• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 21 Juli 2010 sampai 26 Juli Juli 2010. Penelitian ini melibatkan sejumlah 12 orang responden. Setiap responden dilakukan intervensi pemberian seduhan bunga rosella segar setiap pagi dan sore hari selama tiga hari berturut-turut.

Hasil penelitian ini di paparkan sebagai berikut; data demografi responden, tekanan darah responden pre pemberian seduhan bunga rosella segar, tekanan darah responden post pemberian seduhan bunga rosella segar dan perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian seduhn bunga rosella segar.

1.1Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah penderita hipertensi ringan dan sedang di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang 42-58 tahun yaitu usia dewasa madya dengan rata-rata usia 50 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengah responden adalah perempuan (58,3 %). Lebih dari setengah responden dalam penelitian ini (58.3 %) memiliki berat badan 57-63 kg, dengan tinggi badan berkisar antara 155 cm – 175 cm. Jika dilihat dari BMI (Body Mass Index) sebanyak 41,7 % adalah berat badan

ideal, begitu juga dengan berat badan lebih sebanyak 41,7 % dan hanya 16.7 % yang obesitas. Jenis aktivitas dari responden yaitu lebih dari setengah responden (58.3 %) adalah ibu rumah tangga (IRT). Menurut kategori suku responden hampir setengah responden (41.7 %) bersuku Mandailing. Hampir setengah dari responden telah menderita hipertensi 6 – 12 bulan (41.7 %). Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.

Table 2.

Tabel distribusi frekuensi dan persentase karekteristik demografi responden (n = 12) Karakteristik Data Demografi Responden Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia 40 - 59 thn 12 100 % 2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 5 7 41.7 % 58.3 % 3. TB (cm) 151 – 155 cm 156 – 160 cm 161 – 165 cm 166 – 170 cm 171 – 175 cm 1 1 3 4 3 8.3 % 8.3 % 25 % 33.3 % 25 % 4. BB (kg) 57 - 63 64 - 70 71 - 77 78 - 84 7 2 2 1 58.3 % 16.7 % 16.7 % 8.3 % BMI (Body Mass

Index) = BB / TB BBI 2 BBL Obesitas 5 5 2 41.7 % 41.7 % 16.7 % 5. Pekerjaan/aktifitas POLRI PNS 3 1 25% 8.3%

6. Suku Mandailing Padang Jawa 5 4 3 41.7 % 33.3 % 25% 7. Lama Menderita Hipertensi 6-12 bulan 13-14 bulan 25-36 bulan > 36 bulan 5 4 2 1 41.7 % 33.3 % 16.7 % 8.3 %

1.2Tekanan Darah Responden Sebelum Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Responden diukur tekanan darahnya dengan menggunakan spymomanometer dan stetoskop. Pengukuran tekanan darah pre dilakukan sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar. Tekanan darah pre 1 dilakukan di hari pertama pada sore hari sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar, pre 2 dilakukan di hari ke dua pada waktu sore hari dan pre 3 dilakukan di hari ke tiga pada sore hari.

Dari hasil pengukuran tekanan darah ditemukan bahwa tekanan darah pre pemberian seduhan bunga rosella segar lebih dari setengah responden (66.7 %) berada pada klasifikasi hipertensi ringan dan selebihnya hipertensi sedang (33.3 %). Klasifikasi tekanan darah responden sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Tabel distribusi dan frekuensi tekanan darah responden sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar berdasarkan klasifikasi tekanan darah (n = 12)

Tekanan darah Range (mmHg) Frekuensi (n) %

Ringan 140 - 159 8 66. 7

Sedang 160 - 179 4 33.3

.

Dari hasil pengukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik responden pre 1, pre 2, dan pre 3 pemberian seduhan bunga rosella segar yaitu rata-rata tekanan darah sistolik pre 1 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 156.5 mmHg (SD: 9.1), pre 2 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 140.92 mmHg (SD: 7.2), pre 3 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 131.5 mmHg (SD: 7.5). Rata-rata tekanan darah diastolik responden pre 1, pre 2, dan pre 3 pemberian seduhan bunga rosella segar yaitu rata-rata tekanan darah diastolik pre 1 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 110.3 mmHg (SD: 15.3), pre 2 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 93.75 mmHg (SD: 10.7), pre 3 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 85.4 mmHg (SD: 5.5).

Tekanan darah responden pre pemberian seduhan bunga rosella segar dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.

