• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan persepsi antara mahasiswa kepaniteraan klinik dan non kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi dengan menggunakan kuesioner yang sebelumya telah diuji validitas. Suatu kuesioner penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai bila koefisien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,60. Sementara hasil uji menunjukkan koefisien alpha Cronbach pada kuesioner penelitian ini menunjukkan 0,733 dengan demikian dinyatakan bahwa variabel yang terdapat pada kuesioner ini adalah valid dan reliabel.

Subjek penelitian ini berjumlah 132 orang mahasiswa FKG USU yang terdiri dari 66 orang mahasiswa kepaniteraan klinik dan 66 orang mahasiswa non-kepaniteraan klinik yang dapat dilihat pada tabel 1. Subjek penelitian ini memiliki perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang sama yaitu 66 orang berjenis kelamin laki-laki yang terdiri dari 33 orang mahasiswa kepaniteraan klinik dan 33 orang mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan 66 orang orang berjenis kelamin perempuan yang terdiri dari 33 orang mahasiswa kepaniteraan klinik dan 33 orang mahasiswa non-kepaniteraan klinik. Sampel penelitian ini merupakan mahasiswa yang masih aktif kuliah di FKG USU yang menyelesaikan blok 18 dan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU yang telah mengerjakan minimal 1 kasus pasien ortodonti sampai pada tahap pemasangan piranti ortodonti lepasan.

Tabel 1. Karakteristik Pendidikan Subjek Mahasiswa FKG USU

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

Mahasiswa Kepaniteraan Klinik 66 50 Mahasiswa non-kepaniteraan Klinik 66 50 Total 132 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Subjek tentang Pergeseran Midline

Pengetahuan Tahu Tidak Tahu

Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

Definisi midline dental 107 81,1 25 18,9

Definisi midline wajah 127 96,2 5 3,8

Anatomis wajah sebagai penentu midline wajah

40 30,3 92 69,7

Definisi pergeseran midline

87 65,9 45 34,1

Anatomis sebagai

penentuan midline dental maksila pada model gigi

76 57,6 56 42,4

Diagnosis pergeseran midline pada model gigi

71 53,8 61 46,2

Jenis fotometri yang digunakan

111 84,1 21 15,9

Tabel 2 menggambarkan pengetahuan subjek penelitian mengenai pergeseran midline termasuk kategori baik (70%-100%) dalam definisi midline dental, definisi midline wajah, dan jenis fotometri yang dapat digunakan dalam menentukan pergeseran midline. Sementara itu, pengetahuan subjek termasuk kategori kurang (< 70%) dalam definisi pergeseran midline, bagian anatomis yang digunakan sebagai penentu midline wajah dan midline dental, dan diagnosis pergeseran midline pada model gigi.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persepsi Subjek tentang Pergeseran Midline

Persepsi Baik Kurang

Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%) Persepsi terhadap pergeseran midline 2 mm 84 63,6 48 36,4 Persepsi terhadap pergeseran midline 4 mm 126 95,5 6 4,5

Persepsi terhadap tidak terjadi pergeseran midline

Tabel 3 menggambarkan persepsi subjek penelitian terhadap pergeseran midline termasuk kategori baik (70%-100%) dalam mengenali terjadinya persepsi pergeseran midline sebesar 4 mm dan persepsi terhadap yang tidak terdapat pergeseran midline. Sementara itu, persepsi subjek termasuk kategori kurang (< 70%) dalam mengenali terjadinya persepsi pergeseran midline sebesar 2 mm.

Tabel 4. Prevalensi Pengetahuan Mahasiswa FKG USU Pendidikan Mahasiswa Kepaniteraan

Klinik

Mahasiswa Non-kepaniteraan Klinik

Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%) Pengetahuan Kurang 17 26% 39 59,1% Pengetahuan Baik 49 74% 27 40,9% Total 66 100% 66 100%

Tabel 4 menunjukkan dari 66 orang subjek mahasiswa kepaniteraan klinik, 26% (n=17) memiliki pengetahuan kurang dan sebanyak 74% (n=49) memiliki pengetahuan baik. Sedangkan pada mahasiswa non-kepaniteraan klinik menunjukkan 59,1% (n=39) subjek memiliki pengetahuan kurang dan sebanyak 40,9% (n=27) memiliki pengetahuan baik dari 66 orang subjek mahasiswa non-kepaniteraan klinik.

Tabel 5. Prevalensi Persepsi Mahasiswa FKG USU Pendidikan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Non-kepaniteraan Klinik Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%) Persepsi Kurang 22 33,3% 27 40,9% Persepsi Baik 44 66,7% 39 59,1% Total 66 100% 66 100%

Tabel 5 menunjukkan dari 66 orang subjek mahasiswa kepaniteraan klinik bahwa sebanyak 33,3% (n=22) memiliki persepsi kurang dan sebanyak 66,7% (n=44)

memiliki persepsi baik. Sedangkan dari mahasiswa non-kepaniteraan klinik menunjukkan hanya 40,9% (n=27) subjek memiliki persepsi kurang dan sebanyak 59,1% (n=39) memiliki persepsi baik.

