• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) sekolah dasar di desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu, yaitu SD Negeri 101828 SD Negeri 104222. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1, 2, dan 3 SD. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 114 orang yang dipilih dengan metode stratified random sampling.

Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Sampel Penelitian

KARAKTERISTIK JUMLAH (ORANG) PERSENTASE (%) Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Orang

Tua

SD 6 5,3

SMP 22 19,3

SMA 75 65,8

S1/S2 11 9,6

Pekerjaan Orang Tua

Buruh Harian 38 33,3

PNS 11 9,6

Petani 41 36

Wiraswasta 24 21,1

Pendapatan Orang Tua ( Rp)

≤ 500.000 41 36

500.000-1.000.000 53 46,5

1.000.000-2.000.000 15 13,2

2.000.000-3.000.000 5 4,4

Total 114 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karateristik responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 72 orang (63,2%) dan responden perempuan berjumlah 42 orang (36,8 %). Usia responden yang paling banyak adalah 7 tahun (38%) dan usia responden yang paling sedikit adalah usia 5 tahun (1,8%).

Karateristik responden berdasarkan asal sekolah diketahui bahwa responden dari SDN 101828 dengan jumlah sebanyak 42 orang (36,8%) dan jumlah responden dari SDN 104222 sebanyak 72 orang (63,2%). Karateristik responden berdasarkan kelas, diketahui bahwa responden paling banyak berasal dari kelas 1 SD dengan jumlah 43 orang (37,7%) dan paling sedikit adalah kelas 3 SD dengan jumlah 33 orang (28,9%).

Pendidikan terakhir orang tua responden mayoritas adalah SMA sebanyak 75 orang (65,8%), pendidikan SD sebanyak 6 orang (5,3%). Pekerjaan orang tua paling banyak adalah petani sebanyak 41 orang (36%), pekerjaan buruh harian sebanyak 38 orang (33,3%). Pendapatan orang tua respon paling banyak pada Rp500.000-Rp1.000.000 sebanyak 53 orang (46,5%), pendapatan ≤ Rp 500.000 sebayak 41 orang (36%), pendapatan antara Rp1.000.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 15 orang (13,2%), dan paling sedikit pendapatan orang tua responden pada Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 sebayak 5 orang (4,4%).

Pekerjaan dan pendapatan orang tua siswa dapat memengaruhi keadaan status gizi anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Auliani (2010) dari 96 responden berpendapatan kurang, terdapat 40 responden (41,7%) yang mempunyai balita berstatus gizi baik dan 56 responden (58,3%) memiliki balita berstatus gizi kurang, dengan nilai p 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang sangat signifikan.

Hal ini didukung dengan penelitian Turnip (2014), hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan (p = 0,030) dan pengetahuan (p = 0,014) dengan status gizi anak.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung. Data yang diperoleh berupa status gizi responden melalui pemeriksaan BB dan TB secara langsung dan data infeksi Giardia lamblia yang diperoleh melalui sampel tinja.

24 Analisisis Univariat

Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Dan Angka Kejadian Giardiasis

GIARDIASIS

Umur

Jumlah (orang)

Persentase (%)

5 6 7 8 9 10

Positif 0 2 4 2 0 0 8 7

Negatif 2 24 34 17 24 5 106 93

Total 2 26 38 19 24 5 114 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengalami giardiasis sebanyak 8 orang (7%), responden yang tidak mengalami giardiasis 106 orang (93%).

Tabel 4.3 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Berat Badan Menurut Usia (BB/U) Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

Gizi Buruk 17 14,9

Gizi Kurang 26 22,8

Gizi Sedang 31 27,2

Gizi Baik 31 27,2

Gizi Lebih 6 5,3

Obesitas 3 2,6

Total 114 100

Dari hasil pengukuran terhadap status gizi anak berdasarkan indeks BB/U pada tabel 4.4, didapatkan anak dengan status gizi buruk sebanyak 17 orang (14,9%).

Sementara anak dengan status gizi sedang dan gizi baik masing-masing sebanyak 28 orang (27,2%). Terdapat anak dengan status gizi obesitas sebanyak 3 orang (2,6%). BB/U menunjukkan status gizi yang bersifat akut. BB/U menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Hal ini berarti menggambarkan status gizi anak saat peneliti melakukan penimbangan berat badan, dimana status gizi yang bersifat sekarang, sangat dipengaruhi oleh asupan gizi anak beberapa hari sebelum dilakukan pemeriksaan.

Tabel 4.4 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Usia (TB/U) Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

Pendek 29 25.4 tabel 4.4 didapatkan anak dengan status gizi normal sebanyak 85 orang (74,6%), sementara anak dengan kategori pendek (stunting) sebanyak 29 orang (25,4%).

Anak dengan status gizi tinggi, tidak didapati pada pemeriksaan yang dilakukan.

TB/U menggambarkan status gizi masa lalu (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

TB/U menggambarkan status gizi anak dalam jangka yang sudah lama. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung, yaitu anak tidak cukup mendapat makanan gizi seimbang, tidak mendapat asupan gizi memadai, dan anak menderita penyakit infeksi (Alatas,2011).

Tabel 4.5 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan BB/TB Kategori Jumlah

(Orang) Persentase (%)

Gizi Buruk 1 0,9 BB/TB, pemeriksaan tidak mempertimbangkan usia responden. Pemeriksaan membandingkan tinggi badan dengan berat badan pada kurva CDC 2000 pada saat pemeriksaan, lalu menilai hasil pemeriksaan tanpa mempertimbangkan usia responden. Grafik pertumbuhan CDC 2000 merupakan acuan dalam penentuan status gizi anak ( IDAI,2011).

Dari hasil pengukuran terhadap status gizi anak berdasarkan BB/TB pada tabel 4.5, didapatkan sebagian besar anak memiliki status normal 61 orang (53,5%), 1 orang anak dengan status gizi buruk (0,9%), 40 orang anak dengan status gizi

26

kurang (35,1%), status gizi Overweight sebanyak 7 orang (6,1 %), dan anak dengan status gizi obesitas sebanyak 5 orang (4,4%).

Anak usia sekolah membutuhkan energi dan zat gizi lebih dibanding balita.

Tumbuh kembang anak usia sekolah tergantung pada kualitas dan kuantitas asupan gizi yang baik dan benar. Asupan gizi juga harus mempertimbangkan bagaimana aktivitas fisik maupun mental anak. Kebiasaan makan pada anak dapat memengaruhi kesehatan dan akan berhubungan dengan status gizi anak (Mitayani dan Sartika, 2010).

Tabel 4.6 Gambaran Status Gizi Responden yang Mengalami Giardiasis Status Gizi Kategori Hasil Pemeriksaan Positif

( orang )

Berdasarkan TB/U status gizi respondne pendek sebanyak 1 orang (12,5 %), normal

sebanyak 7 orang (87,5 %). Berdasarkan indeks BB/TB responden yang memiliki status gizi kurang sebanyak 5 orang (62,5%), normal sebanyak 3 orang (37,5%).

Analisis Bivariat

Tabel 4.7 Hubungan Giardiasis Dengan BB/U

BB/U Hasil Pemeriksaan

Total P value Positif Negatif

Gizi Buruk 0 17 17 Giardia lamblia dengan status gizi berdasarkan BB/U. Berdasarkan uji analisis Spearman diperoleh p-value 0,586 yang berarti menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara giardiasis dengan status gizi berdasarkan BB/U.

Hasil penelitian ini bebeda dengan hasil penelitian Bachtiar (2018), prevalensi giardiasis terhadap status gizi siswa di pulau Mandangin dengan kelurahan Mojo berbeda signifikan dengan nilai p=0,021. Berbeda juga dengan penelitian Helen (2011),dimana dalam penelitiannya didapatkan skor BB/U anak-anak yang terinfeksi G. lamblia adalah lebih rendah daripada mereka yang tidak terinfeksi di Sabon Gari LGA, Zaria, Nigeria, dengan nilai p = 0,03, yang berarti adanya hubungan yang bermakna.