Tekanan darah responden pre pemberian seduhan bunga rosella segar (n = 12)

Tekanan Darah

Mean Tekanan Darah (mmHg)

Pre 1 Pre 2 Pre 3

Sistolik 156 [SD : 9.1] 140.92 [SD : 7.2] 131.5 [SD : 7.5]

1.3Tekanan Darah Responden Sesudah Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Responden diukur tekanan darahnya dengan menggunakan spymomanometer dan stetoskop. Pengukuran tekanan darah post dilakukan setelah pemberian seduhan bunga rosella segar. Tekanan darah post 1 dilakukan pada pagi hari setelah pemberian seduhan bunga rosella segar, post 2 dilakukan di hari ke tiga pada waktu pagi hari dan pre 3 dilakukan di hari ke empat pada pagi hari. Setelah dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar selama tiga hari berturut-turut terjadi penurunan tekanan darah pada responden, 75 % dari responden turun ke klasifikasi normal, 16.7 % turun menjadi klasifikasi normal tinggi dan 8.3 % turun ke klasifikasi ringan. Hasil pengukuran tekanan darah post pemberian seduhan bunga rosella segar dicatat dalam lembar observasi tekanan darah dengan satuan mmHg.

Klasifikasi tekanan darah responden setelah pemberian seduhan bunga rosella segar dapat di lihat pada tabel 5.

Tabel 5.

Tabel distribusi frekuensi dan persentase tekanan darah responden setelah pemberian seduhan bunga rosella segar berdasarkan klasifikasi tekanan darah (n = 12) .

Tekanan darah Range (mmHg) Frekuensi (n) %

Normal < 130 9 75

Normla tinggi 130 - 139 2 16.7

Tekanan darah tinggi ringan

Dari hasil pengukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik responden post pemberian seduhan bunga rosella segar yaitu rata-rata tekanan darah sistolik post 1 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 144 mmHg (SD: 7.8), post 2 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 137.1 mmHg (SD: 7.9), post 3 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 127.3 mmHg (SD: 8.1). Rata-rata tekanan darah diastolik responden post 1 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 99.2 mmHg (SD: 11.7), post 2 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 90.9 mmHg (SD: 9.9), post 3 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 84.1 mmHg (SD: 6.8).

Tekanan darah responden post pemberian seduhan bunga rosella segar dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.

Tekanan darah responden post pemberian seduhan bunga rosella segar

Tekanan Darah Mean Tekanan Darah

(mmHg)

Post 1 Post 2 Post 3

Sistolik 144 [SD : 7.8] 137.1 [SD : 7.9] 127.3 [SD : 8.1]

Diastolik 99.2 [SD : 11.7] 90.9 [SD : 9.9] 84.1 [SD : 6.8]

1.4Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Pre dan Post Pemberian

Seduhan Bunga Rosella Segar

Uji statistik paired t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada penurunan tekanan darah antara pre dan

diastolik: t = 6.5 , p = 0.001). Data ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan

tekanan darah sistolik/diastolik yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian seduhan bunga rosella segar . Perbedaan tekanan darah pre dan post dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7.

Perbedaan rata-rata tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar

Tekanan darah Mean total TD

(mmHg) t p Pre Post Sistolik 142.9 134.8 5.5 0.000 Diastolik 96.5 91.4 6.6 0.000 2. Pembahasan

2. 1. Tekanan Darah Responden Pre Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Data awal pengukuran tekanan darah pada penelitian ini didapatkan sebanyak 66.67 % termasuk klasifikasi hipertensi ringan dan selebihnya termasuk hipertensi sedang yaitu sebesar 33.33 % dari jumlah responden. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pederita hipertensi ringan lebih banyak dari pada penderita hipertensi sedang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya usia responden, jenis kelamin, berat badan, pekerjaan/aktifitas, suku, dan lama menderita hipertensi.

Berdasarkan usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang 42-58 tahun, seluruh responden merupakan usia dewasa madya dengan nilai mean =

50.4, SD = 5.03, min – max = 42 – 58. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi pada rentang usia tersebut (dewasa madya) dalam kategori hipertensi ringan. Pada rentang usia dewasa lanjut kemungkinan akan ditemukan hipertensi sedang atau berat, semakin bertambahnya umur semakin rentan terhadap penyakit. Bertambahnya usia dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada umumnya tekanan darah akan meningkat dengan bertambahnya umur terutama setelah 40 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur di bawah umur 40 tahun masih berada di bawah 10%, tetapi di atas 50 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20-30%, sehingga ini sudah menjadi masalah yang serius untuk diperhatikan (Depkes RI, 2000). Sesuai dengan pendapat Yundini (2006) yang mengatakan bahwa dari berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8 % – 28.6 % penduduk berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Informasi lain juga sependapat dengan Yundini dimana Sheps (2005) mengatakan hipertensi paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun keatas. Sama halnya seperti yang dikatakan Muhummadun (2010) tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan umur, pada usia yang semkin tua tekanan darah menjadi meningkat.

Berdasarkan jenis kelamin, responden pada penelitian ini lebih dari setengah adalah perempuan (58.3 %). Perempuan memiliki resiko menderita hipertensi daripada pria. Sesuai dengan pendapat Lewington (2002, dalam Kaplan, 2006) bahwa angka kematian dengan penyebab penyakit tekanan darah tinggi

Yundini (2006) yang mengatakan bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Sama halnya di dalam penelitian ini dimana peneliti juga menemukan jumlah responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Adapun berat badan responden bila diukur berdasarkan BMI (Body Mass

Index) dari WHO dengan perhitungan berat badan (kg) dibagi tinggi badan yang

dikuadratkn (m2) untuk mencari berat badan ideal maka (41.7 %) responden memiliki berat badan berlebih (BBB) dan (16.7 %) responden adalah obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa responden penderita hipertensi memiliki masalah kelebihan berat badan dan mebuktikan bahwa ada kaitan antara kelebihan berat badan dengan hipertensi. Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 juga merupakan salah satu faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Kelebihan berat badan akan memaksa jantung bekerja lebih keras. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas (Yundini, 2006). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rabitha (2008) yang mengatakan ada hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Berdasarkan lama menderita hipertensi sebanyak 41.7 % menderita hipertensi 6-12 bulan

terakhir, semakin lama menderita hipertensi semakin besar resiko yang ditimbulkan terhadap peningkatan tekanan darah.

Penyakit hipertensi jika tidak segera disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal. Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, dan demensia. Apabila tidak ditanggapi serius maka dapat memperpendek umur penderitanya (Sheps, 2005).

Oleh karena itu sangat penting dilakukan penatalaksanaan hipertensi salah satunya terapi non farmakologis yaitu dengan menggunakan bunga rosella yang dapat menurunkan hipertensi (Robinson, 2008). Menurut Didah (2005) kandungan yang dimiliki oleh bunga rosella terdiri dari senyawa gossipetin,

antosianin, dan glukosida hibiscin yang mempunyai efek diuretik, memperlancar

peredaran darah dan mencegah tekanan darah tinggi.

2.2. Tekanan Darah Responden Post Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Pada penelitian ini dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar dari 3 kelopak bunga rosella segar yang diseduh dengan 200 ml air panas. Seduhan bunga rosella segar ini dikonsumsi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan selama 3 hari berturut-turut. Responden dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan spygmomanometer dan stetoskop yang kemudian hasilnya dicatat dalam lembar

Setelah dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar selama tiga hari berturut-turut diperoleh hasil 75 % dari responden mengalami penurun tekanan darah menjadi tekanan darah normal, 16.67 % turun menjadi klasifikasi normal tinggi dan 8.33 % turun ke klasifikasi ringan. Kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa gossipetin, antosianin, dan

glukosida hibiscin yang mempunyai efek diuretik, memperlancar peredaran

darah dan mencegah tekanan darah tinggi (Maryani & Kristiana, 2008). Kadar antioksidan yang tinggi pada kelopak rosella dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan bunga rosella antara lain kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, dan kanker (Maryani & Kristiana, 2008). Kadar antosianin yang terkandung dalam kelopak bunga rosella

2.3. Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Pre dan Post Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

berada pada tingkat tertinggi jika dikonsumsi dalam bentuk segar (Maryani & Kristiana, 2008). Hal ini juga dikemukakan oleh Didah (2005) dimana penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa

gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang bersifat diuretik.

Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan. Hal ini dapat dilihat bahwa mean total pre pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 142.9/96.5 mmHg dan mean total post pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 134.8/91.4 mmHg. Tekanan darah sistolik memiliki mean difference = 8.2 dengan

nilai p = 0.000 dan tekanan darah diastolik memiliki mean difference = 5.1 dengan level of significant = 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan darah responden pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai p yang diperoleh p<0.05. Dalam penelitian ini terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan setelah diberikan seduhan bunga rosella segar selama tiga hari berturut-turut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Arellano (2004) pemberian seduhan bunga rosella segar mampu menurunkn tekanan darah secara signifikan. Sama halnya dengan hasil penelitian Faraji mengemukakan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11.2 % dan tekanan darah diastolik 10.7% setelah mengkonsumsi bunga rosella pada penderita hipertensi.

Dokumen terkait