Tabel 6 menunjukkan dari 132 orang subjek, 25% (n=33) subjek memiliki pengetahuan dan persepsi yang kurang. Sebanyak 17,42% (n=23) subjek memiliki pengetahuan yang kurang, tetapi memiliki persepsi yang baik. Sebanyak 12,87% (n=17) subjek memiliki pengetahuan yang baik, tetapi memiliki persepsi kurang. Sebanyak 44,7% (n=59) subjek memiliki pengetahuan dan persepsi yang baik. Tabel 6 juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan persepsi terhadap pergeseran midline. Nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil ini adalah p = 0,0001. Nilai tersebut mempunyai nilai “pasti” dan nilai tersebut lebih kecil dari derajat kepercayaan 95% (p = 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan persepsi.

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan dan Persepsi Terhadap Pergeseran Midline Kategori Persepsi Total Nilai

Sig. Kurang Baik Kategori Pengetahuan Kurang Frekuensi (n) 32 24 56 0,0001* Persentase (%) 24,24 18,18 42,42 Baik Frekuensi (n) 17 59 76 Persentase (%) 12,87 44,7 57,57 Total Frekuensi (n) 49 83 132 Persentase (%) 37,11 62,8 100

BAB 5 PEMBAHASAN

Pemeriksaan midline merupakan salah satu pemeriksaan standar yang wajib dilakukan pada pemeriksaan awal kasus ortodonti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan persepsi terhadap pergeseran midline pada mahasiswa kepaniteraan klinik dan mahasiswa non-kepaniteraan klinik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi klinisi dalam menegakkan diagnosis untuk menyusun rencana perawatan yang tepat, dapat memberikan informasi bagi pasien mengenai pentingnya perawatan interseptif serta dapat memberikan sumber informasi bagi departemen dalam mengevaluasi tingkat pengetahuan mahasiswa FKG USU.

Hasil penelitian tentang pengetahuan terhadap pergeseran midline menunjukkan 81,1% (n=107) mengetahui definisi midline dental yaitu garis tengah sagital dari maksila dan mandibula saat gigi berada dalam interkuspasi maksimum.20 Sebanyak 96,2% (n=127) juga mengetahui definisi midline wajah yaitu garis yang membagi wajah menjadi dua bagian yang tegak lurus dengan pupil kanan dan kiri (tabel 2).11,19

Pengetahuan subjek terhadap bagian anatomis yang dapat digunakan sebagai penentuan midline wajah tergolong kurang. Sebanyak 30,3% (n=40) dari keseluruhan subjek menjawab benar bahwa glabela, cupid’s bow dan dagu merupakan bagian anatomis yang dapat digunakan sebagai penentuan midline wajah.14,16,17,19-22 Hal ini mungkin disebabkan subjek jarang menggunakan istilah cupid’s bow dan lebih sering menggunakan istilah yang lebih dikenal dengan nama philtrum. Hasil penelitian juga menunjukkan kurang mengenai definisi pergeseran midline. Sebanyak 65,9% (n=87) mengetahui definisi pergeseran midline yaitu midline wajah tidak sesuai dengan midline dental (tabel 2).2,13,14,19,20

Dari 132 subjek terlihat hanya 57,6% (n=76) yang mengetahui bagian anatomis yang dapat digunakan dalam penentuan midline dental pada maksila pada

model gigi (tabel 2). Bagian anatomis yang dapat digunakan dalam penentuan midline dental pada maksila pada model gigi yaitu rugae palatina kedua dengan fovea palatina. 24,27,28 Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian dikategorikan kurang dalam hal tersebut. Pengetahuan ini mungkin disebabkan karena subjek penelitian lupa walaupun telah diberikan saat perkuliahan. Sebaiknya mahasiswa FKG USU baik mahasiswa kepaniteraan klinik maupun mahasiswa non-kepaniteraan klinik lebih mengetahui mengenai bagian anatomis yang dapat digunakan dalam penentuan midline dental pada maksila pada model gigi karena dapat membantu menegakkan diagnosis pasien.

