• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubunganpengetahuan Dan Persepsimahasiswa Non-Kepaniteraan Klinik Dan Kepaniteraan Klinikfkg Usu Terhadappergeseran Midline

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubunganpengetahuan Dan Persepsimahasiswa Non-Kepaniteraan Klinik Dan Kepaniteraan Klinikfkg Usu Terhadappergeseran Midline"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGANPENGETAHUAN DAN PERSEPSIMAHASISWA

NON-KEPANITERAAN KLINIK DAN KEPANITERAAN

KLINIKFKG USU TERHADAPPERGESERAN

MIDLINE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Ulfah Yunida Nst

NIM: 110600146

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti

Tahun 2015

Ulfah Yunida Nst

Hubungan Pengetahuan dan Persepsi Mahasiswa Non-Kepaniteraan dan Kepaniteraan Klinik FKG USU Terhadap Pergeseran Midline

xii + 42 halaman

Salah satu tujuan perawatan ortodonti yang berkaitan dengan estetika adalah hubungan harmonis antara midlinedental yang sesuai dengan midline wajah. Persepsi dalam menilai estetika dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain tingkat pengetahuan, usia, jenis kelamin, harapan, kebutuhan, emosi, pengalaman pribadi dan sosial budaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan persepsi antaramahasiswa non-kepaniteraan klinik dan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline.

Subjek penelitian berjumlah132 orang yang terdiri dari 66 orang mahasiswa non-kepaniteraan yang telah menyelesaikan blok 18 (Estetika Dentokraniofasial) dan 66 orang mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah menyelesaikan minimal satu kasus pasien ortodonti sampai tahap pemasangan piranti ortodonti lepasan dengan distribusi jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan sama. Penelitianinimenggunakankuesioner untuk melihat pengetahuan subjek yang berisi tujuh pertanyaan yang sebelumnya telah diuji dengan tes validitas menggunakan nilai Cronbach alphadan menggunakan fotometri frontal saat tersenyum yang midlinedental-nya telah diubah untuk melihat persepsi subjek terhadap pergeseran midline. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi-square.

(3)

non-kepaniteraan dengan mahasiswa kepaniteraan klinik. Kesimpulannya adalah persepsi terhadap pergeseran midlinedipengaruhi oleh pengetahuan.

(4)

HUBUNGANPENGETAHUAN DAN PERSEPSIMAHASISWA

NON-KEPANITERAAN KLINIK DAN KEPANITERAAN

KLINIKFKG USU TERHADAPPERGESERAN

MIDLINE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Ulfah Yunida Nst

NIM: 110600146

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi initelahdisetujuiuntukdipertahankan di hadapantimpengujiskripsi

Medan, April2015

Pembimbing : TandaTangan

1. ErvinaSofyanti, drg.,Sp.Ort ………

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 13April 2015

TIM PENGUJI

KETUA : ErvinaSofyanti,drg.,Sp.Ort

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan untuk kedua orangtua tercinta H.Ir. Adam B Nst, MM dan Hj.Ir. Elli Afrida Lbs, MP atas segala kasih sayang, doa, nasihat, dan dukungannya serta kepada adik-adik tercintayang selalu memberi semangat, arahan, nasihat, dan dukungan kepada penulis serta membantu penulis kapanpun dan dimanapun.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran, bantuan, serta doa dari berbagai pihak juga. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K), selaku Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen tim penguji skripsi yang telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis.

3. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, motivasi, dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Siti Bahirrah,drg.,Sp.Ort, selaku dosen tim penguji skripsi yang telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis.

(8)

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terutama staf dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada Sahabat penulis Dina, Monica, Neggy, Grace, Dora, Feho dan Rizky yang telah memberikan perhatian, bantuan, dan semangat kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah saling membantu dan memberikan semangat, terutama kepada Rahmi dan Sutanto.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2011 khususnya kelompok 6 pemicu yang selama ini sama-sama berjuang bersama penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan kakak-kakak kepanitraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah menjadi subjek penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu, masyarakat, dan Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.

Medan, April2015 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Hipoteesis Penelitian ... 4

1.5.Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA 2.1.Midline Wajah ... 6

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 16

2.5. Persepsi ... 17

2.6.Kerangka Teori... 21

(10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian ... 23

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3.Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 23

3.3.2 Kriteria Eksklusi... 24

3.3.3 Besar Sampel ... 24

3.4. Variabel dan Definisi Operasional ... 24

3.4.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.5.Metode Pengumpulan Data ... 26

3.5.1 Kuisioner ... 27

3.5.2 Fotometri ... 27

3.5.3 Pengukuran Kuisioner ... 27

3.5.4 Penilaian Fotometri ... 28

3.6.Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.6.1 Pengolahan Data ... 28

3.6.2 Analisis Data ... 28

3.7.Ethical Clearance ... 29

3.8.Alur Penelitian ... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 31

BAB 5 PEMBAHASAN ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Midline Fasial ... 7

2. Midline Dental ... 8

3. Fotometri Intra Oral ... 11

4. Fotometri Ekstra Oral ... 12

5. Pengambilan Fotometri ... 13

6. Titik Referensi Pada Model Gigi ... 14

7. Alat-alat Penelitian ... 26

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Pendidikan Subjek Mahasiswa FKG USU ... 31

2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Subjek tentang Pergeseran Midline 32

3. Distribusi Frekuensi Persepsi Subjek tentang Pergeseran Midline ... 32

4. Prevalensi Pengetahuan Mahasiswa FKG USU ... 33

5. Prevalensi Persepsi Mahasiswa FKG USU ... 33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Ethical Clearence

2. Hasil Perhitungan Penelitian 3. Lembar Kuisioner Penelitian

4. Lembar Perhitungan Skor untuk Penilaian Pengetahuan dan Persepsi terhadap Pergeseran Midline

5. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

6. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 7. Uji Validitas dan Realibilitas