Tabel 4.8 Hubungan Giardiasis dengan TB/U

TB/U Hasil Pemeriksaan

Total P value

Positif Negatif

Pendek 1 28 29

0.388

Normal 7 78 85

Tinggi 0 0 0

Total 8 106 114

Tabel 4.7 menunjukkan hubungan hasil pemeriksaan mikroskopis infeksi Giardia lamblia dengan status gizi berdasarkan TB/U. Berdasarkan uji analisis

28

Spearman diperoleh p-value 0,388 yang berarti menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara giardiasis dengan status gizi berdasarkan TB/U.

Rata rata anak memiliki tinggi yang normal.

Hal ini berbeda dengan penelitian Ettehad (2005) yang menunujukkan pada siswa yang tidak terinfeksi, berat badan, tinggi badan lebih tinggi daripada anak-anak yang terinfeksi. Secara spesifik sangat terlihat pada anak-anak laki-laki dengan usia 7 dan 11 tahun dengan nilai p = 0,04 dan p = 0,03, yang berarti ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara giardiasis dengan status gizi pada anak berdasarkan indeks TB/U.

Tabel 4.9 Hubungan Giardiasis Dengan BB/TB BB/TB Hasil Pemeriksaan

Total P value Positif Negatif

Gizi Buruk 0 1 1 BB/TB. Berdasarkan uji Spearman diperoleh p-value 0,091 yang berarti menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara angka kejadian infeksi Giardia lamblia dengan status gizi berdasarkan BB/TB.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran angka kejadian infeksi Giardia lamblia berdampak pada status gizi anak usia sekolah dasar berdasarkan BB/TB. Penelitian ini sesuai dengan penelitian M. Al-Mekhlafi dan rekan-rekannya di Malaysia (2013) yang secara statistik infeksi Giardia lamblia tidak memengaruhi status gizi anak, dengan nilai p = 0,059 yang berarti hasil penelitian tidak signifikan. Penelitian Al-Mekhlafi memiliki kemiripan kriteria responden dengan penelitian ini dimana usia responden lebih banyak < 10 tahun.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Shalaby (2016) di Arab Saudi dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terinfeksi parasit memiliki berat badan rendah yang signifikan secara statistik untuk usia, berat untuk tinggi badan,

dan BMI dengan nilai p = 0,001 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara infeksi dengan status gizi anak.

Pada penelitian ini tidak ditemukan angka kejadian infeksi Giardia lamblia yang cukup tinggi pada desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu. Hal ini mungkin bisa dipengaruhi faktor risiko lain seperti daerah endemik giardiasis, kebersihan air minum dan sumber air, daerah bermain anak, serta risiko kontak dengan binatang yang terinfeksi (Feng & Xiao, 2011 ; CDC, 2015). Jarak sumber air ke jamban dan akses jamban juga dapat memengaruhi prevalensi giardiasis dikarenakan infeksi Giardia lamblia terjadi secara fecal-oral. Faktor-faktor risiko lain seperti ini perlu dipertimbangkan dalam menilai angka kejadian giardiasis. Dengan demikian, kemungkinan angka prevalensi kejadian giardiasis dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keadaan lingkungan responden, higiene pribadi.

Status gizi anak dapat dipengaruhi beberapa faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung yang akan memengaruhi status gizi anak yaitu konsumsi makanan dan infeksi, tetapi ada faktor lain , seperti pola asuh, ketahanan pangan keluarga, pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan (Purnamasari, 2017). Penilaian status gizi ada yang secara tidak langsung harus dipertimbangkan, yaitu survei konsumsi makanan, statistik kesehatan, faktor ekologis, seperti iklim, tanah,dsb (Purnamasari, 2017). Status gizi juga dipengaruhi asupan gizi makronutrien dan mikronutrien yang seimbang selama ini (Alatas, 2011).

30 BAB V

Dokumen terkait