• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pembinaan Olahraga Cabang Sepakbola Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pembinaan Olahraga Cabang Sepakbola Di Kota Medan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN

OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

RICKY FAHREZA SYAFI’I

127024019/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN

OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Program Studi Magister Studi Pembangunan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

RICKY FAHREZA SYAFI’I

127024019/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Ricky Fahreza Syafi’i

Nomor Pokok : 127024019

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si) (Drs. Agus Suriadi, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

(4)

Telah diuji pada Tanggal 16 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si Anggota : Drs. Agus Suriadi, M.Si

(5)

PERNYATAAN

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN

OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014 Penulis

(6)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Pembinaan Olahraga merupakan salah satu unsur keberhasilan, juga merupakan salah satu kekuatan pembentuk pertumbuhan daerah. Pembangunan yang melibatkan upaya serta masyarakat olahraga akan mencapai keberhasilan yang lebih efektif dan lebih produktif. Menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk senantiasa mendorong dan mengoptimalkan potensi-potensi dalam masyarakat dalam wilayah otoritasnya agar pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik, baik dalam aspek pembangunan ekonomi sosial maupun politik. Dalam fokus penelitian kali ini, peneliti akan lebih menitikberatkan pada pembangunan sosial sebagai salah satu fokus pembangunan daerah dengan mengangkat bidang olahraga sepak bola sebagai potensi masyarakat yang harus mendapat perhatian mendalam dari pemerintah daerah Kota Medan. Tipe Penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi suatu gambaran kondisi dan wajah sepakbola yang ada di Kota Medan dan kemudian menelaah dan menganalisis secara mendalam berkaitan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan masyarakat dibidang olahraga, khususnya sepakbola. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik wawancara mendalam menggunakan “interview guide” yakni pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan seputar partisipasi pemerintah Kota Medan dalam mendukung peningkatan kualitas olahraga, khususnya sepakbola dan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas olahraga serta penerapannya dalam meningkatkan kualitas SDM. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa upaya pembinaan olahraga sepak bola yang dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dianggap masih belum maksimal dimana pembinaan yang dilakukan masih berfokus kepada seluruh cabang olahraga yang ada dan anggaran dana yang diberikan juga harus dibagi kepada cabang olahraga yang lain. Di samping itu sarana dan prasarana yang ada dalam pembinaan olahraga sepak bola di kota medan juga belum memenuhi standard yang sesuai. Termasuk tidak adanya kurikulum untuk standarisasi program pembinaan olahraga sepakbola.

(7)

EFFORTS OF LOCAL GOVERNMENT IN SOCCER MANAGEMENT IN THE MEDAN CITY

ABSTRACT

Sports coaching is one of the elements of success, is also one of the growth areas forming force. Development and community effort involving sports will achieve success more effective and more productive. The responsibility of the local government to continue to encourage and optimize the potential of society in the area of regional development authority in order to work well, both in the social and economic aspects of political development. In the focus of the present study, researchers will be more focused on social development as one of the focus areas of regional development by elevating the sport of soccer as a potential community that should receive close attention from the local government of Medan. This type of research is that the authors use a descriptive type of research that is intended to give an overview of the condition and the face of football in the city of Medan and then examine and analyze in depth the related efforts of what has been done by the Government of Medan in community development in the field of sports, especially football. This research was conducted using in-depth interview technique using "interview guide" the interview guide containing questions about the participation of the government of Medan in supporting quality improvement of sports, especially football and policies related to improving the quality of sport and its application in improving the quality of human resources. The results showed that the sport of soccer coaching efforts undertaken by the government of Medan considered still not up to where the coaching is done still focusing on all sports available and given budgetary funds should also be shared with other sports. In addition, the existing infrastructure in sports coaching soccer fields in the city have not meet appropriate standards. Including the lack of standardization of the curriculum for sport coaching programs.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbil’alamin penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan kekuatan dan semangat kepada penulis hingga terselesainnya tesis dari perkuliahan Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang berjudul “UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN”.

Penulisan tesis merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa ProgramMagister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan studi.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, motivasi dan partisipasi berbagai pihak, baik secara moril dan materil yang diberikan kepada penulis untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan syukur dan terimakasih yang banyak kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, serta dengan sabar membimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

5. Bapak Agus Suriadi, S.Sos,M.Si Selaku Pembimbing II, telah begitu banyak waktu yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si dan Bapak M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP selaku Tim Penguji, masukan dan kritiknya hingga selesai penulisan tesis ini

7. Teristimewa untuk Papa Alm. H.M Syafii dan Mama HJ.Riche Farida Pohan yang selalu mendo’akan dan selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Buat Kakak Dr. Ikhfana Syafina dan Adik saya Ahmad Faisal serta Olyvia Putri Faradhiba .

9. Buat Tunangan saya Natia Darma yang sudah mensupport perkuliahan saya selama ini.

10.Bapak/Ibu dosen di Sekolah PascaSarjana Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

11.Bagian Administrasi Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara terutama buat Bang Iwan, Kak Dina, Kak Tika dan ibu Anisah.

(10)

13.Bapak Drs Edi Sibarani Plt Koni Medan

14.Bapak Asrul Sani Batubara Wakil Ketua I Pengcab PSSI Medan

15.Bapak Drs. Azzam Nasution, MAP Kabid Peningkatan Prestasi Keolahragaan Dispora Kota Medan

16.Bapak Liestiadi Lo Pelatih Persiba Balikpapan

17.Bapak Hengky Ahmad, SH Pemilik Klub dan SSB Gumarang FC

18.Bapak Syahril WP Asisten Pelatih Porwilsu Koni Medan dan Koordinator Pelatih SSB Patriot

19.Bapak Taufik Hidayat Nasution ,Spd Pelatih SSB TASBI 20.Bapak Abdi Panjaitan Jurnalis Senior Olahraga Sumatera Utara 21.Bapak Eben Pelatih Klub dan SSB Victory Dairi

22.Bapak Fazril Akhir Sekretaris Umum SSB TASBI dan SSB TASBI 23.Bapak M. Khaidir Pelatih PSAP Sigli

24.Bapak Muhammad Arisy, SE Dinas Pertamanan Kota Medan

25.Makasih juga buat orang-orang yang selalu membantuku, selalu memberikan dukungan dan semangat kepadaku sampai saat ini. Makasih buat semuanya.

(11)

Sekali lagi sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, dorongan baik moril maupun materil sehingga dalam penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

(12)

RIWAYAT HIDUP

DATA – DATA PRIBADI

Nama : Ricky Fahreza Syafii Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 23 Mei 1986 Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Komplek Tasbi Blok D No. 16 Medan

PENDIDIKAN FORMAL

SD Yayasan Pendidikan Harapan Tahun 1998

SMP Negeri 1 Medan Tahun 2001

SMA Negeri 15 Medan Tahun 2004

S1 Ilmu Hukum STIH Al Hikmah Tahun 2010 S2 Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

PENGALAMAN KERJA

2005 – 2010 : PT. KHI

2007 - Sekarang : Perkebunan Juma Mulia

2012 – Sekarang : Pro Star Tasbi Management ( Football Player Agent )

2013 - Sekarang : Legal Manager PT. Citra Perdana Muda

(13)

PENGALAMAN ORGANISASI

a) KETUA UMUM PS TASBI 2009 s/d sekarang JABATAN MASA BAKTI

b) KETUA UMUM TASBI FUTSAL CLUB 2012 s/d sekarang c) KETUA UMUM SSB TASBI 2008 s/d sekarang d) KETUA BAGIAN FUTSAL PENGCAB PSSI MEDAN 2010 s/d

sekarang

e) KETUA KOORDINATOR LFAI PSSI

( LIGA FUTSAL AMATIR INDONESIA ) SUMUT 2012 f) KETUA KOORDINATOR LFAI

( LIGA FUTSAL AMATIR INDONESIA ) WILAYAH 1 SUMBAGUT

( ACEH, RIAU , SUMUT , SUMBAR DAN KEPRI ) 2012 s/d 2013 g) DEWAN PEMBINA INDOSPURS

SUB REGIONAL KOTA MEDAN ( Official supporter fans pecinta

Klub Tottenham Hotspur liga primer Inggris ) 2012 s/d sekarang

h) WAKIL BENDAHARA IV PSMS MEDAN

VERSI BENNY SIHOTANG 2012 s/d 2013

i) WAKIL MANAGER PSMS MEDAN 2012/2013

PENGALAMAN BERMAIN ( KARIR ) DALAM SEPAKBOLA POSISI : PENJAGA GAWANG

(14)

