HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern Di Asri Wound Care Centre Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 14 Oktober 2013 sampai dengan 23 November 2013 di Asri Wound Care Centre Medan dengan jumlah responden sebanyak 50 orang. Responden dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat dengan teknik perawatan luka modern di Asri Wound Care Centre Medan.
5.1.1. Data Demografi Responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di Asri Wound Care Centre Medan (n=50) No Karakteristik F Persentase (%) 1. Usia Mean 52 th 18-20 th - - 21-27 th - - 28-32 th - - 33-39 th 1 2 40-65 th 49 98 2. Jenis Kelamin Laki-laki 20 40 Perempuan 30 60 3. Lama Rawat 0-6 bulan 50 100 ≥ 6 bulan - - 4. Suku Batak 17 34 Jawa 12 24 Melayu 8 16
Minang 5 10 Lain-lain 8 16 5. Pendidikan Tidak Sekolah - - SD 3 6 SMP 13 26 SMA 24 48 Perguruan Tinggi 10 20 6. Pekerjaan PNS 13 26 Swasta 20 40 IRT 17 34
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat data mayoritas responden dengan usia 40-65 tahun sebanyak 49 responden (98%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang (60%), kondisi pasien yang dirawat selama 2 bulan sebanyak 32 orang (64%), pendidikan SMA sebanyak 24 orang (48%), pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 20 orang (40%), suku batak sebanyak 17 orang (34%). 5.1.2. Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern Di Asri Care Centre Medan (n = 50)
Kategori Kepuasan Pasien Frekuensi Persentase
Luar biasa baik 28 56%
Sangat baik sekali 12 24%
Sangat baik 10 20%
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki kepuasan luar biasa baik sebanyak sebanyak 28 orang (56%). Dalam aspek kepuasan pasien dengan teknik perawatan luka modern peneliti memasukkan semua cakupan mengenai rata-rata responden dalam menjawab lembar kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Data ini disajikan dalam tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern di Asri Wound Care Centre Medan (n=50)
No Pernyataan Mean Std.Deviatio
n Max Min 1 2 3 4 5 6 7 8
Memberikan penjelasan yang dapat dipahami berkaitan perawatan luka (menjawab semua pertanyaan saya, menjelaskan dengan baik, memberikan saya informasi yang benar dan jelas). Membuat sebuah rencana tindakan (mendiskusikan pilihan-pilihan yang tersedia, termasuk keputusan saya mengenai sejauh mana saya ingin terlibat; tidak mengabaikan pendapat saya).
Bagaimana saya menilai konsultasi dengan perawat hari ini?
Menunjukkan rasa peduli dan simpati (terlihat benar-benar peduli, berhubungan dengan saya sebagai secara manusiawi, tidak bersikan cuek atau tidak peduli).
Membuat saya merasa nyaman (bersikap ramah dan hangat kepada saya, memperlakukan saya dengan hormat tidak dingin dan kasar dalam merawat luka saya).
Benar-benar mendengarkan (memperhatikan dengan baik apa yang
saya katakan, tidak melihat catatan atau layar computer saat saya sedang bicara. Bersikap positif (melakukan pendekatan dan menunjukkan sikap yang positif; jujur namun tidak bersikap negatif mengenai masalah saya).
Memberikan saya kesempatan untuk bercerita (memberikan saya waktu
5.54 5.50 5.52 5.46 5.42 5.36 5.30 5.22 0.63 0.90 0.86 0.77 0.67 0.83 0.95 1.00 6 6 6 6 6 6 6 6 4 3 3 4 4 3 3 3
9
10
11
untuk menjelaskan penyakit saya secara jelas berdasarkan pengalaman saya tanpa member komentar atau mengalihkan perhatian saya.
Benar-benar memahami kekhawatiran saya (menyampaikan bahwa perawat memahami secara akurat kekhawatiran saya tanpa mengabaikan atau melupakan hal apapun).
Membantu saya dalam mengontrol perkembangan kesehatan saya (bersama saya mencari tahu hal-hal yang dapat saya lakukan untuk meningkatkan kesehatan saya; memberikan dukungan dan tidak cenderung menceramahi). Memandang saya sebagai seseorang yang utuh (bertanya/mengetahui detail yang relevan tentang hidup dan situasi saya, tidak memperlakukan saya sebagai pasien nomor sekian.
