• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN GIARDIASIS DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SD INPRES DAN SDN DI DESA SEI GLUGUR, KECAMATAN PANCUR BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN GIARDIASIS DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SD INPRES DAN SDN DI DESA SEI GLUGUR, KECAMATAN PANCUR BATU"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN GIARDIASIS DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SD INPRES 104222

DAN SDN 101828 DI DESA SEI GLUGUR, KECAMATAN PANCUR BATU

SKRIPSI

Oleh :

EVITA SOLA GRACIA 160100191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

HUBUNGAN GIARDIASIS DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SD INPRES 104222

DAN SDN 101828 DI DESA SEI GLUGUR, KECAMATAN PANCUR BATU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

EVITA SOLA GRACIA 160100191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

i

HALAMAN PENGESAHAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Giardiasis Dengan Status Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di SD INPRES 104222 Dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga kepada anggota keluarga penulis, ayahanda penulis dr. Juliamor Sinulingga,Sp.Rad,. ibunda penulis dr.

Natalena br Tarigan, abangnda penulis Adrian Gabresi Sinulingga, adik penulis Angela Kinia atas dukungan moril, materiil, kasih sayang, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Adelina Haryani Sinambela, MKT, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Dra. Merina Panggabean, M.Med.Sc, selaku Ketua Penguji yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

4. dr. Melati Silvanni Nasution, M.ked (PD), Sp.PD, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

(5)

iii

5. dr. Putri Amelia, M.Ked (Ped), Sp.A dan dr. Putri Chairani Eyanoer, MS.Epi., Ph.D. yang telah memberi arahan dan dukungan dalam pengerjaan penulisan skripsi ini hingga selesai.

6. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan dan seluruh pegawai FK USU yang telah membantu 7. Teman-teman penulis, Ekaristi R. Manurung, David Franli, Geubrina Kananda, Jeannis Clara, Nurhaliza Harahap, Putri Revina, Angeline, Rosarina, Asnita Bella, Imelda Clara, Nathasia Omega, Yesika Maria, Chaterine, Vita Titania yang senantiasa menghibur, mendukung dan membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman sejawat Stambuk 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memberi berbagai dukungan selama penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung yang telah mendukung, membantu dan mendoakan dalam penyelesaian skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis hasil penelitian ini.

Medan, 19 Desember 2019 Hormat Saya,

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Lampiran ... viii

Daftar Singkatan ... ix

Abstrak ... x

Abstract ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Giardia lamblia ... 5

2.1.1 Epidemiologi ... 5

2.1.2 Faktor Risiko ... 5

2.1.3 Morfologi ... 6

2.1.4 Siklus Hidup ... 7

2.1.5 Patogenesis... 7

2.1.6 Manifestasi Klinis ... 8

2.1.7 Penegakan Diagnosa ... 8

2.1.8 Tatalaksana ... 8

2.1.9 Pencegahan ... 8

2.2 Status Gizi ... 9

2.2.1 Peranan Gizi ... 9

(7)

v

2.2.2 Penilaian Status Gizi ... 9

2.2.2.1 Indeks Antropometri ... 9

2.2.3 Penentuan Status Gizi ... 10

2.3 Hubungan Giardiasis dengan Status Gizi ... 11

2.4 Kerangka Teori ... 12

2.5 Kerangka Konsep ... 13

2.6 Hipotesis ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Rancangan Penelitian ... 14

3.2 Lokasi Penelitian ... 14

3.3 Populasi dan Sampel ... 14

3.3.1 Populasi ... 14

3.3.2 Sampel ... 14

3.3.3 Besar Sampel ... 15

3.4 Definisi dan Variabel Operasional Penelitian ... 16

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.5.1 Jenis data ... 18

3.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 18

3.6 Alat Penelitian ... 18

3.7 Cara Kerja Penelitian ... 19

3.8 Alur Kerja Penelitian ... 21

3.9 Metode Analisis Data ... 21

3.9.1 Analisis Univariat ... 21

3.9.2 Analisis Bivariat ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

5.1 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 37

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Bentuk trofozoit G.lamblia ... 6

2.2 Bentuk kista G.lamblia ... 6

2.3 Siklus hidup Giardia lamblia ... 7

2.4 Kurva CDC TB/U, BB/U, BB/TB ... 11

2.5 Kerangka teori ... 12

2.6 Kerangka konsep ... 13

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Penentuan Status Gizi menurut Kriteria

Waterlow dan CDC ... 10

3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 16

4.1 Gambaran Karateristik Sampel Penelitian ... 22

4.2 Data Distribusi Sampel berdarkan Kelas, Umur, Angka Kejadian Giardiasis ... 24

4.3 Data Distribusi Sampel penelitian Berdasarkan Berat Badan Menurut Usia ... 24

4.4 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasrkan Tinggi badan Menurut Usia ... 25

4.5 Gambaran Status Gizi Responden yang Mengalami Giardiasis ... 26

4.6 Data Distribusi Sampel Penelitian BB/TB ... 27

4.7 Hubungan Giardiasis dengan BB/U ... 27

4.8 Hubungan Giardiasis dengan TB/U ... 28

4.9 Hubungan Giardiasis dengan BB/TB ... 29

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

A Lampiran Biodata Penulis ... 36

B Lampiran Pernyataan Orisinalitas ... 38

C Lembar Biodata Orang Tua Siswa ... 39

D Lembar Penjelasan ... 40

E Informed Consent ... 42

F Data Induk ... 43

G Kurva CDC TB/U, BB/U, dan BB/TB ... 51

H Surat Survei awal Penelitian 101828 ... 53

I Surat Survei Awal Penelitian 104222 ... 54

J Ethical Clearance ... 55

K Surat Ijin Penelitian SD INPRES 104222 ... 56

L Surat Ijin Penelitian SD INPRES 101828 ... 58

M Hasil Uji Variabel Hubungan Giardiasis dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar ... 60

N Foto Pelaksanaan dalam Penelitian ... 64

(11)

ix

DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan

BB / U : Berat Badan Dibandingkan dengan Usia

BB/TB : Berat Badan dibandingkan dengan Tinggi Badan CDC : The Centre for Disease Control and Prevention

FK : Fakultas Kedokteran

G.lamblia : Giardia lamblia

KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

TB : Tinggi Badan

TB / U : Tinggi Badan Dibandingkan dengan Usia USU : Universitas Sumatera Utara

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang. Giardia lamblia adalah protozoa yang menyebabkan infeksi pada usus yang disebut giardiasis. Infeksi ini dapat menyebabkan proses penyerapan zat gizi tidak maksimal.

