• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian tentang beban kerja dan tingkat stres pada petani telah dilakukan sebelumnya oleh B. Sanne, A.Mykletun ,B.E.Moen,A.A.Dahl and G. S. Tell (2004) dengan judul ” Farmers are at risk for anxiety and depression: the Hordaland Health Study”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah Untuk memeriksa perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara petani dan non-petani. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik (non eksperimental) menggunakan rancangan cross sectional, dengan uji (ANOVA) /Kruskal–Wallis test, χ2/Fisher’s exact test and regresi logistik. Populasi adalah pekerja usia 40-49 tahun, termasuk petani di Hordaland, Norwegia.

Alat ukur yang digunakan adalah Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS-A and HADS-D) dengan adalah 17.295 pekerja usia 40-49 tahun, termasuk 917 petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Hasil penelitian yang didapat petani memiliki prevalensi depresi dan kecemasan yang lebih tinggi, khususnya petani laki-laki daripada non-petani. Faktor jam kerja lebih lama, pendapatan rendah, beban kerja yang lebih tinggi dan tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat depresi dan kecemasan pada petani. Umumnya petani memiliki beban kerja fisik yang berat dan tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan non-petani.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh B. Sanne, A.Mykletun, B.E.Moen,A.A.Dahl and G. S. Tell dengan penelitian ini adalah jenis, alat ukur, penelitian Observasional analitik (non eksperimental) menggunakan rancangan cross sectional. Perbedaan adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji regresi linier sederhana dan judul penelitian ini adalah hubungan beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Populasi adalah petani lansia di kelompok tani tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi arah hubungan antara beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Tempat penelitian di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah bulan Agustus 2013. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan jenis dari teknik cluster sampling yang lebih kompleks, yaitu: multistage random sampling.

12 2.1 Beban Kerja

2.1.1 Definisi Beban Kerja

Beban kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menyelesaikan suatu tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja ini tergantung pada besar tuntutan kerja, kemampuan fisik, dan kognitif yang dimiliki individu. Setiap beban kerja yang diterima oleh individu harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan individu untuk menerima beban tersebut (Winarsunu, 2008).

Beban kerja dapat dibagi menjadi beban kerja fisik dan mental. Beban kerja mental merupakan tingkat/taraf kesulitan dalam melaksanakan tugas yang berhubungan dengan kemampuan pekerja. Beban kerja mental yang tinggi menunjukan bahwa pekerja tidak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dikarenakan melampaui dari kemampuan yang dimiliki oleh pekerja. Beban kerja fisik menggambarkan jumlah pekerjaan yang haris diselesaikan oleh pekerja. Beban kerja fisik yang tinggi berarti pekerja harus menyelesaikan pekerjaan dalam jumlah yang terlalu banyak (Efendi, 2009).

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Beban kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu:

a) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang berasal dari luar tubuh pekerja yang meliputi: 1) Organisasi Kerja

Organisasi kerja meliputi jam kerja, waktu untuk istirahat, sift kerja, dan sistem kerja yang diterapkan di tempat kerja.

2) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi beban kerja pekerja. Lingkungan kerja dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan kerja fisik, kimiawi, dan psikologis.

b) Faktor internal

Faktor internal berasal dari reaksi tubuh yang terjadi terhadap stimulus yang diterima dan berpotensi menjadi stresor. Faktor internal meliputi:

1) Faktor somatis

Faktor somatis ini meliputi jenis kelamin, status kesehatan, kepribadian, dan usia.

2) Faktor psikologi

Faktor psikologis berhubungan dengan kemampuan kognitif, motivasi kerja, persepsi, kepercayaan, kepuasan kerja, dan pengalaman kerja (Tarwaka, 2004).