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ortodonti adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mengobservasi pertumbuhan dan perkembangan dari gigi geligi serta struktur anatomi yang berhubungan dengan gigi geligi. Tujuan utama perawatan ortodonti adalah memperoleh oklusi yang optimal dan harmonis, baik secara fungsional maupun estetika.1 Sekarang ini, masalah estetika merupakan alasan utama pasien mencari perawatan ortodonti. Hal yang berkaitan dengan estetika meliputi, proporsi, bentuk, dan kesimetrisan. Salah satu tujuan perawatan ortodonti adalah hubungan yang harmonis antara midline dental yang sesuai dengan midline wajah.2-4 Oleh karena itu, kesesuaian midline perlu diperhatikan dalam perawatan ortodonti.

Senyum merupakan salah satu ekspresi wajah paling penting. Senyum sebagai alat komunikasi non-verbal untuk mengekspresikan perasaan spontan dan emosi.2 Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan senyum yang estetis yaitu, jumlah gigi geligi dan gingiva yang tampak saat tersenyum, lengkung senyum, proporsi gigi geligi, tinggi dan bentuk dari gingiva, hubungan antara midline wajah dengan midline dental, maupun dengan warna gigi.5-7,9

(15)

pemeriksaan yang lebih teliti oleh dokter gigi dalam menegakkan diagnosis yang akan membantu dalam penyusunan rencana perawatan.

Beberapa penelitian mengenai persepsi estetika menunjukkan bahwa dokter gigi dan ortodontis lebih peka terhadap pergeseran midline daripada pasien.5,6.13-15 Johnston dkk., melakukan penelitian mengenai persepsi dari ortodontis dan masyarakat awam muda di Inggris terhadap diskrepansi antara midline wajah dan dental dengan menggunakan fotometri frontal dalam keadaan tersenyum. Penilaian persepsi berdasarkan fotometri yang memodifikasi hubungan midline wajah dengan dental. Hasilnya menunjukkan 83% ortodontis dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar 2 mm atau lebih dan 56% pada masyarakat awam muda.14 Pinho dkk., melakukan penelitian mengenai persepsi ortodontis, prostodontis, dan masyarakat awam di Brazil tahun 2007 dengan metode yang sama juga melaporkan bahwa ortodontis lebih peka pada pergeseran midline sebesar 1 mm, 3 mm untuk prostodontis dan tidak terdapat perbedaan pada masyarakat awam.15

Penelitian yang sama dilakukan Cardash dkk., di Israel menggunakan fotometri frontal saat tersenyum untuk memperoleh persepsi terhadap klinisi dokter gigi dan personel non-dental memperlihatkan bahwa 14% dari observer dapat mendeteksi pergeseran midline < 1 mm, 37% dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar 1-2 mm, dan 83% dapat mendeteksi pergeseran midline > 2 mm.13 Penelitian Talic dkk., melaporkan bahwa dokter gigi di Saudi Arabia memberikan nilai yang rendah pada pergeseran midline > 1 mm dibandingkan masyarakat umum.5

(16)

dan lingkungan sosial seseorang.17

Penelitian Zhang dkk., mengenai persepsi masyarakat awam muda terhadap deviasi midline dental menggunakan fotometri frontal dari 6 subjek dengan tiga tipe wajah yang berbeda dengan midline dental diubah secara digital. Hasilnya menunjukkan bahwa ambang batas yang dapat diterima dari pergeseran midline adalah sebesar 2,403 mm dengan tingkat kepercayaan 95%. Zhang dkk., juga melaporkan bahwa persepsi estetika terhadap pergesaran midline dipengaruhi oleh jenis kelamin dan tipe wajah dari individu yang mengalami pergeseran midline.18

Hasil survey yang dilakukan Yarlagadda dkk., terhadap deviasi midline wajah dan midline gigi anterior di Banglore melaporkan bahwa 28% dari sampel tidak terdapat deviasi antara midline wajah dengan midline gigi anterior maksila dan 72% terdapat deviasi dengan rentang antara 0-2 mm. Beliau juga melaporkan bahwa deviasi yang dapat diterima adalah < 2 mm.6

Penelitian yang dilakukan Hassan dkk., melakukan pengambilan foto digital dengan penarik pipi untuk melihat hubungan midline wajah dan midline dental di Baghdad mendapati bahwa 20,3% dari 108 sample memiliki midline wajah yang berimpit dengan midline dental dan 37% midline berpindah ke arah kanan. Pergeseran midline dental maksila terhadap midline wajah adalah 0,46-5,38 mm, pergeseran midline maksila dengan midline mandibula adalah 0,5-4,96 mm, dan pergeseran midline mandibula terhadap midline wajah adalah 0,33-6,08 mm.19 Penelitian yang dilakukan Khan dkk., di Pakistan melaporkan bahwa 82,8% memiliki midline dental maksila sesuai dengan midline wajah dan sebanyak 17,2% terjadi pergeseran midline antara midline maksila dengan midline wajah. Sebanyak 5,4% dari yang midline yang tidak tepat ini menunjukkan pergeseran midline 0,5 mm ke arah kiri.20

(17)

mengenai pengetahuan dan persepsi tentang pergeseran midline terhadap subjek yang memiliki latar belakang ilmu kedokteran gigi yang akan menjadi seorang dokter gigi. Oleh kerena itu, pada penelitian ini diharapkan akan diperoleh hubungan pengetahuan dan persepsi mahasiswa terhadap pergeseran midline.

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan dan persepsi mahasiswa non-kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline?

2. Bagaimana pengetahuan dan persepsi mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline?

3. Apakah terdapat hubungan pengetahuan dan persepsi antara mahasiswa non-kepaniteraan klinik FKG USU dan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi mahasiswa non-kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline.

2. Untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline.

3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan persepsi antara mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline.

1.4. Hipotesis Penelitian

(18)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran pengetahuan dan persepsi pada mahasiswa kepaniteraan klinik dan non-kepaniteraan klinik terhadap pergeseran midline.

2. Memberikan informasi tambahan bagi mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Ortodonti RSGM-P FKG USU tentang pengetahuan terhadap pergeseran midline.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Estetika wajah yang sangat berkaitan dengan susunan gigi geligi yang harmonis dengan tampilan jaringan lunak wajah menjadi alasan utama pasien dalam mencari perawatan ortodonti. Estetika wajah yang baik dan menyenangkan dinilai dari proporsi, bentuk, dan kesimetrisan yang seimbang.21

Senyum merupakan ekspresi wajah yang penting sebagai alat komunikasi non-verbal untuk mengekspresikan perasaan spontan dan emosi. Senyum yang menarik memiliki nilai tersendiri. Senyum yang menarik pada era modern ini sering dipertimbangkan sebagai aset dalam aktivitas sehari-hari antara lain saat interaksi sosial dengan lingkungan kerja dan juga saat wawancara.2,21 Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan yaitu, jumlah gigi geligi dan gingiva yang tampak saat tersenyum, lengkung senyum, proporsi gigi geligi, tinggi dan bentuk dari gingiva, hubungan antara midline wajah dengan midline dental, dan warna gigi.5,7 Midline merupakan bagian penting dalam senyum yang menarik. Senyum yang menarik tergantung dari letak midline wajah dan midline dental yang berimpit pada satu garis lurus. 8,7,10,20-22 Namun, midline wajah dan dental tidak selamanya mutlak ditemukan berimpit pada satu garis lurus disebabkan variasi dentokraniofasial dalam arah transversal, misalnya asimetri pada jaringan lunak wajah.23

2.1. Midline Wajah

(20)

Pada umumnya penentuan midline wajah dapat menggunakan dental floss secara vertikal, tetapi hal tersebut tidak akurat.22 Meskipun begitu, penentuan midline wajah dapat menggunakan dua anatomis sebagai penunjuk sebagai metode yang lebih akurat. Pertama adalah titik diantara kedua alis dikenal dengan glabela.7,9,22 Kedua adalah philtrum yang juga dikenal dengan cupid’s bow yang terletak ditengah bibir atas.7,9,19-22 Kedua bagian anatomis ini ditandai dengan titik dan kedua titik ini dihubungkan hingga menjadi sebuah garis vertikal yang menentukan lokasi midline wajah (Gambar 1).7,9,19-22

Gambar 1. Midline wajah19

2.2. Midline Dental

(21)

harus sejajar satu sama lain.22,24,26 Midline dental juga seharusnya berimpit dengan midline wajah (Gambar 2).7,8,14,19-22,26 Jika midline dental tidak berada pada satu garis sejajar dengan midline wajah, maka hal ini didefinisikan sebagai pergeseran midline atau midline shifting (Gambar 2).4,7,21,22,25,26

Gambar 2. Midline dental A. Midline dental sesuai dengan midline wajah14 B. Pergeseran midline dental maksila dari midline wajah22

(22)

melaporkan bahwa deviasi midline wajah terhadap midline gigi anterior maksila yang dapat diterima adalah < 2 mm.6 Johnston dkk., mengevaluasi persepsi estetika menggunakan fotometri frontal dari ortodontis dan masyarakat awam muda menemukan bahwa semakin besar derajat pergeseran antara midline wajah dan midline dental, nilai estetika dinilai rendah. Sebanyak 56% masyarakat awam memberi nilai estetika kurang ketika terjadi pergeseran midline sebesar 2 mm dan sebanyak 83% pada ortodontis.14 Zhang dkk., mengukur ambang batas yang dapat diterima oleh masyarakat awam muda terhadap pergeseran midline adalah sebesar 2,403 mm.18

2.3. Diagnosis

Diagnosis merupakan hal yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah seorang pasien perlu dilakukan perawatan atau tidak, begitu juga dengan kasus midline shifting, perlu dilakukan analisis yang tepat sehingga rencana perawatan sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosis pergeseran midline dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu dengan pemeriksaan klinis, fotometri, dan model gigi.3,22,27

2.3.1. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis pada perawatan ortodonti dilakukan secara vertikal, sagital, dan transversal. Pemeriksaan klinis merupakan hal yang paling penting dalam menegakkan suatu diagnosis. Sebelum dilakukan pemeriksaan klinis, dokter melakukan anamnesis terlebih dahulu untuk mengetahui alasan utama pasien mencari perawatan ortodonti dan sebagainya.1,4,24 Pemeriksaan klinis juga dilakukan secara langsung dengan visualisasi, palpasi jaringan lunak, pemeriksaan kesesuaian midline wajah dan dental, dan serta evaluasi ada atau tidaknya maloklusi yang bersifat intermaksilari atau intramaksilari.11,23,24

(23)

saat relasi sentrik maupun oklusi sentrik. Jika dari analisis ditemukan diskrepansi midline, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap sendi temporomandibula untuk mendeteksi adanya asimetri fungsional.11,12,23

2.3.2. Fotometri

Fotometri ortodonti merupakan dokumen pertimbangan yang penting diambil sebelum, selama, dan sesudah perawatan ortodonti. Foto-foto tersebut dapat memberikan informasi yang berguna mengenai maloklusi, rencana perawatan, dan berbagai catatan klinis lainnya. Pada bidang ortodonti dikenal dua macam fotometri, yaitu fotometri intra oral dan ekstra oral.3,12,22

