• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi, sedangkan pada pembahasan ditampilkan dalam bentuk narasi. Data hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi yang meliputi data karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur dan agama. Analisis univariat juga dilakukan pada variabel beban kerja petani lansia dan variabel stres petani lansia. Analisis bivariat dilakukan dengan mengidentifikasi hubungan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

5.2.1 Data Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden penelitian merupakan identitas dari responden yang meliputi jenis kelamin, umur, dan agama. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 dan karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Perempuan 21 22.8

laki-laki 71 77.2

Total 92 100.0

Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 92 responden penelitian ini, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 71 orang (77.2%) dan sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang (22.8%).

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Umur di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks

Umur (Th) 64.47 63.00 63 4.104 60-75

Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa usia responden petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata berusia 64.47 tahun. Umur termuda responden adalah 60 tahun dan umur tertua adalah 75 tahun.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Agama di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember bulan September 2013

Agama Jumlah (orang) Persentase (%)

Islam 92 100

Total 92 100

Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa seluruh responden menganut agama islam dengan jumlah sebanyak 92 orang (100%).

5.2.2 Data Khusus

Variabel penelitian dari hasil penelitian ini terdiri dari variabel yang meliputi beban kerja petani lansia, stres petani lansia dan hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau. Pemaparan variabel penelitian dapat dilihat pada masing-masing tabel di bawah ini.

a. Beban Kerja Petani Lansia

Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja Petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks

Beban Kerja Petani Lansia 44.51 45.00 45 6.645 23-51

Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa skor beban kerja petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar 44.51. Skor beban kerja petani lansia terbanyak adalah sebesar 45. Skor beban kerja petani lansia terendah adalah 23 dan tertinggi adalah 51. Pada variabel beban kerja petani lansia didapatkan nilai skewness -0,501 dan standart error of skewness 0,251. Hasil bagi keduanya bernilai -2 sehingga dapat dikatakan variabel beban kerja petani lansia berdistribusi normal.

Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan berdasarkan mean untuk mempermudah interpretasi data beban kerja petani lansia. Data beban kerja petani lansia dikategorikan menjadi beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 44.51dan beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥ 44.51. Kategori beban kerja petani lansia dapat dilihat pada 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Beban Kerja Petani lansia Frekuensi Persentase (%)

Beban Kerja Rendah 32 34,8

Beban Kerja Tinggi 60 65,2

Total 92 100

Tabel 5.5 menguraikan distribusi data tentang beban kerja pada petani lansia. Jumlah responden yang memiliki beban kerja rendah sebanyak 32 responden (34,8%) dan jumlah responden yang memiliki beban kerja tinggi sebanyak 60 responden (65.2%). Hasil penelitian pada 60 petani lansia yang memiliki beban kerja tinggi dikarenakan memiliki sikap kerja dan faktor somatis yang buruk.

Beban kerja petani lansia terdiri dari 3 indikator pembentuk, yaitu sikap kerja, waktu kerja dan istirahat dan faktor somatis terkait dengan beban kerja petani lansia dan semua indikator tersebut terangkum pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Indikator Beban Kerja dan Tingkatan Beban Kerja pada Petani Lansia Di Kelompok tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember September 2013

Variabel Indikator Beban Kerja

Tingkatan Beban Kerja

Total Beban Kerja Rendah Beban Kerja Tinggi F % F % f % Sikap Kerja 26 28,3 66 71,7 92 100

Waktu Kerja dan Istirahat 28 30,4 64 69,6 92 100

Faktor Somatis 34 37,0 58 63,00 92 100

Sumber: Data Primer, September 2013

Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator sikap kerja petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator mengenal sikap kerja adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar 2,00 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 14,84.

Indikator sikap kerja baik terkait beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 14,84 dan indikator Sikap Kerja buruk terkait beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥14,84. Jumlah responden yang memiliki sikap baik terkait dengan beban kerja rendah sebanyak 26 orang (28,3%) dan jumlah responden yang memiliki sikap buruk terkait dengan beban kerja tinggi sebanyak 66 orang (71,7%).

Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator waktu kerja dan istirahat petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator waktu kerja dan istirahat adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,500 dengan 0,251 sebesar 1,99 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 12.06.

Indikator waktu kerja dan istirahat petani lansia yang cukup dan baik terkait beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 12.06 dan indikator sikap waktu kerja dan istirahat petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥12.06. Jumlah responden yang memiliki waktu kerja dan istirahat petani lansia yang cukup dan baik terkait beban kerja rendah sebanyak 28 orang (30,4%) dan jumlah responden yang memiliki waktu kerja dan istirahat petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi sebanyak 64 orang (69,6%).

Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator faktor somatis petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator faktor somatis adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar 2,00 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 17,00.

Indikator faktor somatis petani lansia yang baik terkait beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 17,00 dan indikator Sikap faktor somatis petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥17,00. Jumlah responden yang memiliki faktor somatis yang baik terkait beban kerja rendah sebanyak 34 orang (37%) dan jumlah responden yang memiliki faktor somatis petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi sebanyak 58 orang (63%).

b. Stres Petani Lansia

Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Stres Petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks

Stres Petani Lansia 48.12 49.00 48.00 4.309 37-56

Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukan bahwa skor stres petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar 48.12. Skor stres petani lansia terbanyak adalah sebesar 48. Skor stres petani lansia terendah adalah 37 dan tertinggi adalah 56. Pada variabel stres petani lansia didapatkan nilai skewness -0,500 dan standart error of skewness 0,251. Hasil bagi keduanya bernilai -2 sehingga dapat dikatakan variabel stres petani lansia berdistribusi normal.

Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan berdasarkan mean untuk mempermudah interpretasi data stres petani lansia. Data stres petani lansia dikategorikan menjadi stres ringan jika skor yang diperoleh < 48.12 dan beban stres berat jika skor yang diperoleh ≥ 48.12. Kategori stres petani lansia dapat dilihat pada 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Stres Petani lansia Frekuensi Persentase (%)

Stres ringan 45 48,9

Stres berat 47 51,1

Total 92 100

Sumber: Data Primer, September 2013

Tabel 5.8 menguraikan distribusi data tentang stres pada petani lansia. Jumlah responden yang mengalami stres ringan sebanyak 45 responden (48,9%) dan jumlah responden yang mengalami stres berat sebanyak 47 responden (51,1%). Hasil penelitian pada 47 petani lansia yang mengalami stres berat dan memiliki sistem koping yang rendah.

Stres petani lansia terdiri dari 3 indikator pembentuk, yaitu respon kognitif, respon emosi dan respon tingkah laku terkait dengan stres petani lansia dan semua indikator tersebut terangkum pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Indikator Stres dan Tingkatan Stres pada Petani Lansia Di Kelompok tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember September 2013

Variabel Indikator Stres

Tingkatan Stres

Total Stres

Ringan Stres Berat

F % F % f %

Respon Kognitif 25 27,2 67 72,8 92 100

Respon emosi 23 25,0 69 75,0 92 100

Respon tingkah laku 43 46,7 49 53,3 92 100

Sumber: Data Primer, April 2013

Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator respon kognitif petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator mengenal sikap kerja adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar 2,00 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 21.

Indikator respon kognitif yang baik terkait stres ringan jika skor yang diperoleh < 21 dan indikator respon kognitif yang buruk terkait stres berat jika skor yang diperoleh ≥21. Jumlah responden yang memiliki respon kognitif yang baik terkait stres ringan sebanyak 25 orang (27,2%) dan jumlah responden yang memiliki respon kognitif yang buruk terkait stres berats sebanyak 67 orang (72,8%).

Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator respon emosi petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator waktu kerja dan istirahat adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,490 dengan 0,251 sebesar 1,95 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 14.

