HUBUNGAN DISMENORE DENGAN KUALITAS HIDUP MAHASISWI STAMBUK 2008
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2011
Oleh :
LEE WEI LUN 080100419
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN DISMENORE DENGAN KUALITAS HIDUP MAHASISWI STAMBUK 2008 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
LEE WEI LUN 080100419
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Dismenore dengan Kualitas Hidup Mahasiswi Stambuk 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Nama : Lee Wei Lun NIM : 080100419
Pembimbing Penguji I
(dr. Mega Sari Sirotus, MKes) (dr. Cut Aria Arina, SpS)
NIP: 197701262001122002 NIP: 197710202002122001
Penguji II
(dr. Juliandi Harahap, MA) NIP: 197007021998021001
Medan, 10 Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
ABSTRAK
Dismenore yaitu nyeri saat menstruasi dilaporkan sebagai kelainan
ginekologi yang paling sering ditemukan pada wanita usia reproduksi terutama
pada remaja. Penelitian dari berbagai populasi di dunia menunjukkan prevalensi
dismenore yang cukup bervariasi, yaitu di antara 28% dan 71.7%. Kelainan ini
berpotensi menganggu keselesaan penderita sehingga menyebabkan penurunan
kualitas hidup penderita. Kualitas hidup seseorang dapat dinilai dari berbagai
aspek termasuk kesehatan fisik, kesehatan psikologis, kesehatan sosial dan
kesehatan lingkungan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Dismenore dengan
Kualitas Hidup Mahasiswi Stambuk 2008 pada Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. .
Penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan Cross
Sectional Study. Metode yang dipakai untuk analisa data adalah independent t-test.
Dengan jumlah responden sebanyak 84 orang, hasil penelitian yang
diperolehi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dismenore dengan
kualitas hidup pada tiga aspek yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis dan
kesehatan lingkungan.
ABSTRACT
Dysmenorrhea is a painful menstruation. It was reported as the most
common gynecological disorder found in women of reproductive age, especially
in adolescents. Research from various populations in the world shows that the
prevalence of dysmenorrhea is between 28% and 71.7%. These abnormalities
could potentially disrupt a patient’s comfort and cause a decrease in quality of
life of patients. Quality of life can be assessed from various
aspects including physical health, psychological health, social health and
environmental health.
This study aims to determine the Relationship between
Dysmenorrhea and the Quality of Life of Students Year 2008 of Faculty
of Medicine, University of North Sumatra.
This study is an analytic survey with a Cross Sectional approach. The
methods used for data analysis is independent t-test.
With the number of respondents as many as 84 people, results that were
obtained through the research show that there is a
relationship between dysmenorrhea and the quality of life
in three aspects: physical health, psychological health and environmental health.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Hubungan Dismenore dengan Kualitas Hidup
Mahasiswi Stambuk 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan
ucapan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK
USU.
2. dr. Mega Sari Sitorus, MKes selaku dosen pembimbing, yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.
4. Kedua orang tua penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta
memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.
5. Teman sejawat Andi Susilo atas masukan dan bantuannya dalam
pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Teman sejawat Nata Kharimantara N atas masukan dan bantuannya dalam
pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Teman sejawat Dhinessvaran Vasu atas masukan dan bantuannya dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah
Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan
kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 6 Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .………...
i
ABSTRAK... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI………...vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 2
1.3.Tujuan Penelitian ... 2
1.4.Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5
2.1. Pengetahuan ... 5
2.1.1. Tingkat Pengetahuan ... 6
2.2. Prebiotik ... 7
2.2.1. Mengenai Prebiotik ... 7
2.2.2. Perbedaan antara Prebiotik dan Probiotik ... 8
2.2.3. Sumber Prebiotik ... 8
2.2.4. Manfaat yang diperoleh dari prebiotik... 10
2.2.5. Suplemen Prebiotik... 11
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL………... 12
3.2. Variabel dan Defenisi Operasional... 12
BAB 4 METODE PENELITIAN... 14
4.1. Jenis Penelitian ... 14
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 14
4.4. Teknik Pengumpulan Data... 15
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 16
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 17
5.1. Hasil Penelitian ... 17
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 17
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 17
5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 19
5.2. Pembahasan ... 22
5.2.1. Karakteristik Responden ... 22
5.2.2. Pengetahuan ... 26
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
6.1. Kesimpulan ... 29
6.2. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 31
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Tingkat Keparahan Dismenore 14
Tabel 3.1. Tabel Rumus Pengiraan Skor Pertanyaan
WHOQOL-BREF
16
Tabel 3.2. Tabel Konversi Skor WHOQOL-BREF 17
Tabel 5.1. Frekuensi Umur Responden 21
Tabel 5.2. Frekuensi Responden yang Menderita Dismenore 21
Tabel 5.3. Frekuensi Responden tentang Kepuasan Terhadap
Kesehatan Diri
22
Tabel 5.4. Skor Domain Kesehatan Fisik pada Mahasiswi 23
Tabel 5.5. Skor Domain Kesehatan Psikologis pada Mahasiswi 23
Tabel 5.6. Skor Domain Kesehatan Sosial pada Mahasiswi 23
Tabel 5.7. Skor Domain Kesehatan Lingkungan pada
Mahasiswi
24
Tabel 5.8. Skor Total Kualitas Hidup pada Mahasiswi 24
Tabel 5.9. Hubungan Perbedaan Domain WHOQOL-BREF
pada Mahasiswi Berdasarkan Ada Tidaknya
Dismenore
25
Tabel 5.10. Hubungan Perbedaan Kualitas Hidup pada
Mahasiswi Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore
25
Tabel 5.11. Hubungan Perbedaan Kepuasan Mahasiswi terhadap
Kesehatan Diri Berdasarkan Ada Tidaknya
Dismenore
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1. Skema Pengukuran Kualitas Hidup 6
Gambar 2.2. Skema Siklus Menstruasi 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Kuesioner
ABSTRAK
Dismenore yaitu nyeri saat menstruasi dilaporkan sebagai kelainan
ginekologi yang paling sering ditemukan pada wanita usia reproduksi terutama
pada remaja. Penelitian dari berbagai populasi di dunia menunjukkan prevalensi
dismenore yang cukup bervariasi, yaitu di antara 28% dan 71.7%. Kelainan ini
berpotensi menganggu keselesaan penderita sehingga menyebabkan penurunan
kualitas hidup penderita. Kualitas hidup seseorang dapat dinilai dari berbagai
aspek termasuk kesehatan fisik, kesehatan psikologis, kesehatan sosial dan
kesehatan lingkungan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Dismenore dengan
Kualitas Hidup Mahasiswi Stambuk 2008 pada Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. .
Penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan Cross
Sectional Study. Metode yang dipakai untuk analisa data adalah independent t-test.
Dengan jumlah responden sebanyak 84 orang, hasil penelitian yang
diperolehi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dismenore dengan
kualitas hidup pada tiga aspek yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis dan
kesehatan lingkungan.
ABSTRACT
Dysmenorrhea is a painful menstruation. It was reported as the most
common gynecological disorder found in women of reproductive age, especially
in adolescents. Research from various populations in the world shows that the
prevalence of dysmenorrhea is between 28% and 71.7%. These abnormalities
could potentially disrupt a patient’s comfort and cause a decrease in quality of
life of patients. Quality of life can be assessed from various
aspects including physical health, psychological health, social health and
environmental health.
This study aims to determine the Relationship between
Dysmenorrhea and the Quality of Life of Students Year 2008 of Faculty
of Medicine, University of North Sumatra.
This study is an analytic survey with a Cross Sectional approach. The
methods used for data analysis is independent t-test.
With the number of respondents as many as 84 people, results that were
obtained through the research show that there is a
relationship between dysmenorrhea and the quality of life
in three aspects: physical health, psychological health and environmental health.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penelitian pada berbagai populasi di seluruh dunia menunjukkan
prevalensi dismenore yang cukup bervariasi, yaitu di antara 28% dan 71.7%. Pada
suatu penelitian lain, prevalensi dismenore primer yang terjadi tanpa kelainan atau
lesi organik pada pelvis dilaporkan sekitar 43% hingga 90% dalam populasi yang
bervariasi. Di antara berikut, 10 - 15% daripada wanita ini menderita dismenore
berat sehingga aktivitas seharian terganggu dan terjadinya penurunan kualitas
hidup atau health-related quality of life (HRQoL) (L Wang et al, 2004).
Dismenore yaitu nyeri saat menstruasi dilaporkan sebagai kelainan
ginekologi yang paling sering ditemukan pada wanita usia reproduksi terutama
pada remaja. Secara umum, dismenore dapat dibedakan kepada dua katagori, yaitu
primer dan sekunder. Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri menstruasi
dimana tiada kelainan organik pelvis dan biasanya bermula pada masa remaja.
Dismenore sekunder merupakan dismenore yang berkaitan dengan proses
patologik dan onsetnya boleh bertahun-tahun setelah menarche (Alaettin Unsal
et al, 2010).
Dismenore merupakan suatu simptom yang digambarkan sebagai nyeri
pelvis seperti kram atau kejang yang mengikuti onset menstruasi atau pada saat
onset menstruasi dan biasanya berlangsung selama 1 – 3 hari (Alaettin Unsal et al,
2010). Dismenore juga boleh disertai dengan keluhan seperti nyeri kepala, kejang
otot, nausea, muntah ataupun peningkatan frekuensi defekasi (Jerry R. Klein dan
Iris, 1981). Secara fisiologi, menstruasi terjadi akibat dari aktivitas prostaglandin
di daerah uterus dimana ia bekerja menstimulasi kontraksi otot polos dinding
uterus untuk mengeluarkan dinding endometrium yang diluluhkan (Ganong,
William F., 2007). Kejadian dismenore terjadi sekiranya keseimbangan
konsentrasi prostaglandin di uterus terganggu.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa banyak faktor
muda, merokok, index massa tubuh (BMI) yang rendah, kelainan psikologis,
genetik, riwayat infeksi pelvis serta riwayat percabulan seksual. Selain itu, emosi
dan perilaku seseorang dapat memperburuk keadaan dismenore yang sudah
dideritanya. Dismenore telah diidentifikasi sebagai sebab tersering pelajar dan
pekerja perempuan mengambil libur sakit. (Alaettin Unsal et al, 2010)
1.2.Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara dismenore dengan kualitas hidup?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dismenore dengan kualitas hidup
mahasiswi-mahasiswi stambuk 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(USU), Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a) Mengetahui kualitas kesehatan fisik pada mahasiswi yang menderita
dismenore.
b) Mengetahui kualitas kesehatan psikologis pada mahasiswi yang
menderita dismenore.
c) Mengetahui kesehatan sosial pada mahasiswi yang menderita
dismenore.
d) Mengetahui kesehatan lingkungan mahasiswi yang menderita
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat untuk:
a) Masyarakat terutama kalangan remaja, dewasa muda, dan pekerja
pelayanan kesehatan untuk mendapat informasi mengenai dismenore
dan hubungannya terhadap kualitas hidup.
b) Dapat meningkatkan wawasan kalangan medis untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan dismenore.
c) Mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kualitas Hidup
2.1.1 Definisi Kualitas Hidup
Tidak mudah untuk mendefinisikan kualitas hidup secara tepat. Pengertian
mengenai kualitas hidup telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun semua
pengertian tersebut tergantung dari siapa yang membuatnya. Seperti halnya
definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit,
demikian juga mengenai kualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti hanya tidak
ada keluhan saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita,
bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi
keinginannya (Cramer JA, 1993).
Definisi kualitas hidup masih belum berlaku secara umum. Selain itu
terdapat istilah lain, seperti kesejahteraan sosial dan pembangunan manusia sering
digunakan sebagai istilah yang setara atau analog dengan quality of life. Misalnya,
Indeks Pembangunan Manusia PBB sering digambarkan sebagai pengukuran
salah satu pengukuran kualitas hidup. Secara umum, kualitas hidup merupakan
suatu produk yang dihasilkan dari interaksi sejumlah faktor-faktor yang berbeda,
seperti sosial, fisik, kesehatan, ekonomi, dan kondisi lingkungan, yang secara
kumulatif, juga dengan cara-cara yang belum diketahui, berinteraksi untuk
mempengaruhi pembangunan manusia dan sosial di tingkat individu dan
masyarakat. Ini merupakan “gagasan tentang kesejahteraan manusia yang diukur
dengan indicator sosial bukan secara pengukuran “kuantitatif” terhadap
pendapatan dan produksi.” (United Nations Glossary 2009).
Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan atau
health-related quality of life (HRQoL) dapat diartikan sebagai respon emosi dari
penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar
keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan
emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain (Hermann
BP, 1993).
2.1.2. Ruang Lingkup Kualitas Hidup
Secara umum terdapat 6 domain yang dipakai untuk mengukur kualitas
hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (World Health
Organization), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik,
keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci
domain-domian yang termasuk kualitas hidup adalah sbb :
1. Kesehatan fisik (physical health): Kesehatan umum, nyeri, energi dan
vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat.
2. Kesehatan psikologis (psychological health): Cara berpikir, belajar,
memori dan konsentrasi.
3. Tingkat aktivitas (level of independence): mobilitas, aktivitas
seharihari, komunikasi, kemampuan kerja.
4. Hubungan sosial (social relationship): hubungan sosial, dukungan sosial.
5. Lingkungan (environment), keamanan, lingkungan rumah, kepuasan
kerja.
6. Kepercayaan rohani atau religius (spirituality/religion beliefs)
2.1.3. Pengukuran Kualitas Hidup
Kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran
kualitas hidup yang telah diuji dengan baik. Dalam mengukur kualitas hidup yang
berhubungan dengan kesehatan semua domain akan diukur dalam dua dimensi
yaitu penilaian obyektif dari fungsional atau status kesehatan (aksis X) dan
persepsi sehat yang lebih subyektif (aksis Y). Suatu instrumen pengukuran
kualitas hidup yang baik perlu memiliki konsep, cakupan, reliabilitas, validitas
Gambar 2.1.: Skema pengukuran kualitas hidup
Secara garis besar instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat
dibahagi menjadi dua jenis, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen
khusus (specific scale). Instrumen umum ialah kuesioner yang dipakai untuk
mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik.
Instrumen ini digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan
fungsional, ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang
diderita. Contoh instrumen umum adalah seperti Sickness Impact Profile (SIP),
36-item Short-Form Health Survey (SF-36), 12-item Short-Form Health Survey
(SF-12), Nottingham Health Profile (NHP), World Health Organization Quality
of Life assessment instrument (WHOQOL-BREF) dan lain-lain. Sedangkan
instrument khusus adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu yang
khusus dari penyakit, populasi tertentu atau fungsi yang khusus, contohnya adalah
The Washington Psychosocial Seizure Inventory (WPSI) dan The Epilepsy
Surgery Inventory (ESI-55).
World Health Organization Quality of Life assessment instrument
(WHOQOL-BREF) merupakan kuesioner yang diringkaskan berdasarkan 6
domain yang diusulkan oleh World Health Organization (WHO). Dalam
kuesioner ini, domain 1 dan 3 serta 2 dan 6 digabungkan menjadi satu menjadi
hanya 4 domain yang dinilai yaitu:
1. Kesehatan fisik (physical health)
3. Hubungan Sosial (Social Relationships)
4. Lingkungan (Environmental)
2.2. Menstruasi
2.2.1. Definisi menstruasi
Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus
yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi
ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi
berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang
siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang
klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Panjang siklus menstruasi
dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis
usia 12 tahun adalah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun adalah 27,1 hari dan
pada wanita usia 55 tahun adalah 51,9 hari. Panjang siklus yang biasa pada
manusia adalah 25-32 hari. Menurut WHO (1986) dalam American Academy of
Pediatrics, Committee on Adolescence, American College of Obstetricians and
Gynecologists and Committee on Adolescence Health Care (2006), median
panjang siklus menstruasi setelah menarke adalah 34 hari, dengan 38% melebihi
40 hari. Hasil yang didapatkan bervariasi yaitu 10% wanita mempunyai siklus
menstruasi melebihi 60 hari antara menstruasi yang pertama dengan yang
berikutnya, dan 7% mempunyai panjang siklus 20 hari. Jika siklusnya kurang dari
18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklus tersebut tidak
berovulasi (anovulatoar) (Wiknjosastro, 2005).
Lamanya menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti
darah yang sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap
wanita biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2
± 16 cc. Sedangkan menurut American Academy of Pediatrics, Committee on
Adolescence, American College of Obstetricians and Gynecologists and
Committee on Adolescence Health Care (2006), rata-rata kehilangan darah setiap
periode menstruasi adalah lebih kurang 30 ml dan kehilangan darah lebih dari 80
besi jumlah darah mesntruasinya lebih banyak. Jumlah darah menstruasi lebih dari
80 cc dianggap patologik (Wiknjosastro, 2005).
2.2.2. Siklus menstruasi
Terdapat 3 struktur yang terlibat dalam pengaturan ovulasi dan menstruasi
diantaranya yaitu kelenjar pituitary anterior, ovarium, dan uterus
(Hamilton-Fairley, Diana, 2004).
2.2.2.1. Perubahan histologik pada endometrium dalam siklus menstruasi
(Wiknjosastro, 2005)
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir
uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan
aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus menstruasi,
yaitu:
a) Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi
mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah yang
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami
disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan
kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
b) Fase pascahaid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru
yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah dimulai sejak fase menstruasi
dan berlangsung ± 4 hari.
c) Fase intermenstruum atau fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm.
Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus menstruasi.
1. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Fase proliferasi dini berlangsung hanya antara hari ke-4 sampai
hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis
dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk
kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi, sel-sel kelenjar
mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan
suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan-perubahan
involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat
dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya
berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis.
Nukleus sel stroma relatif besar sebab sitoplasma relatif sedikit.
2. Fase proliferasi madya (midproliferation phase)
Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel
permukaan yang berbentuk toraks dan tinggi. Kelenjar
berlekuk-lekuk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema.
Tampaknya bentuk mitosis dengan inti berbentuk telanjang
(naked nucleus).
3. Fase proliferasi akhir (late proliferation phase)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini
dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan
dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk
pseudostratifikasi. Stroma berbentuk aktif dan padat.
d) Fase prahaid atau fase sekresi
Fase ini sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai
hari ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi
bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk dan
mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata. Dalam
diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi
dibagi atas:
1. Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya
karena kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa
lapisan, yakni:
a) Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang
berbatasan dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif,
kecuali mitosis pada kelenjar.
b) Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman
seperti spons. Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang
melebar dan berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma
diantaranya.
c) Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat
Saluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret, dan stromanya
edema.
2. Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini
terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium
sangat banyak mengandung pembuluh darah yang
berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk
nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel stroma
Gambar 2.2.: Skema Siklus Mentruasi
2.2.3 Gangguan menstruasi (Wiknjosastro, 2005)
Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
dapat digolongkan dalam:
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
a. Hipermenorrhea atau menoragia
b. Hipomenorhea
2. Kelainan siklus:
a. Polimenorrhea
b. Oligomenorrhea
c. Amenorrhea
3. Perdarahan di luar haid:
a. Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid:
b. Mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenore
2.3. Dismenore
2.3.1. Definisi dismenore
Menurut Merck Manual for Healthcare Professionals, dismenore
didefinisikan oleh sebagai sensasi nyeri sekitar masa menstruasi. Onset nyeri
boleh terjadi semasa menstruasi atau 1 hingga 3 hari sebelum menstruasi. Nyeri
biasanya mencapai puncak dalam masa 24 jam selepas onset dan hilang dalam
masa 2 hingga 3 hari. Rasa nyeri biasanya bersifat kram pada abdomen bawah
sering bersamaan dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala,
mual, muntah, diare dan tremor.
2.3.2. Epidemiologi
Prevalensi dismenore paling tinggi terdapat pada remaja wanita, dengan
perkiraan antara 20-90%, tergantung pada metode pengukuran yang digunakan.
Sekitar 15% remaja wanita dilaporkan menderita dismenore berat. Dismenore
merupakan penyebab tersering ketidakhadiran jangka pendek yang berulang pada
remaja wanita di Amerika Serikat. Sebuah studi longitudinal secara kohort pada
wanita Swedia ditemukan prevalensi dismenore adalah 90% pada wanita usia 19
tahun dan 67% pada wanita usia 24 tahun. Sepuluh persen dari wanita usia 24
tahun yang dilaporkan tersebut mengalami nyeri yang sampai mengganggu
kegiatan sehari-hari, dan 75-85% wanita yang mengalami dismenore ringan. Pada
suatu penelitian ditemukan bahwa 51% wanita tidak hadir di sekolah ataupun
pekerjaan paling tidak sekali dan 8% wanita tidak hadir di sekolah atau kerja
setiap kali mengalami menstruasi. Lebih lanjut, wanita dengan dismenore
mendapatkan nilai lebih rendah di sekolah dan lebih susah beradaptasi dengan
2.3.3. Klasifikasi dismenore
Dismenore terbagi atas:
1. Dismenore primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan
dengan kelainan ginekologik. Dismenore primer terjadi beberapa waktu
setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena
siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya
bersifat anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri
timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid
dan berlangsung untuk beberapa jam sehari, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari.
2. Dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired), disebabkan
oleh kelainan ginekologik seperti salpingitis kronika, endometriosis,
stenosis servisis uteri dan lain-lain. (Wiknjosastro, 2005)
2.3.4. Patofisiologi Dismenorrhea
Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab
dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Beberapa faktor
memegang peranan sebagai penyebab dismenore, antara lain:
1. Faktor kejiwaan: Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil
2. Faktor konstitusi: Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor
kejiwaan, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor
seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenore.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis: Salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis.
Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkindapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita
menderita dismenore tanpa stenosis kanalis servikalis dan tanpa uterus
dalam posisi hiperantefleksi. Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa
dalam hiperantefleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip
endometium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus
berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
4. Faktor endokrin: Kejang yang terjadi pada dismenore primer terjadi
disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Novak dan Reynolds
yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa
hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon
progesteron menghambat atau mencegahnya. Penjelasan oleh Clitheroe
dan Pickles menyatakan bahwa karena endometrium dalam fasa sekresi
memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot
polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke peredaran
darah, maka selain dismenore, dijumpai efek umum seperti diare, nause,
muntah, flushing.
5. Faktor alergi; Teori ini dikemukankan setelah memperhatikan adanya
asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale.
Smith menduga bahwa sebab alergi adalah toksin menstruasi.
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan
kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore
primer. (Wiknjosastro, 2005)
2.3.5. Tingkat Keparahan Dismenore (Kamonsak, 2004)
Tingkat
Keparahan Deskripsi
Kemampuan Kerja
Gejala
sistemik Analgesik
Ringan Jarang menganggu
aktivitas sehari-hari.
Jarang
terganggu Tidak ada
Jarang diperlukan
Sedang Aktivitas sehari-hari
terganggu. Terganggu
Terdapat beberapa Sangat membantu Berat Aktivitas sehari-hari sangat terganggu sehingga memerlukan istirahat. Sangat
terganggu Sangat jelas
Tidak membantu
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini akan diteliti hubungan antara dismenore dengan
kualitas hidup pada mahasiswi stambuk 2008 di Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara(USU), Medan. Variabel independen pada penelitian ini adalah
dismenore sedangkan variable dependennya adalah kualitas hidup.
Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Variabel Independen: Dismenore
Dismenore adalah sensasi nyeri pada saat menstruasi yang dirasakan di
daerah abdomen bawah.
- Cara ukur: Kuesioner
Mahasiswi stambuk 2008 Fakultas Kedokteran USU
Dismenore (+)
Kesehatan Fisik
Kesehatan Sosial Kesehatan Psikologis
Kesehatan Lingkungan Kualitas Hidup
- Kategori:
Kuesioner dilakukan untuk menentukan adakah mahasiswi menderita
dismenore atau tidak.
- Skala pengukuran: Nominal
3.2.2. Variabel Dependen: Kualitas hidup
Kualitas hidup adalah gabungan berbagai aspek kehidupan yang terdiri
dari kesehatan fisik, kesehatan psikologis, serta kemampuan dalam berperan aktif
dan menikmati aktivitas sosial sehari-hari yang berhubungan dengan pekerjaan,
kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial, dan lingkungan.
