SKRIPSI
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA
PERUSAHAAN PADA PT (PERSERO) PELABUHAN
INDONESIA I CABANG BELAWAN
OLEH
WIRDA INDAYULI NASUTION 110522102
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademis guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga
dan saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, September 2013
WIRDA INDAYULI NASUTION
ABSTRAK
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT
(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan terhadap laba perusahaan. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, perhitungan Pajak Penghasilan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara menanggung Pajak Penghasilan dan yang kedua yaitu dengan memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya memberikan tunjangan transport, tunjangan makan, tunjangan jabatan, dan sebagainya.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode untuk menganalisis data digunakan metode deskriptif yaitu data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap dapat berpengaruh terhadap laba perusahaan. Analisis perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap bila perusahaan menanggung sendiri Pajak Penghasilan Pasal 21 maka akan lebih menguntungkan dalam laba perusahaan sedangkan bila perusahaan dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh maka yang menguntungkan yakni dalam bagian beban pajak yang akan dibayarkan ke kas negara. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh kepada pegawainya sehingga mengurangi laba perusahaan namun menguntungkan dalam beban pajak.
ABSTRACT
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT
(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN
This study aims to analyze the calculation of Income Tax Article 21 on the salaries of full time employees at PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan of corporate profits. In the Income Tax Act, the Income Tax calculation can be done in two ways. First is the way to bear the income tax and the second is to provide tax benefits (income tax allowance) like providing transport allowance, meal allowance, responsibility allowance, and so on.
Research conducted using descriptive methods. Types of data used are primary data and secondary data. The data collection techniques used were observation, interviews, and documentation. Methods used to analyze the data descriptive method that is data that has been collected, then analyzed to provide information for solving those problems.
Results of this study demonstrate the calculation of Income Tax Article 21 on the salaries of full time employees can affect corporate profits. Analysis of Article 21 reckoning on a permanent employee salaries if the company bear the Income Tax Article 21, it will be more profitable in the company and if the company's profit in this case PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan give it a favorable income tax benefit that is in part the tax burden which will be paid into the state treasury. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan provide income tax benefits to its employees, thereby reducing profits yet profitable company in the tax burden.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun Skripsi yang berjudul “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S-1 dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak khususnya dukungan materi maupun non materi
serta doa yang tulus dari kedua orang tua tercinta (Papa H. Ikhwan Nasution dan
Mama Rosmida Siregar). Serta dengan segala kerendahan hati, peneliti
mengucapkan terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si,
Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas
4. Bapak Drs. Arifin Hamzah MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat
meyelesaikan Skripsi ini.
5. Bapak Drs. Idhar Yahya MBA, Ak. selaku Dosen Pembaca yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat
meyelesaikan Skripsi ini.
6. Terspesial kepada Kak Indri dan Dhoni yang banyak membantu,
kepada Imam dengan dukungannya yang tulus dan kepada
teman-teman tercinta; Ade, Ayu, Gita, Yuni, Yuli, Atika, Ayura, Fitri dan
semua teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu, makasi banyak ya teman-teman.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat
membangun untuk menyempurnakan Skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
terutama penulis.
Medan, September 2013
Penulis,
Wirda Indayuli Nasution
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Penghasilan ... 6
2.2.9 Penghasilan yang PPh-nya Ditanggung Pemerintah ... 22
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap ... 22
2.4 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap ... 23
2.4.1 Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Gaji Pegawai Tetap .. 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.2.1 Tempat Penelitian ... 33
3.2.2 Waktu Penelitian ... 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 34
3.3.1 Jenis Data ... 34
3.3.2 Sumber Data ... 34
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.5 Metode Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 36
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 36
4.1.2 Bidang Usaha Perusahaan ... 39
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 42
4.1.4 Struktur Organisasi ... 43
4.2 Pembahasan ... 52
4.2.1 Analisis Perhitungan PPh Pasal 21 ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan dan Saran ... 59
5.1.1 Kesimpulan ... 59
5.1.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
NOMOR JUDUL HALAMAN
DAFTAR GAMBAR
NOMOR JUDUL HALAMAN
DAFTAR LAMPIRAN
NOMOR JUDUL HALAMAN
ABSTRAK
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT
(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan terhadap laba perusahaan. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, perhitungan Pajak Penghasilan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara menanggung Pajak Penghasilan dan yang kedua yaitu dengan memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya memberikan tunjangan transport, tunjangan makan, tunjangan jabatan, dan sebagainya.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode untuk menganalisis data digunakan metode deskriptif yaitu data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap dapat berpengaruh terhadap laba perusahaan. Analisis perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap bila perusahaan menanggung sendiri Pajak Penghasilan Pasal 21 maka akan lebih menguntungkan dalam laba perusahaan sedangkan bila perusahaan dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh maka yang menguntungkan yakni dalam bagian beban pajak yang akan dibayarkan ke kas negara. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh kepada pegawainya sehingga mengurangi laba perusahaan namun menguntungkan dalam beban pajak.
ABSTRACT
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT
(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN
This study aims to analyze the calculation of Income Tax Article 21 on the salaries of full time employees at PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan of corporate profits. In the Income Tax Act, the Income Tax calculation can be done in two ways. First is the way to bear the income tax and the second is to provide tax benefits (income tax allowance) like providing transport allowance, meal allowance, responsibility allowance, and so on.
Research conducted using descriptive methods. Types of data used are primary data and secondary data. The data collection techniques used were observation, interviews, and documentation. Methods used to analyze the data descriptive method that is data that has been collected, then analyzed to provide information for solving those problems.
