• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Pada zaman Hindia Belanda dahulu, perusahaan Pelabuhan Belawan ini bernama Haven Bedrijf dan nama ini masih dipakai sampai tahun 1950.

Haven Bedrijf Belawan Deli ini mempunyai karyawan/pegawai berjumlah

lebih kurang 50 (lima puluh) orang.

Pengelolaan Pelabuhan Umum di Indonesia sejak tahun 1960 dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah pengendalian Pemerintah. Adapun bentuk BUMN yang diberi kewenangan untuk mengelola Pelabuhan Umum tersebut telah mengalami beberapa perubahan sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah dalam rangka menunjang pembangunan nasional serta mengimbangi pertumbuhan permintaan pelayanan jasa pelabuhan yang dinamis. Bentuk perubahan tersebut diuraikan sebagai berikut:

4.1.1.1 Pejabat Haven Bedrijf Periode 1945 – 1950

Menurut catatan yang ada, yang memegang pimpinan atau dengan nama Dedirecteurder Haven pada periode 1945–1950 tercatat sebagai berikut:

1. Tahun 1945–1946 : Achmad Mardjuki 2. Tahun 1946–12 April 1949 : Ir. JJM. Dorbech 3. 12 April 1949–02 Oktober 1950 : Mr. G. C. Hardenberg

4.1.1.2 Haven Bedrijf Menjadi Jawatan Pelabuhan

Pada tahun 1951, nama Haven Bedrijf diubah menjadi Jawatan Pelabuhan. Pimpinan pada Jawatan Pelabuhan ini adalah Direktur Pelabuhan.

4.1.1.3 Perusahaan Pelabuhan Negara

Pada periode tahun 1956–1961, nama Pelabuhan Jawatan diganti lagi dengan nama Perusahaan Pelabuhan Negara dengan pejabat pimpinan disebut Direktur Perusahaan Pelabuhan Negara.

4.1.1.4 Perusahaan Pelabuhan Negara Menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan (P. N. Pelabuhan)

Pada tahun 1961, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1961 Lembaran Negara No. 128 tahun 1961, nama Perusahaan Pelabuhan Negara diganti lagi menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan Daerah I atau lebih dikenal dengan singkatan P. N. Pelabuhan Daerah I dengan pejabat pimpinannya disebut Direktur P. N. Pelabuhan.

4.1.1.5 PP No. 18/1964 Merubah Sistem Organisasi Pelabuhan

Sistem organisasi kepelabuhan berubah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1964. Pengusaha tunggal di pelabuhan adalah ”Komandan Penguasa Pelabuhan” yang di dalamnya

tergabung Syahbandar sebagai staf operasi dan P. N. Pelabuhan sebagai staf pelayanan dan staf jasa.

4.1.1.6 Penguasa Pelabuhan Menjadi AdministratorPelabuhan

P. N. Pelabuhan ditetapkan kembali statusnya seperti semula dan organisasi Penguasa Pelabuhan lebih diarahkan kepada segi ekonomi dan perdagangan.

Penguasa Pelabuhan diubah menjadi Administrator selaku penanggung jawab tunggal di pelabuhan dalam organisasi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) Belawan dengan dibantu semacam penasehat yakni Badan Musyawarah Pelabuhan (BMP) yang mana Administrator Pelabuhan telah berada di bawah pengawasan Kepala Daerah Pelayaran.

Setelah perubahan struktur organisasi di pelabuhan berdasarkan PP No. 1 tahun 1969 dan PP No. 18/1969, nama Penguasa Pelabuhan diubah menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Pada tanggal 17 Juli 1969 dilakukan serah terima Penguasa Pelabuhan Belawan dari Kol. Soejono Hamijoyo yang ketika itu merangkap sebagai Kepala Daerah Pelayaran I kepada Drs. Soemantri sebagai pejabat Administrator Pelabuhan Belawan yang pertama dengan disaksikan oleh Menteri Perhubungan RI Frans Reda.

4.1.1.7 Badan Pengusaha Pelabuhan Menjadi Perusahaan Umum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1983 pelabuhan sebagai salah satu unsur penunjang kelancaran angkutan

laut telah ditata kembali, baik status pembinaannya maupun pengelolaannya.

