• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kualitas Hidup Mahasiswi Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.4. Perbedaan Kualitas Hidup Mahasiswi Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore

Tidak 37 70.70 10.014

Berdasarkan Tabel 5.7. di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor kesehatan lingkungan pada 47 mahasiswi yang menderita dismenore adalah sebanyak 66.89 per 100. Pada 37 mahasiswi yang tidak menderita dismenore didapati rata-rata skornya lebih tinggi yaitu sebanyak 70.70 per 100.

Tabel 5.8. Skor Total Kualitas Hidup pada Mahasiswi

Mahasiswi Jumlah (N) Mean Standar Deviasi

Dismenore Ya 47 63.44 9.03

Tidak 37 73.81 8.20

Tabel 5.8. menunjukkan skor total kualitas hidup yang meliputi keempat-empat domain kesehatan di atas. Rata-rata skor untuk mahasiswi yang menderita dismenore adalah sebanyak 63.44 per 100 manakala skor rata-rata untuk mahasisiwi yang tidak menderita dismenore adalah 73.81 per 100.

5.1.4. Perbedaan Kualitas Hidup Mahasiswi Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore

Hasil analisa data dengan menggunakan independent t-test menunjukkan bahwa kualitas hidup mahasiswi stambuk 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menderita dismenore berbeda dengan yang tidak menderita dismenore pada tiga domain secara signifikan

Tabel 5.9. Hubungan Perbedaan Domain WHOQOL-BREF pada Mahasiswi Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore

Kualitas Hidup dismenore dan tidak Mean Difference dismenore t P (2-tailed) Kesehatan Fisik 19.313 9.109 0.001 Kesehatan Psikologis 11.312 5.120 0.001 Kesehatan Sosial 7.021 2.108 0.038 Kesehatan Lingkungan 3.809 1.486 0.141

Berdasarkan Tabel 5.8., didapati nilai P (2-tailed) untuk domain kesehatan fisik dan kesehatan psikologis adalah 0.001; dan untuk kesehatan sosial adalah 0.038. Untuk domain kesehatan lingkungan, nilai P (2-tailed) adalah 0.141.

Tabel 5.10. Hubungan Perbedaan Kualitas Hidup pada Mahasiswi Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore

Mean Difference dismenore dan tidak

dismenore

t P (2-tailed)

Kualitas Hidup 10.364 5.435 0.001

Berdasarkan Tabel 5.10., didapati perbedaan skor rata-rata antara kelompok dismenore dengan tidak dismenore adalah 10.364 dan nilai P (2-tailed) untuk kualitas hidup adalah adalah 0.001.

Tabel 5.11. Hubungan Perbedaan Kepuasan Mahasiswi terhadap Kesehatan Diri Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore

Mean Difference dismenore dan tidak

dismenore

t P (2-tailed)

Kepuasan Mahasiswi

terhadap Kesehatan Diri 0.64 -0.451 0.653

Berdasarkan Tabel 5.9. di atas, didapati nilai P (2-tailed) untuk kepuasan mahasiswi terhadap kesehatan diri adalah 0.653, lebih besar dari 0.05.

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini dijumpai prevalensi dismenore pada mahasiswi lebih tinggi (56.0%); angka ini konsisten dengan angka prevalensi pada penelitian Alaettin Unsal et al. di satu universitas di Turki dimana prevalensi dismenore sebanyak 72.7% dan dalam jurnalnya diungkapkan bahwa prevalensi dismenore telah dilaporkan antara 28% hingga 89.5%. Sebab terjadinya variasi seperti di atas kemungkinan adalah karena populasi responden itu sendiri, yaitu suatu penelitian tertumpu pada wanita dalam satu kelompok umur tertentu sahaja. Selain itu, tidak ada satu panduan spesifik yang diterima secara universal yang menunjukkan metode untuk menentukan definisi dismenore.