Tabel 2 menunjukkan hanya 53,8% (n=71) yang mengetahui mengenai bagaimana menentukan diagnosis pergeseran midline pada model gigi yang tergolong dalam pengetahuan kurang. Penentuan diagnosis pergeseran midline pada model gigi termasuk dalam evaluasi secara transversal.11,12,23 Pengetahuan responden terhadap jenis fotometri yang dapat digunakan sebagai alat penunjang diagnosis dalam menentukan pergeseran midline sudah tergolong baik, yaitu sebanyak 84,1% (n=111) telah menjawab dengan benar. Menurut Johnston dkk., fotometri frontal wajah dalam keadaan tersenyum dapat dijadikan alat penunjang diagnosis dalam menentukan pergeseran midline dan juga dapat melihat persepsi dental terhadap estetika wajah.14

Tabel 3 menggambarkan bahwa sebanyak 63,6% (n=84) dapat mendeteksi pergeseran midline 2 mm dan sebanyak 95,5% (n=126) dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar 4 mm. Penelitian Johnston dkk., mengenai persepsi dari ortodontis dan masyarakat awam muda terhadap diskrepansi antara midline wajah dan dental dengan menggunakan fotometri frontal menunjukkan 83% ortodontis dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar 2 mm dan 56% pada masyarakat awam muda.14 Zhang dkk., mengukur ambang batas yang dapat diterima oleh masyarakat awam muda terhadap pergeseran midline adalah sebesar 2,403 mm.18 Sementara hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi subjek penelitian yang terdiri dari mahasiswa kepaniteraan klinik dan non-kepaniteraan klinik lebih peka dalam mengenali terjadinya persepsi pergeseran midline sebesar 4 mm dimana mahasiswa

kepaniteraan klinik dan non-kepaniteraan klinik memiliki persespsi lebih baik daripada masyarakat awam, tetapi lebih rendah daripada dokter gigi dan ortodontis.

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum subjek mahasiswa kepaniteraan klinik memiliki pengetahuan baik mengenai pergeseran midline yaitu sebanyak 74% (n=49), sedangkan subjek mahasiswa non-kepaniteraan hanya sebanyak 40,9% (n=27) yang memiliki pengetahuan baik mengenai pergeseran midline. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo tentang pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pendidikan.29 Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat pendidikan dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.29,30

Pada tabel 5 dalam hal tingkat persepsi, subjek mahasiswa kepaniteraan klinik memiliki tingkat persepsi yang baik yaitu sebanyak 66,7% (n=44) bila dibandingkan dengan subjek mahasiswa non-kepaniteraan klinik yang hanya sebanyak 59,1% (n=39) yang memiliki persepsi baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian Cardash dkk., mengenai persepsi estetika pergeseran midline terhadap dokter gigi dan personel non-dental didapati sebanyak 37% dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar 1-2 mm dan 83% dapat mendeteksi pergeseran midline > 2 mm.13 Jornung dkk., mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap persepsi dan sikap mengenai estetika gigi dan senyum.16

Tabel 6 menunjukkan dari 132 orang subjek, 24,24% (n=32) subjek memiliki pengetahuan dan persepsi yang kurang. Sedangkan sebanyak 44,7% (n=59) subjek memiliki pengetahuan dan persepsi yang baik. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengetahuan dimana persepsi sejalan dengan pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi yang baik diikuti dengan pengetahuan yang baik begitu pun sebaliknya yang sesuai dengan pendapat Notoatmodjo mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu pengetahuan.29 Sebanyak 18,18% (n=24) subjek memiliki pengetahuan yang kurang, tetapi memiliki persepsi yang baik. Sebanyak 12,87% (n=17) subjek memiliki pengetahuan yang baik, tetapi memiliki persepsi

kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi yang baik tidak diikuti dengan pengetahuan yang baik begitu pun sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena persepsi tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja, melainkan beberapa faktor lainnya seperti pengalaman atau pengetahuan, harapan, kebutuhan, emosi, dan sosial budaya. Penelitian yang dilakukan oleh Flores-Mir dkk., juga mengemukakan bahwa persepsi estetika juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan lingkungan sosial seseorang.17

Tabel 6 juga menunjukkan signifikansi hubungan antara pengetahuan dan persepsi terhadap pergeseran midline. Nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil ini adalah p = 0,0001. Nilai tersebut mempunyai nilai “pasti” dan nilai tersebut lebih kecil dari derajat kepercayaan 95% (p=0,05). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan persepsi. Menurut penelitian Sianita dkk., terdapat perbedaan bermakna dalam persepsi terhadap pergeseran midline antara mahasiswa kedokteran gigi dengan masyarakat awam.2 Hal ini membuktikan bahwa persepsi dipengaruhi oleh kognitif atau pengetahuan seseorang. Sianita dkk., juga menyebutkan bahwa persepsi tidak hanya dipengaruhi oleh kognitif atau pengetahuan, tetapi juga sosial budaya, pengalaman, dan motivasi.2 Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoatmodjo ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam perhatian seseorang yaitu, pengalaman atau pengetahuan, harapan, kebutuhan, emosi, dan sosial budaya.29,31

BAB 6

Dokumen terkait