5.22 5.12 5.02 1.06 1.01 1.05 6 6 6 3 3 3
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki rata-rata responden menjawab dalam hal memberikan penjelasan menegenai perawatan luka yaitu 5.54, nilai standar deviasi dalam hal memberikan penjelasan menegenai perawatan luka yaitu 0.63, nilai maksimum yaitu 6, nilai minimum yaitu 3. Rata-rata minoritas responden menjawab dalam hal perhatian yang penuh diberikan perawat yaitu 5.02, nilai standar deviasi dalam hal perhatian yang penuh diberikan perawat yaitu 1.05, nilai maksimum yaitu 6, nilai minimum yaitu 3.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian kepuasan pasien dengan teknik perawatan luka modern di Asri Wound Care Centre Medan Tahun 2013 yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 Oktober s/d 23 November 2013 terhadap 50 responden didapatkan bahwa kepuasan pasien dalam kategori luar biasa baik sebanyak 28 orang (56%). Data yang diperoleh menunjukkan usia pasien 40-65 tahun (98%), jenis kelamin perempuan (60%), pasien yang dirawat selama 2 bulan (64%), berpendidikan SMA (48%), pekerjaan sebagai wiraswasta (40%), suku batak (34%).
Berdasarkan dari faktor usia mayoritas responden berusia 40-65 tahun sebanyak 49 orang memiliki tingkat kepuasan yang lebih, hal ini dikarenakan dengan kondisi usia yang lebih berpengalaman dalam memilih suatu tindakan yang lebih baik terutama dalam kesehatan individu itu sendiri dan pada usia ini juga lebih rentan terkena resiko penyakit DM terkait dengan sebagian besar pasien di tempat penelitian dengan pasien luka DM. Hal ini sesuai dengan data dari WHO yang menyatakan bahwa komposisi umur pasien DM di Negara berkembang berumur antara 45-64 tahun (Suyono, et al, 2009). Hasil penelitian Aguiar, et al. (2003) menunjukkan bahwa pada usia 45-64 tahun resiko terjadinya luka DM sebesar 13.4 % (95% CI, 12,1;14,5). Adanya persamaan antara riset terdahulu dengan kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pada usia 45-64 tahun cukup beresiko terjadinya luka DM yang akan berdampak pada kualitas hidup pasien DM. Hal ini berkaitan dengan faktor demografi karena adanya peningkatan
memproduksi insulin serta penurunan sensivitas sel seiring dengan proses menua. Hasil studi klinik menunjukkan bahwa pada usia 51-60 tahun telah terjadi penurunan aktivitas yang akan berdampak meningkatkan resiko komplikasi terjadinya DM, salah satunya ulkus kaki diabetik (National academy On An Aging Society, 2000).
Dari keseluruhan responden, peneliti melihat bahwa kebanyakan responden berada pada usia tertinggi 65 tahun dan usia terendah pada usia 38 tahun dan rata-rata responden berusia 52 tahun. Hal ini sesuai dengan Suriadi (2004) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor sistemik dan faktor lokal. Usia merupakan faktor sistemik yang pada usia lanjut proses penyembuhan luka lebih lama dibandingkan dengan usia muda. Faktor ini karena kemungkinan adanya proses degenerasi, tidak adekuatnya pemasukan makanan, menurunnya kekebalan dan menurunnya sirkulasi.
Faktor kedua dari jenis kelamin, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang (60%) membuat responden lebih khawatir terhadap penyakit yang dialaminya. Hal ini didukung oleh (National academy On An Aging Society, 2000), yang menyebutkan bahwa populasi perempuan dengan diabetes lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 20 orang dan hasil survei dari Aguiar, et al. (2003) tentang resiko terjadinya luka kaki DM pada perempuan 11,8% (95% CI, 10,8;12,7). Pos menopause merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terjadinya DM pada wanita karena terjadi penurunan produksi hormone estrogen dan progesterone, serta rendahnya hormon pertumbuhan yang
menyebabkan penurunan metabolism dan dapat berakibat obesitas (Keene & Revis, 2007).
Berdasarkan dari faktor Lama rawat pasien dengan luka DM yang terlibat dalam penelitian selama 2 bulan yaitu 32 orang artinya sebagian besar pasien juga telah mendapatkan perawatan sebelum dilakukan penelitian, sehingga tidak akan berpengaruh terhadap pengukuran kepuasan pasien. Berdasarkan penelitian dari Segal dan John (2002), lama rawat pasien dengan luka DM di rumah sakit Australia menunjukkan rata-rata 4 hari, tetapi berdasarkan studi pendahuluan di rumah sakit diwilayah Malang dan Madiun menunjukkan lama rawat inap selama 10-15 hari. Dalam penelitian ini didapat lama rawat yang cukup lama selama 2 bulan, hal ini dikarenakan ditinjau dari perawatan luka yang dilakukan pada pasien.