h) INDONESIAN FOOTBALL ACADEMY ( IFA ) 2005

i) TIM PRA PON SUMUT 2007

j) PS TASBI 2005 –

2008

j) JUARA IV KOMPETISI LIGA BOGASARI U-15 ( PSSI SUMUT ) 2001 PRESTASI KARIR SEBAGAI PEMAIN :

k) JUARA 1 LIGA JIM BRYDEN U-16 (SSB TASBI) 2002 l) JUARA IV PIALA SURATIN ( PSMS JUNIOR ) 2004

m) JUARA 1 KOMPETISI PENGCAB PSSI MEDAN PIALA EMAS 2010

a) JUARA 1 TURNAMEN PSLB cup 2009 PRESTASI SEBAGAI KETUA UMUM PS TASBI :

b) JUARA 1 PIALA EMAS PENGCAB PSSI MEDAN 2010

c) TOP SKORER PIALA EMAS PENGCAB PSSI MEDAN (RIVAI 6 GOL)

d) JUARA IV DANPOMAL LANTAMAL CUP 2011

e) TIM FAIR PLAY TERBAIK DANPOMAL LANTAMAL CUP 2011

f) 8 BESAR RAO JAYA CUP PASAMAN g) JUARA II POMAD CUP KABANJAHE 2011 h) JUARA II KLUMPANG CUP 2012

i) JUARA 1 DIVISI 3 LIGA INDONESIA PSSI TINGKAT SUMUT 2011/2012

j) - RUNNER UP TINGKAT SUMBAGUT DIVISI 3 LIGA INDONESIA PSSI 2011/2012

k) TEAM FAIR PLAY TERBAIK GUMARANG CUP 2013

l) JUARA 1 DIVISI 3 LIGA INDONESIA PSSI TINGKAT SUMUT 2012/2013

(15)

a) Ketua DPP PEMUDA PENEGAK KEADILAN PERSATUAN INDONESIA (PPKPI) SUMUT (2009 - 2011)

PENGALAMAN ORGANISASI DI LUAR SEPAKBOLA

b) Wakil Sekretaris DPD KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA, KNPI SUMUT (2008 - 2011)

c) Wakil Bendahara PW PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA SUMUT (2006 – sekarang )

d) Wakil Bendahara DPK PARTAI KEADILAN PERSATUAN INDONESIA (PKPI) KOTA MEDAN (2008-2011)

e) Plt Bendahara PARTAI KEADILAN PERSATUAN INDONESIA (2009-2011)

f) Sekjen Society Of Automodified Brotherhood Medan (SABROM) (2005-sekarang)

g) Wakil Sekretaris I 234 SC MEDAN (2009)

h) Calon Anggota Legislatif DPRD Tingkat 2 KOTA MEDAN Dapem 2. Nomor urut 4 dari PKPI , Pemilu 2009

(16)

DAFTAR ISI

Pembangun Sepakbola sebagai Industri ………… Nilai-nilai Esensial Olahraga... Sejarah Sepakbola Kota Medan... Kerangka Konseptual...

12 19 26 37 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Teknik Pengumpulan Data ………... Teknik Analisis Data……….. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(17)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

2.1. Debut Pemain Termuda Tim Nasional Belanda... 31 3.1. Informan Penelitian...………. 42 4.1. Sistem Pembinaan Olahraga Sepakbola yang harus Dilakukan

(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1. W.J.H “Pim” Mullier...…. 28

2.2. Klub Sepakbola... 29

2.3. Jan Gualtherus Van Breda Kolff... 30

2.4. Skema Kerangka Konseptual... 40 4.1. Arus Kebijakan dalam Upaya Pembinaan Pemain Sepakbola di Kota

Medan

(19)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Pembinaan Olahraga merupakan salah satu unsur keberhasilan, juga merupakan salah satu kekuatan pembentuk pertumbuhan daerah. Pembangunan yang melibatkan upaya serta masyarakat olahraga akan mencapai keberhasilan yang lebih efektif dan lebih produktif. Menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk senantiasa mendorong dan mengoptimalkan potensi-potensi dalam masyarakat dalam wilayah otoritasnya agar pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik, baik dalam aspek pembangunan ekonomi sosial maupun politik. Dalam fokus penelitian kali ini, peneliti akan lebih menitikberatkan pada pembangunan sosial sebagai salah satu fokus pembangunan daerah dengan mengangkat bidang olahraga sepak bola sebagai potensi masyarakat yang harus mendapat perhatian mendalam dari pemerintah daerah Kota Medan. Tipe Penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi suatu gambaran kondisi dan wajah sepakbola yang ada di Kota Medan dan kemudian menelaah dan menganalisis secara mendalam berkaitan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan masyarakat dibidang olahraga, khususnya sepakbola. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik wawancara mendalam menggunakan “interview guide” yakni pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan seputar partisipasi pemerintah Kota Medan dalam mendukung peningkatan kualitas olahraga, khususnya sepakbola dan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas olahraga serta penerapannya dalam meningkatkan kualitas SDM. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa upaya pembinaan olahraga sepak bola yang dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dianggap masih belum maksimal dimana pembinaan yang dilakukan masih berfokus kepada seluruh cabang olahraga yang ada dan anggaran dana yang diberikan juga harus dibagi kepada cabang olahraga yang lain. Di samping itu sarana dan prasarana yang ada dalam pembinaan olahraga sepak bola di kota medan juga belum memenuhi standard yang sesuai. Termasuk tidak adanya kurikulum untuk standarisasi program pembinaan olahraga sepakbola.

(20)

EFFORTS OF LOCAL GOVERNMENT IN SOCCER MANAGEMENT IN THE MEDAN CITY

ABSTRACT

Sports coaching is one of the elements of success, is also one of the growth areas forming force. Development and community effort involving sports will achieve success more effective and more productive. The responsibility of the local government to continue to encourage and optimize the potential of society in the area of regional development authority in order to work well, both in the social and economic aspects of political development. In the focus of the present study, researchers will be more focused on social development as one of the focus areas of regional development by elevating the sport of soccer as a potential community that should receive close attention from the local government of Medan. This type of research is that the authors use a descriptive type of research that is intended to give an overview of the condition and the face of football in the city of Medan and then examine and analyze in depth the related efforts of what has been done by the Government of Medan in community development in the field of sports, especially football. This research was conducted using in-depth interview technique using "interview guide" the interview guide containing questions about the participation of the government of Medan in supporting quality improvement of sports, especially football and policies related to improving the quality of sport and its application in improving the quality of human resources. The results showed that the sport of soccer coaching efforts undertaken by the government of Medan considered still not up to where the coaching is done still focusing on all sports available and given budgetary funds should also be shared with other sports. In addition, the existing infrastructure in sports coaching soccer fields in the city have not meet appropriate standards. Including the lack of standardization of the curriculum for sport coaching programs.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan ditetapkan dari atas ke bawah (top-down planing and development), dan dapat diinterpretasikan mengekang demokrasi dan aspirasi daerah, dan bahkan menimbulkan kesengsaraan rakyat banyak, oleh karena itu sistem pemerintahan yang sentralistik harus diganti dengan pemerintahan yang desentralistk.

Rasa ketidakpuasan rakyat yang dipendam sejak lama kemudian meletus dalam gerakan reformasi politik menumbangkan pemerintahan Orde Baru yang berkobar pada pertengahan 1998 dengan mengusung tiga prinsip dasar, yaitu demokrasi, transparansi dan akuntabilitas.

Demokrasi berarti memberikan kebebasan dan kesempatan kepada rakyat untuk menikmati hak dasar yang meliputi; kehidupan yang layak, lapangan kerja yang layak, pendidikan yang murah, pelayanan kesehatan yang baik, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan berserikat dan kebebasan berpolitik

(22)

dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Sebagaimana dikemukakan (Hoessein, 2001, 32) :

“Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.Desentralisasi dapat pula disebut otonomisasi, otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau pemerintah daerah”.

Pada dasarnya tujuan utama dari pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah membebaskan pemerintah pusat dari segala tugas-tugas pemerintahan yang membebani dan dinilai tidak perlu karena lebih efektif jika ditangani oleh pemerintah daerah. Dengan demikian pusat lebih banyak waktunya untuk mengamati dan merespon setiap perkembangan yang terjadi di dunia global untuk dijadikan pertimbangan dari setiap kebijakan yang akan diambil.