Giardiasis dapat mengakibatkan penurunan status gizi. Tujuan. Mengetahui hubungan antara giardiasis dengan status gizi pada usia anak sekolah dasar di SD INPRES 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilakukan dengan metode cross sectional. Pengumpulan data dilakukan di SD INPRES 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu yang memenuhi kriteria inklusi dengan metode stratified random sampling dengan sampel sebanyak 114 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan sampel tinja menggunakan teknik formol eter concentration di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara. Data dianalisis dengan uji Spearman untuk menilai hubungan giardiasis dengan status gizi. Hasil. Angka kejadian infeksi Giardia lamblia sebanyak 7%. Berdasarkan indeks BB/TB, didapatkan 8 orang memiliki status gizi buruk (7%), 61 orang dengan status gizi kurang (53,5%),27 orang dengan gizi sedang (23,7%), 12 orang dengan gizi baik(10,5%), Overweight sebanyak 1 orang (0,9%), dan 5 orang dengan status gizi obesitas (4,4%). Hasil perhitungan statistik dengan uji korelasi Spearman memperlihatkan tidak terdapat hubungan bermakna antara giardiasis dengan BB/TB dengan nilai p = 0,156 ( p > 0,05). Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna giardiasis dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar.

Kata kunci : BB/TB, giardiasis, sekolah dasar, status gizi

.

(13)

xii ABSTRACT

Background. Giardia lamblia is a protozoan that causes an intestinal infection called giardiasis.

This infection can cause the process of absorption of nutrients is not optimal. Giardiasis can result in a decrease in nutritional status. Aim. Knowing the relationship between giardiasis and nutritional status at the age of elementary school children in SD INPRES 104222 and 101828 in Sei Glugur Village in Pancur Batu. Method. This research is an analytical study conducted by cross sectional method. Data collection was carried out at INPRES 104222 and 101828 in Sei Glugur Village in Pancur Batu District. Primary data collection was carried out by anthropometric examination and examination of stool samples using the formol ether concentration technique at the Parasitology Laboratory of the Faculty of Medicine, North Sumatra University. Next, the data were analyzed by Spearman test to assess the relationship between giardiasis and nutritional status. Results.

Obtained from 114 children who met the inclusion criteria, the incidence of Giardia lamblia infection was 7%. Based on the WFH index, 8 people had poor nutritional status (7%), 61 people with underweight nutritional status (53.5%), 27 people with moderate nutrition (23.7%), 12 people with good nutrition ( 10, 5%), Overweight by 1 person (0.9%), and 5 people with obese (4.4%). The results of statistical calculations with the Spearman test were considered not related to giardiasis with WFH with a value of p = 0.156 (p> 0.05). Conclusion. There is no relation beetween giardiasis with nutritional status in elementary school children.

Keywords: WFA, giardiasis, elementary school , nutritional status

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Infeksi protozoa intestinal masih menjadi masalah di beberapa negara di dunia.

Hal ini dibuktikan dengan prevalensi yang masih tinggi dan tersebar luas di daerah tropik maupun subtropik termasuk Indonesia. Infeksi ini terjadi pada wilayah dengan tingkat sosio ekonomi rendah dan ditunjang oleh higiene sanitasi penduduk yang buruk (Anorital, 2010). Keadaan lingkungan dan sosio ekonomi cukup berpengaruh, seperti hasil dari penelitian yang dilakukan Nilamsari, prevalensi protozoa usus di daerah pedesaan sebanyak 62,68 %. Dimana hasil tersebut lebih besar disbanding prevalensi protozoa usus di daerah perkotaan sebanyak 36,99 % (2010).

Salah satu protozoa yang paling sering menginfeksi adalah Giardia lamblia.

Parasit ini disebut juga sebagai Lamblia intestinalis atau Giardia lamblia intestinalis (Soedarto, 2016) dan Giardia duodenalis (CDC 2015 ). Giardia lamblia dapat menginfeksi manusia melalui makanan atau minuman yang tercemar kista infektif. Penyakit yang disebabkan infeksi ini disebut giardiasis. Infeksi G. lamblia cenderung lebih sering pada anak-anak. Prevalensi usia dibawah 10 tahun lebih banyak terinfeksi dibanding di atas usia 10 tahun (Al. Mekhlafi, et al., 2013).

Penularan juga dapat terjadi melalui transmisi dari hewan ke manusia seperti anjing, kucing, musang, mamalia kecil, seperti kelinci, dan hewan ternak. Transmisi ini meningkatkan faktor risiko (Anna, 2012).

Giardiasis dilaporkan menjadi masalah di negara-negara berkembang, khususnya terjadi pada anak-anak. Di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, diperkirakan bahwa G. lamblia menginfeksi 200 juta orang. Sebuah penelitian menunjukan 18,2% anak pra sekolah di Ghana terinfeksi oleh Giardia lamblia (Yason dan Rivera, 2007; Saputra et al., 2017).

Hasil penelitian infeksi protozoa pada anak di daerah Sumatera Barat menunjukkan bahwa anak-anak yang terinfeksi protozoa intestinal sebesar 40,91%.

Berdasarkan spesies penyebabnya, Giardia lamblia merupakan protozoa yang

(15)

2

paling banyak menginfeksi anak binaan rumah singgah amanah (37,88%) (Nurhayati, 2010).

Infeksi dan status gizi saling berhubungan. Status gizi dipengaruhi asupan gizi makronutrien dan mikronutrien yang seimbang. Tiga faktor yang memengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung, yaitu anak tidak cukup mendapat makanan gizi seimbang, tidak mendapat asupan gizi memadai, dan anak menderita penyakit infeksi (Alatas, 2011). Infeksi dapat menyebabkan proses penyerapan zat gizi tidak maksimal. Infeksi parasit usus dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak (gangguan status gizi). Bahkan untuk dampak jangka panjang bisa mengakibatkan penurunan daya pikir, penurunan prestasi, dan produktivitas . (Julianti, 2014). Anak usia sekolah sangat rawan untuk infeksi, karena higiene perorangan yang buruk, serta kebiasaan jajan tanpa memperhatikan kebersihan.

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka merupakan generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia harus dilakukan sejak dini dan berkesinambungan (Singh, 2014). Untuk itu dibutuhkan pemantauan dan penilaian status gizi anak usia sekolah. Penilaian status gizi dapat dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Kemenkes RI,2017).

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi tahun 2017 menunjukkan bahwa secara nasional pada kelompok anak usia 5 – 12 tahun terdapat prevalensi sangat pendek sebesar 8,3 % dan pendek 19,4 %. Prevalensi sangat kurus sebesar 3,4 % dan prevalensi kurus sebesar 7,5% . Di Sumatera Utara sendiri, persentase anak sekolah dan remaja (5-12 tahun) sangat pendek berdasarkan indeks TB/U sebesar 13,4% dan pendek sebesar 20,3%. Persentase anak dan remaja sangat kurus sebesar 20,3 % dan kurus sebesar 6%. Kejadian status gizi kurang masih terjadi di wilayah Sumatera Utara (Kemenkes RI, 2017).

Penelitian yang dilakukan Ettehad pada tahun 2010 juga memberikan hasil bahwa ada korelasi antara giardiasis dan status gizi. Infeksi Giardia lamblia dapat memengaruhi pada beberapa faktor antropometri serta asupan kalori di beberapa nutrisi dan kelompok usia lainnya.