Seluruh pelabuhan yang diusahakan di wilayah N usantara dibagi dalam 4 (empat) kelompok yang pengusahaannya diselenggarakan secara profesional dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen serta prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan status Perusahaan Umum (Perum) di lingkungan Departemen Perhubungan.

Belawan termasuk ke dalam Perum Pelabuhan I bersama 18 pelabuhan lainnya yang berada di Sumatera Utara, Aceh, dan Riau. Pejabat pimpinan dari Perum ini terdiri dari beberapa orang direksi sedangkan pelabuhan cabangnya dipimpin oleh kepala cabang, sementara jabatan Adpel tetap ada.

4.1.1.8 Perusahaan Umum Pelabuhan I Menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 56 tahun 1991 tanggal 19 Oktober 1991 tentang perubahan status Perusahaan Umum Pelabuhan I menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.

4.1.2 Bidang Usaha Perusahaan

Bidang usaha yang dijalankan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa kepelabuhan dan usaha lainnya yang menunjang terhadap kelancaran arus kapal, barang dan penumpang melalui pelabuhan. Berikut ini adalah

beberapa kegiatan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yang tertuang dalam pasal 3 ayat 2 Akta Notaris Imas Fatimah Nomor 1 tanggal 1 Desember 1992 yang telah termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 1 Nopember 1994 Nomor 87 tanggal 2 Januari 1999 Nomor 01 adalah sebagai berikut:

1. Penyedia dan/atau pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat-tempat berlabuhnya kapal;

2. Penyedia dan/atau pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal;

3. Penyedia dan/atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering (general cargo) dan kendaraan;

4. Penyedia dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, multi purpose, penumpang, pelayaran, rakyat dan Ro-Ro;

5. Penyedia dan/atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan penumpukan dan tangki/atau tempat penimbunan barang-barang, angkutan bandar, alat bongkar muat, serat peralatan pelabuhan;

6. Penyedia dan/atau pelayanan jasa tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri, dan gedung-gedung/bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan multi modal;

7. Penyedia dan/atau pelayanan listrik, air minum, dan instalasi limbah serta pembuangan sampah;

kapal dan kendaraan di lingkungan pelabuhan;

9. Penyedia dan/atau pelayanan kegiatan konsilidasi dan distribusi barang termasuk hewan;

10.Penyedia dan/atau pelayanan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhanan;

11.Pengusaha dan pelayanan depo peti kemas dan perbaikan, cleaning, fumigasi, serta pelayanan logistik.

Selain kegiatan utama di atas, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan dapat melakukan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan dan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan, meliputi:

1. Jasa angkutan

2. Jasa persewaan dan perbaikan fasilitas dan peralatan

3. Jasa perawatan kapal dan perawatan dibidang kepelabuhanan

4. Jasa pelayanan alih muat dari kapal (Ship to Ship Transfer) termasuk jasa ikutan lainnya

5. Properti di luar kegiatan utama kepelabuhanan 6. Fasilitas pariwisata dan perhotelan

7. Jasa konsultan dan surveyor kepelabuhanan 8. Jasa komunikasi dan informasi

9. Jasa konstruksi kepelabuhanan 10.Jasa forwarding/ekspedisi

12.Jasa penyelaman (salvage) 13.Jasa tally

14.Jasa pas pelabuhan 15.Jasa timbangan

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan 4.1.3.1 Visi Perusahaan

Visi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ditetapkan sebagai berikut:

“Menjadi penyedia jasa kepelabuhanan dan logistik terkemuka ditingkat regional“.

4.1.3.2 Misi Perusahaan

Misi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ditetapkan sebagai berikut:

“Menyediakan jasa kepelabuhanan dan logistik berkualitas yang memenuhi harapan pelanggan dan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi wilayah”.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi, perusahaan memiliki

values sebagai berikut:

1. Customer Focus: Menyediakan jasa layanan yang fokus kepada

2. Leadership: Sistem kepemimpinan dan SDM yang mampu menjamin efektifitas dan kualitas pemimpin dan personil untuk merealisir

Customer Focus serta Excellent Operation.

3. Inovasi: Membuat perusahaan berarti untuk meningkatkan pelayanan dalam upaya menciptakan New Value bagi Stakeholder.

4. Valuing Employee: Komitmen manajemen atas kepuasan,

pengembangan dan perlakuan yang baik bagi pegawai.