- Cara ukur: Pengisian kuesioner
- Alat ukur: WHOQOL-BREF yang disesuaikan dengan dismenore
- Kategori:
Kuesioner berisi 26 pertanyaan dibahagi kepada 4 domain iaitu kesehatan fisik,
[image:30.595.109.516.527.686.2]kesehatan psikologis, kesehatan sosial dan kesehatan lingkungan. Kuesnioner diberi kepada semua mahasiswi yang menyertai penelitian. Konversi skor mengikuti aturan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2:
Tabel 3.1.: Tabel Rumus Pengiraan Skor Pertanyaan WHOQOL-BREF
Domain Rumus Raw Score
Transformed Score 0-100 Kesehatan
Fisik Q3 + Q4 + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + Q18 Kesehatan
Psikologis Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + Q26
Kesehatan
Sosial Q20 + Q21 + Q22
Kesehatan
Tabel 3.2.: Tabel Konversi Skor WHOQOL-BREF
- Skala pengukuran: Numerik
3.3. Hipotesa
Ada hubungan antara dismenore dan kualitas hidup penderita dismenore. Kesehatan Sosial Raw Score Transformed Score 0-100
3 0
4 6
5 19
6 25
7 31
8 44
9 50
10 56
11 69
12 75
13 81
14 94
15 100
Kesehatan Lingkungan Raw Score Transformed Score 0-100
8 0
9 6
10 6
11 13
12 13
13 19
14 19
15 25
16 25
17 31
18 31
19 38
20 38
21 44
22 44
23 50
24 50
25 56
26 56
27 63
28 63
29 69
30 69
31 75
32 75
33 81
34 81
35 88
36 88
37 94
38 94
39 100
40 100
Kesehatan Fisik Raw Score Transformed Score 0-100
7 0
8 6
9 6
10 13
11 13
12 19
13 19
14 25
15 31
16 31
17 38
18 38
19 44
20 44
21 50
22 56
23 56
24 63
25 63
26 69
27 69
28 75
29 81
30 81
31 88
32 88
33 94
34 94
35 100
Kesehatan Psikologis Raw Score Transformed Score 0-100
6 0
7 6
8 6
9 13
10 19
11 19
12 25
13 31
14 31
15 38
16 44
17 44
18 50
19 56
20 56
21 63
22 69
23 69
24 75
25 81
26 81
27 88
28 94
29 94
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei analitik. Pada
penelitian ini akan dicari kualitas hidup mahasiswi stambuk 2008 Fakultas
Kedokteraan USU. Kemudian hubungan antara dismenore dan kualitas hidup akan
dianalisa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara cross-sectional study dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada
satu saat tertentu.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteraan Universitas
Sumatera Utara. Pemilihan tempat ini didukung oleh kemudahan untuk
mendapatkan sampel populasi wanita usia menstruasi yang rentan terhadap
serangan dismenore. Selain itu, mahasiswi-mahasiswi ini merupakan calon dokter
dan juga lebih mengenai pengertian dismenore dan cara mengenalinya. Waktu
pengumpulan data dilaksanakan mulai bulan Juni hingga September 2011 yaitu
selama empat bulan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan merupakan mahasiswi stambuk 2008 di Fakultas Kedokteraan Universitas Sumatera Utara, Medan.
4.3.2. Kriteria Inklusi
1. Mahasiswi fakultas kedokteran USU stambuk 2008.
4.3.3. Kriteria Eksklusi
1. Tidak mengisi kuesioner secara lengkap.
4.3.4. Sampel Penelitian
Perhitungan sampel menggunakan rumus dengan jumlah populasi lebih
kecil dari 10.000 sebagai berikut (Notoatmojo, 2005):
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat
ketepatan relatif sebesar 10%.
Maka berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini:
Jumlah sampel didistribusikan secara merata dan pemilihan sampel
dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) pada siswi difakultas
tersebut.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pada mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi akan dibagikan kuesioner
WHOQOL-BREF dan dinilai kualitas hidupnya (data dependen).
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul dari setiap responden penelitian akan dianalisis dengan
menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) dengan
menggunakan teknik uji beda mean, t test. n = N . 1 + N(d2)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hubungan dismenore dengan kualitas hidup mahasiswi stambuk 2008 Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dimana penelitian ini telah dilaksanakan
dari bulan September hingga Oktober 2011. Penelitian ini diikuti 84 mahasiswi
yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap semua
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang dibagikan.
Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai dismenore dan kualitas
hidup, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi lokasi penelitian dan deskripsi
karakteristik responden yang berada di fakultas kdokteran, Universitas Sumatera
Utara.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang bertempat di Jalan dr. T. Mansur No.5 Kampus USU Medan
20155 Indonesia. Fakultas ini memiliki infrastruktur seperti laboratorium, ruangan
kuliah, gedung aula, perpustakaan, kantin, ruang seminar dan bahagian
administrasi fakultas. Jumlah mahasiswi yang menyertai penelitian ini terdiri
daripada mahasiswi kedokteran dari 4 kelas stambuk 2008 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 84 mahasiswi
stambuk 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berstatus
aktif dan masih berkuliah. Gambaran karakteristik responden yang diamati
meliputi umur, dismenore dan kepuasan responden terhadap kesehatan mereka
sendiri. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.1. Frekuensi Umur Responden
Umur Frekuensi (n) Persen (%)
20 12 14.3
21 39 46.4
22 18 21.4
23 11 13.1
24 3 3.6
25 1 1.2
Total 84 100
Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, didapati rata-rata usia responden
mahasiswi stambuk 2008 yang menyertai penelitian adalah 21.49 (SD 1.08)
dengan rentang usia 20 – 25 tahun. Kebanyakan mahasiswi yang menyertai
penelitian ini berusia 21 tahun yaitu sebanyak 39 orang (46.4%).
Tabel 5.2. Frekuensi Responden Yang Menderita Dismenore
Dismenore Frekuensi (n) Persen (%)
Ya 47 56.0
Tidak 37 44.0
Total 84 100
Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa dari 84 jumlah mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menyertai penelitian
sebanyak 47 mahasiswi (56.0%) menderita dismenore dan yang tidak menderita
[image:35.595.110.510.446.533.2]Tabel 5.3. Frekuensi Responden Tentang Kepuasan Terhadap Kesehatan Diri
Kepuasan Terhadap
Kesehatan Diri Frekuensi (n) Persen (%)
Sangat Baik 6 7.1
Baik 46 54.8
Biasa 30 35.7
Buruk 2 2.4
Sangat Buruk 0 0
Total 84 100
Berdasarkan Tabel 5.3., diketahui bahawa kebanyakan mahasiswi, yaitu
sebanyak 46 orang (54.8%) secara umumnya mempunyai tanggap yang baik
terhadap kesehatan mereka. 30 mahasiswi (35.7%) mempunyai merasakan
kesehatan mereka baik-baik aja dan 6 mahasiswi (7.1%) merasa sangat puas
terhadap kesehatan mereka. Antara 84 mahasiswi yang menyertai penelitian 2
mahasiswi (2.4%) merasakan bahwa kesehatan mereka buruk.
5.1.3. Deskripsi Kualitas Hidup
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 24
pertanyaan mengenai kualitas hidup mahasiswi. Pertanyaan-pertanyaan yang ada
di dalam kuesioner tersebut merupakan penyesuaian daripada kuesioner
WHOQOL-BREF yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Terdapat empat
domain yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, kesehatan sosial dan
kesehatan lingkungan; masing-masing akan diteliti di bawah dengan sistem
skoring di mana skor maksimal untuk setiap domain adalah 100. Semakin tinggi
skor untuk suatu domain, semakin baik kualitas hidup berdasarkan domain
Tabel 5.4. Skor Domain Kesehatan Fisik pada Mahasiswi
Mahasiswi Jumlah (N) Mean Standar Deviasi
Dismenore Ya 47 60.66 10.115
Tidak 37 79.97 9.014
Berdasarkan Tabel 5.4. di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor
kesehatan fisik pada 47 mahasiswi yang menderita dismenore adalah sebanyak
60.66 per 100. Pada 37 mahasiswi yang tidak menderita dismenore didapati
[image:37.595.113.511.363.427.2]rata-rata skornya lebih tinggi yaitu sebanyak 79.97 per 100.
Tabel 5.5. Skor Domain Kesehatan Psikologis pada Mahasiswi
Mahasiswi Jumlah (N) Mean Standar Deviasi
Dismenore Ya 47 59.26 10.840
Tidak 37 70.57 8.946
Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa rata-rata skor kesehatan psikologis
pada 47 mahasiswi yang menderita dismenore adalah sebanyak 59.26 per 100.
Pada 37 mahasiswi yang tidak menderita dismenore didapati rata-rata skornya
[image:37.595.112.509.592.655.2]lebih tinggi yaitu sebanyak 70.57 per 100.
Tabel 5.6. Skor Domain Kesehatan Sosial pada Mahasiswi
Mahasiswi Jumlah (N) Mean Standar Deviasi
Dismenore Ya 47 66.98 15.579
Tidak 37 74.00 14.596
Tabel 5.6. di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor kesehatan sosial pada
47 mahasiswi yang menderita dismenore adalah sebanyak 66.98 per 100. Pada 37
mahasiswi yang tidak menderita dismenore didapati rata-rata skornya lebih tinggi
Tabel 5.7. Skor Domain Kesehatan Lingkungan pada Mahasiswi
Mahasiswi Jumlah (N) Mean Standar Deviasi
Dismenore Ya 47 66.89 12.812
Tidak 37 70.70 10.014
Berdasarkan Tabel 5.7. di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor
kesehatan lingkungan pada 47 mahasiswi yang menderita dismenore adalah
sebanyak 66.89 per 100. Pada 37 mahasiswi yang tidak menderita dismenore
[image:38.595.112.515.364.426.2]didapati rata-rata skornya lebih tinggi yaitu sebanyak 70.70 per 100.
Tabel 5.8. Skor Total Kualitas Hidup pada Mahasiswi
Mahasiswi Jumlah (N) Mean Standar Deviasi
Dismenore Ya 47 63.44 9.03
Tidak 37 73.81 8.20
Tabel 5.8. menunjukkan skor total kualitas hidup yang meliputi
keempat-empat domain kesehatan di atas. Rata-rata skor untuk mahasiswi yang menderita
dismenore adalah sebanyak 63.44 per 100 manakala skor rata-rata untuk
mahasisiwi yang tidak menderita dismenore adalah 73.81 per 100.
5.1.4. Perbedaan Kualitas Hidup Mahasiswi Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore
Hasil analisa data dengan menggunakan independent t-test menunjukkan
bahwa kualitas hidup mahasiswi stambuk 2008 Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang menderita dismenore berbeda dengan yang tidak menderita
Tabel 5.9. Hubungan Perbedaan Domain WHOQOL-BREF pada Mahasiswi
Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore
Kualitas Hidup dismenore dan tidak Mean Difference dismenore
t P (2-tailed)
Kesehatan Fisik 19.313 9.109 0.001
Kesehatan Psikologis 11.312 5.120 0.001
Kesehatan Sosial 7.021 2.108 0.038
Kesehatan Lingkungan 3.809 1.486 0.141
Berdasarkan Tabel 5.8., didapati nilai P (2-tailed) untuk domain kesehatan
fisik dan kesehatan psikologis adalah 0.001; dan untuk kesehatan sosial adalah
0.038. Untuk domain kesehatan lingkungan, nilai P (2-tailed) adalah 0.141.
Tabel 5.10. Hubungan Perbedaan Kualitas Hidup pada Mahasiswi Berdasarkan
Ada Tidaknya Dismenore
Mean Difference dismenore dan tidak
dismenore
t P (2-tailed)
Kualitas Hidup 10.364 5.435 0.001
Berdasarkan Tabel 5.10., didapati perbedaan skor rata-rata antara
kelompok dismenore dengan tidak dismenore adalah 10.364 dan nilai P (2-tailed)
[image:39.595.103.519.454.548.2]Tabel 5.11. Hubungan Perbedaan Kepuasan Mahasiswi terhadap Kesehatan Diri
Berdasarkan Ada Tidaknya Dismenore
Mean Difference dismenore dan tidak
dismenore
t P (2-tailed)
Kepuasan Mahasiswi
terhadap Kesehatan Diri 0.64 -0.451 0.653
Berdasarkan Tabel 5.9. di atas, didapati nilai P (2-tailed) untuk kepuasan
mahasiswi terhadap kesehatan diri adalah 0.653, lebih besar dari 0.05.
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini dijumpai prevalensi dismenore pada mahasiswi lebih
tinggi (56.0%); angka ini konsisten dengan angka prevalensi pada penelitian
Alaettin Unsal et al. di satu universitas di Turki dimana prevalensi dismenore
sebanyak 72.7% dan dalam jurnalnya diungkapkan bahwa prevalensi dismenore
telah dilaporkan antara 28% hingga 89.5%. Sebab terjadinya variasi seperti di atas
kemungkinan adalah karena populasi responden itu sendiri, yaitu suatu penelitian
tertumpu pada wanita dalam satu kelompok umur tertentu sahaja. Selain itu, tidak
ada satu panduan spesifik yang diterima secara universal yang menunjukkan
metode untuk menentukan definisi dismenore.