(16)

Berdasarkan penelitian Al Mekhlafi pada tahun 2013, tentang efek dari infeksi Giardia duodenalis terhadap pertumbuhan anak sekolah di Malaysia,

mengungkapkan prevalensi yang tinggi dari infeksi Giardia duodenalis dan malnutrisi di kalangan anak sekolah di pedesaan Malaysia. G. duodenalis tampaknya menjadi faktor yang kuat untuk pertumbuhan terhadap berat badan tetapi tidak tinggi anak-anak.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara giardiasis dengan status gizi anak pada usia Sekolah Dasar di SD INPRES 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas terdapat masalah atau pernyataan yaitu : Apakah terdapat Hubungan Giardiasis dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di SD INPRES 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan giardiasis dengan status gizi anak usia sekolah dasar di SD INPRES 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi Giardia lamblia pada anak usia sekolah dasar di SD INPRES 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

2. Untuk mengetahui status gizi anak usia sekolah dasar di SD INPRES 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

(17)

4 1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat bagi Penulis

Data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat

1. Mendapat informasi dan pengetahuan mengenai infeksi Giardia lamblia pada usia anak sekolah SD Inpres 104222 dan SDN 101828 Di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

2. Mendapat informasi bagaimana keadaan status gizi anak usia sekolah dasar di di SD Inpres 104222 dan SDN 101828 Di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

3. Meningkatkan kesadaran bagi pihak sekolah, orang tua siswa, dan siswa akan kejadian infeksi Giardia lamblia.

1.4.3 Manfaat bagi Pendidikan di FK-USU

1. Merealisasikan tridharma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dantugasnya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyararakat.

2. Bidang penelitian, hasil ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Giardia lamblia

Parasit ini disebut juga sebagai Lamblia intestinalis atau Giardia lamblia intestinalis (Soedarto, 2016) dan Giardia duodenalis (2015). Giardia lamblia merupakan suatu protozoa kosmopolitan, tetapi sering berada pada daerah dengan iklim hangat. Spesies ini merupakan jenis flagelata yang berada di saluran pencernaan manusia terutama yang paling rentan adalah anak-anak (Schmidt &

Roberts, 2009). Manusia adalah hospes alamiah Giardia lamblia. Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut giardiasis. (Sutanto & Gandahusada, 2016)

2.1.1 Epidemiologi

Giardia lamblia ditemukan kosmopolit, prevalensinya 2-25 % atau lebih, tergantung dari golongan umur yang diperiksa dan sanitasi lingkungan. Giardia lamblia lebih sering ditemukan pada anak daripada orang dewasa, terutama pada anak berumur 6-10 tahun dari keluarga besar, di rumah yatim piatu dan di sekolah dasar. Pada orang dewasa Giardia lamblia ditemukan pada orang yang berpergian (travelers diarrhea) dikarenakan air minum yang terkontaminasi pada daerah tersebut (Sutanto & Gandahusada, 2016).

Penelitian Simadibrata pada tahun 2004 menunjukkan prevalensi G. lamblia di Indonesia sebesar 3,62 % (Soedarto, 2016).

2.1.2 Faktor Risiko

Semua orang dapat terinfeksi Giardia lamblia. Namun ada bebarapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan giardiasis, antara lain :

1. Wisatawan yang berpergian ke daerah endemik giardiasis 2. Orang-orang yang berada di penitipan anak

3. Higiene pribadi yang buruk

4. Berbagi alat/mainan yang terinfeksi feses positif G.lamblia 5. Paling rentan saat terjadi kontak tangan – mulut

(19)

6

6. Orang yang berpergian atau berkemah, meminum air langsung dari danau atau sungai

7. Kontak dengan binatang yang terinfeksi 8. Homoseksual ( pria dengan pria )

(Feng & Xiao, 2011 ; CDC, 2015) 2.1.3 Morfologi

Terdapat dua bentuk Giardia lamblia, yaitu bentuk trofozoit dan bentuk kista.

a. Bentuk Trofozoit

Bentuk trofozoit yang mirip buah pir dengan tubuh yang bilateral simetris.

Panjang trofozoit sekitar 14 mikron dengan lebar sekitar 7 mikron mempunyai ujung anterior yang melebar dan membulat, sedangkan bagian posterior meruncing.

Permukaan bagian dorsal cembung sedangkan bagian ventral cekung (Soedarto, 2016). Trofozoit mempunyai empat pasang flagel yang berasal dari 4 pasang blefaroplas (Sutanto & Gandahusada, 2016). Trofozoit memiliki satu batil isap besar, sepasang aksostil, serta empat pasang flagel (Schmidt & Roberts, 2009).

b. Bentuk Kista

Bentuk kista Giardia lamblia bentuknya lonjong mempunyai 2-4 buah inti (Soedarto, 2016). Kista yang baru terbentuk memiliki dua inti, tetapi kista dewasa memiliki empat inti. Kista memiliki diameter 10-14 mikrometer, memiliki dua lapis dinding, serta berbentuk oval (Schmidt & Roberts, 2009).

Gambar 2.1. Bentuk trofozoit G. lamblia Gambar 2.2. Bentuk kista G. lamblia (Sumber: CDC, 2017) (Sumber: CDC, 2017)

(20)

2.1.4 Siklus Hidup

G.lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal yeyunum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Bila kista tertelan, terjadi ekskistasi (setiap kista menghasilkan dua trofozoit) di duodenum, kemudian sitoplasmanya akan membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga terbentuk 2 trofozoit. Trofozit kemudian berkembang biak dengan cara belah pasang longitudinal (Sutanto & Gandahusada, 2016; CDC, 2017).

Kista adalah bentuk resisten dan bertanggung jawab untuk transmisi dari giardiasis. Kista trofozoit dan keduanya dapat ditemukan dalam tinja (tahap diagnostik). Kista dapat bertahan beberapa bulan dalam air dingin (CDC, 2017).

Gambar 2.3. Siklus Hidup Giardia lamblia

Sumber : https://www.cdc.gov/dpdx/Giardia lambliasis/index.html

2.1.5 Patogenesis Giardiasis

Masa inkubasi berlangsung 9-15 hari (Sutanto & Gandahusada, 2016).

Melekatnya G.lamblia pada epitel sel usus halus tidak selalu menimbulkan gejala.

Perubahan histopatologi pada mukosa dapat minimal atau berat yang menyebabkan atrofi vilus, kerusakan enterosit, dan hyperplasia kriptus, seperti tampak pada

(21)

8

sindrom malaabsorpsi. Tekanan hisapan dari perlekatan trofozoit menggunakan batil isap dapat merusak mikrovili (Maulanisa, 2009). Flagel yang menyelimuti epitel intestinal akan merusak mikrovili serta mengganggu penyerapan lemak serta nutrien lainnya, sehingga menimbulkan keluhan pencernaan (Thompson, 2000).

2.1.6 Manifestasi Klinis

Gejala klinis dari giardiasis bisa berupa demam, nyeri perut, gangguan perut di daerah epigastrium, mual, muntah, dan kembung. Penderita juga mengalami diare, sindrom malaabsorpsi vitamin A dan lemak serta anemia (Soedarto, 2016; Sutanto

& Gandahusada, 2016).

Namun beberapa giardiasis tidak menimbulkan gejala klinis, yang disebut sebagai giardiasis asimptomatik. Giardiasis asimptomatik adalah giardiasis yang tidak menunjukkan gejala atau keluhan tetapi pada pasien dapat ditemukan kista dalam tinja penderita. Penderita tampak sehat tanpa menunjukkan gejala giardiasis.

Kondisi ini mempunyai potensi yang besar untuk menyebarkan parasit terhadap lingkungan di sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama pada anak (Rulinny, 2016).

2.1.7 Penegakkan Diagnosa

Giardiasis dapat didiagnosis melalui identifikasi mikroskopis, dengan ditemukannya trofozoit atau kista dalam tinja. Dilakukan pemeriksaan langsung pada sampel dengan prosedur konsentrasi. Pengulangan pemeriksaan sampel mungkin diperlukan dalam diagnosa (CDC, 2017).

2.1.8 Tatalakasana

Beberapa obat dapat digunakan untuk mengobati infeksi Giardia lamblia.

Pengobatan yang efektif termasuk metronidazole, tinidazole, dan nitazoxanide.

Alternatif untuk obat-obat ini termasuk paromomycinus, quinacrine, dan furazolidone ( CDC, 2017).

2.1.9 Pencegahan

G. lamblia menginfeksi melalui makanan dan melalui air yang terkontaminasi, maka dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :

a. Memperhatikan higiene per orangan, keluarga, kelompok b. Sanitasi air minum

(22)

c. Klorinasi air minum untuk mengeliminasi kista G.lamblia, dibutuhkan perhitungan lanjut dalam penggunaan klorin

d. Merebus air sampai mendidih minimal 1 menit e. Memasak makanan hingga matang

(Sutanto & Gandahusada, 2016) 2.2 STATUS GIZI

2.2.1 Peranan gizi

- Sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas, bila yang diperoleh tidak cukup, maka orang akan bekerja di bawah kapasitas seharusnya

- Daya tahan tubuh terhadap infeksi, penyakit infeksi bisa menyebabkan gizi anak menjadi buruk, begitu juga sebaliknya

- Daya kerja otak dan kebugarannya sangat dipengaruhi oleh kecukupan zat gizi, yang diperlukan untuk terlaksananya berbagai fungsi otak

(Ariani, 2017).

2.2.2 Penilaian Status Gizi

Status gizi dapat dipengaruhi juga oleh faktor sosio ekonomi. Masyarakat yang tergolong miskin dan berpendidikan rendah merupakan kelompok yang paling rawan masalah status gizi (Roedjito,1989).

2.2.2.1 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi anak sekolah. Pengertian antropometri berhubungan dengan berbagai pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Dasar antropometri adalah konsep pertumbuhan (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Berikut beberapa parameter yang digunakan : 1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah suatu salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).

(23)

10 2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang pendek. Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat Badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan searah degan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur.

2.2.3 Penentuan Status Gizi

Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Grafik WHO 2006 digunakan untuk usia kurang dari 5 tahun karena mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan CDC 2000. Subyek penelitian pada WHO 2006 berasal dari 5 benua dan mempunyai lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan optimal. Untuk usia diatas usia 5 tahun hingga 18 tahun digunakan grafik CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB (IDAI, 2011).

Tabel 2.1 Penentuan Status Gizi Menurut Kriteria Waterlow dan CDC

Status Gizi BB/TB (% median) IMT CDC

Obesitas < 120 P 95

Overweight < 110 P 85-95

Normal < 90

Gizi Kurang 70 – 90

Gizi Buruk < 70

Sumber : IDAI, 2013.

(24)

Gambar 2.4 Kurva CDC TB/U, BB/U, dan BB/TB Sumber : https://www.cdc.gov/growthcharts/2000growthchart-us.

2.3 HUBUNGAN GIARDIASIS DENGAN STATUS GIZI

Infeksi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi terjadinya kekurangan gizi karena infeksi dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi patogen, sehingga gizi sulit diserap dan menghambat pertumbuhan. Infeksi dapat terjadi apabila anak cenderung mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi sehingga menyebabkan kerusakan usus, yang ditandai dengan abnormalitas struktur epitel, perubahan integritas barrier usus, inflamasi mukosa, dan penurunan absorbsi nutrisi (Ghani,2018).

Salah satu infeksi patogen yang berkaitan dengan kejadian gangguan status gzi adalah giardiasis yang disebabkan oleh protozoa Giardia lamblia. Infeksi Giardia lamblia dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, asupan makanan, gangguan perut di daerah epigastrium, bahkan mengalami diare, sindrom malaabsorpsi vitamin A dan lemak serta anemia (Soedarto, 2016; Sutanto & Gandahusada, 2016).

(25)

12

Perubahan histopatologi pada mukosa dapat minimal atau berat yang menyebabkan atrofi vilus, kerusakan enterosit, dan hiperplasia kriptus, seperti tampak pada sindrom malaabsorpsi. Giardia lamblia dapat merusak mikrovili serta mengganggu penyerapan lemak serta nutrien lainnya (Thompson, 2000).

2.4 KERANGKA TEORI

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka teori pada penelitian ini adalah :

Gambar 2.5 Kerangka Teori Giardia lamblia

- Epidemiologi - Faktor Risiko - Morfologi - Siklus hidup - Patogenesis - Manifestasi Klinis - Cara infeksi

- Penegakkan diagnosa - Tatalaksana

- Pencegahan - Usia anak

-Tingkat pendidikan orang tua

-Sosial-ekonomi keluarga anak

Giardiasis

Status Gizi

- BB/ U - TB/U - BB/TB Pemeriksaan

tinja

(26)

2.5 KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

Ha : Ada hubungan giardiasis dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar.

Ho : Tidak ada hubungan giardiasis dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar.

Giardiasis Status Gizi

Anak Usia Sekolah Dasar

(27)

14 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan giardiasis dengan status gizi pada usia anak sekolah dasar di SD INPRES 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

3.2 LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SD INPRES 104222 di Desa Sei Glugur dan SD 101828 Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa kelas I, II, III di SD INPRES 104222 di Desa Sei Glugur dan SD 101828 di Desa Sei Glugur di Kecamatan Pancur Batu tahun ajaran 2019/2020. Jumlah populasi seluruhnya 193 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian memiliki kriteria sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden dan mengumpulkan feses.

2. Siswa kelas I, II, dan III di SD tersebut.

b. Kriteria Eksklusi

1. Tidak mengembalikan tabung sampel feses.

2. Mengonsumsi obat anti parasit atau obat cacing 6 bulan sebelumnya

(28)

3.3.3 Besar Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak stratifikasi (stratified random sampling) yang dimana peneliti akan mengambil sampel dari beberapa siswa yang mewakili.

