• Tidak ada hasil yang ditemukan

Patient’s Satisfaction with Modern Techniques in Wound Care at Wound Care Centre Asri Medan in 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Patient’s Satisfaction with Modern Techniques in Wound Care at Wound Care Centre Asri Medan in 2013"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN PASIEN DENGAN TEKNIK PERAWATAN LUKA MODERN DI ASRI WOUND CARE CENTRE MEDAN

TAHUN 2013

SKRIPSI Oleh

Megayatri Nasution 121121117

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Judul : Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern di Asri Wound Care Centre Medan Tahun 2013

Nama Mahasiswa : Megayatri Nasution

NIM : 121121117

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Pada dasarnya, pengertian kepuasan atau tidak kepuasan konsumen merupakan perbedaan antar harapan dan kinerja yang dirasakan. Pemberian tindakan perawatan luka dengan teknik modern dan konvensional merupakan salah satu aspek dalam usaha memberikan kenyamanan fisik Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepuasan pasien dengan perawatan luka modern. Jenis penelitian ini dengan menggunakan desain deskriptif, dengan teknik Total Sampling dengan mengambil seluruh populasi uuntuk dijadikan sampel yaitu sebanyak 50 orang. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 14 Oktober s/d 23 November 2013 di Asri Wound Care Centre Medan dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56% pasien memiliki kepuasan luar biasa baik, 24% pasien memiliki kepuasan sangat baik sekali, 20% pasien memiliki kepuasan sangat baik. Perkembangan pengetahuan tentang teknik perawatan luka terkini menjadi trend tersendiri di dunia keperawatan. Perawat sebagai pemberi layanan diharapkan memenuhi kebutuhan pasien/masyarakat akan pentingnya pemanfaatan ilmu terkini. Pemahaman Perawat yang benar tentang teknik perawatan luka terkini akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kepuasan pasien dalam merawat luka khususnya dengan menggunakan teknik perawatan luka modern.

(5)

Title : Patient’s Satisfaction with Modern Techniques in Wound Care at Wound Care Centre Asri Medan in 2013

Name : Megayatri Nasution NIM : 121121117

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2014

ABSTRACT

Basically , the notion of consumer’s satisfaction or dissatisfaction is the difference between expectation and perceived performance. Provision of wound care measures with modern and conventional techniques is one of the aspects in the business of giving physical comfort. This study aims to identify patient satisfaction with modern wound care . This research uses a descriptive design, with a total sampling technique by taking the entire population to be sampled as many as 50 people. Data collection was conducted on October 14 to November 23, 2013 at Asri Wound Care Center Medan by using questionnaire. The results showed that 56 % of patients had unusually good satisfaction, 24 % of patients had excellent satisfaction, 20 % of patients had a very good satisfaction. The development of knowledge about the latest wound care techniques has become a trend in the world of nursing. Nurses as providers are expected to meet the needs of patients/public on the importance of using of the latest science. The nurse’s right understanding about the latest wound care techniques will improve the quality of health care. The results of this research may help increase the patient’s satisfaction in treating wounds, especially by using modern wound care techniques.

(6)

PRAKATA

Alhamdulillah rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

kesempatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “

Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern Di Asri Wound Care

Centre Medan Tahun 2013”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi

ini, sebagai berikut :

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Asrizal, S.Kep, Ns, RN, WOC (ET) N, CHt.N selaku pembimbing skripsi

yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam meberikan

pengarahan dan bimbingan, motivasi, dan ilmu yang bermanfaat kepada

peneliti selama penyusunan skripsi.

6. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku penguji I, Ikram, S.Kep, Ns,

(7)

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Program S1

Keperawatan USU yang telah memberi bimbingan selama perkuliahan,

khususnya dosen-dosen mata kuliah riset keperawatan.

8. Ayahanda, Ibunda tercinta yang menjadi motivasi dalam hidup penulis yang

selalu berdoa, menyayangi, memberi dorongan baik moril maupun materil,

serta keluarga besar penulis.

9. Teman-teman sejawat Program S1 Ekstensi Sore 2013 Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan seluruh sahabat penulis, terima kasih atas

bantuan dan semangatnya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan tersebut. Amin. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga

proposal ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu keperawatan.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Februari 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kepuasan Pasien ... 5

2.1.1 Defenisi ... 5

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan ... 6

2.1.3 Pengukuran Kepuasan ... 7

2.1.4 Komponen Mutu Pelayanan Kesehatan ... 8

2.2 Teknik Perawatan Luka Modern ... 10

2.2.1 Defenisi ... 10

2.2.2 Teknik Perawatan Luka Modern ... 10

2.2.3 Fisiologi Penyembuhan Luka ... 12

2.2.4 Klasifikasi Luka ... 16

2.2.5 Manajemen Modern Dressing ... 17

2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 19

2.2.7 Metode Pembersihan Luka ... 20

2.2.8 Membersihkan Luka Setiap Kali Mengganti Balutan ... 21

2.2.9 Keuntungan Dari Permukaan Yang Lembab ... 21

2.2.10 Optimalisasi Perawatan Pada Luka ... 22

2.2.11 Waktu Ganti Balutan ... 23

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 25

3.1 Kerangka Penelitian ... 25

3.2 Defenisi Operasional ... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Desain Penelitian ... 27

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.2.1 Populasi Penelitian ... 27

4.2.2 Sampel Penelitian ... 27

(9)

4.3.1 Lokasi Penelitian ... 28

4.3.2 Waktu Penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 28

4.5 Instrumen Penelitian ... 29

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

4.6.1 Uji Validitas ... 31

4.6.2 Uji Reliabilitas ... 31

4.7 Proses Pengumpulan Data ... 32

4.8 Analisa Data ... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Hasil Penelitian ... 35

5.1.1 Data Demografi Responden ... 35

5.1.2 Kepuasan Pasien ... 36

5.2 Pembahasan ... 38

5.2.1 Kepuasan Pasien ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Rekomendasi ... 45

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Izin Survey Awal Penelitian 2. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan

3. Surat Selesai Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan 4. Surat Uji Reliabilitas Penelitian

5. Surat Izin Pengambilan Data Penelitian 6. Surat Selesai Melakukan Penelitian

7. Surat Pernyataan Keaslian Terjemahan Abstrak 8. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 9. Lembar Kuesioner

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Kerangka Penelitian ... 25

Tabel 2 : Defenisi Operasional ... 26

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepuasan Pasien ... 35

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien ... 36

(11)

Judul : Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern di Asri Wound Care Centre Medan Tahun 2013

Nama Mahasiswa : Megayatri Nasution

NIM : 121121117

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Pada dasarnya, pengertian kepuasan atau tidak kepuasan konsumen merupakan perbedaan antar harapan dan kinerja yang dirasakan. Pemberian tindakan perawatan luka dengan teknik modern dan konvensional merupakan salah satu aspek dalam usaha memberikan kenyamanan fisik Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepuasan pasien dengan perawatan luka modern. Jenis penelitian ini dengan menggunakan desain deskriptif, dengan teknik Total Sampling dengan mengambil seluruh populasi uuntuk dijadikan sampel yaitu sebanyak 50 orang. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 14 Oktober s/d 23 November 2013 di Asri Wound Care Centre Medan dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56% pasien memiliki kepuasan luar biasa baik, 24% pasien memiliki kepuasan sangat baik sekali, 20% pasien memiliki kepuasan sangat baik. Perkembangan pengetahuan tentang teknik perawatan luka terkini menjadi trend tersendiri di dunia keperawatan. Perawat sebagai pemberi layanan diharapkan memenuhi kebutuhan pasien/masyarakat akan pentingnya pemanfaatan ilmu terkini. Pemahaman Perawat yang benar tentang teknik perawatan luka terkini akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kepuasan pasien dalam merawat luka khususnya dengan menggunakan teknik perawatan luka modern.