(23)

adalah kabupaten dan kota lebih dekat kepada rakyatnya yang harus dilayani, maka wajar jika diberi wewenang yang besar untuk meningkatkan pelayan publik di daerahnya.

Selanjutnya dalam konsep desentralisasi dengan prinsip Bottom-up menjadi menarik untuk disimak bahwa prinsip tersebut tidak hanya dapat dilaksanakan pada sistem pemerintahan saja, melainkan dapat diterapkan pada pola pembangunan daerah dimana partisipasi masyarakat kemudian menjadi kunci keberhasilan peningkatan kualitas pemerintahan daerah melalui strategi pembinaan masyarakat yang tepat.

Pembinaan diartikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku pembangunan daerah, termasuk aparatur, organsasi sosial kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dunia usaha dan anggota masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi serta merealisasikan aspirasi dan harapan masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Terdapat keterkaitan yang erat antara pembinaan masyarakat sebaga suatu strategi untuk mencapai sasaran pembangunan masyarakat di daerah dalam rangka mewujudkan keberhasilan pemerintahan daerah.

(24)

yang melibatkan upaya serta masyarakat olahraga akan mencapai keberhasilan yang lebih efektif dan lebih produktif.

Jika ditinjau dari aspek sosial, terdapat ragam masalah yang kemudian sering terabaikan dari kacamata kebijakan pemerintah daerah seperti kurangnya upaya yang serius untuk mengurangi pengaruh sosial yang mengungkung masyarakat dalam kondisi kemiskinan struktural apalagi jika lebih diperparah dengan kurangnya akses masyarakat untuk memeperoleh pengetahuan dan keterampilan serta informasi yang digunakan untuk kemajuan masyarakat ditambah dengan kurang berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang merupakan sarana untuk melakukan interaksi serta memperkuat ketahanan dan perlindungan bagi masyarakat.

Menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk senantiasa mendorong dan mengoptimalkan potensi-potensi dalam masyarakat dalam wilayah otoritasnya agar pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik, baik dalam aspek pembangunan ekonomi sosial maupun politik. Dalam fokus penelitian kali ini, peneliti akan lebih menitikberatkan pada pembangunan sosial sebagai salah satu fokus pembangunan daerah dengan mengangkat bidang olahraga sepak bola sebagai potensi masyarakat yang harus mendapat perhatian mendalam dari pemerintah daerah Kota Medan.

(25)

orangtua, remaja bahkan anak-anak semua mengenal olahraga sepak bola, yang belakangan tidak hanya dimanfaatkan sebagai olahraga tapi juga hiburan. Hal ini mempunyai dampak positif bagi perkembangan olahraga tersebut, di samping memasyarakatkan olahraga, juga akan menumbuhkan bibit atlet yang tangguh. Dari berbagai hal tersebut, sekarang banyak berdiri Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) yang menyebar di Indonesia.

Perkembangan sepak bola di Indonesia merupakan wujud dari perkembangan olahraga di daerah-daerah. Banyaknya sekolah sepak bola atau lembaga pendidikan sepak bola di Indonesia turut meramaikan olahraga tersebut untuk dapat semakin berkembang di Indonesia. Banyak event-event pertandingan yang diadakan sebagai wujud untuk menciptakan prestasi dan untuk memperoleh bibit pemain-pemain handal serta berkualitas yang pada dasarnya dapat digunakan

untuk meningkatkan agar pretasi sepak bola Indonesia menjadi lebih bagus. Dalam upaya meningkatkan perkembangan prestasi sepak bola Indonesia maka tentunya diperlukan suatu kerja keras seperti pelatihan yang sistematis, pembinaan

yang tepat, bibit atlet berpotensi, organisasi yang baik, pelatih yang berkualitas serta sarana prasarana yang memadai. Komponen-komponen tersebut merupakan kesatuan yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

(26)

pihak-pihak yang terkait bukan hanya pelatih dan pemain saja, tetapi berbagai pihak baik pengurus LPSB/SSB bahkan pemerintah mampu mencarikan jalan pemecahannya. Pembinaan yang terencana dan dilaksanakan terus menerus merupakan langkah yang harus ditempuh serta merupakan tanggung jawab dari semua pihak yang ikut berperan aktif dalam kegiatan olahraga sepak bola tersebut.

Prestasi maksimal merupakan obsesi dari setiap atlet yang menekuni olahraga yang dipelajarinya.Keberhasilan prestasi atlet tidak bisa lepas dari dukungan berbagai pihak. Seorang pelatih yang berkualitas memegang peranan penting terhadap peningkatan kemampuan atlet. Pelatih mempuyai peranan penting, dimana pelatih harus mampu menerapkan program latihan yang sesuai dengan kemampuan atletnya, harus memantau setiap latihan yang dilakukan serta membina terus menerus. Di samping itu pelatih juga harus mampu menyalurkan dan mengembangkan prestasi yang dimiliki atlet.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional menjelaskan bahwa oahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga keberadaan dan pembinaan olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional.

(27)

instrumen hukum yang mampu mendukung pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dan daerah pada masa kini dan masa yang akan datang.

Dalam undang-undang tersebut, memperhatikan asas desentralisasi, otonomi dan upaya serta masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi dan akuntabilitas.Sistem pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional diatur dalam semangat otonomi daerah guna mewujudkan kemampuan daerah dan masyarakat yang mampu secara mandiri mengembangkan kegiatan keolahragaan. Penanganan keolahragaan ini tidak dapat lagi ditangani secara sekadarnya tetapi harus ditangani secara profesional. Penggalangan sumber daya untuk pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilakukan melalui pembentukan dan pengembangan hubungan kerja para pihak terkait secara harmonis, terbuka, timbal balik, sinergis dan saling menguntungkan. Prinsip transparansi dan akuntabilitas diarahkan untuk mendorong ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi semua pihak untuk berupaya serta dalam kegiatan keolahrgaan dan memungkinkan semua pihak untuk melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian untuk memperoleh haknya, serta memungkinkan berjalannya mekanisme kontrol untuk menghindari kekurangan dan penyimpangan sehingga tujuan dan sasaran keolahragaan nasional bisa tercapai.

(28)

organisasi olahraga, dana olahraga, sarana dan prasarana olahraga, upaya serta masyarakat, dan penunjang keolahragaan termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan industri olahraga nasional yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Seluruh subsistem keolahragaan nasioanl diatur dengan memperhatikan keterkaitan dengan bidang-bidang lain serta upaya-upaya yang sistematis dan berkelanjutan guna menghadapi tantangan subsistem antara lain, melalui peningkatan koordinasi antar lembaga yang menangani keolahragaan, pembinaan organisasi keolahragaan, pembinaan sumber daya manusia keolahragaan, pengembangan sarana dan prasarana, peningatan sumber dan pengelolaan pendanaan serta penataan sistem pembinaan olahraga secara menyeluruh.

Sebagaimana wilayah-wilayah lain yang ada dalam ruang kedaulatan NKRI, Kota Medan sendiri mempunyai tanggung jawab yang serupa untuk melaksanakan pembangunan masyarakat yang sesuai dengan konteks pengembangan daerah. Dalam hal pembinaan masyarakat terutama dibidang olahraga, mempunyai tanggung jawab dan kewenangan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang di atas untuk menjalankan koordinasi yang sinergis secara vertikal dan horisontal dalam rangka pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan daerah melalui peningkatan kualitas keolahragaan.

(29)

berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan mengingat perkembangan pembangunan dalam bidang keolahragaan ini masih cukup baik dan dominan dalam menyerap potensi-potensi masyarakat jika terdapat saling bantu antara stakeholder di daerah untuk mengembangkannya. Selain itu bidang ini dapat menampung dan memberikan ruang-ruang kreativitas sebagai wadah aktualisasi angkatan muda untuk dapat diarahkan kearah pembangunan sosial yang positf mengingat sebuah ungkapan lama yang mengatakan bahwa ”dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”, hal ini kemudian dapat mengurangi tingkat patologi masyarakat yang kemudian jika ini diterapkan di Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia mampu mengembangkan potensi masyarakatnya.

Namun dalam pengamatan penulis terkait hal ini, upaya pemerintah daerah masih kurang efektif dan efisien sehingga kemudian keberdayaan masyarakat terutama di bidang keolahragaan masih terbatas pada minat dan bakat yang kurang terwadahi, akses terhadap sumber daya dalam peningkatan produktivitas masyarakatnya di samping itu ketersediaan sarana dan prasarana menjadi masalah utama dalam merealisasikan hal di atas.