Dalam penelitian ini, skor kuesioner WHOQOL-BREF untuk mahasiswi
yang menderita dismenore secara umumnya lebih rendah pada keempat-empat
domain yang diteliti (kesehatan fisik, kesehatan psikologis, kesehatan sosial dan
kesehatan lingkungan). Ini dapat dilihat pada Tabel 5.4., Tabel 5.5., Tabel 5.6.
dan Tabel 5.7.; menunjukkan mahasiswi yang dismenore mempunyai kualitas
hidup yang lebih rendah. Pada Tabel 5.8. menunjukkan hasil uji statistik dengan
menggunakan independent t-test yang dilakukan terhadap hasil penelitian,
didapati bahwa tiga domain yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis dan
menderita dismenore. Ini dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian gagal
ditolak, artinnya ada hubungan antara dismenore dan kualitas hidup penderita
dismenore. Pada domain kesehatan lingkungan, walaupun skornya lebih rendah,
tidak terjadinya suatu perbedaan yang bermakna. Satu penjelasan tentang kenapa
tidak semua domain terpengaruh oleh dismenore adalah karena dismenore
umumnya merupakan suatu penyakit yang menyebabkan kesakitan fisik. Oleh
karena itu, kesehatan fisik penderita terganggu dan menyebabkan
ketidak-nyamanan sehingga emosional dan kepuasan dalam bersosialisasi turut
terpengaruh. Kesehatan lingkungan yang tidak dipengaruhi oleh kesakitan fisik
terbukti tidak dipengaruhi secara signifikan oleh dismenore. Pada penelitian
Alaettin Unsal et al. yang menggunakan kuesioner penilaian kualitas hidup SF-36,
didapati hanya kesehatan fisik yang berbeda secara signifikan dan dismenore tidak
berpengaruh kepada kesehatan mental dan sosial secara bermakna.
Dianalisa secara lebih teliti setiap pertanyaan dalam domain kesehatan
fisik, didapati bahwa mahasiswi yang dismenore mempunyai vitalitas, kepuasan
tidur dan kepuasan terhadap kemampuan bekerja yang berkurang secara bermakna
dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak dismenore. Penurunan skor dalam
ketiga-tiga aspek ini menunjukkan bahwa kesakitan yang diakibatkan oleh
dismenore menurunkan vitalitas mahasiswi, menyebabkan rasa lelah dan kurang
bertenaga sehingga menyebabkan penurunan kemampuan bekerja pada mahasiswi.
Selain itu, rasa nyeri yang dialami oleh mahasiswi juga menyebabkan tidur
mahasiswi kurang menyenangkan. Perbedaan ini konsisten dengan penelitian
Alaettin Unsal et al. dimana analisa kuesioner SF-36 menunjukkan penurunan
pada physical functioning, role-physical, bodily pain dan vitality. Pada domain
kesehatan psikologis, didapati keupayaan mahasiswi untuk berkonsentrasi
menjadi lebih sukar pada mahasiswi yang menderita dismenore.
Menurut penelitian pada mahasiswi Turkish oleh Alaettin Unsal et al.,
terdapat perbedaan yang bermakna pada general health perception pada hasil
penelitian kuesioner SF-36 dimana mahasiswi yang dismenore merasa bahwa
kesehatan diri mereka lebih buruk. Pada penelitian ini, tidak dijumpai perbedaan
menderita dismenore dan tidak menderita dismenore. Hasil analisa ditunjukkan
pada Tabel 5.9.. Kemungkinan terjadinya perbedaan pada hasil ini adalah karena
perbedaan sosio-ekonomi pada populasi yang diteliti dan kemungkinan perbedaan
kuesioner kualitas hidup yang digunakan.
Sebenarnya penelitian ini ada keterbatasan yang tertentu. Pertama,
penelitian ini dilakukan pada hanya satu stambuk saja dalam satu fakultas di satu
universitas. Karena itu, penelitian ini tidak dapat merepresentasikan seluruh
populasi mahasiswi di Medan ataupun Indonesia. Dalam arti kata lain, penelitian
ini agak lemah sekiranya dibandingkan dengan community-based studies yang
berfokus pada populasi masyarakat secara umum. Selain itu, prevalensi dismenore
dikatakan semakin berkurang mengikut peningkatan usia. Pada penelitian ini,
responden merupakan mahasisiwi dari suatu kelompok usia tertentu sehingga
penerapan ilmu dari penelitian ini tidak dapat mewakili populasi wanita secara
umum. Kedua, penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional study di mana
variable kualitas hidup mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor semasa lain yang
berlaku. Terakhirnya, keterbatasan yang disebabkan oleh mahasiswi sendiri
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan kualitas hidup pada mahasiswi yang menderita
dismenore di mana kesehatan fisik, kesehatan psikologis dan kesehatan
sosial dipengaruhi secara signifikan (p<0.05).
2. Kesehatan fisik pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara stambuk 2008 yang menderita dismenore lebih buruk
daripada yang tidak menderita dismenore dengan perbedaan mean
sebanyak 19.31. Perbedaan signifikan dengan p=0.001 (p<0.05).
3. Kesehatan psikologis pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara stambuk 2008 yang menderita dismenore lebih buruk
daripada yang tidak menderita dismenore dengan perbedaan mean
sebanyak 11.31. Perbedaan signifikan dengan p=0.001 (p<0.05).
4. Kesehatan sosial pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara stambuk 2008 yang menderita dismenore lebih buruk
daripada yang tidak menderita dismenore dengan perbedaan mean
sebanyak 7.021. Perbedaan signifikan dengan p=0.038 (p<0.05).
5. Kesehatan lingkungan pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara stambuk 2008 yang menderita dismenore lebih buruk
daripada yang tidak menderita dismenore dengan perbedaan mean
sebanyak 3.809. Perbedaan tidak signifikan dengan p=0.141 (p>0.05).
6.2. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat harus peka terhadap masalah yang dibawa oleh dismenore
yaitu penurunan kualitas hidup supaya dapat lebih prihatin dan melakukan
2. Bagi Kalangan Medis
Kalangan medis harus mengetahui dampak dismenore terhadap kesehatan
pasien dan melakukan langkah penatalaksanaan dan bimbingan yang
sewajarnya.
3. Bagi Peneliti
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam
menunjukkan pengaruh dismenore terhadap kualitas hidup. Penelitian
selanjutnya direkomendasikan supaya memperluaskan populasi supaya
jangan hanya memfokuskan pada satu fakultas di satu universitas sahaja.
Selain itu, peneliti selanjutnya boleh melakukan analisa dengan mengikut
kelompok umur dan juga menambahkan kebiasaan responden ke dalam
karakteristik responden untuk mengkaji faktor-faktor penyebab dismenore.
Terakhir, peneliti selanjutnya juga boleh coba menggunakan kuesioner
lain seperti SF-36, SF-12 dan McGill-QOL untuk menilai kualitas hidup
DAFTAR PUSTAKA
Abbaspour, Z, Rostami, M and Najjar, Sh, 2006. The Effect of Exercise on
Primary Dysmenorrhea. J Res Health Scin 6(1):26-31.
Alaettin Unsal, Unal Ayranci, Mustafa Tozun, Gul Arslan & Elif Calik, 2010.
Prevalence of dysmenorrhea and its effect on quality of life among a group
of female university students. Upsala Journal of Medical Sciences. 2010;
115: 138–145
Cramer JA. Clinimetri approach to assesing quality of life in epilepsy. Epilepsia:
34 (suppl 4) 1993: 8-13
Ganong, William F., 2007. Physiology of Reproduction in Women. In:
DeCherney, Alan H, ed, Nathan, Lauren ed, Goodwin, T Murphy, ed and
Laufer, Neri ed. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology
10th edition. United States of America: McGrawHill, 126-128.
Hacker et al: Essentials of Obstetrics and Gynaecology 4E, Elsevier Ltd.
Available from:
Hamilton-Fairley, Diana, 2004. The Young Woman: Puberty and Menstrual
Problems of Young Women. In: Hamilton-Fairley, Diana. Obstetrics and
Gynecology 2nd edition. India: Replika Press, 29-31.
Hermann BP. Developing a model of quality of life in epilepsy: the contribution of
neuropsychology. Epilepsia. 34 (suppl), 1993: 14-21
Jerry R. Klein and Iris F. Litt. Epidemiology of Adolescent Dysmenorrhea.
Kamonsak Tangchai, Vitaya Titapant, Dittakarn Boriboonhirunsarn: 2004:
Dysmenorrhea in Thai Adolescents: Prevalence, Impact and Knowledge of Treatment: J Med Assoc Thai Vol. 87 Suppl. 3: The Royal Thai College of
Obstericians and Gynaecologists: S70
L Wang, X Wang, W Wang, C Chen, A G Ronnennberg, W Guang, A Huang, Z
Fang, T Zang, L Wang, X Xu, 2004. Stress and Dysmenorrhoea: A
Population Based Prospective Study. Occup Environ Med
2004;61:1021-1026
Notoatmojo, Soekidjo, 2005. Teknik Pengambilan Sampel. Dalam: Notoatmojo,
Soekidjo, ed. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
92.
Sule, Sadaatu Talatu, dan Ukwenya, Josephine Egbunu, 2007. Menstrual
Experiences of Adolescents in a Secondary School. J Turkish-German
Gynecol Assoc 8(1): 7-14
Testa, Simonson DC. Assesment of Quality of Life outcomes. The New England
Journal of Medicine.1996; 334: 835-39.
The Menstrual Cycle and Disturbances. Available
from
Tran, Mai, 2001. Dysmenorrhea. Gale Encyclopedia of Alternative Medicine.
Available
from
WHOQOL Measuring Quality of Life, Division of Mental Health and prevention
of Substance Abuse, World Health Organization,
WHO/MSA/MNH/PSF/97.4
Wiknjosastro, 2005, Haid dan Siklusnya. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Jakarta:
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lee Wei Lun
Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 31 Disember 1988
Agama : Buddha
Alamat : TASBI, Blok VV 123, Medan
Telepon : 087768185959
Orang Tua : Ayah : Lee Chee Seng
Ibu : Khaw Phaik Hoon
Riwayat Pendidikan : 1. SRJK(C) Confucius, Kuala Lumpur
2 SMK Victoria, Kuala Lumpur
Riwayat Pelatihan : -
Riwayat Organisasi : PEMA FKUSU 2010/2011
Lembar Penjelasan Penelitian
Salam Sejahtera bagi kita semua
Kepada saudari, sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan dan
kuesioner ini.
Pertama-tama, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Lee Wei
Lun. Saya adalah salah seorang mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara (FK-USU), stambuk tahun 2008. Saat ini saya sedang
mengerjakan penelitian Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Judul penelitian saya adalah
Hubungan Dismenore dengan Kualitas Hidup Mahasiswi Stambuk 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
.
Dismenore merupakan suatu simptom yang digambarkan sebagai nyeri
pelvis seperti kram atau kejang yang mengikuti onset menstruasi atau pada saat
onset menstruasi dan biasanya berlangsung selama 1 – 3 hari dan boleh disertai
simptom-simptom lain. Dismenore yaitu nyeri saat menstruasi dilaporkan sebagai
kelainan ginekologi yang paling sering ditemukan pada wanita usia reproduksi
terutama pada remaja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui hubungan dismenore
dengan kualitas hidup mahasiswi-mahasiswi stambuk 2008 di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.
Untuk itu saya mohon kesediaan saudari untuk ikut serta dalam penelitian ini,
yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal mengenai
Partisipasi saudari bersifat sukarela tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam
penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Untuk penelitian in saudari tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila saudari
membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya:
Nama : Lee Wei Lun
Alamat : TASBI. Blok VV 123, Medan.
No. HP : 087768185959
Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan saudari saya ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi saudari dalam penelitian ini membawa
manfaat besar bagi kita semua.
Medan, 2011
Peneliti
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Telp :
Setelah mendapat penjelasan oleh peneliti tentang penelitian Hubungan
Dismenore dengan Kualitas Hidup Mahasiswi Stambuk 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, maka dengan ini menyatakan
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa adanya paksaan dari
pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti dengan jujur dan apa adanya.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat untuk dapat digunakan sebaik-baiknya.