(12)

Title : Patient’s Satisfaction with Modern Techniques in Wound Care at Wound Care Centre Asri Medan in 2013

Name : Megayatri Nasution NIM : 121121117

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2014

ABSTRACT

Basically , the notion of consumer’s satisfaction or dissatisfaction is the difference between expectation and perceived performance. Provision of wound care measures with modern and conventional techniques is one of the aspects in the business of giving physical comfort. This study aims to identify patient satisfaction with modern wound care . This research uses a descriptive design, with a total sampling technique by taking the entire population to be sampled as many as 50 people. Data collection was conducted on October 14 to November 23, 2013 at Asri Wound Care Center Medan by using questionnaire. The results showed that 56 % of patients had unusually good satisfaction, 24 % of patients had excellent satisfaction, 20 % of patients had a very good satisfaction. The development of knowledge about the latest wound care techniques has become a trend in the world of nursing. Nurses as providers are expected to meet the needs of patients/public on the importance of using of the latest science. The nurse’s right understanding about the latest wound care techniques will improve the quality of health care. The results of this research may help increase the patient’s satisfaction in treating wounds, especially by using modern wound care techniques.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dewasa ini perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat

pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan

juga memberikan kontribusi menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu

manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana

pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik

semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai

kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses

penyembuhan bisa tercapai dengan optimal (Rosyadi, 2008).

Perkembangan perawatan luka (wound care) berkembang dengan sangat

pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah

perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance, dimana

disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk proses penyembuhan luka

bila dibandingkan dengan metode konvensional. Perawatan luka dengan

menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern

dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode tersebut belum

begitu familiar bagi perawat di Indonesia. Metode perawatan luka modern

dressing ini telah berkembang di Indonesia terutama rumah sakit besar di

kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, sedangkan di

rumah sakit setingkat Kabupaten, perawatan luka menggunakan modern dressing

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Pasien

2.1.1. Defenisi

Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan

kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan

atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan

pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Apabila

penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak dipuaskan, namun apabila

penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, dan apabila penampilan

melebihi harapan pelanggan akan sangat puas atau senang (Kotler, 2008).

Pada dasarnya, pengertian kepuasan atau tidak kepuasan konsumen

merupakan perbedaan antar harapan dan kinerja yang dirasakan. Jadi dalam arti

luas pengertian kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan

harapannya (Ade, Suswitaroza, Aulia, 2012).

Kepuasan pasien merupakan indikator penilaian sistem pelayanan

kesehatan. Oleh karena itu, kepuasan konsumen bagi perusahaan jasa sangat

penting untuk memperluas market dan mcmpertahankan loyalitas konsumen.

Penilaian kepuasan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan menentukan

atribut-atribut yang mempengaruhi pengambilan keputusan, proses pengambilan

(15)

mengukur tingkat kepuasan keseluruhan maupun tcrhadap masing-masing atribut

(Batara S, 2010).

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam

mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada

beberapa faktor, antara lain :

1. Kualitas produk atau jasa

Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa

produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap

kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas

poduk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama

iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.

2. Kualitas pelayanan

Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini

pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau

sesuai dengan yang diharapkan.

3. Faktor emosional

Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap

konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah

mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat

(16)

4. Harga

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan

kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini

mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin

mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.

Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah,

memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.

5. Biaya

Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya

tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa

pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.

2.1.3. Pengukuran Kepuasan Klien

Pengukuran kepuasan klien merupakan elemen penting dalam

menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila

klien merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka

pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien. Tingkat

kepuasan klien terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam

mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap

kebutuhan klien, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak

pelayan terhadap pelanggan. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan

antara kinerja yang dirasakan dengan harapan apabila kinerja dibawah harapan,

maka klien akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, klien akan sangat

(17)

memberi komentar yang baik tentang pelayanan jasa yang diterimanya (Sugito,

2005).

2.1.4. Komponen Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Tangible (dapat diraba)

Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh

penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang

memadai. Para penyedia layanan kesehatan akan mampu bekerja secara

optimal sesuai dengan keterampilan masing-masing. Dalam hal ini perlu

dimasukkan perbaikan sarana komunikasi dan perlengkapan pelayanan yang

tidak langsung seperti tempat parkir dan kenyamanan ruang tunggu. Karena

sifat produk jasa yang tidak bias dilihat, dipegang, atau dirasakan, perlu ada

ukuran lain yang bisa dirasakan lebih nyata oleh para pengguna pelayanan.

Dalam hal ini, pengguna jasa menggunakan indranya (mata, telinga, dan rasa)

untuk menilai kualitas jasa pelayanan kesehatan yang diterima, misalnya

ruang penerimaan pasien yang bersih, nyaman, dilengkapi dengan kursi,

lantai berkeramik, TV, peralatan kantor yang lengkap, seragam sttaf yang

rapi, menarik, dan bersih.

2. Reliability (kehandalan)

Kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan

akurat sesuai dengan yang ditawarkan (seperti dalam brosur). Dari kelima

kualitas jasa , reliability dinilai paling penting oleh para pelanggan berbagai

industri jasa. Karena sifat produk jasa yang nonstandardized output, dan

(18)

mengharapkan output yang konsisten. Apalagi jasa diproduksi dan

dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Untuk meningkatkan reliability

dibidang pelayanan kesehatan, pihak manajemen puncak perlu membangun

budaya kerja bermutu yaitu budaya tidak ada kesalahan atau corporate

culture of no mistake yang diterapkan mulai dari pimpinan puncak sampai ke

front life staff (yang langsung berhubungan dengan pasien). Budaya kerja

seperti ini perlu diterapkan dengan membentuk kelompok kerja yang kompak

dan mendapat pelatihan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan

teknologi kedokteran dan ekspektasi pasien.

3. Responsiveness (cepat tanggap)

Dimensi ini dimasukkan kedalam kemampuan petugas kesehatan menolong

pelanggan dan kesiapannya melayani sesuai prosedur dan bias memenuhi

harapan pelanggan. Dimensi ini merupakan penilaian mutu pelayanan yang

paling dinamis. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan cenderung

meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan kemajuan teknologi dan

informasi kesehatan yang dimiliki oleh pelanggan. Nilai waktu bagi

pelanggan menjadi semakin mahal karena masyarakat merasa kegiatan

ekonominya semakin meningkat. Time is money berlaku untuk menilai mutu

pelayanan kesehatan dari aspek ekonomi para penggunanya. Pelayanan

kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan pelanggannya kebanyakan

ditentukan oleh sikap para front line staff. Mereka secara langsung

berhubungan dengan para pengguna jasa dan keluarganya, baik melalui tatap

(19)

4. Ansurance

Kriteria ini berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas

yang dapat dipercaya oleh pelanggan. Pemenuhan terhadap kriteria pelayanan

ini akan mengakibatkan pengguna jasa merasa terbebas dari resiko.

Berdasarkan riset, dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi,

kredibilitas, dan keamanan. Variabel ini perlu dikembangkan oleh pihak

manajemen institusi pelayanan kesehatan dengan melakukan investasi, tidak

saja dalam bentuk uang melainkan keteladanan manajemen puncak,

perubahan sikap dan kepribadian staf yang positif, dan perbaikan system

remunerasinya (pembayaran upah).

5. Emphaty (empati)

Kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada

setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka dan memberikan

kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa ingin

memperoleh bantuannya. Peranan SDM kesehatan sangat menentukan mutu

pelayanan kesehatan karena mereka dapat langsung memenuhi kepuasan para

pengguna jasa pelayanan kesehatan (Muninjaya, 2011).

2.2. Teknik Perawatan Luka Modern

2.2.1. Defenisi

Teknik perawatan luka modern adalah mempertahankan isolasi lingkungan

luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan kelembaban,

(20)

luka kronik, seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.

Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan

kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga

penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami (Tarigan

& Pemila, 2007).

2.2.2. Teknik Perawatan Luka Modern

Prosedur Tindakan Pada Perawatan Luka Kronis Dengan Menggunakan

Metode Time Management:

A. Persiapan Alat Dan Bahan

1. Lembar pengkajian luka.

2. Lembar observasi dan catatan perkembangan.

3. Terapi topikal.

4. Sarung tangan (gloves), wound dressing (balutan luka, kassa, cutisorb,

calcium alginate dan lainnya).

5. Antiseptic, hidrogel.

6. Elastomul half, elastic verban, sabun pencuci luka.

7. Nacl 0.9 %, atau air bersih hangat/dingin.

8. Gunting dan pinset anatomis steril.

9. Plester (hipafix), kamera digital.

10.Alat ukur luka (penggaris).

11.Alat pengecek kadar gula darah.

B. Prosedur Perawatan Luka (Wound Bed Preparation Dengan Time

(21)

1. Mempersiapkan alat dan bahan, dan mempersiapkan pasien.

2. Menggunakan sarung tangan bersih.

3. Mencuci luka dengan sabun luka, Nacl 0.9 %, atau air hangat.

4. Membuang jaringan yang sudah mati (nekrosis) dengan kassa dan pinset.

5. Mengeluarkan cairan (pus) jika ada didalam luka maupun area sekitar

luka, bila luka banyak eksudat (pus).

6. Membilas luka dengan Nacl 0.9 %/air hangat bersih.

7. Mengeringkan luka dengan kassa dan memberikan antiseptik disekitar

luka.

8. Meletakkan kaki ditempat yang bersih.

9. Mengganti sarung tangan yang bersih.

10.Melakukan pengkajian mengukur luas luka, observasi dan melihat

perkembangan luka.

11.Mendokumentasikannya dengan kamera.

12.Mengoleskan terapi topikal sesuai kebutuhan.

13.Mengoleskan hidrogel pada jaringan nekrosis bila ada jaringan nekrosis.

14.Membalut luka dengan balutan luka sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

agar luka dalam keadaan lembab.

15.Membalut luka dengan elostomul half dan elastic verban sesuai kebutuhan

(Buku panduan perawatan luka, 2012).

2.2.3. Fisiologi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan

(22)

beberapa fase. Fase tersebut meliputi koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan

remodeling.

1. Fase koagulasi

Pada fase koagulasi merupakan awal proses penyembuhan luka dengan

melibatkan platelet. Awal pengeluaran platelet akan menyebabkan

vasokontriksi dan terjadi koagulasi. Proses ini adalah sebagai hemostasis

dan mencegah perdarahan yang lebih luas. Pada tahapan ini terjadi adhesi,

agregasi, dan degranulasi pada sirkulasi platelet didalam pembentukan

gumpalan fibrin. Kemudian suatu plethora mediator dan cytokin

dilepaskan seperti transforming growth factor beta (TGFB), platelet

derived growth factor (PDGF), vaskular endothelial growth factor

(VEGF), platelet activating factor (PAF), dan insulinike growth factor-1

(IGF-1), yang akan mempengaruhi edema jaringan dan awal inflamasi.

VEGF, suatu faktor permeabilitas vaskuler akan mempengaruhi

extravasasi protein plasma untuk menciptakan struktur sebagai penyokong

yang tidak hanya mengaktifkan sel endotelial tetapi juga leukosit dan sel

epiteltial. Untuk proses koagulasi ini ada manfaatnya, akan tetapi pada

perlukaan yang berat seperti luka bakar yang luas, akan berdampak negatif

pada suplai darah yaitu bila terjadi koagulasi dapat mengakibatkan iskemik

pada jaringan.

2. Fase inflamasi

Fase inflamasi mulainya dalam beberapa menit setelah luka dan kemudian

(23)

inflammatory terkait dalam luka dan aktif melakukan penggerakan dengan

lekosites (polymorphonuclear leukocytes atau neutrophii). Yang pertama

kali muncul dalam luka adalah neutrofil. Mengapa neutrofil, karena

densitasnya lebih tinggi dalam bloodstrem. Kemudian neutrofil akan

mempagosit bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan untuk

jaringan baru. Kemudian dalam waktu yang singkat mensekresi mediator

vasodilatasi dan cytokin yang mengaktifkan fibroblast dan keratinucytes

dan mengikat macrophag ke dalam luka. Kemudian macrophag

mempagosit pathogen, dan sekresi cytokin, dan growth factor seperti

fibroblast growth factor (FGF), edpidermal growth factors (EGF),

vascular endothelial growth factors (VEGF), tumor necrosis factor (

TNF-alpa), interferon gamma (IFN-gamma), dan interleukin-1 (IL-1), kimia ini

juga akan merangsang infiltrasi, proliferasi dan migrasi fibroblast dan sel

endotelial. Angiogenesis adalah suatu proses dimana pembuluh-pembuluh

kapiler darah yang baru mulai tumbuh dalam luka setelah injury dan

sangat penting perannya dalam fase proliferasi. Fibroblast dan sel

endotelial mengubah oksigen molecular dan larut dengan superoxide yang

merupakan senyawa penting dalam resistensi terhadap infeksi maupun

pemberian isyarat oxidative dalam menstimulasi produksi growth factor

lebih lanjut. Dalam proses inflammatory adalah suatu perlawanan terhadap

infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang mengalami injury dan

(24)

3. Fase proliferasi

Apabila tidak ada infeksi dan kontaminasi pada fase inflamasi, maka akan

cepat terjadi fase proliferasi. Pada fase proliferasi ini terjadi proses

granulasi dan kontraksi. Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan

jaringan granulasi dalam luka, pada fase ini macrophag dan lymphocytes

masih ikut berperan, tipe sel predominan mengalami proliferasi dan

migrasi termasuk sel epitelial, fibroblast, dan sel endotelial. Proses ini

tergantung pada metabolik, konsentrasi oksigen, dan faktor pertumbuhan.

Dalam beberapa jam setalah injury, terjadi epitelisasi dimana epidermal

yang mencakup sebagian besar keratinocytes mulai bermigrasi dan

mengalami stratifikasi dan deferensiasi untuk menyusun kembali fungsi

barrier epidermis. Pada proses ini diketahui sebagai epitelialisasi, juga

meningkatkan produksi extraseluler matrik (promotes-extracelluler matrix

atau disingkat (ECM) growth factor, sitokin dan angiogenesis melalui

pelepasan faktor pertumbuhan seperti keratinocytes growth factor (KGF).

Pada fase proliferasi fibroblast adalah merupakan elemen sintetik utama

dalam proses perbaikan dan berperan dalam produksi struktur protein yang

digunakan selama rekonstruksi jaringan. Secara khusus fibroblast

menghasilkan sejumlah kolagen yang banyak. Fibroblast biasanya akan

tampak pada sekeliling luka. Pada fase ini juga terjadi angiogenesis yaitu

suatu proses dimana kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru tumbuh

atau pembentukan jaringan baru (granulation tissue). Secara klinis akkan

(25)

kontraksi disini adalah berfungsi dalam memfasilitasi penutupan luka.

Menurut Hunt dan Dunphy (1969) kontraksi adalah merupakan peristiwa

fisiologi yang menyebabkan terjadinya penutupan luka pada luka terbuka.

Kontraksi terjadi bersamaan dengan sintesis kolagen. Hasil dari kontraksi

akan tampak dimana ukuran luka akan tampak semakin mengecil atau

menyatu.

4. Fase remodeling

Pada fase remodeling yaitu banyak terdapat komponen matrik. Komponen

hyaluronic acid, proteoglycan, dan kolagen yang berdeposit selama

perbaikan untuk memudahkan perekatan pada migrasi seluler dan

menyokong jaringan. Serabut-serabut kolagen meningkat secara bertahap

dan bertambah tebal kemudian disokong oleh proteinase untuk perbaikan

sepanjang garis luka. Kolagen menjadi unsur yang utama pada matrik.

Serabut kolagen mnyebar dengan saling terikat dan menyatu dan

berangsur-angsur menyokong pemulihan jaringan. Remodeling kolagen

selama pembentukan akar tergantung pada sintesis dan katabolisme

kolagen secara terus menerus (Suriadi, 2004).

2.2.4. Klasifikasi Luka

Berdasarkan waktu atau lamanya proses penyembuhan luka, luka

diklasifikasikan menjadi luka akut dan luka kronis. Luka akut adalah luka yang

sembuh sesuai dengan waktu proses penyembuhan luka (fisiologis), sedangkan

luka kronis adalah luka yang sulit sembuh dan fase penyembuhan lukanya

(26)

Jenis luka akut (luka baru) diantaranya luka operasi, luka kecelakaan, dan

luka bakar jika penaganan betul dan luka menutup dalam 21 hari maka dikatakan

luka akut, jika tidak maka akan jatuh pada luka kronis (luka yang sulit sembuh).

Contoh luka akut adalah luka operasi yang setelah kurang dari 21 hari sudah

menutup, atau luka bakar yang sembuh selama perawatan 21 hari. Luka dikatakan

luka kronis misalkan pada luka kecelakaan, luka baru akan mengalami proses

inflamasi hingga 5 hari, jika ditemukan tanda-tanda inflamasi pada hari ke-7

kemungkinan bukan lagi inflamasi namun infeksi, dan ini sudah dapat dikatakan

dengan luka kronis. Dikatakan luka kronis karena proses inflamasi yang

memanjang tidak sesuai dengan fisiologis waktu penyembuhan luka. Contoh luka

kronis lainnya pada luka dengan dasar luka merah sudah satu bulan (>21 hari)

tidak mau menutup, maka dapat disebut juga sebagai luka kronis.

Luka yang sudah pasti dikatakan luka kronis diantaranya adalah luka tekan

(dekubitus), luka karena diabetes, luka karena pembuluh darah vena maupun

arteri, luka kanker, luka dehiscence dan abses.

Salah satu yang menjadi ciri khas dari luka kronis adalah adanya jaringan

nekrosis (jaringan mati) baik yang berwarna kuning maupun berwarna hitam. Ciri

khas lainnya dari luka kronis adalah adanya penyulit sistemik yang menghambat

penyembuhan luka. Sehingga manajemen luka kronis menjadi sedikit berbeda

dengan manajemen luka akut. Pada dasarnya luka akut yang fisiologis dapat

sembuh dengan sendirinya, selama tidak ada faktor penyulit yang sering

ditemukan pada luka kronis. Salah satu metode yang dikembangkan adalah

(27)

2.2.5. Manajemen modern dressing meliputi:

a. Pencucian Luka

Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang

berlebihan, sisa balutan yang digunakan, dan sisa metabolik tubuh pada

cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat

proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan terjadinya

infeksi. Cairan yang digunakan untuk membersihkan luka adalah cairan

normal salin/NaCl 0,9% atau air yang steril sangat dianjurkan untuk

membersihkan luka. Bahan cairan rumah tangga juga dapat digunakan

seperti penggunaan rebusan air jambu biji. Formulasinya adalah lima

lembar daun jambu biji dan satu liter air direbus hingga menjadi setengah

liter. Teknik pencucian luka diantaranya adalah swabbing dan scrubbing,

teknik ini tidak terlalu dianjurkan pada pencucian luka karena dapat

menyebabkan trauma pada jaringan granulasi dan epithelium, juga

membuat bakteri berdistribusi ke area luka. Teknik showering (irigasi),

whirlpool, dan bathing. Teknik yang paling sering digunakan karena

dengan teknik tekanan yang cukup dapat mengangkat bakteri yang

terkolonisasi, mengurangi terjadinya trauma.

b. Debridemen

Autolisis debrideman adalah suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang

dilakukan oleh tubuh sendiri dengan syarat utama, lingkungan luka harus

dalam keadaan lembab. Pada keadaan lembab, proteolytic enzyme secara

(28)

jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya ataupun dibantu

dengan surgical atau mekanikal debridemen.

c. Bahan Topical Therapy

Tujuan dari pemilihan balutan adalah membuang jaringan mati, balutan

dapat mengontrol kejadian infeksi, mempertahankan kelembaban,

mempercepat proses penyembuhan luka, dapat mengabsorbsi cairan yang

berlebihan, membuang jaringan mati, nyaman digunakan, steril, dan cost

effective. Beberapa topical therapy yang biasa digunakan dalam modern

dressing adalah Calcium Alginate, Hydrocoloid, Hydrofobik,

Semipermiable Film Dressing, Hydrofobier, Hydroactive Gel, Gamge,

Polyuretane Foam, Metcovazin, dan Silver Dressing (Putri, 2012).

2.2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Faktor sistemik :

1. Usia

Pada usia lanjut proses penyembuhan luka lebih lama dibandingkan

dengan usia muda. Faktor ini karena kemungkinan adanya proses

degenarasi, tidak adekuatnya pemasukan makanan, menurunnya

kekebalan, dan menurunnya sirkulasi.