Results of this study demonstrate the calculation of Income Tax Article 21 on the salaries of full time employees can affect corporate profits. Analysis of Article 21 reckoning on a permanent employee salaries if the company bear the Income Tax Article 21, it will be more profitable in the company and if the company's profit in this case PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan give it a favorable income tax benefit that is in part the tax burden which will be paid into the state treasury. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan provide income tax benefits to its employees, thereby reducing profits yet profitable company in the tax burden.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Seperti layaknya manusia membutuhkan udara segar untuk hidup
sehat, demikian pula halnya dengan negara yang membutuhkan dana segar
untuk membiayai berbagai keperluannya demi terciptanya kesejahteraan
rakyatnya. Pemerintah dari tahun ke tahun membutuhkan dana yang semakin
meningkat. Andalan sumber penerimaan negara yang selama ini terletak pada
sumber alam tidak dapat lagi dipertahankan, menyadari hal ini maka sejak
tahun 1980-an pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan tekadnya
bahwa pajak akan dijadikan tulang punggung dalam membiayai
pembangunan.
Dalam dua dekade terakhir ini, pajak merupakan isu utama, baik pada
pihak pemerintah maupun pihak Wajib Pajak di Indonesia. Permasalahan
perpajakan merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial dan
ekonomi, dimana masih banyak kita jumpai para Wajib Pajak yang masih lalai
terhadap pajak dan tidak menjalani kewajibannya sebagai Wajib Pajak.
Sementara pemerintah telah mencanangkan seluruh kegiatan tersebut untuk
negara guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan
nasional negara tersebut.
Salah satu jenis pajak yang ditetapkan pemerintah adalah Pajak
Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat
pula dikenakan pajak atas penghasilan dalam bagian tahun pajak. Ada
beberapa jenis Pajak Penghasilan diantaranya yaitu Pajak Penghasilan Pasal
21 (PPh Pasal 21), yang merupakan Pajak Penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak orang pribadi berupa
penghasilan yang diterimanya atas pekerjaan yang dilakukan baik berupa gaji,
upah, honorium, tunjangan dan lainnya yang dapat dipakai untuk konsumsi
dan menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut.
Dalam Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap, pembayaran
Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan dalam tahun berjalan melalui
pemotongan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang berwajib melakukan
pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu
pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan,
dan penyelenggara kegiatan. Perusahaan sebagai pemberi kerja merupakan
salah satu dari pihak-pihak tertentu yang berwenang memotong, penyetor dan
melaporkan PPh Pasal 21 dihadapkan kepada dua pilihan perhitungan PPh
Pasal 21 yakni PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan dan PPh Pasal
21 yang ditunjang oleh Perusahaan. Oleh karena itu, penulis tertarik
Belawan untuk menganalisis perhitungan Pajak Pengahasilan Pasal 21 atas
gaji pegawai tetap pada perusahaan ini dan pengaruh perhitungan tersebut
terhadap laba perusahaan.
Dengan memerhatikan alasan dan keterangan di atas, maka penulis
tertarik untuk mengangkat sebuah judul yang sesuai dalam penulisan Skripsi
ini, judul tersebut adalah “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap Terhadap Laba Perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan”.
1.2Perumusan Masalah
Seperti yang telah dibahas sebelumnya terdapat dua pilihan dalam
perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh perusahaan sebagai pemberi
kerja yakni PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan dan PPh Pasal 21
yang ditunjang oleh perusahaan. Guna memberikan arahan bagi terlaksananya
penelitian ini, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu permasalahan yang ada.
Sesuai dengan permasalahan yang dipilih penulis untuk dianalisis, yakni
apakah pengaruh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai
tetap terhadap laba perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Penulis tentunya mempunyai suatu tujuan tertentu, dimana tujuan
tersebut merupakan pedoman dalam melaksanakan penulisan yang hendak
dilakukan dan diharapkan dapat tercapainya sasaran yang diinginkan.
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk menganalisis pengaruh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
gaji pegawai tetap terhadap laba perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Cabang Belawan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dalam melakukan penelitian ini adalah
dengan harapan bahwa penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis,
juga dapat bermanfaat bagi perusahaan serta bagi civitas akademis sehingga
dapat diimplementasikan di lapangan dengan baik sesuai dengan aturan yang
berlaku.
1. Bagi Penulis:
a. Penulis diharapkan mampu mengumpulkan, mengolah dan
menganalisis data secara sistematis sesuai dengan masalah yang
diangkat dalam penulisan Skripsi ini yakni masalah perhitungan dan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada
b. Penulis diharapkan mampu menganalisis pengaruh perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap terhadap laba perusahaan.
c. Penulis dapat mengetahui sampai sejauh mana aplikasi ilmu
perpajakan dan akuntansi sehingga penulis dapat mempersiapkan diri
dalam menghadapi dunia perekonomian yang semakin berkembang
dan memiliki tuntutan yang besar.
d. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perpajakan di
Indonesia khususnya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21.
2. Bagi Perusahaan:
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada pihak PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Cabang Belawan atas pengaruh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
gaji pegawai tetap terhadap laba perusahaan tersebut.