(30)

alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) demi tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah

Merujuk dari beberapa pernyataan mengenai implementasi Otonomi Daerah di Kota Medan dalam kaitannya dengan fungsi Pemerintah daerah terhadap pembinaan masyarakat dalam bidang olah raga, maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang akan dikaji adalah :

1. Bagaimana Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola?

2. Faktor – Faktor apa saja yang memengaruhi Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam malakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan Olahraga Sepakbola

(31)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

a. Manfaat Praktis, dari hasil penelitian ini kemudian dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi pelaksanaan program pemerintah daerah Kota Medan terutama dalam bidang pembinaan olahraga, khususnya sepakbola. b. Manfaat Akademis, dapat memberikan tambahan teori/ literatur dalam

studi pembinaan olahraga yang dikaitkan dengan kajian studi pembangunan dengan sinkronisasinya terhadap penyelenggaraan otonomi daerah.

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Sepakbola sebagai Industri

Banyak jenis-jenis olahraga yang populer di dunia, salah satunya adalah sepak bola.Sepak bola adalah cabang olah raga yang paling merakyat di seluruh dunia.Hampir semua lapisan masyarakat bisa memainkannya.Tua, muda, lakilaki, bahkan kaum perempuanpun sudah tidak tabu lagi memainkan permainan ini.Bagaimana gegap-gempitanya dunia menyambut event pertandingan sepak bola seperti piala dunia, piala eropa, perebutan piala champions, dan masih banyak liga-liga diseluruh dunia.Ratusan juta pasang mata berada didepan televisi ketika ada pertandingan sepakbola.

Sepak bola pada masa kini seolah hadir sebagai suatu hal baru yang dapat

membius, memabukkan, memaniakkan sebagian penggemarnya.Pesona untuk berkesempatan menikmati keindahan permainan sepakbola terkadang mampu menggeser kebiasaan, ibadah, dan pola hidup sebagian orang. Puluhan ribu orang

bahkan bisa melupakan sholat Ashar, Magrib, melupakan waktu kebaktian hanya

untuk menonton sepak bola di stadion, mengorbankan waktu tidurnya untuk menyaksikan siaran langsung.

(33)

cantik, menarik dan menghibur penonton. Demikian pula lembaga yang mengelolanya untuk semakin professional, terus melahirkan wasit sepak bola yang memimpin pertandingan dengan adil dan professional. Demikian juga para pemain profesional semoga menjadi inspirasi positif untuk tumbuhnya persepakbolaan yang semakin berkualitas di tanah air. Fenomena sepak bola tersebut seperti artikel yang tertulis dalam Journal I nternational Broadcasting and Team Sports yang menyatakan bahwa :

I n team sports, the number of games to be played by teams is determined by league policy. Leagues typically determine the number of teams in the league and the number of games that each team will play. I n some cases, leagues allow their teams to schedule nonleague games and even to belong to other leagues. F or example, in E uropean gootball teams belong to a national league, play in national elimination tournaments that are sponsored by national football associations, and may participate in E uropeanwide palyoffs such as the Campions League. Ultimately leagues determine the number of games that teams can schedule, which in turn determines the maximum quantity of television rights that can be sold. Whereas the number of broadcasters is growing, supply in the most popular team sports has not grown. I n football, the number of temas in the top leagues has been roughly the same for decades. I n the United States the number of majorleague teams grew substantially during the 1960s and 1970s, but league expansion has stopped. Thus, the growth for right has occurred in a market with inelastic capacity. I n such a circumstance, demand growth can lead to increases in rights fees with no expansion of output, even if the supply side of the rights market is competitive.

(34)

liga-liga menentukan jumlah pertandingan yang dapat dijadwalkan oleh tim, yang nantinya menentukan jumlah maksimum hak televisi yang dapat dijual. Ketika jumlah stasiun penyiaran terus bertambah, persediaan dalam olahraga tim populer tidak bertambah. Dalam sepakbola, jumlah tim pada liga-liga terbaik hampir sama selama berpuluh-puluh tahun. Di Amerika Serikat jumlah tim liga besar bertambah cukup besar pada tahun 1960 dan 1970, tetapi penambahan liga tersebut telah berhenti. Maka dari itu, pertumbuhan permintaan akan hak siar telah terjadi di sebuah pasar dengan kapasitas yang tidak elastis. Dalam situasi semacam itu, pertumbuhan permintaan dapat meningkatkan biaya pembelian hak siar tanpa penambahan hasil, bahkan meskipun sisi persediaan dari pasar yang tepat tersebut kompetitif.

Di Indonesia sendiri olahraga sepak bola sangat populer dan merakyat karena hampir sebagian besar penduduk Indonesia menyukai dan menggandrungi olah raga ini.Sepak bola tergolong olah raga yang tidak terlalu sulit untuk dilakukan dan mudah dipelajari oleh seseorang.Tak heran dalam masyarakat kita sering melihat anak-anak kecil melakukan olah raga ini. Masyarakat Indonesia sangat menyukai olah raga sepak bola juga karena olah raga ini adalah olah raga yang tidak membutuhkan biaya yang banyak.

(35)

merupakan salah satu olahraga permainan yang paling digemari di seluruh dunia. Setiap orang di dunia pasti mengetahui apa itu sepakbola dan tidak sedikit yang dapat memainkan olahraga tersebut. Sepakbola menjadi primadona di antara cabang olahraga lain. Banyaknya peminat dari olahraga sepakbola memunculkan beberapa kompetisi di setiap negara di dunia. Beberapa kompetisi bahkan sudah dianggap kompetisi profesional seperti English Premier League, Liga Italia Serie A, Major League Soccer, Bundesliga, dan masih banyak lagi liga profesional

lainnya.

(36)

organisasi nirlaba UNICEF sempat menjalin kerjasama dengan klub Spanyol Barcelona untuk mengizinkan logo UNICEF ditempatkan pada seragam mereka. Banyaknya masyarakat dunia yang menyukai sepakbola juga menjadi lahan bisnis bagi sebagian pihak. Kepopuleran suatu klub sepakbola akanmenarik perhatian dari beberapa orang yang menyukai sepakbola, sehingga setiap klub akan memiliki penggemarnya masing-masing. Penggemar atau fans sebuah klub sepakbola tidak akan segan untuk mengeluarkan sebagian uang untuk membeli tiket pertandingan, jersey, merchandise, ataupun menjadi member dari fans club masing-masing klub sepakbola tersebut.

(37)

Inggris terjerat hutang setelah terj adi pengambil-alihan kepemilikan dari pemilik lama ke pemilik baru seperti yang dilansir oleh website goal.com pada tanggal 24 Februari 2010.

Sebuah klub sepakbola terlihat cukup baik kinerja keuangannya jika melihat dari pendapatan mereka.Banyak klub di Eropa yang menjadi klub paling kaya di dunia.Akan tetapi kenyataannya tidak seperti yang terlihat.Banyak klub yang mengalami krisis keuangan akibat kurang baiknya mereka mengelola keuangan klubnya.Sehingga perlu dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan dari sebuah klub sepakbola untuk mengetahui bagaimana sebenarnya sebuah klub mengelola keuangannya.

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan akuntansi bagi sebuah klub sepakbola sudah dilakukan baik di dunia maupun di Indonesia. Kase et al (2006) melakukan penelitian mengenai perbandingan strategi bisnis dan strategi olahraga dari klub Real Madrid dan Barcelona. Dari dalam negeri ada Hidayat (2010) yang melakukan analisis terhadap laporan keuangan klub sepakbola profesional. Barcelona, Juventus, dan Arsenal. Hidayat membandingkan antara laporan keuangan ketiga klub tersebut, mulai dari penyajiannya, pengungkapan pemain dalam laporan keuangan, hingga perbandingan rasio keuangan dari ketiga klub sepakbola tersebut.

(38)

Dari luar negeri, ada beberapa penelitian mengenai akuntansi untuk sepakbola. Amir dan Livne (2005) melakukan pengujian terhadap kapitalisasi atas kontrak pemain sepakbola menurut FRS 10 tahun 1997 dan berbagai standar lain seperti IAS 38 mengenai intangiable assets dan SFAS 142. Standar tersebut mensyaratkan bahwa aktiva yang diperoleh dalam arm's length transaction harus dikapitalisasi.Alasannya adalah harga transaksi memberikan bukti yang andal mengenai nilai wajar dari aset.

