• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari 22 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. Sampel merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU ras Deutro Melayu yang masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sefalogram, maka dapat diperoleh hasil rerata dan standar deviasi nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak pada tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. RERATA NILAI SKELETAL MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU

Pengukuran Rerata Standard

Deviasi

Batas bawah Batas Atas

L SNA 83,20 3,279 76,0 91,5 L SNB 80,05 3,393 72,0 87,0 L ANB 3,10 1,865 0 7,0 L NAPog 5,53 4,625 -3,0 16,0 L MP : SN 30,80 5,842 15,0 42,0 L NSGn 68,38 3,204 63,0 75,0

Dari tabel 1 dapat dilihat rerata nilai skeletal yaitu pengukuran sudut maksila terhadap basis kranial (L SNA) adalah 83,20⁰ ; sudut mandibula terhadap basis kranial (L SNB) adalah 80,05⁰ ; sudut maksila terhadap mandibula (L ANB) adalah

3,10⁰ ; sudut konveksitas skeletal (L NAPog) adalah 5,53⁰ ; sudut rotasi mandibula (MP : SN) adalah 30,80⁰ dan sudut pola pertumbuhan wajah (L NSGn) adalah 68,38⁰.

Dari tabel 2 dapat dilihat rerata nilai dental yaitu sudut interinsisal (L U1 : L1) adalah 123,53⁰ ; sudut insisivus sentralis atas terhadap basis kranial (L U1 : SN)

adalah 107,01⁰ ; sudut insisivus sentralis bawah terhadap bidang mandibula (L L1 : MP) adalah 99,41⁰ ; jarak insisivus sentralis atas terhadap garis A-Pog (U1 :

Apog) adalah 8,48 mm ; jarak insisivus sentralis atas terhadap garis N-A (U1 : NA) adalah 6,01 mm dan jarak insisivus sentralis bawah terhadap garis N-B (L1 : NB) adalah 7,26 mm.

Tabel 2. RERATA NILAI DENTAL MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU

Pengukuran Rerata Standard

Deviasi

Batas bawah Batas Atas

L U1 : L1 123,53 8,966 106,0 145,0 L U1 : SN 107,01 5,844 92,5 123,5 L L1 : MP 99,41 6,794 88,0 114,0 U1 : Apog 8,48 2,616 1,5 13,0 U1 : NA 6,01 2,956 0 12,0 L1 : NB 7,26 2,746 1,0 13,0

Tabel 3. RERATA NILAI PROFIL JARINGAN LUNAK MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU

Pengukuran Rerata Standard

Deviasi

Batas bawah Batas Atas

Bid E : Ls -2,03 2,753 -10,5 2,5

Bid E : Li 0,15 2,907 -5,0 5,5

Dari tabel 3 dapat dilihat rerata nilai profil jaringan lunak yaitu pengukuran jarak bibir atas terhadap bidang estetis (Bid E : Ls) adalah -2,03 mm dan jarak bibir bawah terhadap bidang estetis (Bid E : Li) adalah 0,15 mm.

Hasil uji normalitas menunjukkan nilai skeletal memiliki distribusi data yang normal (p > 0,05) sehingga dapat dilanjutkan dengan t-independent kecuali sudut pola pertumbuhan wajah (L NSGn) yang memiliki distribusi data yang tidak normal (p < 0,05) sehingga harus dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai dental dan nilai profil jaringan lunak memiliki distribusi data yang normal sehingga dapat dilanjutkan dengan uji t-independent. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.

Perbedaan rerata nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4, 5, 6 dan 7.

Tabel 4. RERATA NILAI SKELETAL MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO

MELAYU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DENGAN UJI t

INDEPENDENT

Pengukuran Rerata Standard Deviasi Uji t

Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki

L SNA 83,00 83,44 3,166 3,489 0,675 L SNB 80,00 80,11 3,266 3,636 0,920 L ANB 2,91 3,33 1,608 2,163 0,481 L NAPog 5,25 5,89 4,442 4,945 0,670 L MP : SN 31,14 30,39 4,381 7,366 0,693 * perbedaan bermakna (p < 0,05)

Tabel 5. RERATA NILAI SKELETAL MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO

MELAYU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DENGAN UJI

MANN-WHITNEY

Pengukuran Rerata Standard Deviasi Uji

Mann-Whitney Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki

L NSGn 67,89 68,97 2,907 3,525 0,346

Tabel 6. RERATA NILAI DENTAL MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO

MELAYU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DENGAN UJI t

INDEPENDENT

Pengukuran Rerata Standard Deviasi Uji t

Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki

L U1 : L1 122,55 124,72 7,627 10,479 0,452 L U1 : SN 107,32 106,64 4,136 7,546 0,720 L L1 : MP 99,48 99,33 6,269 7,571 0,948 U1 : Apog 8,75 8,14 2,235 3,053 0,470 U1 : NA 6,52 5,39 2,270 3,596 0,232 L1 : NB 7,16 7,39 2,616 2,968 0,769 * perbedaan bermakna (p < 0,05)

Tabel 7. RERATA NILAI PROFIL JARINGAN LUNAK MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DENGAN

UJI t INDEPENDENT

Pengukuran Rerata Standard Deviasi Uji t

Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki

Bid E : Ls -2,32 -1,67 2,438 3,130 0,464

Bid E : Li -0,36 0,78 2,704 3,098 0,221

* perbedaan bermakna (p < 0,05)

Dari hasil pengukuran rerata dan standard deviasi skeletal, dental dan profil jaringan lunak pada tabel 4, 5, 6 dan 7 dengan uji t independent dan uji Mann Whitney, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan (p > 0,05).

Perbedaan rerata nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak antara Ras Deutro Melayu dengan Ras Proto Melayu (suku Batak) dapat dilihat pada tabel 8, 9 dan 10.

Tabel 8. PERBANDINGAN RERATA NILAI SKELETAL ANTARA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS PROTO MELAYU MENURUT PENELITIAN BISHARA

No Pengukuran Jenis Kelamin Ras Deutro Melayu Ras Proto Melayu Uji t test 1 L SNA P 83 84 0,153 L 83 85 0,076 2 L SNB P 80 80 1,000 L 80 82 0,898 3 L ANB P 3 4 0,004* L 3 3 0,522 4 L NAPog P 5 7 0,079 L 6 5 0,456 5 L MP:SN P 31 31 0,885 L 30 29 0,435 6 L NSGn P 68 69 0,087 L 69 67 0,030* * perbedaan bermakna (p < 0,05)

Dari hasil perbandingan rerata dan standard deviasi skeletal antara Ras Deutro Melayu dan Proto Melayu pada tabel 8, diperoleh bahwa ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05) untuk nilai sudut maksila terhadap mandibula (L ANB) pada jenis kelamin perempuan dan sudut pola pertumbuhan wajah (L NSGn) pada jenis kelamin laki-laki.

Dari hasil perbandingan rerata dan standard deviasi dental antara Ras Deutro Melayu dan Proto Melayu pada tabel 9, diperoleh bahwa ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05) untuk nilai sudut insisivus sentralis atas terhadap basis kranial (L U1 : SN) pada jenis kelamin laki-laki.

Tabel 9. PERBANDINGAN RERATA NILAI DENTAL ANTARA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS PROTO MELAYU MENURUT PENELITIAN BISHARA

No Pengukuran Jenis

Kelamin

Ras Deutro Melayu

Ras Proto

Melayu Uji t test

1 L U1 : L1 P 123 120 0,132 L 125 123 0,495 2 L U1 : SN P 107 108 0,448 L 107 111 0,025* 3 L L1 : MP P 99 101 0,267 L 99 98 0,465 4 U1 : Apog P 9 9 0,605 L 8 8 0,849 5 U1 : NA P 7 7 0,335 L 5 7 0,074 6 L1 : NB P 7 8 0,146 L 7 7 0,586 * perbedaan bermakna (p < 0,05)

Dari hasil perbandingan rerata dan standard deviasi profil jaringan lunak antara Ras Deutro Melayu dan Proto Melayu pada tabel 10, diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) pada pengukuran jarak bibir atas dan bawah terhadap bidang estetis (E : Ls dan E : Li) pada jenis kelamin perempuan sedangkan pada jenis kelamin laki-laki tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Tabel 10. PERBANDINGAN RERATA NILAI PROFIL JARINGAN LUNAK ANTARA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS PROTO MELAYU MENURUT PENELITIAN BISHARA No Pengukuran Jenis Kelamin Ras Deutro Melayu Ras Proto

Melayu Uji t test

1 Bid E : Ls P -2 0 0,000*

L -2 -1 0,379

2 Bid E : Li P 0 2 0,001*

L 1 2 0,112

Perbedaan rerata nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak antara Ras Deutro Melayu dengan Ras Kaukasoid dapat dilihat pada tabel 11, 12 dan 13.

Tabel 11. PERBANDINGAN RERATA NILAI SKELETAL ANTARA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS KAUKASOID MENURUT PENELITIAN BISHARA

No Pengukuran Jenis Kelamin Ras Deutro Melayu Ras Kaukasoid Uji t test 1 L SNA P 83 81 0,007* L 83 82 0,097 2 L SNB P 80 78 0,009* L 80 80 0,898 3 L ANB P 3 3 0,793 L 3 2 0,018* 4 L NAPog P 5 6 0,437 L 6 3 0,024* 5 L MP:SN P 31 33 0,059 L 30 28 0,187 6 L NSGn P 68 68 0,856 L 69 67 0,030* * perbedaan bermakna (p < 0,05)

Dari hasil perbandingan rerata dan standard deviasi skeletal antara Ras Deutro Melayu dan Kaukasoid pada tabel 11, diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) pada sudut maksila terhadap basis kranial (L SNA) dan sudut

mandibula terhadap basis kranial (L SNB) pada jenis kelamin perempuan serta sudut maksila terhadap mandibula (L ANB) dan sudut konveksitas skeletal (L NAPog) pada jenis kelamin laki-laki. Selebihnya tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Tabel 12. PERBANDINGAN RERATA NILAI DENTAL ANTARA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS KAUKASOID MENURUT PENELITIAN BISHARA

No Pengukuran Jenis

Kelamin

Ras Deutro Melayu

Ras

Kaukasoid Uji t test

1 L U1 : L1 P 123 130 0,000* L 125 134 0,002* 2 L U1 : SN P 107 102 0,000* L 107 102 0,018* 3 L L1 : MP P 99 95 0,003* L 99 96 0,079 4 U1 : Apog P 9 6 0,000* L 8 4 0,000* 5 U1 : NA P 7 - - L 5 - - 6 L1 : NB P 7 5 0,001* L 7 4 0,000* * perbedaan bermakna (p < 0,05)

Dari hasil perbandingan rerata dan standard deviasi dental antara Ras Deutro Melayu dan Kaukasoid pada tabel 12, diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) kecuali sudut insisivus sentralis bawah terhadap bidang mandibula (L L1 : MP) pada jenis kelamin laki-laki. Hasil perbandingan rerata dan

standard deviasi profil jaringan lunak antara Ras Deutro Melayu dan Kaukasoid pada tabel 13, diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) pada semua pengukuran.

Tabel 13. PERBANDINGAN RERATA NILAI PROFIL JARINGAN LUNAK ANTARA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS KAUKASOID MENURUT PENELITIAN BISHARA

No Pengukuran Jenis

Kelamin

Ras Deutro Melayu

Ras

Kaukasoid Uji t test

1 Bid E : Ls P -2 -5 0,000*

L -2 -5 0,000*

2 Bid E : Li P 0 -2 0,010*

L 1 -4 0,000*

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak pada mahasiswa FKG USU ras Deutro Melayu. Dengan mengetahui hal tersebut, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan penunjang dalam penegakan diagnosis dan rencana perawatan pada ras Deutro Melayu. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan rerata nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak antara perempuan dan laki-laki ras Deutro Melayu, antara ras Deutro Melayu dengan ras Proto Melayu (suku Batak) dan antara ras Deutro Melayu dengan ras Kaukasoid.

Data diolah menggunakan program komputerisasi. Pertama sekali digunakan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui rerata nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak. Setelah itu dilakukan uji analitik untuk melihat perbedaan antara perempuan dan laki-laki ras Deutro Melayu, antara ras Deutro Melayu dengan ras Proto Melayu (suku Batak) dan antara ras Deutro Melayu dengan ras Kaukasoid. Namun sebelum dilakukan uji analitik, harus dilakukan uji normalitas data dengan uji

Kolmogorov-Smirnov terlebih dahulu untuk mengetahui distribusi data mana yang

normal dan yang tidak normal. Distribusi data yang normal akan diuji dengan uji analitik yaitu uji t independent sedangkan data yang tidak normal diuji dengan uji

Mann-Whitney. Hasil uji normalitas data menunjukkan nilai skeletal yang normal

(p > 0,05) sehingga dapat dilanjutkan dengan uji t independent kecuali pada nilai

L NSGn (p < 0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Distribusi data

pada nilai dental dan profil jaringan lunak secara keseluruhan normal sehingga bisa dilanjutkan dengan uji t independent.

Tabel 4, 5, 6 dan 7 menunjukkan rerata nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak

ada perbedaan bermakna nilai skeletal, dental dan profil jaringan lunak antara laki-laki dan perempuan. Kusnoto yang dikutip oleh Susilowati juga menyatakan tidak ada perbedaan bermakna nilai skeletal (L SNA, L SNB dan L ANB) antara laki-laki dan perempuan.4 Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Munandar pada orang Indonesia ras Deutro Melayu dengan analisis Downs yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna nilai sudut interinsisal dan sudut insisivus sentralis bawah terhadap bidang mandibula antara laki-laki dan perempuan ras Deutro Melayu.8

Analisis sefalometri merupakan salah satu sarana penunjang yang penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat.6 Kelompok etnik yang berbeda cenderung memiliki pola bentuk tengkorak dan rahang berbeda karena adanya variasi genetik pada setiap manusia.1,3,5,19,23 Beberapa penelitian mengenai variasi karakteristik kraniofasial pada etnik yang berbeda-beda sudah pernah dilakukan dengan menggunakan berbagai analisis dan variabel pengukuran sesuai dengan analisisnya.11,12 Penelitian ini menggunakan analisis yang digunakan oleh Bishara pada penelitiannya terhadap ras Kaukasoid yang berumur di atas 18 tahun. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan dibandingkan dengan hasil penelitian Bishara pada ras Kaukasoid dan penelitian Leo Hannes pada suku Batak (ras Proto Melayu).

Tabel 8 menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna nilai L SNA antara ras Deutro Melayu dan suku Batak. Tabel 11 menunjukkan ada perbedaan bermakna antara ras Deutro Melayu dan Kaukasoid jenis kelamin perempuan dimana nilai

L SNA pada ras Deutro Melayu lebih besar dibandingkan Kaukasoid. Hal ini

menunjukkan bahwa maksila pada perempuan ras Deutro Melayu lebih prognathic dibandingkan perempuan ras Kaukasoid. Mohammad dkk menyatakan nilai L SNA yang besar disebabkan posisi maksila yang lebih ke depan.21 Hashim menyatakan bahwa maksila yang prognatik berhubungan dengan sudut nasolabial yang tajam atau kecil.7

Nilai L SNB pada ras Deutro Melayu tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan suku Batak. Akan tetapi nilai L SNB pada ras Deutro Melayu jenis kelamin perempuan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan perempuan ras Kaukasoid dimana nilai L SNB pada perempuan ras Deutro Melayu

lebih besar daripada ras Kaukasoid. Mohammad dkk menyatakan nilai L SNB yang besar mengindikasikan posisi mandibula yang prognatik. 21 Oleh karena itu, perempuan ras Deutro Melayu memiliki mandibula yang lebih prognatik dibandingkan perempuan ras Kaukasoid.

Nilai L ANB pada ras Deutro Melayu memiliki perbedaan yang bermakna dengan suku Batak pada jenis kelamin perempuan dimana nilai L ANB pada ras

Deutro Melayu lebih kecil daripada suku Batak. Nilai L ANB pada ras Deutro Melayu juga menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan ras Kaukasoid pada jenis kelamin laki-laki dimana ras Deutro Melayu memiliki nilai L ANB lebih besar dibandingkan ras Kaukasoid. Rahardjo menyatakan sudut L ANB besar maka

perbedaan letak maksila dan mandibula semakin besar juga.2 Mohammad dkk menyatakan nilai ANB tergantung pada panjang basis kranial, posisi anteroposterior rahang dan rotasi bidang oklusal.21

Nilai L NAPog atau sudut konveksitas skeletal pada ras Deutro Melayu tidak memiliki perbedaan yang bermakna dibandingkan suku Batak. Nilai L NAPog pada ras Deutro Melayu jenis kelamin laki-laki memiliki perbedaan yang bermakna jika dibandingkan dengan ras Kaukasoid, dimana laki-laki ras Deutro Melayu memiliki nilai yang lebih besar. Hal ini menunjukkan laki-laki ras Deutro Melayu memiliki profil wajah yang lebih cembung dibandingkan laki-laki ras Kaukasoid. Hal ini sejalan dengan penelitian Munandar yang menyatakan bahwa ras Deutro Melayu memiliki profil wajah yang lebih cembung dibandingkan ras Kaukasoid.8 Ricketts menyatakan konveksitas skeletal yang besar disebabkan inklinasi bidang A-Pog yang lebih ke depan.26 Choy menyatakan konveksitas skeletal yang besar disebabkan posisi

maksila yang maju atau mandibula yang mundur.6 Susilowati mengatakan bila nilai

L ANB semakin besar maka nilai konveksitas wajah juga semakin besar dan ada

korelasi antara konveksitas jaringan keras dengan jaringan lunak.4 Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan melihat nilai L ANB pada laki-laki ras Deutro Melayu lebih besar dibandingkan dengan ras Kaukasoid.

Nilai L MP : SN atau besar rotasi mandibula pada ras Deutro Melayu tidak memiliki perbedaan yang bermakna jika dibandingkan dengan suku Batak dan ras Kaukasoid. Hal ini bertentangan dengan penelitian Munandar yang menyatakan terdapat perbedaan yang bermakna antara ras Deutro Melayu dan ras Kaukasoid pada nilai sudut rotasi mandibula. Munandar mengatakan ras Deutro Melayu memiliki rotasi mandibula yang searah jarum jam bila dibandingkan dengan ras Kaukasoid.8 Beane dkk menyatakan sudut rotasi mandibula yang besar menunjukkan rotasi mandibula yang ke bawah dan belakang.27 Jacobson menyatakan sudut bidang mandibula yang terlalu tinggi menunjukkan kecenderungan open bite sedangkan bidang mandibula yang rendah menunjukkan kebalikannya (deep bite).22

Pola pertumbuhan wajah skeletal atau nilai L NSGn pada ras Deutro Melayu

cenderung sama dengan suku Batak. Ras Deutro Melayu jika dibandingkan dengan ras Kaukasoid ditemukan adanya perbedaan yang bermakna pada jenis kelamin laki-laki dimana nilai L NSGn pada laki-laki ras Deutro Melayu lebih besar daripada Kaukasoid. Sejalan dengan penelitian Munandar yang menyatakan terdapat perbedaan yang bermakna antara ras Deutro Melayu dengan Kaukasoid pada pola pertumbuhan wajah. Munandar mengatakan pola pertumbuhan skeletal orang Indonesia lebih vertikal.8 Ricketts menyatakan nilai pertumbuhan wajah skeletal yang besar menunjukkan karakter yang harmonis atau baik sedangkan nilai yang kecil menunjukkan gambaran muka yang panjang.26

Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai sudut interinsisal antara ras Deutro Melayu dengan suku Batak tidak memiliki perbedaan yang bermakna sedangkan antara ras Deutro Melayu dengan ras Kaukasoid ditemukan ada perbedaan yang

bermakna. Hal ini sejalan dengan penelitian Munandar yang menyatakan nilai sudut interinsisal pada ras Deutro Melayu lebih kecil dibandingkan Kaukasoid karena posisi insisivus atas dan bawah pada ras Deutro Melayu lebih protrusif.8 Mohammad dkk juga mengatakan bahwa nilai sudut interinsisal yang kecil disebabkan oleh letak insisivus atas dan bawah yang lebih maju terhadap garis N-A dan N-B.21 Choy menyatakan sudut interinsisal yang besar menunjukkan posisi insisivus sentralis atas yang tegak dan inklinasi insisivus sentralis bawah yang lebih besar.6

Nilai sudut insisivus sentralis atas terhadap basis kranial pada perempuan ras Deutro Melayu tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan perempuan suku Batak dan ras Kaukasoid. Berbeda dengan perempuan, pada jenis kelamin laki-laki ras Deutro Melayu ditemukan perbedaan yang bermakna jika dibandingkan dengan suku Batak dan ras Kaukasoid, dimana laki-laki ras Deutro Melayu memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan suku Batak dan lebih besar dibandingkan ras Kaukasoid. Rakosi menyatakan nilai sudut insisivus sentralis atas terhadap basis kranial yang besar mengindikasikan protrusi maksila sedangkan sudut yang kecil mengindikasikan posisi insisivus maksila yang tegak.25

Nilai sudut insisivus sentralis bawah terhadap bidang mandibula antara ras Deutro Melayu dengan suku Batak dan antara laki-laki ras Deutro Melayu dengan ras Kaukasoid tidak ditemukan perbedaan yang bermakna. Akan tetapi terdapat perbedaan yang bermakna antara perempuan ras Deutro Melayu dengan Kaukasoid dimana nilai tersebut lebih besar pada ras Deutro Melayu. Hal ini menunjukkan posisi insisivus mandibula pada perempuan ras Deutro Melayu lebih protrusif dibandingkan dengan ras Kaukasoid. Hal ini sejalan dengan penelitian Munandar dimana terdapat perbedaan yang bermakna antara ras Deutro Melayu dan Kaukasoid.8

Nilai jarak insisivus sentralis atas terhadap bidang N-A pada ras Deutro Melayu tidak memiliki perbedaan yang bermakna jika dibandingan dengan suku Batak. Perbedaan jarak ini antara ras Deutro Melayu dengan ras Kaukasoid tidak dapat diketahui karena tidak dilakukan pengukuran jarak insisivus atas terhadap garis

N-A. Choy menyatakan nilai jarak insisivus sentralis atas terhadap bidang N-A yang besar disebabkan posisi insisivus maksila yang protrusif.6

Nilai jarak insisivus sentralis bawah terhadap bidang N-B antara ras Deutro Melayu dengan suku Batak tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Jika dibandingkan dengan ras Kaukasoid terdapat perbedaan yang bermakna dimana nilai ini lebih besar pada ras Deutro Melayu. Menurut Mohammad dkk jarak insisivus sentralis bawah terhadap bidang N-B berhubungan dengan besar sudut interinsisal. Semakin kecil nilai sudut interinsisal maka jarak ini akan semakin besar.21 Hal ini dibuktikan oleh nilai jarak insisivus sentralis bawah terhadap bidang N-B lebih besar pada ras Deutro Melayu dibandingkan Kaukasoid dan nilai sudut interinsisal yang lebih kecil pada ras Deutro Melayu. Choy menyatakan nilai jarak insisivus sentralis bawah terhadap bidang N-B yang besar disebabkan posisi insisivus mandibula yang lebih protrusif.6

Nilai jarak insisivus sentralis atas terhadap bidang A-Pog pada ras Deutro Melayu dan suku Batak cenderung sama atau tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Akan tetapi nilai ini memiliki perbedaan yang bermakna antara ras Deutro Melayu dan Kaukasoid dimana ras Deutro Melayu memilki nilai yang lebih besar. Hal ini sejalan dengan penelitian Munandar yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna nilai jarak insisivus sentralis atas terhadap bidang A-Pog antara ras Deutro Melayu dengan Kaukasoid. Hal ini menunjukkan bahwa insisivus sentralis atas ras Deutro Melayu lebih maju / protrusif terhadap garis A-Pog dibandingkan dengan Kaukasoid.8

Tabel 10 dan 13 menunjukkan perbandingan profil jaringan lunak antara ras Deutro Melayu dengan suku Batak dan ras Kaukasoid berdasarkan analisis Ricketts. Bibir atas ras Deutro Melayu terletak di posterior garis estetis sedangkan bibir bawah terletak di anterior garis estetis. Ada perbedaan yang bermakna jarak bibir atas dan bawah terhadap bidang estetis antara perempuan ras Deutro Melayu dengan perempuan suku Batak dimana rerata profil jaringan lunak pada suku Batak lebih besar daripada ras Deutro Melayu. Hal ini menggambarkan posisi bibir atas dan

bawah pada ras Deutro Melayu lebih retrusif dibandingkan dengan suku Batak. Jarak bibir atas dan bawah terhadap bidang estetis baik pada laki-laki maupun perempuan ras Deutro Melayu memiliki perbedaan yang bermakna dengan ras Kaukasoid dimana nilai tersebut lebih besar pada ras Deutro Melayu. Hal ini menggambarkan posisi bibir atas dan bawah pada ras Deutro Melayu lebih protrusif terhadap garis estetis. Hashim menyatakan posisi yang retrusif dari bibir atas dan bawah terhadap garis estetis menunjukkan posisi hidung dan dagu yang sedikit menonjol.7 Hasil ini sejalan dengan penelitian Soehardono yang dikutip oleh Heryumani yang menyatakan profil jaringan lunak ras Deutro Melayu lebih protrusif daripada ras Kaukasoid.5

BAB 6

Dokumen terkait