3. Bagi Civitas Akademis:
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk
menambah pengetahuan dan menambah wawasan serta dapat menjadi bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak merupakan sumber terpenting dalam penerimaan negara dan
dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan
Keputusan Dirjen Pajak. Pengertian pajak sesuai dengan Undang-Undang
Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) No. 28 Tahun 2007 adalah kontribusi
Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan pungutan wajib
atau dipaksakan kepada rakyat yang dilakukan oleh pemerintah untuk
memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana yang diperoleh
dari pemungutan pajak tersebut digunakan untuk membiayai kepentingan
umum dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Menurut Rimsky K Judisseno, “Pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan
berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat
yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan untuk
tujuan kesejahteraan bangsa dan negara”. (Judisseno, 2002:7)
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., “Pajak adalah iuran kepada kas
negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan,
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. (Mardiasmo, 2002:1)
Menurut Leroy Beulieu, ”Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun
tidak, yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang,
untuk menutup belanja pemerintah”. (Suandy, 2008:8)
Menurut S.I. Djajadiningrat (dalam Resmi, 2008:1) menyatakan bahwa
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pajak:
1) merupakan iuran rakyat kepada negara yang dipungut oleh negara
kepada warga negara,
2) dipungut berdasarkan Undang-Undang Pajak dengan kekuatan
3) tanpa ada kontraprestasi langsung dalam pembayaran pajak para
pembayar tidak memperoleh kontraprestasi atau jasa timbal balik
secara langsung,
4) digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan
untuk membiayai public investment.
2.1.1.1 Jenis Pajak
Menurut Siti Resmi, jenis pajak dapat dikelompokan menjadi 3
bagian, yaitu:
1) Menurut Golongan a) Pajak Langsung
yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Tidak Langsung
yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2) Menurut Sifat
a) Pajak Subjektif
yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Objektif
yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.
3) Menurut Lembaga Pemungut a) Pajak Negara (Pajak Pusat)
yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Daerah
yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.
Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor. (Resmi, 2008:7)
2.1.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Siti Resmi,pajak memiliki 2 fungsi, yaitu:
1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
2) Fungsi Regularend (Pengatur)
artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. (Resmi, 2008:3)
2.1.2 Pengertian Penghasilan
Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan (PPh), yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
Menurut Rimsky K. Judisseno, ”Penghasilan adalah jumlah uang yang
diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha
lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengonsumsi
dan/atau menimbun serta menambah kekayaan”. (Judisseno, 2002:76)
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penghasilan
adalah setiap tambahan ekonomis yang diperoleh oleh Wajib Pajak yang
berada di Indonesia yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti
mengonsumsi dan menambah kekayaan.
2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan
Pengertian Pajak Penghasian (PPh) berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 adalah
pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam satu tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang
ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diperolehnya dalam
tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa
dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya.
Menurut Rimsky K. Judisseno, ”Pajak penghasilan adalah suatu pungutan
resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan/atas
penghasilan yang diterimanya dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk
kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara
Menurut Siti Resmi, ”Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
suatu tahun pajak”. (Resmi, 2008:80)
Bieg and Keeling said, “Income Tax is levy on the earnings of most employees
that is deducted from their gross pay”. (Bieg dan Keeling, 1997:19). Bieg
dan Keeling dalam bukunya yang berjudul “Payroll Accounting” menyatakan
bahwa Pajak Penghasilan adalah Pemungutan yang dilakukan atas penghasilan
dari kebanyakan pekerja yang dikurangi dari gaji/penghasilan kotor pekerja
tersebut.
Pajak penghasilan (PPh) tergolong sebagai pajak subjektif yaitu pajak
yang mempertimbangkan keadaan pribadi Wajib Pajak, yang tercermin pada
kemampuannya untuk membayar pajak atau daya pikulnya, ikut
dipertimbangkan dan dijadikan dasar utama dalam menentukan berapa
besarnya jumlah pajak yang dapat dibebankan kepadanya. Penentuan daya
pikul seseorang sangat subjektif sifatnya karena daya pikul dapat ditentukan
dengan berbagai ukuran. Jumlah penghasilan, kekayaan Wajib Pajak, jumlah
tanggungan keluarga adalah contoh unsur penentu dalam mengukur daya
2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21
2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.252/PMK.03/2008 menyatakan bahwa Pajak Penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Yang selanjutnya disebut Pajak
Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh Orang Pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun
2008.
Pajak Penghasilan Pasal 21 dikenakan terhadap Subjek Pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Undang-Undang ini mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap Subjek Pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak. Subjek Pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau
memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang ini disebut Wajib Pajak.
Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau dapat pula
dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban
pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Yang dimaksud dengan tahun pajak dalam Undang-Undang ini adalah
sama dengan tahun kalender sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka
waktu 12 bulan.
Menurut Siti Resmi, “Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri”. (Resmi 2008:155)
Menurut Agus Setiawan, Ak., M.H. (dalam Setiawan, 2010:13)
PPh Pasal 21 merupakan perhitungan dan pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi pekerjaan dan orang pribadi yang menerima pekerjaan. Untuk dikenakan PPh Pasal 21, maka Subjek Pajaknya adalah pegawai atau karyawan atau perseorangan yang menerima job, dan objeknya adalah gaji, honor, lembur, uang komisi, uang koreksi, uang penggantian, uang transport, dll.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atau dipotong oleh
pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan
2.2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21
Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh negara
tentunya harus mempunyai dasar hukum begitu pula Pajak Penghasilan Pasal
21. Dasar hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu:
a. Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No.16
Tahun 2000, dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2007.
b. Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2000, dan diubah terakhir
dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.
c. Peraturan Pemerintah No.138 Tahun 2000 tentang perhitungan Penghasilan
Kena Pajak dan pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan.
d. Peraturan Pemerintah No.149 Tahun 2000 tentang pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan,
pensiun, dan tunjangan hari tua.
e. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan
atas penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan
Daerah.
f. Keputusan Menteri Keuangan No.326/KMK.03/2003 tentang penentuan
tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, tempat pembayaran
pajak, tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara
g. Keputusan Menteri Keuangan No.447/KMK.04/2000 tentang bagian
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan pegawai harian dan mingguan serta
pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak
Penghasilan.
h. Peraturan Menteri Keuangan No.250/PMK.03/2008 tentang besarnya biaya
jabatan dan biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
pegawai tetap dan pensiunan.
i. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.15/PJ/2006 tentang petunjuk
pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 dan 26
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.
j. Surat Edaran No.SE-17PJ.43/2000 Tanggal 20 Juni 2000 tentang kewajiban
menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan PPh Pasal 21 dan 26 yang
ditentukan untuk setiap bulan takwim.
k. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2003 tentang Pajak Penghasilan yang
ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja dari pekerjaaan.
l. Peraturan Menteri Keuangan No. 43/PMK.03/2009 tentang Pajak Penghasilan
Pasal 21 yang ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja pada kategori
usaha tertentu.
m. Keputusan Menteri Keuangan No. 112/KMK.03/2001 tentang pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang
tebusan dan tunjangan hari tua.
n. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 162/PMK.011/2012
2.2.3 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2008 sebagaimana telah disesuaikan dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 menyatakan pemotongan
pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:
a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
b. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
d. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas; dan
e. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008
menyatakan: Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan
perwakilan negara asing dan organisasi-organisasi internasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
2.2.4 Penerima Penghasilan (Wajib Pajak PPh Pasal 21)
Berdasarkan Bab III Pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-31/PJ/2009 mengenai penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21
dan atau PPh pasal 26 terdiri dari:
a. Pegawai.
b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:
1) tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris.
2) pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya.
3) olahragawan
4) penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
5) pengarang, peneliti, dan penerjemah.
6) pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan
ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.
7) agen iklan.
8) pengawas atau pengelola proyek.
9) pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara.
10) petugas penjaja barang dagangan.
11) petugas dinas luar asuransi.
12) distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya.
d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain
meliputi:
1) peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya.
2) peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.
3) peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu.
4) peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.
2.2.5 Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21
Berdasarkan Bab III Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-31/PJ/2009 menyatakan tidak termasuk dalam pengertian Penerima
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah:
a. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan Warga
Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara
yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik,
b. pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan Warga Negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2.2.6 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh Pasal 21)
Berdasarkan Bab IV Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-31/PJ/2009 menyatakan bahwa Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
(Objek PPh Pasal 21) adalah:
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
c. penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;
d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
e. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan;
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
2.2.7 Penghasilan yang tidak Dipotong PPh Pasal 21 (Bukan Objek PPh Pasal 21)
Berdasarkan Bab IV Pasal 8 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-31/PJ/2009 menyatakan bahwa Penghasilan yang tidak Dipotong PPh
Pasal 21 (Bukan Objek PPh Pasal 21) adalah:
a. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
b. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat( 2);
c. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja;
d. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
e. beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf I
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2.2.8 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final
PPh bersifat final artinya bahwa seluruh pajak yang telah
dipotong/dipungut oleh pihak pemotong/pemungut dianggap final (telah
selesai) tanpa harus menunggu perhitungan dari pihak fiskus, atau dapat
dikatakan bahwa pajak yang telah dipotong atau dibayar dianggap telah selesai
Menurut Siti Resmi (dalam Resmi, 2008:162), beberapa penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat final adalah:
1. Penghasilan berupa uang pesangon dan uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, serta Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
2. Penghasilan berupa honorarium, uang perangsang, uang sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja, dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI/POLRI yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah, kecuali yang dibayarkan kepada Pegawai Negeri Sipil golongan II d ke bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah.
2.2.9 Penghasilan yang PPh Pasal 21-nya Ditanggung Pemerintah
Menurut Siti Resmi (dalam Resmi, 2008:163), menyatakan bahwa
PPh ditanggung pemerintah adalah pajak yang terutang dari Wajib Pajak, yang pembayarannya dilakukan oleh pemerintah bukan oleh Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak tidak perlu membayar pajak (mengeluarkan uang). PPh Pasal 21 ditanggung oleh pemerintah merupakan penghasilan yang diterima oleh karyawan asing yang bekerja pada kontraktor, konsultan, dan pemasok utama atas penghasilan yang diterima atau diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah.
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap
Telah dibahas sebelumnya, Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan
pajak yang dipungut atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaannya. Pegawai Tetap merupakan salah satu
Pegawai Tetap (Pasal 1 angka 10 PER-31/PJ/2009) adalah orang
pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji
dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola
kegiatan perusahaan secara langsung.
Pegawai Tetap diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Pasal 1
angka 10 No.252/PMK.03/2008 yaitu pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk
anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur
terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta
pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu
sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam
pekerjaan tersebut.
Berdasarkan pengertian Pegawai Tetap di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap yaitu
pajak yang dipungut atas penghasilan berupa gaji sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai yang memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur yang ikut mengelola kegiatan perusahaan secara
langsung.