Indikator respon emosi petani lansia yang baik terkait stres ringan jika skor yang diperoleh < 14 dan indikator respon emosi petani lansia yang buruk terkait stres berarti jika skor yang diperoleh ≥14. Jumlah responden yang memiliki respon emosi yang baik terkait stres rendah sebanyak 23 orang (25%) dan jumlah responden yang memiliki respon emosi yang buruk terkait stres berat sebanyak 69 orang (75%).

Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator respon tingkah laku petani lansia yang merata pada setiap kategori. Distribusi data pada indikator respon tingkah laku adalah distribusi normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah -0,06 dengan 0,251 sebesar -0,2, sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 12,70.

Indikator respon tingkah laku petani lansia yang baik terkait stres ringan jika skor yang diperoleh < 12,70 dan indikator respon tingkah laku petani lansia yang buruk terkait stres berat jika skor yang diperoleh ≥12,70. Jumlah responden yang memiliki respon tingkah laku petani lansia yang baik terkait stres ringan sebanyak 43 orang (46,7%) dan jumlah responden yang memiliki respon tingkah laku petani lansia yang buruk terkait stres berat sebanyak 49 orang (53,3%).

c. Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten jember

Analisis hubungan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember dengan menggunakan uji statistik regresi linier sederhana dapat dilihat pada tabel 5.10. Tabel 5.10 Analisis Korelasi dan Regresi Fungsi Beban Kerja dengan Stres pada Petani

Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Variabel R Persamaan Garis P value

Beban Kerja Petani Lansia Stres Petani lansia

0,527 0,278 32.814 + 0,352 * Beban Kerja Petani

Lansia 0,0001 Sumber: Data Primer, September 2013

Tabel 5.10 berdasarkan hasil analisis diatas diketahui bahwa hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia menunjukkan hubungan cukup (r = 0,527) dan berpola positif artinya semakin besar beban kerja pada petani lansia, maka semakin besar stres yang dialami oleh petani lansia. Nilai koefisien dengan determinasi 0,278 artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 27,8% variasi besar stres yang dialami oleh petani lansia atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel stres petani lansia. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia (Pvalue = 0.0001).

Hasil uji statistik regresi linier sederhana didapatkan nilai intercept (nilai a) yaitu nilai yang menunjukkkan perbedaan besarnya rata-rata variabel stres petani lansia ketika variabel beban kerja petani lansia =0 sebesar 32.814, dan nilai slope (nilai b) yaitu nilai yang menunjukkan besar perubahan variabel stres petani lansia bila variabel beban kerja petani lansia berubah 1 unit pengukuran sebesar 0,352 sehingga didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :

Berdasarkan persamaan garis diatas, dapat diprediksi variabel dependen (stres petani lansia) dengan variabel independen (beban kerja petani lansia). Jika petani lansia memiliki tidak memiliki beban kerja (skor variabel beban kerja = 0), maka petani lansia tetap mengalami stres dengan skor sebesar 32.814. Stres yang dialami oleh petani lansia berada pada tingkatan stres ringan. Jika petani lansia memiliki memiliki beban kerja dengan skor 12, maka perhitungan besar skor stres petani lansia, yaitu :

Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani Lansia = 32.814+ 0,352 x (12)

= 37.038

Petani lansia yang memiliki beban kerja dengan skor = 12, maka petani lansia mengalami stres dengan skor sebesar 37.038. Hal tersebut menunjukan bahwa petani lansia mengalami stres pada tingkatan ringan.

Y = a + bX

Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani Lansia

Jika skor variabel beban kerja = 60 , maka perhitungan besar skor stres petani lansia, yaitu :

Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani Lansia = 32.814+ 0,352 x (60)

= 53.934.

Petani lansia yang memiliki beban kerja dengan skor = 60, maka petani lansia mengalami stres dengan skor sebesar 37.038. Hal tersebut menunjukan bahwa petani lansia mengalami stres dengan berat dengan tingkatan berat.