Perkiraan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lemeshow, sebagai berikut :

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal yang dibutuhkan Z = derajat kepercayaan = 1,96

d = limit of error = 0,1

p = proporsi kejadian infeksi protozoa usus = 0,3788 (Nurhayati, 2010)

Berdasarkan rumus tersebut, maka didapati besar sampel sebagai berikut : 𝑛 =1,962 𝑥 0,3788 𝑥 (1 − 0,3788)

0,12 𝑛 = 0,904

0,01

n = 90, 4 ≈ 91 responden

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan minimal jumlah sampel sebesar 91 orang. Hasil perhitungan 91 orang merupakan jumlah minimal dalam penelitian ini, jumlah sampel yang mengumpulkan sampel sebanyak 114 responden. Jumlah akhir responden yang dilakukan penilaian hubungan giardiasis dengan status gizi sebanyak 114 orang.

(29)

1

3.4 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1. Jenis Kelamin Pertanda biologis seseorang

Anamnesis Formulir Nominal -Laki-laki

-Perempuan 2. Usia Kurun waktu yang

dihitung sejak dilahirkan sampai saat ini

Anamnesis Formulir Numerik Semua umur dalam

satuan tahun

3. Giardiasis Infeksi Giardia lamblia pada responden

Pemeriksaan sampel tinja secara mikroskopis

Metode formol eter concentration dan pemeriksaan mikroskopis

Nominal Positif Negatif

4. Status Gizi (BB/TB)

Suatu keadaan gizi anak yang dinilai dengan berat badan dan tinggi badan menggunakan kurva CDC

Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dianalisis kurva CDC

Kurva CDC Ordinal Gizi Buruk

Gizi Kurang Gizi Normal Overweight Obesitas

16

(30)

5. BB/U Indikator sederhana status gizi seorang anak dengan menggunakan berat badan dan usia anak.

Mengukur berat badan dengan menggunakan timbangan

Timbangan dengan spesifikasi : Merek (GEA);

maks = 150 kg

Ordinal > 120 = Obesitas

≥ 110 - 120%= Gizi Lebih

≥ 90 - 110% = Gizi Baik

≥ 80 - 90%= Gizi Sedang

≥ 70 - 80%= Gizi Kurang

< 70%= Gizi Buruk

6. TB/U Indikator sederhana status gizi seorang anak dengan menggunakan tinggi badan dan usia anak.

Mengukur tinggi badan dengan menggunakan meteran dengan posisi bdan berdiri tegak

Stature Meter dengan spesifikasi : Merek (Genral Care) ;

max = 2 m/200 cm

Ordinal Pendek : < persentil ke-5 Normal :

persentil ke-5 < TB/U <

persentil ke-95 Tinggi :

≥ Persentil ke-95

17

(31)

1 3.5 METODE PENGUMPULAN DATA 3.5.1 Jenis Data

Pada penelitian ini, data yang diambil adalah data primer berupa hasil pemeriksaan feses dengan metode konsentrasi formol eter di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara serta biodata siswa dan orang tua yang diisi oleh orang tua siswa.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas I,II,III di SD INPRES 104222 Desa Sei Glugur dan SD 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu tahun ajaran 2019/2020. Untuk melihat keadaan sosio ekonomi, pendapatan orang tua anak, digunakan pengumpulan data melalui kuisioner. Untuk menilai infeksi Giardia lamblia di usus dilihat melalui pemeriksaan feses dengan teknik Konsentrasi Formol Eter. Untuk pengumpulan sampel feses, peneliti akan memberikan pot yang sudah diberi label. Kemudian, siswa akan mengambil sedikit feses mereka menggunakan sendok plastik kecil dan memasukannya ke dalam pot. Sampel feses yang sudah dikumpulkan akan diidentifikasi di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.6 ALAT PENELITIAN 3.6.1 Pemeriksaan Tinja

Alat yang dibutuhkan adalah, sebagai berikut : a. Sampel tinja

b. Mikroskop c. Kaca objek

d. Penutup kaca objek e. Centrifuge

f. Tabung centrifuge

g. Aplikator yang terbuat dari kayu h. Penyaring berupa kain kasa i. Pipet Pasteur

j. Gelas beker

(32)

k. Larutan formalin 10% (100 ml larutan formaldehid 37% dalam 900 ml air suling)

l. Eter atau etil asetat.

m. Aquades

3.6.2 Pemeriksaan status gizi

Alat yang dibutuhkan adalah timbangan, stature meter, kurva CDC 2000, pena, kertas.

3.7 CARA KERJA PENELITIAN 3.7.1 Pemeriksaan Tinja

Pemeriksaan tinja dilakukan menggunakan teknik konsentrasi formol eter (Formol Eter Concentration).

Cara Kerja :

1. Dengan aplikator, ambil sedikit (kira-kira 0,5 g) feses

2. Tambahkan 7 ml formalin 10%, emulsikan feses dalam formalin, 3. Saring menggunakan kain kasa ke dalam dalam centrifuge tube.

4. Tambahkan 3 ml eter (atau etil asetat).

5. Sumbat tabung dan kocok hingga isinya tercampur merata.

6. Lakukan sentrifugasi pada 2000 g selama 1 menit.

7. Bersihkan gumpalan lemak menggunakan aplikator dan buang supernatan.

8. Biarkan cairan yang tersisa di dinding tabung mengalir memicu endapan.

Selanjutnya, kocok hingga merata. Dengan pipet, pindahkan setetes cairan tersebut ke atas kaca objek.

9. Teteskan 1 tetes larutan lugol pada kaca objek dan tutup dengan penutup kaca objek, aduk sedikit agar menyatu, kemudian tutup dengan penutup 10. Gunakan objektif x10 dan x40 untuk mengamati trofozoit dan kista dalam keseluruhan lapangan pandang preparat pada penutup kaca objek tersebut.

( Susanty,2018).

(33)

20 3.7.2 Pemeriksaan Status Gizi.

Status gizi anak diukur dengan menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) anak, lalu menginterpretasikan hasilnya dalam indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB

1. Cara Mengukur Indeks BB/U : 1. Menentukan umur anak

2. Memakai grafik CDC 2000 sesuai usia dan jenis kelaminnya

3. Melihat sumbu vertikal dan sesuaikan usia dan tinggi badan yang diukur dan diberi tanda silang

4. Kemudian menarik garis putus-putus horizontal ke kanan atau ke kiri menuju garis persentil 50 pada grafik tinggi badan dan diberi tanda titik 5. Dari tanda titik pada garis persentil 50 grafik tinggi lanjutkan garis putus-

putus vertikal ke bawah menuju garis persentil 50 pada grafik berat badan dan diberi tanda titik

6. Kemudian dari tanda titik dari garis persentil 50 grafik berat badan lanjutkkan penarikan garis putus-putus secara horizontal ke kanan atau ke kiri menuju sumbu vertikal bawah berat badan dan beri tanda silang 7. Baca skala berat badan seharusnya pada sumbu vertikal bawah berat badan 8. Tentukan median BB/U dalam persentil dengan rumus BB sekarang/ BB

ideal x 100% dan hasil diinterpretasikan 2. Cara Mengukur Indeks TB/U

1. Menentukan umur anak

2. Memakai grafik CDC 2000 sesuai usia dan jenis kelaminnya

3. Melihat sumbu vertikal dan sesuaikan usia dan tinggi badan yang diukur dan diberi tanda silang

4. Interpretasikan hasil 3. Cara Mengukur BB/TB

1. Tentukan jenis kelamin anak,

2. Tarik garis mendatar melalui tinggi badan anak yang normal, yaitu persentil 50 3. Dari titik persentil 50 tinggi bdan, tarik garis vertical ke bawah sehingga

menyilang dengan garis berat badan pada persentil 50

(34)

4. ketika sudah didapatkan nilai bb seharusnya, bandingkan berat badan anak dengan berat badan seharusnya, lalu dikalikan 100%.