2.3.2.1. Fotometri Intra Oral

Fotometri intra oral terdiri dari lima macam yaitu foto pandangan frontal dalam keadaan oklusi, foto pandangan bukal sebelah kanan dalam keadaan oklusi, foto pandangan bukal sebelah kiri dalam keadaan oklusi, foto oklusal rahang atas, dan foto oklusal rahang bawah (Gambar 3).12,22

(24)

Gambar 3. Fotometri Intra Oral A. Foto bukal sebelah kanan saat oklusi B. Foto bukal sebelah kiri saat oklusi C. Foto oklusal rahang atas D. Foto oklusal rahang bawah E. Foto frontal dalam keadaan oklusi22

2.3.2.2. Fotometri Ekstra Oral

(25)

Gambar 4. Fotometri Ekstra Oral A. Foto lateral sebelah kanan dengan bibir dalam keadaan rileks B. Foto frontal wajah saat tersenyum C. Foto oblik wajah 45o D. foto frontal dengan bibir

dalam keadaan rileks22

Fotometri ekstra oral dalam bidang ortodonti memiliki beberapa kegunaan antara lain, mengevaluasi hubungan kraniofasial dan proporsi sebelum dan sesudah perawatan, sebagai penilaian profil jaringan lunak, untuk analisis proporsional wajah, dapat memantau kemajuan perawatan, sebagai studi longitudinal dalam pengobatan dan pasca retensi, dapat mendeteksi dan merekam ketidakseimbangan otot-otot, dan mendeteksi serta merekam asimetri wajah.12,22

(26)

sebelah kanan dengan ekspresi wajah yang serius dan bibir tertutup (posisi istirahat) untuk memperlihatkan otot-otot yang tidak seimbang dan tidak harmonis, dari pandangan frontal dapat dipilih dengan ekspresi wajah serius atau dengan bibir tersenyum, latar belakang bebas dari gangguan, kualitas pencahayaan harus dapat menunjukkan kontur wajah tanpa adanya bayangan di latar belakang, telinga terlihat untuk manfaat orientasi, dan mata terbuka dengan menatap lurus ke depan serta kacamata dilepas (Gambar 5).12,27

Gambar 5. Pengambilan Fotometri 27

2.3.3. Model Gigi

Model gigi adalah rekam medis ortodonti yang paling sering digunakan untuk menganalisis suatu kasus yang dapat memberikan banyak informasi. Banyak keadaan yang dapat dilihat pada model gigi salah satunya adalah pergeseran midline gigi terhadap midline wajah.22,25,27

(27)

ini melewati titik kontak insisivus sentralis rahang atas. Pada mandibula, penentuan garis median line dengan membuat titik pada perlekatan frenulum labial dan lingual.10,27,28 Umumnya, garis ini melewati titik kontak insisivus sentralis rahang bawah. Midline dental pada maksila dan mandibula harus sejajar satu sama lain. Pada keadaan normal, midline dental dan midline wajah juga terletak pada satu garis berimpit (Gambar 6).27,28

Gambar 6. Titik-titik referensi pada model gigi dalam menentukan asimetris lengkung gigi28

(28)

2.4. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.29 Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan pengaruh yang penting dalam pembentukan tindakan/sikap seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada tanpa didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:29

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar .

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

(29)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu: 29

1. Umur

Bertambahnya umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Maka, dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya hingga pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

2. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

3. Lingkungan

(30)

4. Sosial Budaya

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seeorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

5. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.

6. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

Pengetahuan biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, angket, atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.29,30 Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. Menurut Arikunto 2006 (cit. Suparyanto), pengetahuan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu kategori baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan yang digolongkan kategori baik bila subjek mampu menjawab dengan benar sebanyak > 75% dari seluruh pertanyaan, sedangkan pengetahuan yang digolongkan kategori cukup bila subjek mampu menjawab dengan benar sebanyak 56% - 75% dari seluruh pertanyaan dan pengetahuan yang digolongkan kategori kurang bila subjek mampu menjawab dengan benar sebanyak < 55% dari seluruh pertanyaan.32

2.5 Persepsi

(31)

penciuman.30,32 Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif. Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu.29,31

Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretation, begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.29,31

Menurut Notoatmodjo, terdapat banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.29,31

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya. Faktor yang termasuk ke dalam faktor eksternal, yaitu: 29

a. Kontras

Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

b. Perubahan Intensitas

Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

c. Pengulangan (repetition)

(32)

d. Sesuatu yang baru (novelty)

Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

2. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut. Faktor yang termasuk ke dalam faktor internal, yaitu: 29

a. Pengalaman atau pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

b. Harapan (expectation)

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus. c. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda.

d. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada.

e. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan memberikan persepsi yang sama pada orang-orang di luar kelompoknya.

(33)

Hasilnya menunjukkan 83% ortodontis dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar 2 mm atau lebih dan 56% pada masyarakat awam muda.14 Penelitian yang sama dilakukan Pinho dkk., di Brazil tahun 2007 terhadap ortodontis, prostodontis, dan masyarakat awam dengan hasil melaporkan bahwa ortodontis lebih peka pada pergeseran midline sebesar 1 mm, 3 mm untuk prostodontis dan masyarakat awam tidak ada perbedaan bermakna.15

Penelitian mengenai persepsi estetika juga dilakukan oleh Cardash dkk., di Israel menggunakan fotometri frontal saat tersenyum terhadap klinisi dokter gigi dan personel non-dental mendapati bahwa 14% dari observer dapat mendeteksi pergeseran midline < 1 mm, 37% dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar 1-2 mm, dan 83% dapat mendeteksi pergeseran midline > 2 mm.13 Penelitian Talic dkk., di Saudi Arabia melaporkan bahwa dokter gigi di Saudi memberikan nilai yang rendah pada pergeseran midline > 1 mm daripada masyarakat umum.5

(34)

2.6. Kerangka Teori

Estetika Wajah

Diagnosis

Pemeriksaan

Klinis Fotometri

(35)

2.7. Kerangka Konsep

Pengetahuan terhadap pergeseran midline

Persepsi terhadap pergeseran midline

- Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU

(36)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi survei analitik cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan dan persepsi mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang berada di Jalan Alumni No. 2 Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 hingga Maret 2015.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sampel penelitian diambil dengan metode purposive sampling. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel sebagai berikut:

3.3.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Mahasiswa aktif di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah menyelesaikan perkuliahan blok 18 (Estetika Dentokraniofasial).