Beberapa penelitian lebih terfokus pada human capital dan penyajian pelaporan untuk klub sepakbola.Belum ada penelitian yang meneliti kinerja finansial dari klub sepakbola. Kita tahu bahwa laporan keuangan klub sepakbola tidak sama dengan laporan keuangan perusahaan pada umumnya. Sama seperti laporan keuangan bank yang memiliki ciri khas yang membedakannya dengan laporan keuangan perusahaan pada umumnya sehingga digunakan rasio CAMEL (capital, assets, management, earnings, liquidity) untuk mengukur kinerja

finansialnya. Selain itu, komponen-komponen keuangan dari laporan keuangan sebuah klub sepakbola juga memiliki perbedaan dengan entitas bisnis lainnya.

(39)

US$ 3 dan memiliki pemegang saham publik lebih dari 400 pemegang saham. Karakteristik yang unik dari industri sepakbola menimbulkan beberapa pertanyaan diantaranya apakah industri sepakbola menguntungkan bagi para investor, bagaimana kinerja keuangan dari sebuah klub sepakbola, dan bagaimana kinerja keuangannya jika dibandingkan dengan industri lain, apakah industri sepakbola dapat bersaing dengan industri lain. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis komponen-komponen keuangan utama yang memiliki pengaruh besar pada kinerja keuangan sebuah klub sepakbola, dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan dari Manchester United PLC.Selain itu, penelitian ini juga mengukur kinerja keuangan dari Manchester United PLC dengan menggunakan perbandingan rasio keuangan.

2.2 Nilai-nilai E sensial Olahr aga

(40)

”haram”. Sementara sebagian ulama mempunyai pandangan bahwa hukum olahraga adalah ”mubah” atau di bolehkan, selama pelaksanaannya menurut ajaran Islam, tetapi apabila situasi dan kondisi dari pelaksanaan olahraga itu berubah, maka hukumnya juga berubah sesuai dengan stuasi dan kondisi dari orang yang melakukannya dan pelaksanaan olahraga itu sendiri. Dengan demikian maka hukum olahraga bisa menjadi ”wajib, sunat, haram, makruh dan mubah”. Sehubungan hukum olahraga itu sesuai dengan situasi dan kondisinya, maka apabila olahraga itu bertujuan untuk memelihara al kulliyatu al khamsu (agama, jiwa, akal, keturunan dan harta) maka hukum olahraga adalah wajib.

(41)

Manusia agar mempunyai karakter yang baik dan mulia harus didasari oleh eksistensi ilmu pengetahuan. Dewasa ini pengetahuan yang satu tercerai dari pengetahuan yang lainnya. Ilmu tercerai dari moral, moral tercerai dari seni, seni tercerai dari ilmu, dan seterusnya. Inilah sebenarnya sumber ketidakbahagiaan manusia modern dewasa ini, sebab pengetahuan yang tidak utuh akan membentuk manusia yang tidak utuh pula. Kerangka filsafat akan memungkinkan kita membentuk wawasan mengenai keterkaitan berbagai pengetahuan (Anton B, Achmad, C Z, 1990:34).

Olah pikir berarti membangun manusia agar memiliki kemandirian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Olah pikir berorientasi pada pembangunan manusia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Olah rasa bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitive, serta mampu mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting karena tidak akan ada rasa syukur manakala seseorang tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan. Olah raga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan dalam proses pembangunan manusia sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai penopang bagi berfungsinya hati, otak dan rasa.

(42)

fungsi, manfaat, terlebih lagi pada nilai-nilai olahraga guna mengembangkan akhlaq mulia.

Aktivitas olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam olahraga menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan pengembangan karakter. Pengajaran etika dalam aktivitas olahraga biasanya dengan contoh atau perilaku. Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa aktivitas olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral (Johansyah

Lubis

Nilai-nilai dalam Islam mengajarkan manusia bagaimana berperilaku yang baik, santun dan tidak menyakitkan orang lain serta melindungi manusia dari sikap mental yang salah. Seorang atlit yang tangguh tidak akan berdaya ketika tidak dapat mengontrol diri dari emosinya.

Area keolahragaan mengajarkan sekaligus mencontohkan bagaimana manusia seharusnya berkompetisi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Cara seperti ini dianggap fair dan membawa kebaikan bagi semua orang. Karena cara seperti ini akan menyeleksi bahwa yang kuat dan yang mampu berusaha optimal akan mendapatkan keberhasilan (dalam kompetisi disebut juara). Cara ini pun selaras dengan nilai Islam yaitu mengajak manusia untuk berlomba- lomba dalam kebaikan atau fastabiqul khoirat.

(43)

kejiwaan untuk melakukan apa yang baik (amar ma’ ruf) untuk sesama umat manusia menjadi sumber akan terciptanya kemauan yang sehat untuk mengejar kemajuan demi kepentingan kesejahteraan bersama.

Keadaan sosial (masyarakat) menunjukkan adanya interaksi dan integrasi (dalam kelompok atau komunitas) mereka (dan kita) saling berhubungan, dan bergaul satu sama lain (Soejadi, 2008: 118).

Dalam situasi berlangsungnya kegiatan olahraga sangat erat berhubungan dengan masalah- masalah sosial manusia. Keberartian olahraga itu sendiri muncul dalam peristiwa hubungan antar orang yang dilandasi oleh tradisi, norma dan sistem nilai yang terdapat di lingkungan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, olahraga telah menjelma menjadi sebuah pranata sosial yang sejak lama di dalamnya berkembang tradisi, norma dan nilai, termasuk ritus-ritus dan bahkan mitos (Rusli Lutan, 1991: 1).

(44)

mikrokosmos yang menentukan pokok-pokok dan mencerminkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga itu selanjutnya akan menggambarkan fungsi olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya (Eldon E. Snyder, 1983: 45).

Keseimbangan hubungan jiwa raga perseorangan mengantarkan keserasian individual- sosial yang segera akan disusul dengan keselarasan total makhluk yang mandiri. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam hal hubungan jiwa-raga sebagai bagian dari problema susunan kodrat manusia, pemikiran Timur lebih cenderung ke masalah kejiwaan, sementara pemikiran Barat menekankan pada soal kejasmanian, namun baik di Barat atau Timur yang ideal ialah yang penuh keseimbangan (Damardjati Supadjar, 1998: 6). Keseimbangan adalah kata kunci dari ajaran Islam.Keseimbangan tersebut meliputi kebutuhan jasmani dan ruhani. Olahraga diperlukan untukmemperkuat badan, dan kebersihan ruhani dalam mengontrol sekaligus mengarahkan jasmani untuk melakukan aktivitas yang baik dan benar. Menurut Mahmud (2000: 61-62) bahwa antara hati, jiwa, akal, dan ruh pengertiannya saling berkorelasi, saling bergantian tempat, dan memiliki kemiripan satu sama lain dalam berbagai hal.

(45)

faktor-faktor tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi secara bersama-sama dan terpadu.

Masalah olahraga bukan sekedar masalah menggerakkan badan atau mendapatkan kebugaran dari aktivitas jasmani. Namun lebih luas lagi bahwa masalah olahraga memiliki nilainilai moral di dalamnya.

Ada pernyataan singkat, bahwa fair play is the very essence of sport (Ditjora, 1972: 6), dengan kata lain fair play dapat pula dikatakan sebagai jiwa dari olahraga. Dengan pernyataan tersebut, bahwa suatu pertandingan, suatu kompetisi olahraga tanpa disertai dengan adanya fair play, sebenar-benarnya peristiwa itu tidak dapat disebut lagi olahraga. Mengapa?Karena sesuatu yang yang tanpa jiwa lagi berarti sudah mati.

Tidak kalah pentingnya, dalam dunia olahraga pembentukan karakter manusia yang memiliki sikap sportif sangat diutamakan. Sportif disebut juga sebagai nilai kejujuran, suatu sikap yang tinggi nilainya dan hanya dimiliki oleh orang yang baik kepribadiannya serta bersih hatinya. Islam mengenalnya sebagai akhlaqul karimah.Pendidikan tidak semestinya hanya memberikan pengetahuan kognitif saja, namun pendidikan harus menjangkau sifat ihsan (baik) dan menjangkau dimilikinya akhlaqul karimah (Noeng Muhadjir, 1999: 88).