5.3 Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti. Penjabaran dari pembahasan penelitian yaitu karakteristik responden (umur, agama dan jenis kelamin responden) serta variabel penelitian terdiri dari beban kerja petani lansia, stres petani lansia, dan hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

5.3.1 Data Karakteristik Responden

Hasil penyajian tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden petani lansia berjenis kelamin laki-laki dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi ambang stres individu jika dihubungkan dengan stresor berupa beban kerja yang berlebihan. Perempuan memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap stresor daripada laki-laki karena memiliki hormon estrogen yang masih bekerja normal.

Namun, stres pada wanita yang sudah berumur lebih dari 60 tahun tinggi daripada yang dialami laki-laki yang juga sudah berumur lebih dari 60 tahun. Hal ini dikarenakan adanya transisi fungsi reproduksi dan hormonal atau menopause (Siswanto, 2007).

Penelitian Azizah (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan stres kerja. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan kelamin tidak memberikan kontribusi yang berarti pada timbulnya stres pada pekerja, tetapi perbedaan gender yang lebih berpengaruh pada stres. Perbedaan gender ini menyatakan suatu perbedaan psikologis individu yang dibedakan menjadi maskulin dan feminim. individu dengan kepribadian maskulin lebih mampu menghadapi stresor yang datang tanpa perasaan emosional yang berlebihan dan dengan tingkat kecemasan.

Perbedaan hasil penelitian tentang hubungan antara stres dengan jenis kelamin ini menunjukan adanya dua sudut pandang yang berbeda. Jika dipandang dengan sudut pandang kesehatan, wanita memiliki sistem hormon yang membuat wanita tahan terhadap stressor tanpa harus memendang sisi maskulin ataupun feminim. Sementara itu, jika menggunakan sudut pandang perbedaan gender yang melibatkan sifat maskulin dan feminim, maka dapat disimpulkan jika pekerja yang memiliki sifat yang maskulin lebih memiliki koping yang lebih baik.

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa rata-rata umur responden petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember adalah 64 tahun. Umur merupakan faktor yang mempengaruhi toleransi terhadap stres pada petani lansia. Hal ini dikarenakan petani lansia mengalami perubahan baik secara fisik dan kognitif yang menyebabkan kemampuan beradaptasi dengan stressor menurun. Hal itu menimbulkan petani lansia rentan terhadap stres (Azizah, 2011).

Penelitian Fitri (2012) menjelaskan bahwa mengenai semakin tua umur pekerja, khususnya petani, maka semakin rendah stres yang dialami. Hal tersebut dikarenakan pekerja yang telah berusia tua atau lebih dari 60 tahun lebih memiliki keadaan mental yang lebih stabil daripada pekerja yang lebih muda. Pekerja yang lebih muda lebih produktif daripada pekerja yang lebih tua. Hal tersebut jutru membuat pekerja yang muda memiliki ambisi untuk membangun karir demi masa depan. Ambisi dapat menjadi tuntutan yang besar bagi pekerja yang berusia muda dan bisa menjadi beban pikiran dalam menjalankan pekerjaanya, sehingga pekerja yang berusia muda lebih rentan terhadap stres.

Perbedaan pendapat mengenai kerentanan petani lansia terhadap stres dapat dipandang dari sisi yang berbeda. Jika dipandang dari sisi petani lansia mengalami penuaan baik yang bersifat fisik ataupun mental, maka petani lansia lebih rentan terhadap stres daripada petani yang berusia muda. Jika dipandang dari sifat yang dimiliki oleh lansia, maka petani bisa bersifat lebih tenang karena memiliki koping yang lebih baik.

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa seluruh responden menganut agama islam. Agama merupakan aspek keyakinan yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan keyakinan dan kewajiban agama, pengampunan dan rasa percaya pada Tuhan. Faktor ini juga berpengaruh pada pembentukan sikap, perilaku dan koping dalam menghadapi stresor pada petani lansia. Hal ini dikarenakan petani lansia tidak memiliki keyakinan dan rasa percaya pada Tuhan, maka dapat menimbulkan sikap dan koping yang buruk dalam menghadapi stresor. Hal itu dapat meningkatkan cemas dan stres pada petani lansia. Hal tersebut ditunjukan dengan petani lansia lebih mengekspresikan kebutuhan untuk mendapat bantuan dari orang lain (Stanley, 2006).