2.4 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap
Tata cara perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
a. Menghitung penghasilan bruto sebulan. Penghasilan bruto dapat berupa:
1. Gaji tetap
2. Tunjangan-tunjangan yang merupakan penghasilan dikenakan pajak
seperti Tunjangan PPh, termasuk juga premi kecelakaan kerja, dan
premi jaminan kematian yang dibayarkan atau ditanggung oleh
pemberi kerja untuk pegawai yang bersangkutan.
b. Menghitung besarnya penghasilan neto sebulan, yaitu penghasilan bruto
dikurangi dengan pengurangan yang diperkenankan, yang terdiri atas:
1. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan dan merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan atau tidak. Sesuai Peraturan Menteri
Keuangan No. 250/PMK.03/2008, besarnya biaya jabatan adalah 5%
dari penghasilan bruto atau maksimal Rp 500.000 per bulan dan Rp
6.000.000 per tahun
2. Iuran yang terkait dengan gaji kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menteri Keuangan dan iuran Tabungan Hari Tua atau
Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang
pendiriaanya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
c. Menghitung besarnya neto setahun, yaitu penghasilan neto sebulan
dikalikan dengan 12.
d. Menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP), yaitu penghasilan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
162/PMK.011/2012 mengenai penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang berlaku per tanggal 1 Januari 2013 adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Daftar PTKP Tahun 2013
KETERANGAN SEBULAN SETAHUN
Untuk diri Wajib Pajak (WP) Rp 2.025.000 Rp 24.300.000
Tambahan untuk WP yang kawin Rp 168.750 Rp 2.025.000
Tambahan untuk penghasilan istri -
Rp 2.025.000 Rp 24.300.000 digabung dengan penghasilan suami
Tambahan untuk anggota keluarga yang -
Rp 168.750 Rp 2.025.000 menjadi tanggungan (maksimal 3 orang)
Tabel 2.2
PTKP Dilihat Dari Status Perkawinan
STATUS SETAHUN
e. Menghitung besarnya PPh Pasal 21 setahun, yaitu tarif pajak penghasilan
dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP).
Sesuai dengan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik
Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Tarif Pajak atas PKP bagi WP Orang Pribadi Dalam Negeri
LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP) TARIF PAJAK
Sampai dengan Rp 50.000.000.- 5%
Di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15% Di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
Di atas Rp 500.000.000,- 30%
e. Menghitung pemotongan PPh Pasal 21 sebulan, yaitu PPh Pasal 21
setahun dibagi 12 (jumlah bulan dalam setahun).
2.4.1Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap
Berikut ini disajikan contoh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
atas gaji pegawai tetap yang ditanggung oleh perusahaan maupun yang
ditunjang oleh perusahaan dengan memberikan tunjangan PPh.
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap yang Ditanggung oleh Perusahaan Tanpa Memberikan Tunjangan PPh
Contoh 1:
Abdulah (K/0) adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan
mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000 sebulan. Besarnya PPh Pasal 21 yang
Gaji: 12 x Rp 2.500.000 Rp 30.000.000 Perhitungan tarif pajak atas PKP:
* Rp 2.175.000 (lapisan 5% karena < Rp 50.000.000
Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5% x Rp 2.175.000 = Rp 108.750
PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 108.750 / 12 bulan = Rp 9.062
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap Dimana Perusahaan Memberikan Tunjangan Pajak dan Pajaknya Ditanggung Sendiri oleh Pegawai.
Contoh 2:
Abdulah (K/0) adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan
mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000 sebulan dan tunjangan pajak sebesar Rp
8.000 perbulan. Besarnya PPh Pasal 21 atas gaji yang ditanggung Abdulah setiap
PTKP: Perhitungan tarif pajak atas PKP:
* Rp 2.271.000 (lapisan 5% karena < Rp 50.000.000
Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5% x Rp 2.271.000 = Rp 113.550
PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 113.550 / 12 bulan = Rp 9.462
Perhitungan PPh Pasal 21 yang Seluruh atau Sebagian PPh Pasal 21-nya Ditanggung oleh Perusahaan dengan Memberikan Tunjangan Pajak Contoh 3:
Abdulah (K/0) adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan
mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000. Besarnya PPh Pasal 21 atas gaji yang
ditanggung perusahaan setiap bulan adalah:
Jika pegawai menerima gaji neto, berarti bahwa gaji brutonya adalah gaji neto
ditambah X atau tunjangan pajak. Umumnya perusahaan menghitung tunjangan
Perhitungan tarif pajak atas PKP:
* Rp 2.175.000 (lapisan 5% karena < Rp 50.000.000
Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5% x Rp 2.175.000 = Rp 108.750
PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 108.750 / 12 bulan = Rp 9.062
Dengan demikian gaji bruto yang akan diterima Abdulah sebesar:
Gaji Neto sebulan = Rp 2.500.000
Tunjangan Pajak sebulan =
Gaji Bruto sebulan = Rp 2.509.062 Rp 9.062
Jika diketahui Abdulah (K/0) menerima gaji bruto sebesar Rp 2.509.062 sebulan,
maka pajak terutangnya tidak lagi sebesar Rp 9.062 melainkan sesuai dengan
perhitungan di bawah ini:
Gaji bruto: 12 x Rp 2.509.062 Rp 30.108.744
Biaya jabatan: 5% x Rp 30.108.744 Rp (1.505.437)
Penghasilan Neto Rp 28.603.307
PTKP: Perhitungan tarif pajak atas PKP:
* Rp 2.278.307 (lapisan 5% karena < Rp 50.000.000
Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5% x Rp 2.278.307 = Rp 113.915
Perlu diketahui bahwa pajak yang ditanggung perusahaan dalam contoh di atas
Rp 9.062 sebulan tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan, namun jika
diberikan sebagai tunjangan pajak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
yang dikelompokkan dalam kelopok gaji.