Dalam penelitian ini, skor kuesioner WHOQOL-BREF untuk mahasiswi yang menderita dismenore secara umumnya lebih rendah pada keempat-empat domain yang diteliti (kesehatan fisik, kesehatan psikologis, kesehatan sosial dan kesehatan lingkungan). Ini dapat dilihat pada Tabel 5.4., Tabel 5.5., Tabel 5.6. dan Tabel 5.7.; menunjukkan mahasiswi yang dismenore mempunyai kualitas hidup yang lebih rendah. Pada Tabel 5.8. menunjukkan hasil uji statistik dengan menggunakan independent t-test yang dilakukan terhadap hasil penelitian, didapati bahwa tiga domain yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis dan kesehatan sosial terdapat suatu perubahan yang signifikan pada mahasiswi yang

menderita dismenore. Ini dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian gagal ditolak, artinnya ada hubungan antara dismenore dan kualitas hidup penderita dismenore. Pada domain kesehatan lingkungan, walaupun skornya lebih rendah, tidak terjadinya suatu perbedaan yang bermakna. Satu penjelasan tentang kenapa tidak semua domain terpengaruh oleh dismenore adalah karena dismenore umumnya merupakan suatu penyakit yang menyebabkan kesakitan fisik. Oleh karena itu, kesehatan fisik penderita terganggu dan menyebabkan ketidak-nyamanan sehingga emosional dan kepuasan dalam bersosialisasi turut terpengaruh. Kesehatan lingkungan yang tidak dipengaruhi oleh kesakitan fisik terbukti tidak dipengaruhi secara signifikan oleh dismenore. Pada penelitian Alaettin Unsal et al. yang menggunakan kuesioner penilaian kualitas hidup SF-36, didapati hanya kesehatan fisik yang berbeda secara signifikan dan dismenore tidak berpengaruh kepada kesehatan mental dan sosial secara bermakna.

Dianalisa secara lebih teliti setiap pertanyaan dalam domain kesehatan fisik, didapati bahwa mahasiswi yang dismenore mempunyai vitalitas, kepuasan tidur dan kepuasan terhadap kemampuan bekerja yang berkurang secara bermakna dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak dismenore. Penurunan skor dalam ketiga-tiga aspek ini menunjukkan bahwa kesakitan yang diakibatkan oleh dismenore menurunkan vitalitas mahasiswi, menyebabkan rasa lelah dan kurang bertenaga sehingga menyebabkan penurunan kemampuan bekerja pada mahasiswi. Selain itu, rasa nyeri yang dialami oleh mahasiswi juga menyebabkan tidur mahasiswi kurang menyenangkan. Perbedaan ini konsisten dengan penelitian Alaettin Unsal et al. dimana analisa kuesioner SF-36 menunjukkan penurunan pada physical functioning, role-physical, bodily pain dan vitality. Pada domain kesehatan psikologis, didapati keupayaan mahasiswi untuk berkonsentrasi menjadi lebih sukar pada mahasiswi yang menderita dismenore.

Menurut penelitian pada mahasiswi Turkish oleh Alaettin Unsal et al., terdapat perbedaan yang bermakna pada general health perception pada hasil penelitian kuesioner SF-36 dimana mahasiswi yang dismenore merasa bahwa kesehatan diri mereka lebih buruk. Pada penelitian ini, tidak dijumpai perbedaan kepuasan mahasiswi terhadap kesehatan diri mereka antara golongan yang

menderita dismenore dan tidak menderita dismenore. Hasil analisa ditunjukkan pada Tabel 5.9.. Kemungkinan terjadinya perbedaan pada hasil ini adalah karena perbedaan sosio-ekonomi pada populasi yang diteliti dan kemungkinan perbedaan kuesioner kualitas hidup yang digunakan.

Sebenarnya penelitian ini ada keterbatasan yang tertentu. Pertama, penelitian ini dilakukan pada hanya satu stambuk saja dalam satu fakultas di satu universitas. Karena itu, penelitian ini tidak dapat merepresentasikan seluruh populasi mahasiswi di Medan ataupun Indonesia. Dalam arti kata lain, penelitian ini agak lemah sekiranya dibandingkan dengan community-based studies yang berfokus pada populasi masyarakat secara umum. Selain itu, prevalensi dismenore dikatakan semakin berkurang mengikut peningkatan usia. Pada penelitian ini, responden merupakan mahasisiwi dari suatu kelompok usia tertentu sehingga penerapan ilmu dari penelitian ini tidak dapat mewakili populasi wanita secara umum. Kedua, penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional study di mana variable kualitas hidup mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor semasa lain yang berlaku. Terakhirnya, keterbatasan yang disebabkan oleh mahasiswi sendiri dimana terjadinya suatu kejadian under-reporting oleh mahasiswi.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait