• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DATA PENELITIAN

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan proses paparan data maka hasil dari penelitian dengan judul Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Perilaku Keagamaan dan Sosial Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pekalongan dan SMAN 3 Kota Pekalongan didapatkan sebagai berikut:

1. Perilaku keagamaan dan sosial siswa kelas XI di SMAN 1 Pekalongan dan SMAN 3 Pekalongan.

a. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Setelah melakukan penelitian di lokasi yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pekalongan dan SMAN 3 Pekalongan maka peneliti menemukan beberapa konsep dan strategi yang dilakukan kedua lembaga sekolah dalam dalam membentuk perilaku keagamaan siswanya khususnya untuk kelas XI.

Adapun usaha konsep dan strateginya diantaranya sekolah SMAN 1 dan SMAN 3 Pekalongan mengadakan kegiatan pembelajaran dikelas yaitu penyampaian materi PAI. Proses ini sangat menentukan seberapa dalam pengetahuan siswa akan memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang agama sehingga berdampak pada perilaku agama dan sosial dari setiap individu siswa. Kiranya menjadi standar jika 3 Jam dalam 2 pertemuan dalam waktu 45 menit dalam sepekannya akan menjadi hal yang sangat penting bagi konsep dan strategi sekolah dalam

menyampaikan pengetahuannya kepada peserta didik. Pengajaran yang dilakukan di dalam kelas tentunya akan menjadi para siswa mendapatkan ilmu pengetahuan agama secara runtut mengikuti kurikulum yang ada yaitu kurikulum 2013 yang sekarang diterapkan dalam jenjang pendidikan sekolah menengah Atas Negeri.

Mendapatkan pengajaran materi selama 3 jam dalam sepekannya membuat para siwa siswi SMAN 1 dan SMAN 3 Pekalongan mendapatkan toeri tentang ilmu pengetahuan agama sehinggal ini adalah dasar untuk para siswa-siswi dapat berperilaku sesuai dengan agamanya dan sosial yang baik kepada orang lain ataupun lingkungannya.

b. Shalat Berjamaah.

Shalat berjamaah salah satu faktor seseorang siswa bisa dikatakan konsisten dan disiplin tepat waktu. Dengan adanya shalat berjamaah melatih para siswa-siswi untuk shalat pada tepat waktunya. Melihat sendiri shalat jamaah ini akan membentuk siswa untuk memperhatikan waktu dan memperhatikan kewajiban sebagai seorang yang muslim beriman. Nilai sosialpun akan didapat karena akan adanya interaksi antara sesama siswa yaitu ketika bertemu di masjid otomatis akan terjadi komunikasi dengan temannya.

Dari penelitian yang dilakukan penulis ada perbedaan yang dilakukan oleh kedua sekolah tersebut dimana di SMAN 1 lebih terkondisikan dalam jamaah semua manajement kegiatan dikelola oleh para siswanya dari adzan, iqomah sampai pada imam. Apalagi di SMAN

1 Pekalongan terdapat dua masjid satu memang disediakan untuk para siswa sedangkan satunya khusus untuk guru dan staf karyawan. Sedangkann perbedaan keberadaan luasnya masjid yang tidak begitu besar membuat para siswa harus bergantian. Namun demikian mereka tetap melakukan jamaah setiap harinya. Selain itu, berjamaah di SMAN 3 Pekalongan biasanya untuk berlangsung jamaah masih terkait dengan seorang guru untuk menjadi imam.

c. Baca Tulis Quran

Adanya BTQ ini setidaknya membuat para siswa mengikuti mendapatkan perbaikan dalam belajar sehingga membaca Al-Quran dapat semakin benar dalam kurunya waktu berjalan. Al-Quran Belajar Baca Tulis Quran di SMAN 1 maupun SMAN 3 Pekalongan mempunyai kesamaan yaitu ada BTQ nya dalam seminggunya perbedaanya kalau di SMAN 1 siswa-siswi yang ikut BTQ adalah siswa yang memang belum lancar membaca al-Quran sdangkan di SMAN 3 mewajibkannya bagi jenjang dengan pertemuan 1 kali dalam perpekannya sesuai dengan jadwal yang di tentukan.

Salah satu perilaku keagamaan dan sosial yang didapat dari BTQ ini adalah siswa dapat membaca Al-Quran dengan benar sehingga tidak menyalahi dari aturan tajwinya. Selain itu, dengan BTQ adalah proses untuk membaca Al-Quran secara benar dengan memulai menumbuhkan rasa cinta seseorang dengan Al-Quran untuk sering membaca, mentadabburi maknanya sehingga apa yang ada dalam isi

Al-Quran dapat dimengerti. Perkembangannnya mengerti isi Al-Al-Quran sebagai petunjuk utama apa yang harus dilakukan untuk berbuat sesama manusia.

d. Sikap Peduli Sosial dan Bakti Sosial Santunan

Sikap sosial memang setidaknya harus dilatih dan dibiasakan dari sekarang karena perilaku sosial berhubungan sekali dengan interkasi siswa dengan lingkungannya. Melihat siswa-siswi SMAN 1 Pekalongan dan SMAN 3 Pekalongan untuk sekarang dikatakan memiliki sosial ang baik karena adanya pelatihan kegiatan sosial yang ada di kedua sekolah ini. Dari itu adanya kegiatan yang dilakukan sekolah akan sangat berdampak dan memberikan bekas pada para siswa.

Salah satu kegiatannya di SMAN 1 Pekalongan terkait dengan peduli sosial seperti menjenguk teman, bersodaqoh dengan memberi seribu setiap jumat pagi dan pembagaian daging qurban kepada masyarakat sekitar lingkungan sekolah. Sedangkan di SMAN 3 untuk menumbuhkan rasa sosial bagi siswanya dengan adanya kegiatan santunan anak yatim yaitu dengan memberikan atau menyumbangkan dana atau baju layak pakai selain itu ada bagi tajil gratis ketika Ramadhan tiba. Dengan kegiatan ini sosial diharapkan siswa-siswi berperilaku kebiasaan sosial yang baik dan peduli sosial kepada keadaan lingkungannya.

e. Kajian An-Nisa dan Keputrian

Kajian acara ini merupakan khusus untuk para siswi karena adanya waktu longgar yang ada yaitu ketika masuk dhuhur para siswa menjalankan kewajiban shalat jumat sedangkan perempuan bersama para pembimbing yaitu guru dan mentor lainnya berkumpul untuk mambahas suatu kajian ilmu keagamaan. Setidaknya ini adalah cara dan strategi sekolah untuk bisa mengembangkan pengetahuan agama dan kekonsistenya dalam mengikuti kegiatan ini.

f. Organisasi Keagamaan RAMA dan ROHIS

RAMA atau Remaja Masjid dan ROHIS singkatan dari Rohani Islam merupakan organisasi di SMAN 1 Pekalongan dan SMAN 3 Pekalongan yang menjalankan dalam kegaiatan keagamaan. Dapat dikatakan satu-satunya organisasi Islam yang memegang dan mengkoordinir kegiatan yang ada di kedua sekolah itu baik dari kegiatan keagaman untuk anggotanya atau untuk kegiatan sekolah secara menyeluruh.

Kedua organisasi tersebut sangat diapresiasikan oleh sekolah mengingat sekolah menilai bahwa peran kedua orgniasai tersebut memberikan manfaat yang besar terhadap pola berpikir para siswa khsusunya yang aktivis dalam organisai itu. Para aktivis sangat religius dalam berperilaku dalam sehingga dilingkungan sekolah memberikan contoh kepada teman lainnya. Di tambah kegiatan rutin yang mereka lakukan akan dibantu dengan pembimbinga yaitu guru agama akan