(37)

3.3.2. Kriteria Ekslusi

Kriteri eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • Subjek yang menolak menjadi subjek penelitian.

• Mahasiswa kepaniteraan klinik yang belum sampai pada tahap

pemasangan piranti ortodonti lepasan.

3.3.3. Besar Sampel

Pada penelitian ini, digunakan rumus besar sampel untuk data analitik kategorik. penelitian sebelumnya sebesar 37% (0.37)

P2 = Persepsi yang diharapkan peneliti sebesar 57% (0.57) Zβ = Nilai deviasi normal pada beta 10% = 1.282

n = Besar sampel adalah 128.7

Maka pada penelitian ini, besar sampel yang digunakan adalah minimal 129 orang.

3.4. Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Pengetahuan mengenai pergeseran midline 2. Variabel tergantung : Persepsi terhadap pergeseran midline

n =

(38)

3. Variabel terkendali : Mahasiswa non-kepaniteraan klinik, mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU, dan jenis kelamin.

3.4.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan terhadap pergeseran midline adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap pergeseran midline meliputi mengenai tahu atau tidak mengenai pergeseran midline, dan tentang kesimetrisan midline wajah dengan midline dental melalui kuesioner.

2. Persepsi terhadap pergeseran midline adalah pengamatan yang dilakukan melalui dari visualisasi dengan fotometri frontal dan kuesioner.

3. Pergeseran midline adalah tidak berimpitnya midline dental dengan midline wajah pada satu garis sejajar >2 mm (Penelitian Yarlagadda dkk., 2013).

4. Mahasiswa non-kepaniteraan klinik adalah seluruh mahasiswa dengan kurikulum blok yang terdaftar dan masih aktif mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi serta telah menyelesaikan perkuliahan blok 18.

5. Mahasiswa Kepaniteraan klinik adalah mahasiswa klinik yang telah menyelesaikan rencana perawatan minimal 1 kasus pasien ortodonti sampai pada tahap pemasangan piranti ortodonti lepasan di RSGM-P FKG USU.

6. Jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis sejak lahir.

7. Pengetahuan “baik” apabila subjek mendapat skor ≥ 70% dari seluruh pertanyaan.

8. Pengetahuan “kurang” apabila subjek hanya mendapat skor < 70% dari seluruh pertanyaan.

9. Tingkat persepsi “baik” apabila subjek mendapat skor 100% dari seluruh pertanyaan.

(39)

3.4.3. Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: (Gambar 7) 1. Kuesioner

2. Fotometri frontal dalam keadaan tersenyum pada perempuan dengan midline dental yang telah dimanipulasi

3. Pulpen 4. Pensil 5. Penghapus

Gambar 7. Alat-alat penelitian A. Lembar Kuesioner B. Pulpen,pensil, dan penghapus

3.5. Metode Pengumpulan Data

(40)

3.5.1. Kuesioner

Pemilihan subjek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebanyak 7 (tujuh) pertanyaan untuk melihat pengetahuan terhadap kasus pergeseran midline pada mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.

3.5.2. Fotometri

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) fotometri frontal saat tersenyum dengan midline wajah dan dental sejajar dan fotometri frontal yang midline dental-nya telah diubah menggunakan komputerisasi untuk melihat bagaimana persepsi mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline.

3.5.3. Pengukuran Kuesioner

Setiap jawaban yang diberikan diberi simbol dalam bentuk angka. Jika jawaban benar diberi dengan angka 1 dan jika salah diberi angka 0. Lalu, hasil perhitungan dikategorikan menjadi baik dan kurang. Dalam penelitian ini menggunakan kategori pengetahuan yang dimodifikasi yaitu bila memperoleh skor lebih besar sama dengan 70% dari seluruh pertanyaan, maka termasuk kategori pengetahuan baik. Sebaliknya, bila memperoleh skor lebih kecil dari 70% maka digolongkan dalam kategori pengetahuan kurang. Adapun jumlah skor setiap responden dihitung dengan rumus:

�=�/�×100% Dimana P = Persentase

(41)

3.5.4. Penilaian Fotometri

Pengukuran skor persepsi estetika terhadap pergeseran midline melalui fotometri frontal saat tersenyum (Gambar 8) menggunakan simbol angka. Jika subjek menjawab benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0.

Gambar 8. Penilaian Fotometri A. Midline wajah dan midline dental berimpit pada satu garis lurus B. Pergeseran midline dental terhadap midline wajah dengan komputerisasi8

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan metode komputerisasi.

3.6.2. Analisis Data

(42)

3.7. Ethical Clearance

(43)

3.8 Alur Penelitian

Pengumpulan sampel dari mahasiswa non-kepaniteraan dan mahasiswa non-kepaniteraan FKG

USU yang memenuhi kriteria inklusi

Kuisioner Fotometri Frontal

Pengetahuan terhadap pergeseran midline

Persepsi terhadap pergeseran midline

Pengumpulan Kuisioner

Pengolahan Data

Analisis Data

(44)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan persepsi antara mahasiswa kepaniteraan klinik dan non kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi dengan menggunakan kuesioner yang sebelumya telah diuji validitas. Suatu kuesioner penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai bila koefisien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,60. Sementara hasil uji menunjukkan koefisien alpha Cronbach pada kuesioner penelitian ini menunjukkan 0,733 dengan demikian dinyatakan bahwa variabel yang terdapat pada kuesioner ini adalah valid dan reliabel.