5.2.2 Beban Kerja Petani Lansia

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki beban kerja tinggi sebanyak 60 responden (65,2%). Hal ini membuktikan bahwa terdapat ketimpangan antara kapasitas kemampuan petani lansia dengan hasil panen yang dihasilkan. Hal ini terlihat seluruh indikator beban kerja petani lansia yang meliputi sikap kerja, waktu kerja dan istirahat, dan faktor kognitif yang merujuk pada tingkatan beban kerja tinggi.

Beban kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menyelesaikan suatu tuntutan pekerjaan yang harus diseselaikan pada waktu tertentu. Beban kerja tergantung pada kapasitas, besar tuntutan kerja dan fungsi kognitif individu. Beban kerja pada setiap individu harus sesuai dengan tahap perkembangan dari individu (Winarsunu, 2008).

Manuaba (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi tuntutan kerja yang dimiliki oleh pekerja, maka akan dapat meningkatkan beban kerja pekerja. Beban kerja yang meningkat disebabkan oleh ketimpangan antara kapasitas yang dimiliki dengan tuntutan kerja. Hal tersebut dapat berdampak pada keadaan fisik dan psikis pekerja, terutama pekerja lansia.

Dampak dari beban kerja dapat dilihat dari dua faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan pekerjaan dan faktor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja. Faktor yang tidak berhubungan dengan beban kerja, yaitu pelayanan kesehatan kerja dan perilaku kerja (Efendi, 2009).

Mayoritas penyebab munculnya dampak beban kerja adalah perilaku dari pekerja yang kurang memperhatikan ergonomi (pengaturan situasi dalam lingkungan kerja). Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ergonomi yang berhubungan dengan manusia adalah keterbatasan baik fisik ataupun mental yang dimiliki oleh manusia dan perbedaan keadaan fisik tiap orang berbeda. Jika faktor-faktor tersebut diabaikan dapat berdampak negatif pada kesehatan pekerja yang berupa keluhan-keluhan (symptom) sebagai indikasi keadaan sakit (Nurmianto, 2004).

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak yang diakibatkan oleh beban kerja yang tinggi pada petani lansia adalah dengan melakukan upaya pencegahan. Upaya pencegahan terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier. Upaya pencegahan dengan lingkup individu dapat dilakukan dengan pencegahan secara primer, sekunder dan tersier. Upaya pencegahan secara primer dapat dilakukan dengan mengkaji faktor-faktor yang yang dapat meningkatkan beban kerja dan dampak yang merugikan lansia yang bekerja sebagai petani. pengkajian faktor-faktor ini bertujuan untuk mencegah awitan stresor yang beban kerja menjadi bersifat berlebihan dan menimbulkan dampak yang merugikan lansia yang bekerja sebagai petani (Mickey, 2006).

Pencegahan primer juga dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan kerja lansia yang meliputi penggunaan alat transportasi aman, meminimalkan penggunaan alat-alat berat dan penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan alat transportasi yang aman merupakan salah satu hal yang dapat mendukung keselamatan lansia dalam melakukan usaha tani. Alat transportasi yang baik dapat mencegah adanya kecelakaan kerja pada petani lansia. penggunaan alat-alat berat perlu dikurangi. Pengurangan tersebut berhubungan dengan pengetahuan yang minim mengenai cara penggunaan alat-alat berat dan kapasitas kemampuan yang dimiliki petani lansia untuk menggunakan alat-alat berat. Penggunaan alat pelindung diri berhubungan dengan kesehatan kerja petani lansia. Penggunaan alat pelindung diri dapat mengurangi paparan zat kimia pestisida dan dampak yang dapat ditimbulkan, sehingga dapat mengurangi beban

Dokumen terkait