5. System Perspective: Pengelolaan perusahaan sebagai sebuah sistem

yang utuh sehingga pencapaian kesuksesan pengelolaan organisasi meliputi keseluruhan komponen organisasi tersebut.

4.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan untuk menjalankan segala aktivitas dalam rangka menjalankan laju perusahaan maka diperlukan struktur organisasi untuk memudahkan koordinasi kerja antara masing-masing bagian. Struktur organisasi yang jelas akan mempermudah pelaksanaan kerja karena diketahui dengan pasti job description antar tiap bagian.

Struktur organisasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan telah menggambarkan secara pasti tentang tata letak dan fungsi dari tiap departemen yang ada dalam perusahaan. Bentuk struktur organisasi pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan adalah bentuk lini dimana setiap bawahan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan departemennya masing-masing dan adanya keterkaitan kerja antara satu departemen dengan departemen yang lainnya. Struktur organisasi PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan dapat dilihat pada lampiran II.

Sebagaimana umumnya sebuah perusahaan, struktur organisasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

1. Top Management (Direksi), yang terdiri dari: Direktur Utama

sebagai pimpinan, Direktur Usaha, Direktur Teknik, Direktur Keuangan serta Direktur Personalia dan Umum dimana masing- masing memimpin direktorat yang bersangkutan. Dewan Direksi berperan sebagai penentu kebijakan, mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

2. Middle Management (disebut dengan Senior Manajer Bidang

SMB) yang memimpin bidang masing-masing di dalam direktorat yang bersangkutan. Pada tingkat ini termasuk Satuan Pengawas Intern (SPI), bagian Perencananan Informasi dan Pengembangan (Renimbang). Pada tingkat ini, manajer bergerak sebagai pemikir, perencana dan mengendalikan Budget Centre bidang masing- masing.

3. Lower Management, merupakan unit pelaksana yang ditetapkan

sebagai Strategis Business Unit (SBU) yang terdiri dari cabang- cabang pelabuhan (ada 15 cabang), Unit Terminal Peti Kemas (UTPK), Unit Rumah Sakit, Unit Galangan Kapal serta Balai Pendidikan dan Latihan (BPL). Strategis Business Unit ini

merupakan Profit Centre dalam melaksanakan usaha jasa kepelabuhanan.

4.1.4.1 Uraian Tugas (Job Description)

Berikut adalah uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari beberapa jabatan dan kedudukan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan, yaitu:

1. Direksi

Direksi memiliki tugas pokok, yaitu:

a. Memimpin, mengurus dan mengelola Perseroan sesuai dengan tugas pokok perusahaan;

b. Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan; c. Mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan;

d. Melaksanakan kebijakan umum yang telah digariskan oleh RUPS;

e. Menyiapkan rencana jangka panjang perusahaan (RJJP) dan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) pada waktunya;

f. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kegiatan perusahaan dan perhitungan hasil usaha menurut cara dan waktu yang telah ditetapkan oleh RUPS;

Selain itu, Direksi juga memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan organisasi, sumber daya masyarakat dan manajemen perusahaan;

b. Pengelola kegiatan-kegiatan perusahaan secara terpadu; c. Pengendalian perusahaan;

d. Perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pelabuhan.

2. Direktorat Usaha

Direktorat usaha memiliki tugas membina dan menyelenggarakan kegiatan pemasaran, pelayanan jasa kepelabuhan, aneka usaha, serta pengembangan dan jaminan mutu sesuai dengan kebijakan pengusahaan yang telah ditetapkan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Usaha mempunyai fungsi:

a. Pembinaan dan penyelenggaraan pemasaran jasa kepelabuhan;

b. Pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan jasa kepelabuhan;

c. Pembinaan dan penyelenggaraan aneka usaha;

d. Pembinaan dan penyelenggaraan pengembangan dan jaminan mutu.

3. Direktorat Teknik

Direktorat Teknik mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan perencanaan teknik, pembangunan, pengadaan, pemeliharaan bangunan dan peralatan pelabuhan serta pengendalian

lingkungan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Teknik mempunyai tugas:

a. Pembinaan dan penyelenggaraan prasarana teknik; b. Pembinaan dan penyelenggaraan sarana teknik;

c. Pembinaan dan penyelenggaraan Master Plan dan lingkungan.