3.8 ALUR KERJA PENELITIAN

1. Penulis membuat surat izin kode etik kepada ketua komite etika penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Setelah mendapat surat izin dari komite etik, penulis membuat surat izin penelitian dan mengirimkannya kepada pihak sekolah.

3. Bertemu dengan kepala sekolah.

4. Melakukan penyuluhan di Sekolah Dasar.

5. Meminta dan mendapat izin dari siswa dan orang tua siswa.

6. Mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian

7. Memeriksa spesimen tinja dan status gizi, lalu melakukan analisis data 8. Melakukan laporan analisis data

3.9 METODE ANALISIS DATA 3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendsikripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmojo,2012). Data kategorik seperti giardiasis, status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Pada penelitian ini untuk melihat hubungan giardiasis dengan status gizi.

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program computer SPSS. Uji Spearman untuk menganalisis dan menilai presentase giardiasis dengan status gizi.

(35)

22 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) sekolah dasar di desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu, yaitu SD Negeri 101828 SD Negeri 104222. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1, 2, dan 3 SD. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 114 orang yang dipilih dengan metode stratified random sampling.

Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Sampel Penelitian

KARAKTERISTIK JUMLAH (ORANG) PERSENTASE (%) Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

42 72

36,8 63,2 Usia (tahun)

5 6 7 8 9 10

2 26 38 19 24 5

1,8 22,8 33,3 16,7 21,1 4,4 Asal Sekolah

SDN 101828 42 36,8

SDN 104222 72 63,2

Kelas 1 SD 2 SD 3 SD

43 38 33

37,7 33,3 28,9 Pendidikan Terakhir Orang

Tua

SD 6 5,3

SMP 22 19,3

SMA 75 65,8

S1/S2 11 9,6

Pekerjaan Orang Tua

Buruh Harian 38 33,3

PNS 11 9,6

Petani 41 36

Wiraswasta 24 21,1

Pendapatan Orang Tua ( Rp)

≤ 500.000 41 36

500.000-1.000.000 53 46,5

1.000.000-2.000.000 15 13,2

2.000.000-3.000.000 5 4,4

Total 114 100

(36)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karateristik responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 72 orang (63,2%) dan responden perempuan berjumlah 42 orang (36,8 %). Usia responden yang paling banyak adalah 7 tahun (38%) dan usia responden yang paling sedikit adalah usia 5 tahun (1,8%).

Karateristik responden berdasarkan asal sekolah diketahui bahwa responden dari SDN 101828 dengan jumlah sebanyak 42 orang (36,8%) dan jumlah responden dari SDN 104222 sebanyak 72 orang (63,2%). Karateristik responden berdasarkan kelas, diketahui bahwa responden paling banyak berasal dari kelas 1 SD dengan jumlah 43 orang (37,7%) dan paling sedikit adalah kelas 3 SD dengan jumlah 33 orang (28,9%).

Pendidikan terakhir orang tua responden mayoritas adalah SMA sebanyak 75 orang (65,8%), pendidikan SD sebanyak 6 orang (5,3%). Pekerjaan orang tua paling banyak adalah petani sebanyak 41 orang (36%), pekerjaan buruh harian sebanyak 38 orang (33,3%). Pendapatan orang tua respon paling banyak pada Rp500.000-Rp1.000.000 sebanyak 53 orang (46,5%), pendapatan ≤ Rp 500.000 sebayak 41 orang (36%), pendapatan antara Rp1.000.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 15 orang (13,2%), dan paling sedikit pendapatan orang tua responden pada Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 sebayak 5 orang (4,4%).

Pekerjaan dan pendapatan orang tua siswa dapat memengaruhi keadaan status gizi anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Auliani (2010) dari 96 responden berpendapatan kurang, terdapat 40 responden (41,7%) yang mempunyai balita berstatus gizi baik dan 56 responden (58,3%) memiliki balita berstatus gizi kurang, dengan nilai p 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang sangat signifikan.

Hal ini didukung dengan penelitian Turnip (2014), hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan (p = 0,030) dan pengetahuan (p = 0,014) dengan status gizi anak.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung. Data yang diperoleh berupa status gizi responden melalui pemeriksaan BB dan TB secara langsung dan data infeksi Giardia lamblia yang diperoleh melalui sampel tinja.

(37)

24 Analisisis Univariat

Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Dan Angka Kejadian Giardiasis

GIARDIASIS

Umur

Jumlah (orang)

Persentase (%)

5 6 7 8 9 10

Positif 0 2 4 2 0 0 8 7

Negatif 2 24 34 17 24 5 106 93

Total 2 26 38 19 24 5 114 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengalami giardiasis sebanyak 8 orang (7%), responden yang tidak mengalami giardiasis 106 orang (93%).

Tabel 4.3 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Berat Badan Menurut Usia (BB/U) Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

Gizi Buruk 17 14,9

Gizi Kurang 26 22,8

Gizi Sedang 31 27,2

Gizi Baik 31 27,2

Gizi Lebih 6 5,3

Obesitas 3 2,6

Total 114 100

Dari hasil pengukuran terhadap status gizi anak berdasarkan indeks BB/U pada tabel 4.4, didapatkan anak dengan status gizi buruk sebanyak 17 orang (14,9%).

Sementara anak dengan status gizi sedang dan gizi baik masing-masing sebanyak 28 orang (27,2%). Terdapat anak dengan status gizi obesitas sebanyak 3 orang (2,6%). BB/U menunjukkan status gizi yang bersifat akut. BB/U menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Hal ini berarti menggambarkan status gizi anak saat peneliti melakukan penimbangan berat badan, dimana status gizi yang bersifat sekarang, sangat dipengaruhi oleh asupan gizi anak beberapa hari sebelum dilakukan pemeriksaan.

(38)

Tabel 4.4 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Usia (TB/U) Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

Pendek 29 25.4

Normal 85 74.6

Tinggi 0 0

Total 114 100

Dari hasil pengukuran terhadap status gizi anak berdasarkan indeks TB/U tabel 4.4 didapatkan anak dengan status gizi normal sebanyak 85 orang (74,6%), sementara anak dengan kategori pendek (stunting) sebanyak 29 orang (25,4%).

Anak dengan status gizi tinggi, tidak didapati pada pemeriksaan yang dilakukan.