Subjek penelitian ini berjumlah 132 orang mahasiswa FKG USU yang terdiri dari 66 orang mahasiswa kepaniteraan klinik dan 66 orang mahasiswa non-kepaniteraan klinik yang dapat dilihat pada tabel 1. Subjek penelitian ini memiliki perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang sama yaitu 66 orang berjenis kelamin laki-laki yang terdiri dari 33 orang mahasiswa kepaniteraan klinik dan 33 orang mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan 66 orang orang berjenis kelamin perempuan yang terdiri dari 33 orang mahasiswa kepaniteraan klinik dan 33 orang mahasiswa non-kepaniteraan klinik. Sampel penelitian ini merupakan mahasiswa yang masih aktif kuliah di FKG USU yang menyelesaikan blok 18 dan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU yang telah mengerjakan minimal 1 kasus pasien ortodonti sampai pada tahap pemasangan piranti ortodonti lepasan.

Tabel 1. Karakteristik Pendidikan Subjek Mahasiswa FKG USU

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

(45)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Subjek tentang Pergeseran Midline

Pengetahuan Tahu Tidak Tahu

Frekuensi maksila pada model gigi

76 57,6 56 42,4

Diagnosis pergeseran midline pada model gigi

71 53,8 61 46,2

Jenis fotometri yang digunakan

111 84,1 21 15,9

Tabel 2 menggambarkan pengetahuan subjek penelitian mengenai pergeseran midline termasuk kategori baik (70%-100%) dalam definisi midline dental, definisi midline wajah, dan jenis fotometri yang dapat digunakan dalam menentukan pergeseran midline. Sementara itu, pengetahuan subjek termasuk kategori kurang (< 70%) dalam definisi pergeseran midline, bagian anatomis yang digunakan sebagai penentu midline wajah dan midline dental, dan diagnosis pergeseran midline pada model gigi.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persepsi Subjek tentang Pergeseran Midline

Persepsi Baik Kurang

Frekuensi (n) Persentase (%)

pergeseran midline 2 mm

84 63,6 48 36,4

Persepsi terhadap

pergeseran midline 4 mm

126 95,5 6 4,5

Persepsi terhadap tidak terjadi pergeseran midline

(46)

Tabel 3 menggambarkan persepsi subjek penelitian terhadap pergeseran midline termasuk kategori baik (70%-100%) dalam mengenali terjadinya persepsi pergeseran midline sebesar 4 mm dan persepsi terhadap yang tidak terdapat pergeseran midline. Sementara itu, persepsi subjek termasuk kategori kurang (< 70%) dalam mengenali terjadinya persepsi pergeseran midline sebesar 2 mm.

Tabel 4. Prevalensi Pengetahuan Mahasiswa FKG USU Pendidikan Mahasiswa Kepaniteraan

Klinik

Mahasiswa Non-kepaniteraan Klinik

Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%) Pengetahuan

Tabel 4 menunjukkan dari 66 orang subjek mahasiswa kepaniteraan klinik, 26% (n=17) memiliki pengetahuan kurang dan sebanyak 74% (n=49) memiliki pengetahuan baik. Sedangkan pada mahasiswa non-kepaniteraan klinik menunjukkan 59,1% (n=39) subjek memiliki pengetahuan kurang dan sebanyak 40,9% (n=27) memiliki pengetahuan baik dari 66 orang subjek mahasiswa non-kepaniteraan klinik.

Tabel 5. Prevalensi Persepsi Mahasiswa FKG USU Pendidikan Mahasiswa Kepaniteraan

Klinik

Mahasiswa Non-kepaniteraan Klinik

Frekuensi (n) Persentase (%)

Frekuensi (n) Persentase (%)

(47)

memiliki persepsi baik. Sedangkan dari mahasiswa non-kepaniteraan klinik menunjukkan hanya 40,9% (n=27) subjek memiliki persepsi kurang dan sebanyak 59,1% (n=39) memiliki persepsi baik.

Tabel 6 menunjukkan dari 132 orang subjek, 25% (n=33) subjek memiliki pengetahuan dan persepsi yang kurang. Sebanyak 17,42% (n=23) subjek memiliki pengetahuan yang kurang, tetapi memiliki persepsi yang baik. Sebanyak 12,87% (n=17) subjek memiliki pengetahuan yang baik, tetapi memiliki persepsi kurang. Sebanyak 44,7% (n=59) subjek memiliki pengetahuan dan persepsi yang baik. Tabel 6 juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan persepsi terhadap pergeseran midline. Nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil ini adalah p = 0,0001. Nilai tersebut mempunyai nilai “pasti” dan nilai tersebut lebih kecil dari derajat kepercayaan 95% (p = 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan persepsi.

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan dan Persepsi Terhadap Pergeseran Midline Kategori Persepsi Total Nilai

Sig.

(48)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pemeriksaan midline merupakan salah satu pemeriksaan standar yang wajib dilakukan pada pemeriksaan awal kasus ortodonti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan persepsi terhadap pergeseran midline pada mahasiswa kepaniteraan klinik dan mahasiswa non-kepaniteraan klinik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi klinisi dalam menegakkan diagnosis untuk menyusun rencana perawatan yang tepat, dapat memberikan informasi bagi pasien mengenai pentingnya perawatan interseptif serta dapat memberikan sumber informasi bagi departemen dalam mengevaluasi tingkat pengetahuan mahasiswa FKG USU.