4. Direktorat Keuangan

Direktorat Keuangan mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan kegiatan administrasi perencanaan dan pengendalian anggaran, perbendaharaan dan portofolio investasi, akuntansi dan kemitraan serta bina lingkungan, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Keuangan mempunyai tugas:

a. Pembinaan dan penyelenggaraan administrasi perencanaan dan pengendalian anggaran;

b. Pembinaan dan penyelenggaraan perbendaharaan dan portfolio investasi;

c. Pembinaan dan penyelenggaraan akuntansi;

lingkungan.

5. Direktorat Personalia dan Administrasi Umum

Direktorat Personalia dan Administrasi Umum mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan perencanaan dan pengembangan organisasi dan sumber daya manusia, memelihara hubungan industrial, kesejahteraan pegawai serta administrasi personalia yang telah ditetapkan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Personalia dan Administrasi Umum mempunyai fungsi:

a. Perencanaan dan pengembangan organisasi dan sumber daya manusia;

b. Pembinaan dan penyelenggaraan hubungan industrial, kesejahteraan pegawai dan administrasi personalia.

6. Satuan Pengawas Intern

Satuan Pengawas Intern mempunyai tugas membantu Direktur Utama dalam melakukan penilaian secara independent atas pengendalian pengelolaan perusahaan dan penilaian atas pelaksanaan pengelolaan melalui pemeriksaan keuangan dan operasional pada bidang-bidang dan unit-unit kerja di lingkungan perusahaan serta memberikan laporan dan saran-saran perbaikan kepada Direktur Utama dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang efisien, efektif dan

ekonomis dalam rangka mendorong perwujudan Good Corporate

Governance.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Satuan Pengawas Intern mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan penilaian pelaksanaan sistem pengendalian internal dan pengendalian manajemen perusahaan;

b. Penyelenggaraan pemeriksaan keuangan dan operasional perusahaan;

c. Pendorong pelaksanaan pengawasan melekat yang lebih efektif di perusahaan;

d. Pemantau dan mengupayakan penetapan Good Corporate

Governance;

e. Penyelenggaraan dokumentasi laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut temuan pemeriksaan serta ketatausahaan dan kesekretariatan Satuan Pengawas Intern;

f. Bersama dengan Komite Audit menyiapkan Audit Charter dan memantau pelaksanaannya.

7. Bagian Perencanaan dan Pengembangan

Bagian Perencanaan dan Pengembangan mempunyai tugas menyiapkan pembinaan renbang, menyusun program kerja dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJJP), melakukan penelitian pengembangan perusahaan dan menyiapkan kajian kelayakan investasi dalam rangka

pencapaian tujuan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Bagian Perencanaan dan Pengembangan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan pembinaan renbang dan penyusutan program kerja serta RJJP melalui pengintegrasian rencana fungsional masing-masing direktorat;

b. Penyiapan pembinaan dan penyusunan program kerja serta penyelenggaraan penelitian dan pengumpulan serta pengolahan data renbang;

c. Penyiapan pembinaan dan penyusunan program kerja serta penyelenggaraan kerja serta kajian kelayakan sebelum pelaksanaan pekerjaan investasi.

8. Bagian Sistem dan Teknologi Informasi

Bagian Sistem dan Teknologi Informasi mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, menyusun program kerja dan menyelenggarakan kegiatan merancang, membangun, memelihara dan mengembangkan sistem dan teknologi informasi yang efektif dan efisien, serta mengumpulkan dan mengolah data (database) dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Bagian Sistem dan Teknologi Informasi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan pembinaan, penyusunan program kerja dan penyelenggaraan kegiatan merancang, membangun, memelihara serta mengembangkan teknologi informasi yang efektif dan efisien;

b. Penyiapan pembinaan, penyusunan program kerja dan penyelenggaraan sistem informasi dan pengumpulan serta pengelolaan data (database), serta implementasi sistem dukungan pengambilan keputusan (Decision Support

System);

c. Penyiapan pembinaan, penyusunan program kerja dibidang operasi sistem komputer, analisis sistem dan pemprograman komputer, guna peningkatan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya manusia.

9. Sekretariat Korporasi

Sekretariat Korporasi mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, menyusun program kerja dan menyelenggarakan kegiatan public

relation, protokol, dan kehumasan dan hubungan intenasional, kegiatan

hukum dan perikatan, kegiatan kesekretariatan direksi untuk melancarkan tugas-tugas kepengurusan perusahaan.

Untuk melancarkan tugasnya, Sekretariat Korporasi mempunyai fungsi:

a. Peningkatan citra perusahaan dan penyiapan informasi perusahaan yang dibutuhkan oleh pihak luar;

b. Fasilitator direksi dalam menjalankan pengelolaan perusahaan;

c. Penyelenggara rapat direksi, rapat umum pemegang saham dan rapat umum pemegang saham luar biasa;

d. Penelaah peraturan perusahaan;

e. Penjagaan kepentingan umum dan perikatan perusahaan serta pemantauan atas kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan persyaratan keterbukaan.

4.2Pembahasan

Salah satu kewajiban perusahaan atau pemberi kerja adalah memotong dan menyetorkan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji dan penghasilan lainnya yang mereka bayarkan kepada pegawai atau karyawannya. Dalam hal ini ada pilihan bagi para pemberi kerja tersebut, memotong langsung dari gaji karyawan atau membantu karyawan dan pegawainya dengan cara menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang.

Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, menanggung Pajak Penghasilan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara menanggung Pajak Penghasilan dan yang kedua yaitu dengan memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya memberikan tunjangan transport, tunjangan makan, tunjangan jabatan, dan sebagainya.

Jika dilihat secara kasat mata, kedua cara ini sebenarnya sama saja karena Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang tidak dibebankan kepada pegawai (tidak dipotong dari gaji atau penghasilan pegawai) melainkan ditanggung sendiri oleh perusahaan atau pemberi kerja. Tetapi jika dilihat dari sisi Undang-Undang dan ketentuan peraturan PPh, masing-masing mendapat perlakuan perpajakan yang berbeda.

4.2.1Analisis Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Tetap Terhadap Laba Perusahaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan

4.2.1.1Analisis PPh Pasal 21 Ditanggung Oleh Perusahaan

Cara pertama yaitu menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dapat diartikan menanggung Pajak Penghasilan tanpa memberikan tunjangan pajak dalam istilah Peraturan Pajak disebut dengan Pajak Penghasilan ditanggung pemberi kerja atau perusahaan. Dengan cara ini, Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas gaji pegawai dibayar sendiri oleh pemberi kerja atau perusahaan dan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dibayar (ditanggung) oleh si pemberi kerja itu tidak dimasukkan sebagai unsur penghasilan pegawai.

Analisis atas perhitungan PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh pemberi kerja atau perusahaan dapat kita lihat di bawah ini:

Pada tahun 2012 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 296.317.528.950 dan total biaya sebesar Rp 172.348.750.065 serta memiliki kewajiban untuk memotong dan

menyetor Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp 245.233.032. Dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan menanggung PPh Pasal 21, dengan demikian total pajak yang harus dibayar PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ke kas negara yaitu PPh Pasal 21 ditambah PPh Badan. Kita ketahui PPh Pasal 21 sebesar Rp 245.233.032 dan besarnya PPh Badan dapat diperoleh dengan mengalikan laba bersih sebelum pajak dengan tarif yang telah ditentukan.

PPh Badan = Rp 93.089.246.703 x 28% = Rp 26.064.989.077

Sehingga total pajak yang harus dibayar PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yaitu

PPh Pasal 21 + PPh Badan = Rp 245.233.032 + Rp 26.064.989.077 = Rp 26.310.222.109

Pengaruhnya terhadap laba perusahaan dapat dilihat pada Laporan Laba Rugi di bawah ini:

PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN LAPORAN LABA RUGI

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012

Pendapatan Usaha Rp 296.317.528.950

Reduksi Pendapatan Rp –

Pendapatan Usaha Bersih Rp 296.317.528.950

Beban Usaha Rp (172.348.750.065)

Laba Usaha Rp 123.968.778.885

Pendapatan (Biaya) Non Usaha Rp (30.879.532.182)

Laba Sebelum Pajak Rp 93.089.246.703

Beban Pajak Rp (26.310.222.109)

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 66.779.024.594

4.2.1.2 Analisis PPh Pasal 21 Dengan Pemberian Tunjangan PPh

Cara menanggung PPh Pasal 21 yang kedua adalah dengan seolah-olah memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) kepada pegawai seperti layaknya memberikan Tunjangan Transport, Tunjangan Makan, Tunjangan Jabatan, dan tunjangan lainnya.

Dengan cara ini, PPh Pasal 21 yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan atau pemberi kerja dimasukkan terlebih dahulu ke dalam unsur gaji dan tunjangan kepada pegawai saat penghitungan PPh Pasal 21 dilakukan

(Tunjangan PPh Pasal 21 ikut dihitung PPh Pasal 21-nya). Jadi seolah-olah pegawai menerima uang Tunjangan PPh tadi terlebih dahulu dan dihitung pula PPh Pasal 21-nya, baru kemudian dipotong kembali oleh perusahaan atau pemberi kerja. Besarnya Tunjangan PPh dapat disesuaikan dengan kebijakan perusahaan pemberi kerja masing-masing. Perusahaan atau pemberi kerja bisa saja menerapkan kebijakan untuk memberikan tunjangan pajak sebesar 100% dari jumlah PPh Pasal 21 yang terutang.

Tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang (salah satunya Tunjangan PPh) merupakan salah satu biaya atau pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan atau pemberi kerja. Artinya, perusahaan atau pemberi kerja boleh membiayakannya di SPT Tahunan PPh perusahaan.

Analisis atas perhitungan PPh Pasal 21 yang diberikan tunjangan PPh oleh perusahaan atau pemberi kerja dapat kita lihat di bawah ini:

Pada tahun 2012 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memperoleh pendapatan operasi sebesar Rp 296.317.528.950 dan total biaya sebesar Rp 172.348.750.065 serta memiliki kewajiban untuk memotong dan menyetor Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp 245.233.032. Dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan memberikan tunjangan PPh, maka besarnya tunjangan PPh dimasukkan sebagai biaya perusahaan, sehingga total biaya bertambah menjadi sebesar Rp 172.593.983.097 (total biaya ditambah

tunjangan PPh) dan laba sebelum pajak mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 92.884.013.671 sehingga pajak yang harus dibayar PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ke kas negara yaitu PPh Pasal 21 ditambah PPh Badan. Dalam hal ini, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh kepada pegawainya maka atas tunjangan PPh Pasal 21 tersebut juga harus diperhitungkan dan disetorkan PPh Pasal 21 dimana dikalikan dengan tarif yang berlaku, dapat dilihat di bawah ini:

PPh Pasal 21= Rp 245.233.032

Tambahan PPh Pasal 21 yang harus disetor adalah = 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp 195.233.032 = Total = Rp 31.784.955 Rp 29.284.955 PPh Badan = Rp 92.884.013.671 x 28% = Rp 26.007.523.828

Sehingga, total pajak yang harus dibayar = PPh Pasal 21 + PPh Badan

= (Rp 245.233.032 + Rp 31.784.955) + Rp 26.007.523.828 = Rp 26.284.541.815

Pengaruhnya terhadap laba perusahaan dapat dilihat pada Laporan Laba Rugi di bawah ini:

PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN LAPORAN LABA RUGI

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012

Pendapatan Usaha Rp 296.317.528.950

Reduksi Pendapatan Rp –

Pendapatan Usaha Bersih Rp 296.317.528.950

Beban Usaha Rp (172.593.983.097)

Laba Usaha Rp 123.723.545.853

Pendapatan (Biaya) Non Usaha Rp (30.879.532.182)

Laba Sebelum Pajak Rp 92.844.013.671

Beban Pajak Rp (26.284.541.815)

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 66.559.471.856

Dari kedua analisis di atas dapat kita lihat pengaruh perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap bila perusahaan menanggung sendiri Pajak Penghasilan Pasal 21 maka akan lebih menguntungkan dalam laba perusahaan sedangkan bila perusahaan dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh maka yang menguntungkan yakni dalam bagian beban pajak yang akan dibayarkan ke kas negara.

Dokumen terkait