TB/U menggambarkan status gizi masa lalu (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

TB/U menggambarkan status gizi anak dalam jangka yang sudah lama. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung, yaitu anak tidak cukup mendapat makanan gizi seimbang, tidak mendapat asupan gizi memadai, dan anak menderita penyakit infeksi (Alatas,2011).

Tabel 4.5 Data Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan BB/TB Kategori Jumlah

(Orang) Persentase (%)

Gizi Buruk 1 0,9

Gizi Kurang 40 35,1

Gizi Normal 61 53,5

Overweight 7 6,1

Obesitas 5 4,4

Total 114 100

Berbeda dengan BB/U dan TB/U, pada pemeriksaan status gizi berdasarkan BB/TB, pemeriksaan tidak mempertimbangkan usia responden. Pemeriksaan membandingkan tinggi badan dengan berat badan pada kurva CDC 2000 pada saat pemeriksaan, lalu menilai hasil pemeriksaan tanpa mempertimbangkan usia responden. Grafik pertumbuhan CDC 2000 merupakan acuan dalam penentuan status gizi anak ( IDAI,2011).

Dari hasil pengukuran terhadap status gizi anak berdasarkan BB/TB pada tabel 4.5, didapatkan sebagian besar anak memiliki status normal 61 orang (53,5%), 1 orang anak dengan status gizi buruk (0,9%), 40 orang anak dengan status gizi

(39)

26

kurang (35,1%), status gizi Overweight sebanyak 7 orang (6,1 %), dan anak dengan status gizi obesitas sebanyak 5 orang (4,4%).

Anak usia sekolah membutuhkan energi dan zat gizi lebih dibanding balita.

Tumbuh kembang anak usia sekolah tergantung pada kualitas dan kuantitas asupan gizi yang baik dan benar. Asupan gizi juga harus mempertimbangkan bagaimana aktivitas fisik maupun mental anak. Kebiasaan makan pada anak dapat memengaruhi kesehatan dan akan berhubungan dengan status gizi anak (Mitayani dan Sartika, 2010).

Tabel 4.6 Gambaran Status Gizi Responden yang Mengalami Giardiasis Status Gizi Kategori Hasil Pemeriksaan Positif

( orang )

Persentase (%)

Indeks BB/U

Gizi Buruk 0 0

Gizi Kurang 2 25

Gizi Sedang 3 37,5

Gizi Baik 3 37,5

Gizi Lebih 0 0

Obesitas 0 0

Indeks TB/U

Pendek 1 12,5

Normal 7 87,5

Tinggi 0 0

Indeks BB/TB

Gizi Buruk 0 0

Gizi Kurang 5 62,5

Normal 3 37,5

Overweight 0 0

Obesitas 0 0

Total 8 100

Dilihat pada tabel 4.6 berdasarkan indeks BB/U responden yang positif mengalami giardiasis memiliki status gizi kurang sebanyak 2 orang (25%), gizi sedang sebanyak 3 orang (37,5 %), gizi baik sebanyak 3 orang (37,5 %).

Berdasarkan TB/U status gizi respondne pendek sebanyak 1 orang (12,5 %), normal

(40)

sebanyak 7 orang (87,5 %). Berdasarkan indeks BB/TB responden yang memiliki status gizi kurang sebanyak 5 orang (62,5%), normal sebanyak 3 orang (37,5%).

Analisis Bivariat

Tabel 4.7 Hubungan Giardiasis Dengan BB/U

BB/U Hasil Pemeriksaan

Total P value Positif Negatif

Gizi Buruk 0 17 17

0.586

Gizi Kurang 2 24 26

Gizi Sedang 3 28 31

Gizi Baik 3 28 31

Gizi Lebih 0 6 6

Obesitas 0 3 3

Total 8 106 114

Tabel 4.6 menunjukkan hubungan hasil pemeriksaan mikroskopis infeksi Giardia lamblia dengan status gizi berdasarkan BB/U. Berdasarkan uji analisis Spearman diperoleh p-value 0,586 yang berarti menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara giardiasis dengan status gizi berdasarkan BB/U.

Hasil penelitian ini bebeda dengan hasil penelitian Bachtiar (2018), prevalensi giardiasis terhadap status gizi siswa di pulau Mandangin dengan kelurahan Mojo berbeda signifikan dengan nilai p=0,021. Berbeda juga dengan penelitian Helen (2011),dimana dalam penelitiannya didapatkan skor BB/U anak-anak yang terinfeksi G. lamblia adalah lebih rendah daripada mereka yang tidak terinfeksi di Sabon Gari LGA, Zaria, Nigeria, dengan nilai p = 0,03, yang berarti adanya hubungan yang bermakna.

Tabel 4.8 Hubungan Giardiasis dengan TB/U

TB/U Hasil Pemeriksaan

Total P value

Positif Negatif

Pendek 1 28 29

0.388

Normal 7 78 85

Tinggi 0 0 0

Total 8 106 114

Tabel 4.7 menunjukkan hubungan hasil pemeriksaan mikroskopis infeksi Giardia lamblia dengan status gizi berdasarkan TB/U. Berdasarkan uji analisis

(41)

28

Spearman diperoleh p-value 0,388 yang berarti menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara giardiasis dengan status gizi berdasarkan TB/U.

Rata rata anak memiliki tinggi yang normal.

Hal ini berbeda dengan penelitian Ettehad (2005) yang menunujukkan pada siswa yang tidak terinfeksi, berat badan, tinggi badan lebih tinggi daripada anak- anak yang terinfeksi. Secara spesifik sangat terlihat pada anak laki-laki dengan usia 7 dan 11 tahun dengan nilai p = 0,04 dan p = 0,03, yang berarti ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara giardiasis dengan status gizi pada anak berdasarkan indeks TB/U.

Tabel 4.9 Hubungan Giardiasis Dengan BB/TB BB/TB Hasil Pemeriksaan

Total P value Positif Negatif

Gizi Buruk 0 1 1

0.091

Gizi Kurang 0 35 40

Gizi Normal 3 58 61

Overweight 0 7 7

Obesitas 0 5 5

8 106 114

Tabel 4.8 menunjukkan hubungan giardiasis dengan status gizi berdasarkan BB/TB. Berdasarkan uji Spearman diperoleh p-value 0,091 yang berarti menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara angka kejadian infeksi Giardia lamblia dengan status gizi berdasarkan BB/TB.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran angka kejadian infeksi Giardia lamblia berdampak pada status gizi anak usia sekolah dasar berdasarkan BB/TB. Penelitian ini sesuai dengan penelitian M. Al-Mekhlafi dan rekan-rekannya di Malaysia (2013) yang secara statistik infeksi Giardia lamblia tidak memengaruhi status gizi anak, dengan nilai p = 0,059 yang berarti hasil penelitian tidak signifikan. Penelitian Al-Mekhlafi memiliki kemiripan kriteria responden dengan penelitian ini dimana usia responden lebih banyak < 10 tahun.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Shalaby (2016) di Arab Saudi dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terinfeksi parasit memiliki berat badan rendah yang signifikan secara statistik untuk usia, berat untuk tinggi badan,

(42)

dan BMI dengan nilai p = 0,001 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara infeksi dengan status gizi anak.