2. Nutrisi

Faktor nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Pada pasien

yang mengalami penurunan tingkat diantaranya serum albumin, total

limposit dan transferin adalah merupakan resiko terhambatnya proses

(29)

mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka. Kekurangan vitamin A

menyebabkan berkurangnya produksi makrofag yang konsekuensinya

rentan terhadap infeksi, retardasi epitelialisasi, dan sintesis kolagen.

Defisiensi vitamin E mempengaruhi pada produksi kolagen. Sedangkan

defisiensi vitamin C menyebabkan kegagalan fibroblast untuk

memproduksi kolagen, mudahnya terjadi ruptur pada kapiler dan rentan

terjadi infeksi.

3. Insufisiensi vaskular

Insufisiensi vaskular jua merupakan faktor penghambat pada proses

penyembuhan luka. Seringkali pada kasus luka ekstremitas bawah seperti

luka diabetik, dan pembuluh arteri dan atau vena kemudian decubitus

karena faktor tekanan yang semuanya akan berdampak pada penurunan

atau gangguan sirkulasi darah.

4. Obat-obatan

Terutama sekali pada pasien yang menggunakan terapi steroid, kemoterapi

dan imunosupresi.

Faktor lokal:

1. Suplai darah

2. Infeksi

Infeksi sistemik atau lokal dapat menghambat penyembuhan luka.

3. Nekrosis

Luka dengan jaringan yang mengalami nekrosis dan eskar akan dapat

(30)

4. Adanya benda asing pada luka (Suriadi, 2004).

2.2.7. Metode Pembersihan Luka

1. Pengangkatan jaringan nekrotik dan krusta

Metode untuk mengangkat jaringan nekrotik, seperti jaringan parut keras

yang hitam dan kering serta krusta yang tebal, dalam luka kronik.

2. Membersihkan eksudat kering dan keropeng

Dengan menganggap bahwa luka tidak tertutup oleh jaringan nekrotik

ataupun krusta yang tebal, kira-kira larutan mana yang dapat digunakan

membersihkan eksudat kering dan keropeng.

Untuk luka yang tidak terlalu terkontaminasi, air steril atau larutan garam

0.9% adalah agens pembersih pilihan. Larutan sederhana tersebut, ataupun

larutan yang mirip dengan itu. Pada keadaan dimana terdapat resiko tinggi

terhadap infeksi luka, misalnya pada luka traumatis yang terkontaminasi

dan luka bakar, pada pasien yang sangat lemah, atau pada keadaan dimana

lukanya terletak sedemikian rupa sehingga luka tersebut sangat mungkin

terkontaminasi oleh bahan urine atau feses, maka keadaan tersebut

merupakan indikasi untuk penggunaan larutan antiseptik (Morison, 2003).

2.2.8. Membersihkan luka setiap kali mengganti balutan

Jika luka sangat terkontaminasi oleh bahan-bahan asing, krusta atau

jaringan nekrotik, pembersihan luka diperlukan setiap kali mengganti balutan

untuk mencegah perlambatan penyembuhan. Meskipun demikian, jika lukanya

bersih, hanya terdapat sedikit eksudat, dan bergranulasi sehat, pembersihan yang

(31)

berulang dapat mengakibatkan trauma pada jaringan halus yang baru terbentuk,

mengurangi suhu permukaan luka, dan mengangkat eksudat yang mempunyai

sifat bakterisida (Morison, 2003).

2.2.9. Keuntungan dari permukaan luka yang lembab

1. Mengurangi pembentukan jaringan parut

2. Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan

3. Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan

devitalisasi/yang mati

4. Menambah pertahanan immun permukaan luka

5. Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast

6. Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan

air yang tipis

7. Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari

balutan kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi

penggantian balutan dan meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat

menghemat biaya yang dibutuhkan (Tarigan & Pemila, 2007).

2.2.10 Optimalisasi Perawatan Pada Luka

1. Mengurangi dehidrasi dan kematian sel

Seperti telah dijelaskan pada fase penyembuhan luka bahwa sel-sel seperti

neutropil dan magrofag membentuk fibroblast dan perisit. Dan sel-sel ini

(32)

2. Meningkatkan angiogenesis

Tidak hanya sel-sel yang dibutuhkan untuk angiogenesis juga dibutuhkan

lingkungan yang lembab tetapi juga angiogenesis terjadi pada tekanan

oksigen rendah, balutan ”occlusive” dapat merangsang proses angiogenesis

ini.

3. Meningkatkan debridement autolisis

Dengan mempertahankan lingkungan lembab sel neutropil dapat hidup dan

enzim proteolitik dibawa ke dasar luka yang memungkinkan

mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen. Proses ini

dilanjutkan dengan degradasi fibrin yang memproduksi faktor yang

merangsang makrofag untuk mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dasar

luka.

4. Meningkatkan re-epitelisasi

Pada luka yang lebih besar, lebih dalam sel epidermal harus menyebar

diatas permukaan luka dari pinggir luka serta harus mendapatkan suplai

darah dan nutrisi. Krusta yang kering pada luka menekan/menghalangi

suplai tersebut dan memberikan barier untuk migrasi dengan epitelisasi yang

lambat.

5. Barier bakteri dan mengurangi kejadian infeksi

Balutan oklusif membalut dengan baik dapat memberikan barier terhadap

migrasi mikroorganisme ke dalam luka. Bakteri dapat menembus kasa

(33)

pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi lebih jarang daripada kasa

pembalut konvensional tersebut.

6. Mengurangi nyeri

Diyakini luka yang lembab melindungi ujung saraf sehingga mengurangi

nyeri (Tarigan & Pemila, 2007).

2.2.11. Waktu Ganti Balutan

Pada luka infeksi dianjurkan menggantu balutan setiap 1-2 hari sekali,

tidak dianjurkan lebih lama dari 2 hari untuk mempercepat proses pengurangan

jumlah bakteri yang berkembangbiak. Gunakan balutan sekunder sesuai dengan

jumlah cairan sehingga balutan dapat dipertahankan maksimal 2 hari. Pada luka

noninfeksi, ganti balutan jika sudah terlihat adanya rembesan ditengah balutan

(bukan dari samping). Karena cairan yang sudah merembes dari samping

menandakan balutan tidak cukup mampu menampung cairan luka yang dapat

menyebabkan maserasi dan iritasi pada sekitar luka. Balutan dapat dipertahankan

lebih dari lima hari pada dasar luka merah dengan cairan luka sedang banyak.

Tentunya balutan yangdipilih adalah balutan yang dapat menampung eksudat

hingga banyak.

Balutan menjadi efektif dalam biaya jika digunakan dengan tepat. Luka

kering tidak dianjurkan menggunakan balutan yang dapat menyerap eksudat

hingga banyak karena menjadi tidak efektif dalam biaya, gunakan balutan yang

(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka peneltian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antar variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi pengaruh perawatan luka terhadap kepuasan pasien.

Adapun kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1 : Kerangka Penelitian

Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern di Asri Wound Care Centre

Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern

(35)

3.2.Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Sunyoto, 2012).