Hasil penelitian tentang pengetahuan terhadap pergeseran midline menunjukkan 81,1% (n=107) mengetahui definisi midline dental yaitu garis tengah sagital dari maksila dan mandibula saat gigi berada dalam interkuspasi maksimum.20 Sebanyak 96,2% (n=127) juga mengetahui definisi midline wajah yaitu garis yang membagi wajah menjadi dua bagian yang tegak lurus dengan pupil kanan dan kiri (tabel 2).11,19

Pengetahuan subjek terhadap bagian anatomis yang dapat digunakan sebagai penentuan midline wajah tergolong kurang. Sebanyak 30,3% (n=40) dari keseluruhan subjek menjawab benar bahwa glabela, cupid’s bow dan dagu merupakan bagian anatomis yang dapat digunakan sebagai penentuan midline wajah.14,16,17,19-22 Hal ini mungkin disebabkan subjek jarang menggunakan istilah cupid’s bow dan lebih sering menggunakan istilah yang lebih dikenal dengan nama philtrum. Hasil penelitian juga menunjukkan kurang mengenai definisi pergeseran midline. Sebanyak 65,9% (n=87) mengetahui definisi pergeseran midline yaitu midline wajah tidak sesuai dengan midline dental (tabel 2).2,13,14,19,20

(49)

model gigi (tabel 2). Bagian anatomis yang dapat digunakan dalam penentuan midline dental pada maksila pada model gigi yaitu rugae palatina kedua dengan fovea palatina. 24,27,28 Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian dikategorikan kurang dalam hal tersebut. Pengetahuan ini mungkin disebabkan karena subjek penelitian lupa walaupun telah diberikan saat perkuliahan. Sebaiknya mahasiswa FKG USU baik mahasiswa kepaniteraan klinik maupun mahasiswa non-kepaniteraan klinik lebih mengetahui mengenai bagian anatomis yang dapat digunakan dalam penentuan midline dental pada maksila pada model gigi karena dapat membantu menegakkan diagnosis pasien.

Tabel 2 menunjukkan hanya 53,8% (n=71) yang mengetahui mengenai bagaimana menentukan diagnosis pergeseran midline pada model gigi yang tergolong dalam pengetahuan kurang. Penentuan diagnosis pergeseran midline pada model gigi termasuk dalam evaluasi secara transversal.11,12,23 Pengetahuan responden terhadap jenis fotometri yang dapat digunakan sebagai alat penunjang diagnosis dalam menentukan pergeseran midline sudah tergolong baik, yaitu sebanyak 84,1% (n=111) telah menjawab dengan benar. Menurut Johnston dkk., fotometri frontal wajah dalam keadaan tersenyum dapat dijadikan alat penunjang diagnosis dalam menentukan pergeseran midline dan juga dapat melihat persepsi dental terhadap estetika wajah.14

(50)

kepaniteraan klinik dan non-kepaniteraan klinik memiliki persespsi lebih baik daripada masyarakat awam, tetapi lebih rendah daripada dokter gigi dan ortodontis.

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum subjek mahasiswa kepaniteraan klinik memiliki pengetahuan baik mengenai pergeseran midline yaitu sebanyak 74% (n=49), sedangkan subjek mahasiswa non-kepaniteraan hanya sebanyak 40,9% (n=27) yang memiliki pengetahuan baik mengenai pergeseran midline. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo tentang pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pendidikan.29 Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat pendidikan dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.29,30

Pada tabel 5 dalam hal tingkat persepsi, subjek mahasiswa kepaniteraan klinik memiliki tingkat persepsi yang baik yaitu sebanyak 66,7% (n=44) bila dibandingkan dengan subjek mahasiswa non-kepaniteraan klinik yang hanya sebanyak 59,1% (n=39) yang memiliki persepsi baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian Cardash dkk., mengenai persepsi estetika pergeseran midline terhadap dokter gigi dan personel non-dental didapati sebanyak 37% dapat mendeteksi pergeseran midline sebesar 1-2 mm dan 83% dapat mendeteksi pergeseran midline > 2 mm.13 Jornung dkk., mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap persepsi dan sikap mengenai estetika gigi dan senyum.16

(51)

kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi yang baik tidak diikuti dengan pengetahuan yang baik begitu pun sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena persepsi tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja, melainkan beberapa faktor lainnya seperti pengalaman atau pengetahuan, harapan, kebutuhan, emosi, dan sosial budaya. Penelitian yang dilakukan oleh Flores-Mir dkk., juga mengemukakan bahwa persepsi estetika juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan lingkungan sosial seseorang.17

(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Prevalensi pengetahuan mahasiswa non-kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline adalah 59,1% (n=39) subjek memiliki pengetahuan kurang dan sebanyak 40,9% (n=27) memiliki pengetahun yang baik. Prevalensi persepsi mahasiswa non-kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline adalah 40,9% (n=27) subjek memiliki persepsi kurang dan sebanyak 59,1% (n=39) memiliki persepsi yang baik.

2. Prevalensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline sebanyak 26% (n=17) memiliki pengetahuan kurang dan 74% (n=49) memiliki pengetahuan baik. Prevalensi persepsi mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap pergeseran midline sebanyak 33,3% (n=22) memiliki persepsi kurang dan 66,7% (n=42) menunjukkan persepsi yang baik.

3. Dari hasil penelitian ini diperoleh terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan persepsi terhadap pergeseran midline pada mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan mahasiswa non-kepaniteraan klinik FKG USU.

6.2Saran

1. Diharapkan kepada mahasiswa non-kepaniteraan klinik dan mahasiswa kepaniteraan klinik untuk meningkatkan pengetahuan terhadap pergeseran midline dalam bidang kedokteran gigi .

2. Diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik untuk dapat mengaktualisasi pengetahuan terhadap pergeseran midline sehingga bisa memberikan diagnosis yang tepat pada pasien.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ackerman M. Enhancement Orthodontics theory and practice. UK: Blackwell Munksgaard, 2007: 3-22.

2. Sianita PP, Syed Omar SS. The difference in esthetic perception of dental midline deviation between dental students and laypeople. Orthod Dent J 2012; 3: 43-7.

3. Bishara SE. Textbook of ortodontics. Pennsylvania: WB Saunders Co., 2001: 107-9.

4. Cobourne MT, Dibiase AT. Handbook of orthodontics. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2010: 125-41.

5. Talic N, AlOmar S, AlMaidhan A. Perception of saudi dentist and lay people to altered smile esthetics. Saudi Dent J 2013; 22: 13-21.

6. Yarlagadda SKB, HP Srinath, GS Amarnath, Gangadhar G. A survey of observable deviation of facial and anterior tooth midline and comparison betweeen men and women subjects in banglore east population. IJRID 2013; 3: 1-6.

7. Morley Jeff, Eunbank J. Macroesthetics elements of smile design. JADA 2001; 132: 39-45.

8. Ker AJ, Chan R, Fields HW, Beck Mike, Rosential S. Esthetics and smile characteristics from the layperson’s perspective. JADA 2008; 139: 1318-27. 9. Sabri R. The eight components of balanced smile. J Clin Orthod 2005; 39(3):

155-67.

10.Miller EL, Bodden R, Jamison HC. A study of the relationship of dental midline to the facial median line. J Prosthet Dent 1979; 41: 657-60.

11.Haraguchi S, Iguchi Y, Takada K. Asymmetry of The Face in Ortodontic Patients. Angle Ortodontist 2008; 78(3): 421-6.

(54)

13.Cardash HS, Ormanier Z, Laufer BZ. Observable deviation of the facial and anterior tooth midlines. J Prosthet Dent 2003; 89: 282-5.

14.Johnston CD, Burden DJ, Stevenson MR. The influence of dental to facial midline discrepancies on dental attractiveness ratings. Eur J Orthod 1999; 21: 517-22.

15.Pinho S, Ciriaco C, Faber J, Lenza MA. Impact of dental asymmetries on the perception of smile esthetics. Am J Orhod Dentofacial Orthop 2006: 748-53. 16.Jornung J, Fardal Ø. Perception of patient’s smiles. JADA 2007; 138 (12):

1544-53.

17.Flores-Mir, C; Silva, E; Barriga, MI; Lagravere, MO; and Major, PW. 2004. Lay person’s perception of smile aesthetics in dental and facial views. J of Orthod; 31(3):204-9.

18.Zhang YF, Xiao L, Peng YR, Zhao Z. Young people’s esthetics perception of dental midline deviation. Angle Orthod 2010; 80: 515-20.

19.Hassan DA, Ghaib NH. The reliability of bisecting interpupillary perpendicular line, facial and dental laterality and coincidence in adult normal occlusion iraqi sample. J Bagh Coll Dentistry 2012;24: 94-8.

20.Khan MF, Qamar K, Naeem S. Coincidence of facial midline with dental midline. Pakistan Oral & Dent J 2014; 34:355-7.

21.Boksman L. Simplifying laboratory communivation: The dental midline position, incisal cant and incisal horizontal plane. Oral Health J 2010: 71-8. 22.Nanda R. Biomechanics and esthetics strategies in clinical ortodontics.

Missosouri: Elsevier Inc., 2005: 45-63.

23.Bishara SE, Burkey PS, Khaouf JG. Dental and facial asymmetries: a review. Angle Orthod 1994; 64: 89-98.

24.Staley RN, Reske NT. Essentials of orthodontics Diagnostics and Treatment. UK: Wiley Blackwell, 2011: 12-6.

25.Melsen B. Adult Orthodontics. UK: Blackwell, 2012: 65-70.

(55)

27.Rahardjo P. Diagnosis ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press,2008:5-6, 62-3.

28.Maurice TJ, Kula K. Dental arch asymmetry in the mixed dentition. Angle Orthod 1998; 68: 37-44.

29.Notoatmodjo, S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011: 147-53.

30.Suparyanto. Konsep Pengetahuan. Agustus 2011.

September 2014.

Gambar

Gambar 1. Midline wajah19
Gambar 5. Pengambilan Fotometri 27
Gambar 8. Penilaian  Fotometri  A.  Midline  wajah dan midline dental berimpit pada satu garis lurus B
Tabel 1. Karakteristik Pendidikan Subjek Mahasiswa  FKG USU
+4

Referensi

Dokumen terkait

subjek memiliki asimetri wajah dan asimetri lengkung gigi pada sisi kiri lebih lebar.. Sebanyak 2,7% (n=1) memiliki asimetri wajah pada sisi kiri lebih

Sebab jika menoleh pada hasil penelitian Hamidi, dkk (2007) mengenai persepsi dan sikap masyarakat santri Jawa Timur terhadap bank syariah bahwa kenyataan mayoritas

Buku ini merupakan petunjuk pelaksanaan kepaniteraan bagi dokter muda selama menjalani masa kepaniteraan klinik di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang gejala klinis, komplikasi, persiapan sebelum perawatan dental dan tindakan pada saat

Kavita Kohli (2001) melakukan sebuah survei tentang penggunaan anestesi lokal dan topikal oleh dokter gigi pada anak di Amerika Serikat.Peneliti menemukan bahwa lidokain

Selain itu gigitan terbalik dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan lokasi dari faktor etiologinya, yaitu gigitan terbalik dental, skeletal dan fungsional. Gigitan terbalik

Digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba gram negatif yang resisten terhadap penisilin dan tetrasiklin.. Manakah dibawah ini yang benar tentang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut FKG USU terhadap antibiotik dan penatalaksanaan alergi