Pada penelitian ini tidak ditemukan angka kejadian infeksi Giardia lamblia yang cukup tinggi pada desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu. Hal ini mungkin bisa dipengaruhi faktor risiko lain seperti daerah endemik giardiasis, kebersihan air minum dan sumber air, daerah bermain anak, serta risiko kontak dengan binatang yang terinfeksi (Feng & Xiao, 2011 ; CDC, 2015). Jarak sumber air ke jamban dan akses jamban juga dapat memengaruhi prevalensi giardiasis dikarenakan infeksi Giardia lamblia terjadi secara fecal-oral. Faktor-faktor risiko lain seperti ini perlu dipertimbangkan dalam menilai angka kejadian giardiasis. Dengan demikian, kemungkinan angka prevalensi kejadian giardiasis dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keadaan lingkungan responden, higiene pribadi.

Status gizi anak dapat dipengaruhi beberapa faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung yang akan memengaruhi status gizi anak yaitu konsumsi makanan dan infeksi, tetapi ada faktor lain , seperti pola asuh, ketahanan pangan keluarga, pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan (Purnamasari, 2017). Penilaian status gizi ada yang secara tidak langsung harus dipertimbangkan, yaitu survei konsumsi makanan, statistik kesehatan, faktor ekologis, seperti iklim, tanah,dsb (Purnamasari, 2017). Status gizi juga dipengaruhi asupan gizi makronutrien dan mikronutrien yang seimbang selama ini (Alatas, 2011).

(43)

30 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan perilaku dengan angka kejadian infeksi protozoa usus pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang hubungan giardiasis dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar di SD inpres 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Angka kejadian infeksi Giardia lamblia pada anak usia sekolah dasar di SD Inpres 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu sebanyak 8 orang (7%).

2. Berdasarkan TB/U anak usia sekolah dasar memiliki tinggi badan pendek sebanyak 25,4%, normal sebanyak 74,6%.

3. Berdasarkan BB/U anak usia sekolah dasar memliki berat badan yang buruk sebanyak 14,9%, kurang sebanyak 26,3%, sedang sebanyak 26,3%, baik 25,4%, lebih 5,3 %, obesitas sebanyak 1,8%.

4. Berdasarkan BB/TB anak usia sekolah dasar memiliki status gizi buruk sebanyak 7%, status gizi kurang 53,5%, status gizi sedang 23,7%, status gizi baik 10,5%, status gizi Overweight 0,9%, status gizi obesitas 4,4%.

5. Tidak terdapat hubungan antara giardiasis dengan TB/U pada anak usia sekolah dasar di SD Inpres 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

6. Tidak terdapat hubungan antara giardiasis dengan BB/U pada anak usia sekolah dasar di SD Inpres 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

(44)

7. Tidak terdapat hubungan antara giardiasis dengan BB/TB pada anak usia sekolah dasar di SD Inpres 104222 dan SDN 101828 di Desa Sei Glugur, Kecamatan Pancur Batu.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran sebagai berikut :

1. Pada praktisi medis

Edukasi tentang giardiasis perlu diberikan kepada anak sekolah dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan pencegahan mengenai penyakit yang umum diderita anak usia sekolah dasar.

2. Pada peneliti lain

- Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak agar cakupan penelitian lebih dalam dan luas

- Memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi angka prevalensi giardiasis, seperti higiene pribadi, sanitasi lingkungan, sumber dan jarak air bersih, dsb.

- Memperhatikan faktor-faktor tambahan dalam melakukan penilaian status gizi pada responden, misalnya melakukan food recall 24 jam, pola asuh, ketahanan pangan keluarga, dsb.

(45)

1

DAFTAR PUSTAKA

Adriani M., Wirjatmadi B.. 'Peranan gizi dalam siklus kehidupan'. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012. pp 274-275.

Alatas, S. S. S. (2011). ‘Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) dan Hubungannya Dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009’. pp 48.

Al-Mekhlafi HM, Al-Maktari MT, Jani R, Ahmed A, Anuar TS, et al. (2013) 'Burden of Giardia duodenalis Infection and Its Adverse Effects on Growth of Schoolchildren in Rural Malaysia'. PLoS Negl Trop Dis vol. 7 no. (10): e2516.

Anna RS (2012). 'Giardiasis'. CFSPH Technical Disease Fact Sheets: Lowa State University.

Anorital, Dewi RM (2010). 'Distribusi parasit usus protozoa di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan'. Kalimantan Selatan: Badan Litbang Kesehatan.

Ariani, A.P. (2017).' Ilmu Gizi'. Yogyakarta: Nuha Medika. pp 266 -267.

Auliani, Ika (2010). 'Hubungan Pendapatan Orang Tua dan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar Tahun 2010'. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Bachtiar, Zaidan A. (2018). 'Perbandingan Prevalensi Giardiasis dan Status Gizi anak pada daerah dengan Akses Jamban Sehat Kurang Memadai dan Memadai'. Universitas Airlangga.

Botero-Garces, Jorge H. (2009). 'Giardia intestinalis ang nutritional status in children participating in the complementary nutrition program, antioquia, columbia, May to October 2006. University of Antioquia. Colombia.

Gambar

Gambar 2.4 Kurva CDC TB/U, BB/U, dan BB/TB  Sumber : https://www.cdc.gov/growthcharts/2000growthchart-us
Gambar 2.5 Kerangka Teori Giardia lamblia  - Epidemiologi  - Faktor Risiko - Morfologi - Siklus hidup - Patogenesis  - Manifestasi Klinis - Cara infeksi  - Penegakkan diagnosa - Tatalaksana - Pencegahan - Usia anak -Tingkat pendidikan orang tua -Sosial-eko
Gambar 2.6  Kerangka Konsep
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Dan Angka Kejadian Giardiasis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaturan pidana maksimum dihubungkan dengan tindak pidana asusila berdasarkan KUHP dan untuk mengetahui

Kantor Arsip dan Perpustakaan sebagai unit kerja yang mengelola, menyimpan arsip-arsip SKPD dengan baik dan benar serta unit kerja yang mengelola perpustakaan

Sehingga user yang telah memiliki telepon selular yang ingin mengetahui produk TIANSHI apa yang paling cocok untuk suatu penyakit, termasuk informasi tentang komposisi, khasiat

In the 5t versus 2t comparison, schizophrenic subjects showed signifi- cantly greater activation in both the right and left DLPFC, demonstrating that group differences were

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (1999:133) pada siswa kelas I SMUN 3 Ambon didapatkan bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan. Saluran Irigasi Desa

C2 3,4,5,6,12 PG  Menyebutkan pesan dari surat ar-Rahman ayat 33 C3 7,8,9 PG  Menyebutkan pesan dari surat al-Mujadalah ayat 11 C3 10 PG  Menulis surat ar- Rahman ayat 33

[r]