Dari contoh di atas:
Gaji Neto sebulan = Rp 2.500.000
Tunjangan Pajak sebulan =
Gaji Bruto sebulan = Rp 2.509.062 Rp 9.062
Dengan gaji bruto sebulan sebesar Rp 2.509.062, pajak terutang bukan lagi
sebesar Rp 9.062 tetapi menjadi sebesar Rp 9.493. Dalam hal ini yang dapat
dibebankan sebagai biaya yaitu tunjangan pajaknya sebesar Rp 9.062, sedangkan
Rp 431 (Rp 9.493 – Rp 9.062) tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan:
1. Jika pajak ditanggung perusahaan, tanggungan sebesar Rp 9.062
sebulan tidak dapat dibebankan sebagai biaya
2. Jika tanggungan pajak sebesar Rp 9.062 diberikan sebagai tunjangan
pajak maka dapat dibebankan sebagai biaya yang dikelompokkan
sebagai biaya gaji
3. Tetapi dengan ditambahnya tunjangan pajak sebesar Rp 9.062 maka
pajak terutang bukan lagi Rp 9.062 namun menjadi Rp 9.493 dan
Berdasarkan perhitungan di atas dapat kita peroleh besarnya take home pay
atas gaji adalah sebesar:
Gaji Abdulah = Rp 2.500.000
Tunjangan pajak =
Penghasilan bruto = Rp 2.509.062 Rp 9.062
PPh Pasal 21 atas gaji =
Take home pay atas gaji = Rp 2.499.569
Rp 9.493
2.5Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat digambarkan
sebuah kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Penghasilan / Gaji Pegawai Tetap
Pajak Penghasilan Pasal 21
Ditanggung
Perusahaan
Ditunjang
Perusahaan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa perhitungan Pajak Penghasilan
Pasal 21 diperoleh berdasarkan besarnya penghasilan / gaji pegawai. Analisis
terhadap perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang
terdiri atas Perhitungan PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan
dengan tidak memberi tunjangan pajak / tunjangan PPh dan Perhitungan PPh
Pasal 21 yang ditunjang oleh perusahaan dengan memberikan tunjangan pajak
/ tunjangan PPh. Analisis atas kedua perhitungan ini untuk mengetahui
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif
yaitu adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena
buatan manusia. Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi
atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang
tengah berlangsung.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Cabang Belawan yang beralamat di Jalan Kapten R. Sulian No. 1 Belawan
20411 Telp. (061) 6941919.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan mulai dari penelitian kepustakaan hingga
3.3Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif,
yaitu data yang dihimpun berdasarkan pada suatu cara-cara dalam melihat
proses suatu objek penelitian.
3.3.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penulis langsung dari perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian, dalam
hal ini adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh penulis dari sumber lain seperti buku, surat kabar, dan media lainnya yang relevan
dengan masalah yang diteliti.
3.4Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung dengan responden, yaitu bagian pajak
dan bagian keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
2. Dokumentasi, yaitu melalui pencatatan dan pengkopian atas
data-data dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan
dalam bentuk yang sudah jadi misalnya, struktur organisasi, uraian
jabatan, teori-teori dan literatur-literatur yang berkaitan dengan
objek penelitian.
3.5Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode deskriptif, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan, mengklasifikasi, menganalisis, serta menginterpretasikan
data sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan
masalah yang sedang diteliti.
2. Metode kualitatif, dimana dalam menganalisis dengan menggunakan
data-data yang relevan dengan objek yang diteliti tanpa menggunakan metode
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Pada zaman Hindia Belanda dahulu, perusahaan Pelabuhan Belawan
ini bernama Haven Bedrijf dan nama ini masih dipakai sampai tahun 1950.
Haven Bedrijf Belawan Deli ini mempunyai karyawan/pegawai berjumlah
lebih kurang 50 (lima puluh) orang.
Pengelolaan Pelabuhan Umum di Indonesia sejak tahun 1960
dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah pengendalian
Pemerintah. Adapun bentuk BUMN yang diberi kewenangan untuk
mengelola Pelabuhan Umum tersebut telah mengalami beberapa perubahan
sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah dalam rangka menunjang
pembangunan nasional serta mengimbangi pertumbuhan permintaan
pelayanan jasa pelabuhan yang dinamis. Bentuk perubahan tersebut
diuraikan sebagai berikut:
4.1.1.1 Pejabat Haven Bedrijf Periode 1945 – 1950
Menurut catatan yang ada, yang memegang pimpinan atau
dengan nama Dedirecteurder Haven pada periode 1945–1950 tercatat
1. Tahun 1945–1946 : Achmad Mardjuki
2. Tahun 1946–12 April 1949 : Ir. JJM. Dorbech
3. 12 April 1949–02 Oktober 1950 : Mr. G. C. Hardenberg
4.1.1.2 Haven Bedrijf Menjadi Jawatan Pelabuhan
Pada tahun 1951, nama Haven Bedrijf diubah menjadi Jawatan
Pelabuhan. Pimpinan pada Jawatan Pelabuhan ini adalah Direktur
Pelabuhan.
4.1.1.3 Perusahaan Pelabuhan Negara
Pada periode tahun 1956–1961, nama Pelabuhan Jawatan
diganti lagi dengan nama Perusahaan Pelabuhan Negara dengan
pejabat pimpinan disebut Direktur Perusahaan Pelabuhan Negara.