(46)

bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang menafsirkan sesuatu senantiasa membutuhkan orang lain, seperti orang-orang masa lalu, keluarga, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar belakang mereka dalam menciptakan kebudayaan. Melalui suatu interaksi orang mampu membentuk suatu pengertian tentang nilai serta makna yang diungkapkan dalam suatu kehidupan (Kaelan, 2005: 31-32).

2.3 Sejarah Sepakbola Kota Medan

Sepakbola modern memang “dilahirkan” di Inggris dan Inggris pula yang

bertanggungjawab menyebarluaskan permainan ini.Inggris dengan mudah

menyebarkan permainan ini, termasuk ke dunia ketiga, karena status mereka

sebagai negara kolonial terbesar di dunia. Mula-mula ke “tetangga-tetangga”

terdekatnya, seperti Skotlandia, Wales dan Irlandia, lalu ke negara-negara Eropa

lainnya (seperti Jerman dan Prancis), dan perlahan tapi pasti sampai ke

benua-benua yang jauh seperti Afrika, Amerika Latin dan Asia – tidak terkecuali

Indonesia.

Di Indonesia khususnya di kota medan ,Sepakbola pada awalnya lahir di

kota medan ketika zaman penjajahan kolonial belanda . para “ Menneer” lah

yang pertama sekali membawa olahraga ini ke medan yang ketika itu masih

menjadi bagian dari kekuasaan hindia belanda, pemuda-pemuda belanda

membentuk klub olahraga pertama di medan pada tahun 16 November 1887

yang bernama Gymnastiek Vereeniging (Medan), yang juga menjadi tempat

(47)

klub olahraga ini bukan hanya sepakbola saja, tapi juga juga membawahi cabang

olahraga lainnya seperti senam dan

kriket.(http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/04/06/113200/2213155/14

97/genealogi-sepakbola-indonesia--bagian-2--sepakbola-dan-kolonialisme?a991104bcom)

Pemerintah kolonial Belanda sendiri memang merancang segregasi sosial

yang ketat, jadi hampir sulit ditemukan pemain – pemain bumiputera yang

memperkuat klub sepakbola Gymnastiek Vereeniging waktu itu.Pada akhir

1890-an sebuah tim dari Pen1890-ang y1890-ang pada masa itu menjadi daerah kekuasa1890-an

pemerintahan inggrisdatang ke medan untuk bertanding, pada pagi hari kedua tim

bermain kriket dan sore harinya bertanding sepakbola. Pada hari itu kerap

disebutkan menjadi hari bersejarah dalam klub Gymnastiek Vereeninging yang

melakonipertandingan persahabatan untuk pertama kalinya melawan klub di luar

hindia belanda.Kunjungan kedua pada bulan Februari 1893, dengan hasil tim dari

Penang memenangkan dua pertandingan sepak bola dengan skor 7-0 dan 4-2.

Setelah pertandingan melawan tim dari Penang itu, sepakbola disebutkan

tidak lagi dimainkan menyusul vakumnya kegiatan Gymnastiek Vereeniging itu.

Sepakbola baru dimainkan kembali setelah lahirnya klub olahraga

bernama "Sportclub Sumatra’s Oostkust" ( S.O.K.’s ) pada 1 Juni 1899.Di

surat kabar De Sumatra Post edisi 31 Mei 1904 ada laporan berjudul "Het 5-jarig

bestaan der Sportclub 'Sumatra's Oostkust’" [Perayaan 5 Tahun Klub Olahraga

Pantai Timur Sumatera]. Selain menceritakan visi dan misi didirikannya klub

olahraga itu, laporan itu juga menjelaskan betapa klub tersebut didirikan untuk

(48)

Salah satu anggota awal S.O.K. 's adalah W.J.H. "Pim" Mulier, pelopor

sepak bola Belanda yang jugapendiri Haarlem Football Club pada tahun 1883 di

belanda , yang diangkat menjadi editor koran Deli Courant pada tahun 1899 dan

tinggal di Medan sampai tahun 1905.Pada bulan Januari 1900, klub itu diberikan

penggunaan Esplanade di Medan. pertandingan pertama berlangsung pada 1

Februari 1900, ketika Sportclub, dengan Mulier sebagai penyerang tengah,

mengalahkan Langkat English XI dengan skor 2-0 di Medan .

(http://www.rsssf.com/tablesi/indiechamp.html#stadmed)

Gambar 2. 1. W.J.H “Pim” Mullier

Yang bisa dicatat dari laporan itu adalah betapa klub-klub olahraga itu

sengaja didirikan untuk membentuk kekuatan dan kesehatan fisik, melatih

mentalitas sekaligus sebagai sarana relaksasi/rekreasi pikiran dan fisik.Olahraga

seperti kriket, tenis atau sepakbola dimainkan di Hindia Belanda pada mulanya

(49)

relaksasi dan rekreasi.

(http://sejarah-bolasepak.blogspot.com/2014/02/sejarah-sepak-bola-indonesia.html)

Setelah itu bermunculan klub-klub sepakbola di Kota Medan di antaranya

klub Sparta yang didirikan pada tahun 1903, klub Deli S.C pada tanggal 20 Juni

1904, klub Chinese S.C (klub sepakbola etnis tionghoa pertama di medan) tahun

1905, Klub Tapanoeli V.C. dan Voorwaarts pada tahun 1906 , Klub D.S.V. tahun

1911 , Klub C.S.C. tahun 1912 dan klub Go Ahead pada tahun 1914 serta Klub

V.O.P. ta

(50)

Kota Medan sebagai tempat lahirnya sepakbola juga memunculkan pemain

termuda sepanjang sejarah tim nasional Belanda yaitu Jan Gualtherus van Breda

Kolff yang lahir pada 18 Januari tahun 1894 di Medan. Jan Gualtherus van Breda

Kolff berusia 6282 hari (17 tahun lewat sedikit) ketika diturunkan pada laga

persahabatan lawan negara jiran Belgia, 2 April 1911.

(51)

Tabel 2.1 Debut Pemain Termuda Tim Nasional Belanda

© voetbalstats.nl

Rekor nya belum terpecahkan selama 103 tahun sebagai pemain termuda

yang melakukan penampilan perdana internasional, sepanjang sejarah timnas

Belanda.rekor yang ditancapkan pada 2 April 1911 di stadion Dordrecht itu, akan

sulit ditumbangkan karena rekornya ganda. Pada laga itu Jan mencetak gol kedua

untuk kemenangan Belanda 3-1 atas tim tamu. Gol itu sekaligus merupakan

satu-satunya pula yang dicetak Jan dari 11 kali memperkuat timnas Belanda.Jan van

Breda Kolff, lolos seleksi timnas Belanda itu sebagai pemain klub HVV Den

Haag, tapi dia lahir di Medan Sumatra Utara.Ketika itu Medan masih merupakan

bagian dari Hindia Belanda.Apakah Medan menyimpan rahasia sukses pembinaan

sepak bola

(52)

Setelah dua dekade permainan si kulit bundar bergulir di Hindia Belanda,

banyak kota besar telah membentuk federasi dan memutar kompetisi liga. Pada 20

April 1919, empat federasi sepakbola di Jawa (Batavia, Surabaya, Bandung, dan

Semarang) bergabung mendirikan NIVB (Nederlandsch-Indische Voetbal Bond)

atau Persatuan Sepakbola Hindia Belanda.

Statuta organisasi itu disetujui oleh keputusan pemerintah Belanda pada 20

Oktober 1919.NIVB didaftarkan ke FIFA pada 15 April 1924, lalu memperoleh

afiliasi resmi badan sepakbola dunia pada 24 Mei 1924. Hindia Belanda pun

menjadi koloni Belanda pertama yang mendapatkan keanggotaan FIFA, lima

tahun sebelum Suriname dan delapan tahun sebelum Curaçao.

Keanggotaan NIVB dengan cepat meningkat pesat. Pada 1930 memiliki

tujuh anggota federasi di Jawa (selain empat kota pendirinya, ditambah Malang,

Yogya, dan Sukabumi). Di tahun itu juga Makassar (Sulawesi) diajak bergabung

sebagai anggota asosiasi bersama tiga federasi lain: Sumatera Timur (berbasis di

Medan), Banjarmasin (Kalimantan), terakhir Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB,

federasi Cina yang berbasis di Semarang).