Variabel Penelitian Defenisi Operasional Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah menerima pelayanan perawatan luka modern yang dilakukan perawat luka di Asri Wound Care Centre. Kuesioner sebanyak 11 pernyataan dengan pilihan jawaban:

1. Kurang puas 2. Cukup 3. Cukup baik 4. Baik 5. Sangat baik 6. Sangat baik

sekali 7. Luar biasa

baik

1. Kurang puas 2. Cukup 3. Cukup baik 4. Baik 5. Sangat baik 6. Sangat baik

sekali 7. Luar biasa

baik

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif

analitik yang bertujuan untuk mengidentifikasi kepuasan pasien dengan teknik

perawatan luka modern di Asri Wound Care Centre Medan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua pasien yang datang dirawat di Asri Wound Care Centre Medan.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 orang.

4.2.2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2003). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Total Sampling. Yaitu dilakukan dengan mengambil seluruh populasi

menjadi anggota yang akan diamati (Arikunto, 2006). Cara ini dilakukan bila

populasinya kecil, seperti bila sampelnya kurang dari tiga puluh maka anggota

populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel

(37)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Asri Wound Care Centre Medan. Alasan peneliti

mengambil lokasi tersebut sebagai lahan penelitian adalah karena Asri Wound

Care Centre merupakan klinik perawatan luka modern yang lebih spesifik dalam

menangani luka dengan cara perawatan luka yang modern.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 14 Oktober sampai dengan 23

November 2013.

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan

permohonan pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara untuk melakukan studi pendahuluan dalam penyusunan skripsi ini.

Kemudian dengan pengantar tersebut peneliti memberikan kuesioner kepada

responden yang akan diteliti dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian kepada responden dengan menekankan pada masalah yang

meliputi:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar

persetujuan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

(38)

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak mereka.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2011).

4.5.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah berisi data demografi yang terdiri

dari umur, lama rawat, jenis kelamin, agama, budaya/suku, pendidikan, pekerjaan.

Bagian kedua adalah kuesioner kepuasian pasien yang berisi sejumlah

pernyataan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kepuasan pasien

terhadap perawatan luka modern. Kuesioner penelitian ini berpedoman pada skala

pengukuran yang dikembangkan oleh Likert (dikenal dengan istilah skala likert),

yaitu kepuasan pasien dikategorikan dan dikuantifikasi, dengan jawaban luar biasa

(39)

responden menjawab luar biasa baik diberi nilai 6, responden menjawab sangat

baik sekali diberi nilai 5, responden menjawab sangat baik diberi nilai 4,

responden menjawab baik diberi nilai 3, responden menjawab cukup baik diberi

nilai 2, responden menjawab cukup diberi nilai 1, responden menjawab kurang

puas diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 69 sedangkan nilai

terendah adalah 0. Kuesioner penelitian ini terdiri dari 11 pernyataan mengenai

teknik perawatan luka modern.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) adalah:

P=��������

Keterangan:

P = panjang kelas/interval

R = Rentang

Dimana P merupakan panjang kelas dengan nilai tertinggi dikurang nilai

terendah sehingga didapat nilai rentang kelas 66 dan banyak kelas adalah 7 untuk

kategori luar biasa baik, sangat baik sekali, sangat baik, baik, cukup baik, cukup,

kurang puas dengan menggunakan P=9, dan nilai terendah=0.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan

1. Kurang puas : 0-9

2. Cukup : 10-19

3. Cukup baik : 20-29

4. Baik : 30-39

5. Sangat baik : 40-49

6. Sangat baik sekali : 50-59

(40)

4.6.Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Validitas adalah untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu butir

pertanyaan. Skala butir pertanyaan disebut valid, jika melakukan apa yang

seharusnya dilakukan dan mengukur yang seharusnya diukur. Jika skala

pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti, sebab tidak

mengukur apa yang seharusnya dilakukan (Sunyoto, 2012).

Instrumen dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner baku

patient satisfaction questionnaire (PSQ) diambil dari Royal College Of General

Practitioners.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas disini menunjukkan tingkat konsistensi dan stabilitas dari data

berupa skor hasil persepsi suatu variabel baik variabel bebas maupun variabel

terikat. Dengan demikian reliabilitas meliputi stabilitas ukuran dan konsistensi

internal ukuran. Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk

tetap stabil atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan

ukuran dapat membuktikan kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur

sebuah konsep (Sunyoto, 2012).

Dalam penelitian ini uji reliabilitas atau uji konsistensi suatu item

pertanyaan dengan menggunakan rumus cronbach’s alpha yang akan dilakukan

pada 20 responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek

(41)

0.728. Uji reliabilitas atau uji konsistensi suatu item pertanyaan dengan

membandingkan antara nilai cronbach’s alpha dan taraf keyakinan (coefficients of

confidance = CC) dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika CC < cronbach’s alpha, item pertanyaan reliabel (konsisten).

Jika CC > cronbach’s alpha, item pertanyaan tidak reliabel (tidak konsisten).

4.7.Proses Pengumpulan Data

Data diambil di Asri Wound Care Centre Medan. Prosedur pengumpulan

data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

kepada Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

kemudian mengajukan surat izin penelitian dari fakultas ke tempat penelitian.

Setelah mendapat persetujuan dari Asri Wound Care Centre Medan, peneliti

melakukan penelitian dengan menjelaskan terlebih dahulu topik, manfaat

penelitian dan tujuan penelitian kepada calon responden dan juga peneliti

menanyakan apakah calon responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

Jika bersedia, calon responden diminta untuk menandatangani formulir

persetujuan (informed consent). Setelah itu peneliti memberi kuesioner yang

terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan kuesioner tentang kepuasan

pasien dengan teknik perawatan luka modern. Responden diberi kesempatan

untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami. Jawaban responden

dipastikan sesuai dengan apa yang diketahui oleh responden kemudian kuesioner

dikumpulkan, dan diperiksa kelengkapannya dan jika ada data yang kurang, dapat

(42)

4.8.Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan mengadakan analisa data

melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

suatu variabel.

3. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

(43)

Analisa dilakukan dengan analisis univariate yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel

(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan

mengenai Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern Di Asri

Wound Care Centre Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 14 Oktober

2013 sampai dengan 23 November 2013 di Asri Wound Care Centre Medan

dengan jumlah responden sebanyak 50 orang. Responden dalam penelitian ini

adalah pasien yang dirawat dengan teknik perawatan luka modern di Asri Wound

Care Centre Medan.

[image:44.595.118.498.469.751.2]

5.1.1. Data Demografi Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di Asri Wound Care Centre Medan (n=50)

No Karakteristik F Persentase (%) 1. Usia

Mean 52 th

18-20 th - -

21-27 th - -

28-32 th - -

33-39 th 1 2

40-65 th 49 98

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 20 40

Perempuan 30 60

3. Lama Rawat

0-6 bulan 50 100

≥ 6 bulan - -

4. Suku

Batak 17 34

Jawa 12 24

(45)

Minang 5 10

Lain-lain 8 16

5. Pendidikan

Tidak Sekolah - -

SD 3 6

SMP 13 26

SMA 24 48

Perguruan Tinggi 10 20

6. Pekerjaan

PNS 13 26

Swasta 20 40

IRT 17 34

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat data mayoritas responden dengan usia 40-65 tahun sebanyak 49 responden (98%), berjenis kelamin perempuan

sebanyak 30 orang (60%), kondisi pasien yang dirawat selama 2 bulan sebanyak

32 orang (64%), pendidikan SMA sebanyak 24 orang (48%), pekerjaan sebagai

wiraswasta sebanyak 20 orang (40%), suku batak sebanyak 17 orang (34%).