4.1.1.4 Perusahaan Pelabuhan Negara Menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan (P. N. Pelabuhan)
Pada tahun 1961, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15
tahun 1961 Lembaran Negara No. 128 tahun 1961, nama Perusahaan
Pelabuhan Negara diganti lagi menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan
Daerah I atau lebih dikenal dengan singkatan P. N. Pelabuhan Daerah
I dengan pejabat pimpinannya disebut Direktur P. N. Pelabuhan.
4.1.1.5 PP No. 18/1964 Merubah Sistem Organisasi Pelabuhan
Sistem organisasi kepelabuhan berubah dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1964. Pengusaha tunggal di
tergabung Syahbandar sebagai staf operasi dan P. N. Pelabuhan sebagai
staf pelayanan dan staf jasa.
4.1.1.6 Penguasa Pelabuhan Menjadi AdministratorPelabuhan
P. N. Pelabuhan ditetapkan kembali statusnya seperti semula dan
organisasi Penguasa Pelabuhan lebih diarahkan kepada segi ekonomi
dan perdagangan.
Penguasa Pelabuhan diubah menjadi Administrator selaku
penanggung jawab tunggal di pelabuhan dalam organisasi Badan
Pengusahaan Pelabuhan (BPP) Belawan dengan dibantu semacam
penasehat yakni Badan Musyawarah Pelabuhan (BMP) yang mana
Administrator Pelabuhan telah berada di bawah pengawasan Kepala
Daerah Pelayaran.
Setelah perubahan struktur organisasi di pelabuhan berdasarkan
PP No. 1 tahun 1969 dan PP No. 18/1969, nama Penguasa Pelabuhan
diubah menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Pada tanggal 17
Juli 1969 dilakukan serah terima Penguasa Pelabuhan Belawan dari
Kol. Soejono Hamijoyo yang ketika itu merangkap sebagai Kepala
Daerah Pelayaran I kepada Drs. Soemantri sebagai pejabat
Administrator Pelabuhan Belawan yang pertama dengan disaksikan
oleh Menteri Perhubungan RI Frans Reda.
4.1.1.7 Badan Pengusaha Pelabuhan Menjadi Perusahaan Umum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1983
laut telah ditata kembali, baik status pembinaannya maupun
pengelolaannya.
Seluruh pelabuhan yang diusahakan di wilayah N usantara
dibagi dalam 4 (empat) kelompok yang pengusahaannya
diselenggarakan secara profesional dan menerapkan prinsip-prinsip
manajemen serta prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dalam bentuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan status Perusahaan Umum
(Perum) di lingkungan Departemen Perhubungan.
Belawan termasuk ke dalam Perum Pelabuhan I bersama 18
pelabuhan lainnya yang berada di Sumatera Utara, Aceh, dan Riau.
Pejabat pimpinan dari Perum ini terdiri dari beberapa orang direksi
sedangkan pelabuhan cabangnya dipimpin oleh kepala cabang,
sementara jabatan Adpel tetap ada.
4.1.1.8 Perusahaan Umum Pelabuhan I Menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 56 tahun 1991
tanggal 19 Oktober 1991 tentang perubahan status Perusahaan Umum
Pelabuhan I menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.
4.1.2 Bidang Usaha Perusahaan
Bidang usaha yang dijalankan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Cabang Belawan adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa
kepelabuhan dan usaha lainnya yang menunjang terhadap kelancaran arus
beberapa kegiatan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yang
tertuang dalam pasal 3 ayat 2 Akta Notaris Imas Fatimah Nomor 1 tanggal 1
Desember 1992 yang telah termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal 1 Nopember 1994 Nomor 87 tanggal 2 Januari 1999 Nomor 01
adalah sebagai berikut:
1. Penyedia dan/atau pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk
lalu lintas dan tempat-tempat berlabuhnya kapal;
2. Penyedia dan/atau pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan
pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal;
3. Penyedia dan/atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat,
bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering (general cargo) dan
kendaraan;
4. Penyedia dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah
kering, multi purpose, penumpang, pelayaran, rakyat dan Ro-Ro;
5. Penyedia dan/atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan penumpukan
dan tangki/atau tempat penimbunan barang-barang, angkutan bandar, alat
bongkar muat, serat peralatan pelabuhan;
6. Penyedia dan/atau pelayanan jasa tanah untuk berbagai bangunan dan
lapangan, industri, dan gedung-gedung/bangunan yang berhubungan
dengan kepentingan kelancaran angkutan multi modal;
7. Penyedia dan/atau pelayanan listrik, air minum, dan instalasi limbah
serta pembuangan sampah;
kapal dan kendaraan di lingkungan pelabuhan;
9. Penyedia dan/atau pelayanan kegiatan konsilidasi dan distribusi barang
termasuk hewan;
10.Penyedia dan/atau pelayanan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan
yang berkaitan dengan kepelabuhanan;
11.Pengusaha dan pelayanan depo peti kemas dan perbaikan, cleaning,
fumigasi, serta pelayanan logistik.
Selain kegiatan utama di atas, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Cabang Belawan dapat melakukan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang
tercapainya tujuan perusahaan dan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki perusahaan, meliputi:
1. Jasa angkutan
2. Jasa persewaan dan perbaikan fasilitas dan peralatan
3. Jasa perawatan kapal dan perawatan dibidang kepelabuhanan
4. Jasa pelayanan alih muat dari kapal (Ship to Ship Transfer) termasuk
jasa ikutan lainnya
5. Properti di luar kegiatan utama kepelabuhanan
6. Fasilitas pariwisata dan perhotelan
7. Jasa konsultan dan surveyor kepelabuhanan
8. Jasa komunikasi dan informasi
9. Jasa konstruksi kepelabuhanan
10.Jasa forwarding/ekspedisi
12.Jasa penyelaman (salvage)
13.Jasa tally
14.Jasa pas pelabuhan
15.Jasa timbangan
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan 4.1.3.1 Visi Perusahaan
Visi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan
ditetapkan sebagai berikut:
“Menjadi penyedia jasa kepelabuhanan dan logistik terkemuka ditingkat
regional“.