2.1.3 Indikator pengukuran Beban Kerja

Indikator pengukuran variabel beban kerja merupakan landasan yang digunakan dalam mengukur beban kerja. Indikator beban kerja, antara lain:

a) Sikap kerja

Indikator lama kerja dapat menunjukan wujud dari sikap yang ditunjukan dalam menyelesaikan pekerjaanya.

b) Waktu kerja dan istirahat

Indikator ini menunjukan pengorganisasian waktu untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki. Organisasi waktu yang baik ditunjukan dengan waktu kerja dan waktu istirahat seimbang. Hal ini berdampak baik bagi kesehatan pekerja, terutama petani lansia.

c) Faktor somatis

Indikator ini menunjukan faktor yang menitikberatkan pada fungsi organ tubuh petani lansia. Faktor ini menentukan kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh petani lansia untuk menyelesaikan pekerjaanya (Harrington, 2003).

2.1.4 Dampak Beban Kerja

Dampak dari beban kerja dapat dilihat dari dua faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan pekerjaan dan faktor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja. Faktor yang tidak berhubungan dengan beban kerja, yaitu pelayanan kesehatan kerja dan perilaku kerja (Efendi, 2009).

Mayoritas penyebab munculnya dampak beban kerja adalah perilaku dari pekerja yang kurang memperhatikan ergonomi (pengaturan situasi dalam lingkungan kerja). Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ergonomi yang berhubungan dengan manusia adalah keterbatasan baik fisik ataupun mental yang dimiliki oleh manusia dan perbedaan keadaan fisik tiap orang berbeda. Jika faktor-faktor tersebut diabaikan dapat berdampak negatif pada kesehatan pekerja yang berupa keluhan-keluhan (symptom) sebagai indikasi keadaan sakit (Nurmianto, 2004).

Keluhan (symptom) merupakan indikasi keadaan sakit dalam diri pekerja yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja. Keluhan ini juga bisa menjadi manifestasi dari stres pada tubuh maupun pikiran pekerja. Manifestasi yang ditimbulkan oleh tiap orang berbeda (Winarsunu, 2008).

Keluhan (symptom) dapat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan fisik dan mental. Keluhan fisik berkaitan dengan keadaan sakit pada bagian tubuh tertentu yang meliputi leher, bahu, siku, tangan, punggung atas, punggung bawah, pinggul, lutut, pergelangan kaki dan kaki. Keluhan mental berkaitan dengan psikis pekerja yang dapat berupa merasa lelah yang berlebihan, tidak bergairah setelah mendapatkan krisis, merasa tertekan, sulit tidur, gelisah, sakit kepala, denyut jantung meningkat dan gangguan pencernaan (Tarwaka, 2004).

Keluhan mental yang diakibatkan karena beban kerja yang berlebihan dan kejenuhan kerja dapat memicu stres pada pekerja. Keadaan stres pada pekerja dapat mengakibatkan beberapa respon fisik dan sosial pada pekerja. Respon tersebut, yaitu keletihan dan penurunan interaksi sosial (Jeyaratnam, 2010).

Keletihan merupakan salah satu respon fisik yang muncul ketika tubuh mendapatkan beban kerja yang melebihi kapasitas. Keletihan ini dapat mempengaruhi faktor kognitif. Hal ini dapat menyebabkan pekerja tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan yang dimilikinya. akibat lain adalah dapat menurunkan kemampuan untuk mengambil keputusan (Hariandja, 2003).

2.1.5 Penilaian Beban Kerja

Pengukuran beban kerja mental berhubungan dengan tiga komponen denyut nadi yang berhubungan langsung mekanisme pengendalian dalam tubuh individu. Mekanisme tersebut meliputi mekanisme pengaturan temperatur, tekanan darah dan respirasi. Komponen tersebut akan meningkat bersamaan dengan beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja (Manuaba, 2000).

Pengukuran beban mental dapat diukur dengan cara objektif dan subjektif. Pengukuran secara objektif dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi pekerja. Pengukuran secara subjektif dapat dilakukan dengan cara mengamati dan mengobservasi kondisi psikologis pekerja (Manuaba, 2000).

Pengukuran beban fisik pekerja dapat diukur melalui denyut jantung. Hal ini bisa mengetahui berat ringannya beban kerja fisik yang dirasakan oleh pekerja. Pengukuran ini dapat menilai cardiovaskuler strain. Pembuluh darah yang dipakai untuk pengukuran ini adalah arteri radialis pada pergelangan tangan (Tarwaka, 2004).

2.2 Stres Lansia

Dokumen terkait