[image:45.595.113.485.111.298.2]

5.1.2. Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern Di Asri Care Centre Medan (n = 50)

Kategori Kepuasan Pasien Frekuensi Persentase

Luar biasa baik 28 56%

Sangat baik sekali 12 24%

Sangat baik 10 20%

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki

kepuasan luar biasa baik sebanyak sebanyak 28 orang (56%). Dalam aspek

kepuasan pasien dengan teknik perawatan luka modern peneliti memasukkan

semua cakupan mengenai rata-rata responden dalam menjawab lembar kuesioner

(46)
[image:46.595.85.523.171.751.2]

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka Modern di Asri Wound Care Centre Medan (n=50)

No Pernyataan Mean Std.Deviatio

n

Max Min

1 2 3 4 5 6 7 8

Memberikan penjelasan yang dapat dipahami berkaitan perawatan luka (menjawab semua pertanyaan saya, menjelaskan dengan baik, memberikan saya informasi yang benar dan jelas).

Membuat sebuah rencana tindakan (mendiskusikan pilihan-pilihan yang tersedia, termasuk keputusan saya mengenai sejauh mana saya ingin terlibat; tidak mengabaikan pendapat saya).

Bagaimana saya menilai konsultasi dengan perawat hari ini?

Menunjukkan rasa peduli dan simpati (terlihat benar-benar peduli, berhubungan dengan saya sebagai secara manusiawi, tidak bersikan cuek atau tidak peduli).

Membuat saya merasa nyaman (bersikap ramah dan hangat kepada saya, memperlakukan saya dengan hormat tidak dingin dan kasar dalam merawat luka saya).

Benar-benar mendengarkan (memperhatikan dengan baik apa yang

saya katakan, tidak melihat catatan atau layar computer saat saya sedang bicara.

Bersikap positif (melakukan pendekatan dan menunjukkan sikap yang positif; jujur namun tidak bersikap negatif mengenai masalah saya).

Memberikan saya kesempatan untuk bercerita (memberikan saya waktu

(47)

9

10

11

untuk menjelaskan penyakit saya secara jelas berdasarkan pengalaman saya tanpa member komentar atau mengalihkan perhatian saya.

Benar-benar memahami kekhawatiran saya (menyampaikan bahwa perawat memahami secara akurat kekhawatiran saya tanpa mengabaikan atau melupakan hal apapun).

Membantu saya dalam mengontrol perkembangan kesehatan saya (bersama saya mencari tahu hal-hal yang dapat saya lakukan untuk meningkatkan kesehatan saya; memberikan dukungan dan tidak cenderung menceramahi).

Memandang saya sebagai seseorang yang utuh (bertanya/mengetahui detail yang relevan tentang hidup dan situasi saya, tidak memperlakukan saya sebagai pasien nomor sekian.

5.22 5.12 5.02 1.06 1.01 1.05 6 6 6 3 3 3

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki

rata-rata responden menjawab dalam hal memberikan penjelasan menegenai

perawatan luka yaitu 5.54, nilai standar deviasi dalam hal memberikan penjelasan

menegenai perawatan luka yaitu 0.63, nilai maksimum yaitu 6, nilai minimum

yaitu 3. Rata-rata minoritas responden menjawab dalam hal perhatian yang penuh

diberikan perawat yaitu 5.02, nilai standar deviasi dalam hal perhatian yang penuh

(48)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian kepuasan pasien dengan teknik perawatan

luka modern di Asri Wound Care Centre Medan Tahun 2013 yang dilakukan

peneliti pada tanggal 14 Oktober s/d 23 November 2013 terhadap 50 responden

didapatkan bahwa kepuasan pasien dalam kategori luar biasa baik sebanyak 28

orang (56%). Data yang diperoleh menunjukkan usia pasien 40-65 tahun (98%),

jenis kelamin perempuan (60%), pasien yang dirawat selama 2 bulan (64%),

berpendidikan SMA (48%), pekerjaan sebagai wiraswasta (40%), suku batak

(34%).

Berdasarkan dari faktor usia mayoritas responden berusia 40-65 tahun

sebanyak 49 orang memiliki tingkat kepuasan yang lebih, hal ini dikarenakan

dengan kondisi usia yang lebih berpengalaman dalam memilih suatu tindakan

yang lebih baik terutama dalam kesehatan individu itu sendiri dan pada usia ini

juga lebih rentan terkena resiko penyakit DM terkait dengan sebagian besar pasien

di tempat penelitian dengan pasien luka DM. Hal ini sesuai dengan data dari

WHO yang menyatakan bahwa komposisi umur pasien DM di Negara

berkembang berumur antara 45-64 tahun (Suyono, et al, 2009). Hasil penelitian

Aguiar, et al. (2003) menunjukkan bahwa pada usia 45-64 tahun resiko terjadinya

luka DM sebesar 13.4 % (95% CI, 12,1;14,5). Adanya persamaan antara riset

terdahulu dengan kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pada usia 45-64 tahun

cukup beresiko terjadinya luka DM yang akan berdampak pada kualitas hidup

pasien DM. Hal ini berkaitan dengan faktor demografi karena adanya peningkatan

(49)

memproduksi insulin serta penurunan sensivitas sel seiring dengan proses menua.

Hasil studi klinik menunjukkan bahwa pada usia 51-60 tahun telah terjadi

penurunan aktivitas yang akan berdampak meningkatkan resiko komplikasi

terjadinya DM, salah satunya ulkus kaki diabetik (National academy On An Aging

Society, 2000).

Dari keseluruhan responden, peneliti melihat bahwa kebanyakan

responden berada pada usia tertinggi 65 tahun dan usia terendah pada usia 38

tahun dan rata-rata responden berusia 52 tahun. Hal ini sesuai dengan Suriadi

(2004) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor sistemik dan faktor lokal. Usia

merupakan faktor sistemik yang pada usia lanjut proses penyembuhan luka lebih

lama dibandingkan dengan usia muda. Faktor ini karena kemungkinan adanya

proses degenerasi, tidak adekuatnya pemasukan makanan, menurunnya kekebalan

dan menurunnya sirkulasi.

Faktor kedua dari jenis kelamin, mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 30 orang (60%) membuat responden lebih khawatir terhadap

penyakit yang dialaminya. Hal ini didukung oleh (National academy On An Aging

Society, 2000), yang menyebutkan bahwa populasi perempuan dengan diabetes

lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 20 orang dan hasil survei

dari Aguiar, et al. (2003) tentang resiko terjadinya luka kaki DM pada perempuan

11,8% (95% CI, 10,8;12,7). Pos menopause merupakan salah satu faktor yang

berkontribusi terjadinya DM pada wanita karena terjadi penurunan produksi

(50)

menyebabkan penurunan metabolism dan dapat berakibat obesitas (Keene &

Revis, 2007).