4.1.3.2 Misi Perusahaan
Misi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan
ditetapkan sebagai berikut:
“Menyediakan jasa kepelabuhanan dan logistik berkualitas yang
memenuhi harapan pelanggan dan memberikan nilai tambah bagi
pertumbuhan ekonomi wilayah”.
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi, perusahaan memiliki
values sebagai berikut:
1. Customer Focus: Menyediakan jasa layanan yang fokus kepada
2. Leadership: Sistem kepemimpinan dan SDM yang mampu menjamin
efektifitas dan kualitas pemimpin dan personil untuk merealisir
Customer Focus serta Excellent Operation.
3. Inovasi: Membuat perusahaan berarti untuk meningkatkan pelayanan
dalam upaya menciptakan New Value bagi Stakeholder.
4. Valuing Employee: Komitmen manajemen atas kepuasan,
pengembangan dan perlakuan yang baik bagi pegawai.
5. System Perspective: Pengelolaan perusahaan sebagai sebuah sistem
yang utuh sehingga pencapaian kesuksesan pengelolaan organisasi
meliputi keseluruhan komponen organisasi tersebut.
4.1.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi diperlukan untuk menjalankan segala aktivitas
dalam rangka menjalankan laju perusahaan maka diperlukan struktur
organisasi untuk memudahkan koordinasi kerja antara masing-masing
bagian. Struktur organisasi yang jelas akan mempermudah pelaksanaan
kerja karena diketahui dengan pasti job description antar tiap bagian.
Struktur organisasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan telah menggambarkan secara pasti tentang tata letak dan fungsi dari
tiap departemen yang ada dalam perusahaan. Bentuk struktur organisasi
pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan adalah bentuk
lini dimana setiap bawahan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan
departemennya masing-masing dan adanya keterkaitan kerja antara satu
(Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan dapat dilihat pada lampiran
II.
Sebagaimana umumnya sebuah perusahaan, struktur organisasi PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan terdiri dari tiga tingkatan,
yaitu:
1. Top Management (Direksi), yang terdiri dari: Direktur Utama
sebagai pimpinan, Direktur Usaha, Direktur Teknik, Direktur
Keuangan serta Direktur Personalia dan Umum dimana
masing-masing memimpin direktorat yang bersangkutan. Dewan Direksi
berperan sebagai penentu kebijakan, mengarahkan dan
mengendalikan organisasi.
2. Middle Management (disebut dengan Senior Manajer Bidang
SMB) yang memimpin bidang masing-masing di dalam direktorat
yang bersangkutan. Pada tingkat ini termasuk Satuan Pengawas
Intern (SPI), bagian Perencananan Informasi dan Pengembangan
(Renimbang). Pada tingkat ini, manajer bergerak sebagai pemikir,
perencana dan mengendalikan Budget Centre bidang
masing-masing.
3. Lower Management, merupakan unit pelaksana yang ditetapkan
sebagai Strategis Business Unit (SBU) yang terdiri dari
cabang-cabang pelabuhan (ada 15 cabang-cabang), Unit Terminal Peti Kemas
(UTPK), Unit Rumah Sakit, Unit Galangan Kapal serta Balai
merupakan Profit Centre dalam melaksanakan usaha jasa
kepelabuhanan.
4.1.4.1 Uraian Tugas (Job Description)
Berikut adalah uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
beberapa jabatan dan kedudukan pada PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Cabang Belawan, yaitu:
1. Direksi
Direksi memiliki tugas pokok, yaitu:
a. Memimpin, mengurus dan mengelola Perseroan sesuai
dengan tugas pokok perusahaan;
b. Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan;
c. Mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan;
d. Melaksanakan kebijakan umum yang telah digariskan oleh
RUPS;
e. Menyiapkan rencana jangka panjang perusahaan (RJJP) dan
rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) pada
waktunya;
f. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kegiatan
perusahaan dan perhitungan hasil usaha menurut cara dan
waktu yang telah ditetapkan oleh RUPS;
Selain itu, Direksi juga memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan organisasi, sumber daya masyarakat dan
b. Pengelola kegiatan-kegiatan perusahaan secara terpadu;
c. Pengendalian perusahaan;
d. Perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pelabuhan.
2. Direktorat Usaha
Direktorat usaha memiliki tugas membina dan menyelenggarakan
kegiatan pemasaran, pelayanan jasa kepelabuhan, aneka usaha, serta
pengembangan dan jaminan mutu sesuai dengan kebijakan pengusahaan
yang telah ditetapkan perusahaan.
Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Usaha mempunyai
fungsi:
a. Pembinaan dan penyelenggaraan pemasaran jasa
kepelabuhan;
b. Pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan jasa
kepelabuhan;
c. Pembinaan dan penyelenggaraan aneka usaha;
d. Pembinaan dan penyelenggaraan pengembangan dan jaminan
mutu.
3. Direktorat Teknik
Direktorat Teknik mempunyai tugas membina dan
menyelenggarakan perencanaan teknik, pembangunan, pengadaan,