Sebagian besar pasien berpendidikan SMA serta memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta membuat pengetahuan dan kemampuan responden akan sedikit berkuarng dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang dialami terutama pada pasien yang bekerja sebagai wiraswasta hal ini sangat membutuhkan tenaga yang ekstra. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi juga oleh faktor tingkat pendidikan menyebutkan bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah apalagi dalam hal ini terkait dengan pengetahuannya mengenai metode perawatan luka yang akan mereka pilih. Hal ini juga dikarenakan masih banyaknya pasien yang lebih memilih metode konvensional. Menurut Markum (1991) dalam Nursalam
dan Pariani (2001) bekerja umumnya pekerjaan yang menyita waktu. Manusia memerlukan suatu pekerjaan untuk dapat berkembang dan berubah. Seseorang bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih daripada keadaan sebelumnya. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat yang bernilai, bermanfaat, dan memperoleh berbagai pengalaman.
5.2.1 Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil penelitian, kepuasan pasien dengan teknik perawatan luka modern sebagian besar dari pasien 28 orang dengan kategori luar biasa baik (56%), 12 orang dengan kategori sangat baik sekali (24%), 10 orang dengan kategori sangat baik (20%). Dalam penelitian ini terlihat bahwa kepuasan pasien dengan teknik perawatan luka modern berada pada kategori luar biasa baik, hal ini memberi tanggapan positif bagi pasien dengan tetap menggunakan perawatan luka secara modern. Dari keseluruhan responden, peneliti melihat bahwa rata-rata responden memiliki skor 57 pada kategori sangat baik sekali, nilai jawaban responden memiliki skor tertinggi yaitu dengan skor 65 pada kategori luar biasa baik dan nilai jawaban responden memiliki skor terendah yaitu dengan skor 41 pada kategori sangat baik.
Dari hasil penelitian sudah terlihat jelas bahwa kepuasan pasien pada kategori luar biasa baik sebanyak 28 orang (56%). Dalam hal ini memberikan penjelasan mengenai perawatan luka memberikan kepuasan tertinggi sedangkan dalam hal perhatian yang penuh diberikan perawat memberikan kepuasan terendah.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Kotler, 2008) bahwa kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Apabila penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak dipuaskan, namun apabila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, dan apabila penampilan melebihi harapan pelanggan akan sangat puas atau senang.
Menurut penelitian James L (2006) di Unit Rawat Jalan Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo Dari 144 orang tua pasien, enam puluh dua persen orangtua pasien merasa puas terhadap kualitas pelayanan, skor kepuasan total terhadap dimensi kualitas pelayanan 3,55 (puas). Kualitas pelayanan di Unit Rawat Jalan Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo memuaskan (skor 3,55) dan persentase orangtua pasien yang puas 62%. Zaihan (2003) di unit rawat jalan RSU Palembang memperoleh angka sebesar 54%, Madiar (2003) di unit rawat jalan anak RSIA Hermina Depok sebesar 43%, Sakti di poliklinik anak RSUD Muara Bungo sebesar 28% dan Sumampow di poliklinik anak di RSAL Dr. Mintoharjo Jakarta dengan tingkat kepuasan yang lebih rendah yaitu 27,3%
Menurut pendapat Dina, dkk (2009) Perawatan luka yang diberikan pada pasien harus dapat meningkatkan proses perkembangan luka. Perawatan yang diberikan bersifat memberikan kehangatan dan lingkungan yang lembab pada luka. Kondisi yang lembab pada permukaan luka dapat meningkatkan proses
perkembangan perbaikan luka, mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel. Kondisi ini juga dapat meningkatkan interaksi antara sel dan faktor pertumbuhan. Oleh karena itu balutan harus bersifat menjaga kelembaban dan mempertahankan kehangatan pada luka.
Menurut penilaian peneliti secara keseluruhan dimensi perhatian
(empathy) memberi kepuasan yang tertinggi bagi pasien kecuali perhatian khusus terhadap individu yang diberikan perawat. Perhatian mempunyai korelasi yang langsung terhadap kepuasan pasien. Dalam penelitian ini perhatian penuh yang diberikan perawat masih kurang dan memiliki nilai terendah. Hal ini dikarenakan masih kurangnya perhatian perawat dalam memandang pasien terhadap kondisi luka pasien. Dan ini semua sangat mempengaruhi terhadap kepuasan pasien.
5.2.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih mebutuhkan banyak sekali masukan dan saran karena terdapat beberapa kesalahan dan keterbatasan yang peneliti rasakan. Waktu memulai penelitian, peneliti harus terlebih dahulu mencari responden yang bersedia untuk dijadikan responden. Peneliti melakukan penelitian pada malam hari, hal ini dikarenakan peneliti harus menyesuaikan waktu terlebih dahulu dengan tempat penelitian. Dalam perhari peneliti hanya mendapatkan 3-4 orang responden. Ini sangat sulit bagi peneliti dalam mendapatkan responden dan juga membutuhkan waktu yang lama bagi peneliti dikarenakan kondisi pasien dalam keadaaan harus kontrol ulang.