Didirikannya Medansche Voetbal Club (MSV) pada tahun 1930 menjadi

embrio dan awal kekuatan klub sepakbola kota medan yang kita kenal hingga saat

ini yaituV.B.M.O (Voetbal Obligasi Medan en Omstreken ) yang berarti

Persatuan Sepakbola Medan dan Sekelilingnya yang lahir pada bulan November

(53)

kita kenal hingga sekarang dan menjadi klub bersejarah bagian dari genesis

sepakbola di nusantara sejak masa penjajahan kolonial belanda hingga

kemerdekaan dan saat ini.Sejak dahulu kota Medandikenal sampai ke beberapa

belahan dunia karena perkebunan tembakau Delinya, maka dari itu logo PSMS digambarkan berupa daun dan bunga tembakau Deli. PSMS Medan juga dikenal dengan tipe permainan khas rap-rap yakni sepak bola yang berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih menjunjung sportivitas .(http://www.rsssf.com/tablesi/indiechamp.html#javakamp)

Berbicara soal pembinaan sepakbola di kota medan pada masa orde lama

dan orde baru selalu diidentikkan dengan perkembangan klub PSMS Medan.

Hampir semua kompetisi di berbagai usia pada masa itu , PSMS selalu ambil

bagian untuk tampil di berbagai kelompok usia , sebagai tim perserikatan yang

dimiliki oleh 40 klub dan memiliki kompetisi antar klub internal , PSMS Medan

menjadi wadah pembinaan ketika masa itu, pemain-pemain berbakat lahir dari

kompetisi internal berkat peninggalan sistem pembinaan sepakbola yang

ditinggalkan belanda, sebagai kota penghasil tembakau terbaik pada zama V.O.C,

kebun-kebun tembakau telah turun temurun mempunyai infrasturuktur penunjang

seperti lapangan dan fasilitas lainnya sejak belanda menularkan olahraga ini di

zaman kolonial, dari kebun-kebun ini lah banyak lahir pemain handal, konsep

pembinaan ini cukup terkenal hingga melahirkan nama-nama besar yang

mengharumkan bangsa dan Negara sebut saja Sunardi A, Iwan Karo-Karo, Nobon

Kamayuddin , Parlin SIagian dsb, dan mereka terkenal dengan sebutan ” Anak

(54)

Eksistensi PSMS ini bisa dilihat ketika mereka menorehkan prestasi

terbaiknya melalui pembinaan pada tahun 1986 Di masa lalu ketika menjuarai

kompetisi junior U-17 Piala Suratin ketika dipimpin Ricky Yakobi dkk., PSMS

Medan tidak hanya pernah menorehkan banyak prestasi di tingkat

nasional,namun, juga mampu mengharumkan nama bangsa di tingkat

internasional. Pada ajang sepak bola bertajuk Nike MU (Manchester United) PC

(Premier Club) U-15 Cup tahun 1996,PSMS Medan menjadi wakil Asia-Oceania

untuk berlaga di tingkat dunia menghadapi berbagai klub dari benua

Afrika,Amerika dan Eropa di kota Machester,Inggris. Perjuangan Ayam Kinantan

muda di ajang tersebut tidaklah mudah.

Untuk menjadi wakil Indonesia di ajang Asia Oceania, klub berlambang

daun tembakau tersebut harus bersaing dengan klub-klub elit Indonesia lainnya

seperti,Persebaya Surabaya, Persib Bandung, Persija Jakarta, PSIS Semarang,

PSM Ujung Pandang (Makassar), PSP Padang dan Persegres Gresik. Di babak

final Nike Cup MUPC U-15 regional Indonesia, tim PSMS U-15 yang saat itu

dilatih Zain Azhar Harahap sukses menekuk Persija Jakarta lewat adu penalti

dengan skor 8-7.

Prestasi itu berlanjut, kala The Killer-julukan lain PSMS sukses

mengalahkan Malaysia di dua kali pertandingan penentuan juara, dengan skor 2-1

dan 2-1.Kemenangan yang mengantarkan PSMS Medan menjadi wakil

Asia-Oceania menghadapi timtim di benua biru (Eropa), hitam (Afrika) dan Amerika.

Klub berkostum kebesaran hijau itu menekuk tim dari dua negara besar

(55)

Jepang. Tentunya itu menjadi prestasi yang tercatat dalam sejarah, apa lagi kedua

negara itu saat ini menjadi peta kekuatan sepak bola dunia yang cukup ditakuti

.Prestasi yang mampu memberikan nama harum Indonesia di tingkat dunia.

PSMS menjadi satu-satunya tim Indonesia yang mampu bersaing satu

level dengan 24 klub raksasa di berbagai belahan dunia, di antaranya Real

Madrid,Arsenal,Espanyol ataupun Borussia Dortmund.” sampai saat ini belum

ada tim sepak bola di Indonesia yang mencapai titik itu. Kendati tidak

memperoleh gelar juara, PSMS mampu meraih posisi sembilan besar di akhir

kompetisi.PSMS kala itu, berada di Grup I bersama Arsenal dan juga klub

perwakilan dari Prancis dan Norwegia.

prestasi itu memang tidak terjadi dengan begitu saja.PSMS kala itu telah

mempersiapkan diri dengan sangat baik.Berawal dari kegagalan PSMS di

kompetisi serupa tahun sebelumnya, seleksi ketat dilakukan terhadap 250 talenta

muda, di awal Februari 1996. “Penyeleksian memang benar-benar ketat.karena

prosesnya benar-benar penyaringannya murni.

Dengan proses ketat tersebut, PSMS mampu menjaring 18 pemain terbaik.

Meskipun hanya meraih peringkat ke-9, setelah gagal masuk ke perempat final

lantaran ditahan imbang klub Universidad de Chile,PSMS berhasil meraih tiga

trofi perorangan kategori bek terbaik,gelandang terbaik dan penyerang terbaik

yaitu Juanda Mayadi. Namun sayang, minimnya perhatian pemerintah, membuat

bakat-bakat itu tidak bisa terasah dengan baik.Hanya sedikit di antara mereka

(56)

Dalam kesempatan itu,mereka menanyakan kelanjutan dari tim ini.Namun

sayangnya, mereka tidak bisa mendapatkan jawaban pasti. Kondisi sama juga

terjadi saat tim menghadap Ketua PSSI Sumut saat itu, Amru Daulay, Mereka

mendapatkan jawaban yang sama yaitu menunggu. Tanggapan serupa juga

didapat dari pejabat pemerintahan daerah, yaitu Wali Kota Medan kala

itu,Bachtiar Djafar. Alhasil mereka pun hanya bisa pasrah.Pengurus saat itu hanya

bertahan tiga bulan memberi makan dan latihan pemain, tapi karena alasan tidak

sanggup dan kejelasan juga tidak ada, timdi bubarkan.

Padahal jika dipertahankan dan dibina dengan baik, pemain-pemain itu

bisa menjadi amunisi timnas Indonesia di masa mendatang.Informasi yang didapat

empat pemain Jepang dan enam pemain Korea Selatan ikut pada Piala Dunia

2002.Mungkin kalau pemain PSMS juga diperlakukan sama akan memberi

manfaat besar.

Kemerosotan Pembinaan kota medan bisa dilihat prestasi lainnya di era

millennium hanya ketika PSSI Sumut 15 menjadi Runner Up Piala Haornas

U-15 tahun 2000 danjuara keempat Liga Bogasari U-U-15 serta PSMS Junior yang

setelah 18 tahun merebut gelar piala suratin kembali masuk ke 4 besar pada tahun

2004 setelah takluk oleh PSIS,Persijap dan Persebaya di babak 4 besar. Serta

beberapa gelar lainnya.

Jika Indikator kesuksesan pembinaan kota medan dilihat dari

(57)

Medan sudah absen mengirimkan kan putra terbaiknya beberapa tahun ini setelah

era Mahyadi ,Saktiawan , Markus dan lain-lain.

2.4 Kerangka Konseptual

Upaya pembinaan Olahraga sebenarnya sudah tercantum semenjak bangsa ini merdeka. Hal ini tercantum dalam penetapan filosofis dan konstitusional pembangunan masyarakat pembangunan masyarakat bangsa Indonesia dalam usaha pemerintah terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat bagi Bangsa Indonesia terdapat didalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alinea keempat, yaitu:

Pembukaan :

”Melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indoenesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia Yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.(Merah Putih, 2009, 1)”.

(58)

Dalam hal pembinaan olahraga itu sendiri, pemerintah daerah kemudian mempunyai upaya dalam memaksimalkan proses peningkatan kualitas olah raga yang diharapkan nantinya mampu mengarahkan potensi keolahragaan Kota Medan dalam tahap perkembangan yang signifikan.

Dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 menggambarkan bahwa keolahragaan daerah ditata sebagai suatu bangunan sistem keolahragaan yang pada intinya dilakukan pengembangan dan pembinaan olahraga yang diawali dengan tahapan pengenalan olahraga, pemantauan dan pemanduan, serta peningkatan dan pengembangan bakat prestasi. Pentahapan tersebut diarahkan untuk pemassalan dan pembudayaan olahraga, pembibitan, dan peningkatan prestasi olahraga pada tingkat daerah atau sebiasa mungkin dapat mencapai level nasional atau bahkan internasional. Semua pentahapan tersebut melibatkan unsur keluarga, perkumpulan, satuan pendidikan dan organisasi olahraga dalam masyarakat. Sesuai dengan pentahapan tersebut, seluruh ruang lingkup olahraga dapat saling bersinergi.

(59)

diperlukan adanya upaya untuk melakukan langkah dan strategi pembiayaan yang memungkinkan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung dan memadai, maka perlu adanya pengalokasian dana yang masuk akal dari pemerintah daerah bagi program-progam pelatihan daerah terpadu bagi bibit-bibit potensial serta mengupayakan pewadahan bagi penelusuran potensi keolahragaan daerah.

Temuan empirik di lapangan selama kurun waktu ini pembinaan keolahragaan lebih banyak merujuk dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung dengan pembangunan beberapa lapangan untuk bidang olahraga tertentu. Namun upayaan pemerintah daerah Kota Medan sebatas ini hanya untuk menstimulasi produktivitas masyarakat namun tidak tersistem dengan baik

(60)

Gambar 2.4 Skema Kerangka Konseptual

Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga

Sepakbola

Program Pembinaan keolahragaan KONI Medan/PSSI Medan

1. Program Pembibitan 2. Pengadaan Infrastruktur

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini “Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola di Kota Medan”, maka penelitian ini akan dilakukan di wilayah Kota Medan. Kota Medan dipilih karena selama ini cabang olahraga sepakbola diberbagai ajang pentas nasional, baik klub maupun utusan PSSI Kota Medan kurang berprestasi di tingkat nasional. Begitu juga fenomena yang terlihat sekarang tidak satupun klub di Medan yang bertarung di kasta elite sepakbola nasional seperti ISL.

3.2 Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi suatu gambaran kondisi dan wajah sepakbola yang ada di Kota Medan dan kemudian menelaah dan menganalisis secara mendalam berkaitan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan masyarakat dibidang olahraga, khususnya sepakbola.

3.3 Informan Penelitian

(62)

adalah Pemerintah Kota Medan dalam hal ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Medan yang bertugas dan berfungsi dalam membina olahraga yakni Dinas Pemuda dan Olahraga, informan lain lain yang mendukung pembinaan olahraga seperti Koni dan PSSI Kota Medan serta beberapa elemen masyarakat pemerhati dan pembina sepakbola di Kota Medan, sehingga informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Informan Penelitian

No Informan Penelitian Jumlah

(63)

SSB Patriot dan kepala Tim Nas U-19 2012; Asisten pelatih Tim Nas senior

2011-2012; Coaching Educator AFC untuk

Indonesia; Pelatih Persiba Balikpapan

2014 6 Masyarakat Pemerhati sepakbola 1 orang yani Abdi

Panjaitan (Pengamat 2011, 2012 dan Media

(64)

3.4Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik wawancara mendalam, yaitu suatu penelitian yang bertujuan memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik dengan situasi sosial ekonomi atau politik dari suatu kelompok daerah. Wawancara menggunakan “interview guide” yakni pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan seputar partisipasi pemerintah Kota Medan dalam mendukung peningkatan kualitas olahraga, khususnya sepakbola dan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas olahraga serta penerapannya dalam meningkatkan kualitas SDM . Di samping itu pertanyaan terbuka lainnya yang berkaitan dengan bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kota Medan kepada objek kebijakan misalnya, dalam peningkatan kualitas pemain sepakbola serta kelengkapan sarana dan prasarana olahraga

3.5 Teknik Analisis Data

(65)

mudah terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, sehingga mudah menemukan pola ataupun model yang terjadi antara pemerintah dengan pelaku olahraga, dalam hal ini pelatih, pemain sepakbola, dan pengurus.

Sesuai sifatnya yang kualitatif, maka akan disajikan data dan uraian secara verbal (bahasa). Apabila ada angka-angka yang muncul dalam penelitian ini, berarti hanya digunakan sebagai alat bantu untuk pendukung analisa.

Seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu bahwa penelitian ini kualitatif, maka cara yang ditempuh dalam analisis data menampilkan analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif akan ditempuh melalui reduksi data, yakni memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, dengan tujuan dapat memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, dan mempermudah peneliti untuk mencari hasil pengamatan, jika sewaktu-waktu diperlukan, juga dapat memberi kode-kode pada aspek tertentu.

Display data juga akan mengambil bagian utama dalam rangka penyajian data dalam bentuk matriks.

(66)

3.6 Definisi Konsep

Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

a) Upaya disini adalah kebijakan serta program yang dilakukan pemerintah Kota Medan sebagaimana fungsinya sebagai pembinaan olahraga. Karena dalam penelitian ini mengenai peningkatan SDM melalui sektor olahraga, maka akan dilihat bagaimana partisipasi pemerintah dalam mendukung peningkatan kualitas olahraga, khususnya sepakbola. Adapun indikator upaya pemerintah yang dapat dilihat disini adalah.

1. Pelaksanaan upaya pemerintah kota dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas olahraga serta penerapannya dalam meningkatkan kualitas SDM

2. Bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kota Medan kepada objek kebijakan misalnya, dalam peningkatan kualitas pemain sepakbola serta kelengkapan sarana dan prasarana olahraga

b) Pemerintah daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah instansi pemerintah tingkat kota yang berposisi sebagai pengambil kebijakan tertinggi dalam struktur pemerintahan kota serta satuan perangkat kerja daerah yang berkaitan atau diberi wewenang untuk membidangi penanganan keolahragaan daerah

(67)
(68)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

4.1Proses Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data ini, peneliti turun langsung ke lokasi penelitian dan bersosialisasi dengan para informan. Sebagai tahap awal peneliti mengajukan permohonan secara lisan kepada beberapa pihak yang terkait dengan penelitian seperti Koni Medan, Kadispora Medan, PSSI Medan dan beberap pemilik klub, pelatih sepak bola serta beberapa pengamat sepak bola. Setelah mendapat izin dan diperbolehkan untuk mengajukan penelitian, selanjutnya mengajukan permohonan kepihak kampus untuk memperoleh surat izin penelitian yang dimaksud.

Setelah mendapatkan surat izin penelitian dan data pendukung untuk melakukan penelitian, maka tahap berikutnya peneliti mulai melakukan observasi lapangan untuk dapat melihat bagaimana upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Medan dalam melakukan pembinaan olahraga sepak bola di Kota Medan Pemerintah Daerah Kota Medan. Observasi ini dilakukan peneliti untuk dapat membuat daftar - daftar wawancara yang akan diajukan ke beberapa Informan.

Gambar

Gambar 2. 1. W.J.H “Pim” Mullier
Gambar 2.2. Klub Sepakbola
Gambar 2.3. Jan Gualtherus van Breda Kolff
Tabel 2.1 Debut Pemain Termuda Tim Nasional Belanda
+5

Referensi

Dokumen terkait

The results section is where you report the findings of your study based upon the methodology [or methodologies] you applied to gather information. The

Such a gap was first identified in 1931 (MacMillan Committee, 1931) and has been rediscovered in many subsequent inquiries (e.g. T his suggests that small firm owners operate

Pengobatan alternatif ini, harus dilakukan dengan rutin namun juga harus terus meminum manfaat air putih untuk menyeimbangkan kadar rebusan daun binahong pada tubuh.. Selain

PEMETAAN JARINGAN PIPA BAWAH TANAH DENGAN METODE GROUND PENETRATING RADAR DAN PENGUKURAN DETAIL SITUASI DI KAWASAN PARIWISATA NUSA DUA BALI. Universitas

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total..

Faktor yang kedua yaitu ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dapat menggambarkan tingkat keberhasilan perusahaan tersebut.Perusahaan besar akan menggunakan sumber dana

memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Disamping itu, peran

3) Sinopsis ayat-ayat yang terkait pada satu tema. Semua ayat yang terkait pada tema tertentu dikumpulkan secara seksama, dibaca, dipahami berkali-kali hingga