitas dan uji linearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini dianalisa dengan menggunakan uji One Kolmogorov – Smirnov dengan koreksi Lilliefors Test. Data pada penelitian ini data dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai p> 0,05.
2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan dengan analisis varians
melalui Levene test untuk melihat perbedaan kecemasan menghadapi kematian pada lansia dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan bantuan SPSS version 17.0 for Windows. Data dikatakan homogen jika nilai p > 0,05.