Berdasarkan dari faktor Lama rawat pasien dengan luka DM yang terlibat

dalam penelitian selama 2 bulan yaitu 32 orang artinya sebagian besar pasien juga

telah mendapatkan perawatan sebelum dilakukan penelitian, sehingga tidak akan

berpengaruh terhadap pengukuran kepuasan pasien. Berdasarkan penelitian dari

Segal dan John (2002), lama rawat pasien dengan luka DM di rumah sakit

Australia menunjukkan rata-rata 4 hari, tetapi berdasarkan studi pendahuluan di

rumah sakit diwilayah Malang dan Madiun menunjukkan lama rawat inap selama

10-15 hari. Dalam penelitian ini didapat lama rawat yang cukup lama selama 2

bulan, hal ini dikarenakan ditinjau dari perawatan luka yang dilakukan pada

pasien.

Sebagian besar pasien berpendidikan SMA serta memiliki pekerjaan

sebagai wiraswasta membuat pengetahuan dan kemampuan responden akan

sedikit berkuarng dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang dialami terutama

pada pasien yang bekerja sebagai wiraswasta hal ini sangat membutuhkan tenaga

yang ekstra. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi juga oleh faktor tingkat pendidikan menyebutkan bahwa seseorang

yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas

dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah apalagi

dalam hal ini terkait dengan pengetahuannya mengenai metode perawatan luka

yang akan mereka pilih. Hal ini juga dikarenakan masih banyaknya pasien yang

(51)

dan Pariani (2001) bekerja umumnya pekerjaan yang menyita waktu. Manusia

memerlukan suatu pekerjaan untuk dapat berkembang dan berubah. Seseorang

bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih daripada keadaan

sebelumnya. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat yang bernilai, bermanfaat,

dan memperoleh berbagai pengalaman.

5.2.1 Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil penelitian, kepuasan pasien dengan teknik perawatan

luka modern sebagian besar dari pasien 28 orang dengan kategori luar biasa baik

(56%), 12 orang dengan kategori sangat baik sekali (24%), 10 orang dengan

kategori sangat baik (20%). Dalam penelitian ini terlihat bahwa kepuasan pasien

dengan teknik perawatan luka modern berada pada kategori luar biasa baik, hal ini

memberi tanggapan positif bagi pasien dengan tetap menggunakan perawatan luka

secara modern. Dari keseluruhan responden, peneliti melihat bahwa rata-rata

responden memiliki skor 57 pada kategori sangat baik sekali, nilai jawaban

responden memiliki skor tertinggi yaitu dengan skor 65 pada kategori luar biasa

baik dan nilai jawaban responden memiliki skor terendah yaitu dengan skor 41

pada kategori sangat baik.

Dari hasil penelitian sudah terlihat jelas bahwa kepuasan pasien pada

kategori luar biasa baik sebanyak 28 orang (56%). Dalam hal ini memberikan

penjelasan mengenai perawatan luka memberikan kepuasan tertinggi sedangkan

dalam hal perhatian yang penuh diberikan perawat memberikan kepuasan

(52)

Hal ini sesuai dengan pendapat (Kotler, 2008) bahwa kepuasan adalah

tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan

adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah

memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Apabila penampilan kurang dari

harapan, maka pelanggan tidak dipuaskan, namun apabila penampilan sebanding

dengan harapan, pelanggan puas, dan apabila penampilan melebihi harapan

pelanggan akan sangat puas atau senang.

Menurut penelitian James L (2006) di Unit Rawat Jalan Departemen Ilmu

Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo Dari 144

orang tua pasien, enam puluh dua persen orangtua pasien merasa puas terhadap

kualitas pelayanan, skor kepuasan total terhadap dimensi kualitas pelayanan 3,55

(puas). Kualitas pelayanan di Unit Rawat Jalan Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo memuaskan (skor 3,55) dan

persentase orangtua pasien yang puas 62%. Zaihan (2003) di unit rawat jalan RSU

Palembang memperoleh angka sebesar 54%, Madiar (2003) di unit rawat jalan

anak RSIA Hermina Depok sebesar 43%, Sakti di poliklinik anak RSUD Muara

Bungo sebesar 28% dan Sumampow di poliklinik anak di RSAL Dr. Mintoharjo

Jakarta dengan tingkat kepuasan yang lebih rendah yaitu 27,3%

Menurut pendapat Dina, dkk (2009) Perawatan luka yang diberikan pada

pasien harus dapat meningkatkan proses perkembangan luka. Perawatan yang

diberikan bersifat memberikan kehangatan dan lingkungan yang lembab pada

(53)

perkembangan perbaikan luka, mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel.

Kondisi ini juga dapat meningkatkan interaksi antara sel dan faktor pertumbuhan.

Oleh karena itu balutan harus bersifat menjaga kelembaban dan mempertahankan

kehangatan pada luka.

Menurut penilaian peneliti secara keseluruhan dimensi perhatian

(empathy) memberi kepuasan yang tertinggi bagi pasien kecuali perhatian khusus

terhadap individu yang diberikan perawat. Perhatian mempunyai korelasi yang

langsung terhadap kepuasan pasien. Dalam penelitian ini perhatian penuh yang

diberikan perawat masih kurang dan memiliki nilai terendah. Hal ini dikarenakan

masih kurangnya perhatian perawat dalam memandang pasien terhadap kondisi

luka pasien. Dan ini semua sangat mempengaruhi terhadap kepuasan pasien.

5.2.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih mebutuhkan banyak sekali masukan dan saran karena

terdapat beberapa kesalahan dan keterbatasan yang peneliti rasakan. Waktu

memulai penelitian, peneliti harus terlebih dahulu mencari responden yang

bersedia untuk dijadikan responden. Peneliti melakukan penelitian pada malam

hari, hal ini dikarenakan peneliti harus menyesuaikan waktu terlebih dahulu

dengan tempat penelitian. Dalam perhari peneliti hanya mendapatkan 3-4 orang

responden. Ini sangat sulit bagi peneliti dalam mendapatkan responden dan juga

membutuhkan waktu yang lama bagi peneliti dikarenakan kondisi pasien dalam

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 14

Oktober sampai dengan 23 November 2013 pada pasien dengan perawatan luka

modern di Asri Care Clinic Medan Tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa kategori

kepuasan pasien dengan teknik perawatan luka modern sebagian besar berada

pada kategori luar biasa baik.

6.2Rekomendasi

1. Rekomendasi untuk praktek keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para perawat agar

dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien terutama lebih fokus dalam hal

memberikan perhatian penuh kepada pasien dalam merawat luka pasien hal

ini sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien, tanpa melihat siapa

individu tersebut khususnya di instansi dalam bidang pelayanan kesehatan

seperti rumah sakit, klinik dan demi kepuasan pasien/keluarga.

2. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya tentang

kepuasan pasien dengan teknik perawatan luka modern. Sebaiknya

mempunyai sampel yang lebih banyak dan memperluas kriteria inklusi

sehingga lebih representatif dan tidak hanya pada satu klinik saja sehingga

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arisanty, Puspita. 2012. Panduan Praktis Pemilihan Balutan Luka Kronik. Jakarta: Mitra Wacana Medika.

Boyle, Mauren. 2008. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC.

Gayatri, D. Kristianto, H, Nurachmah, E, 2011. Aspek Kenyamanan Pasien Luka Kronik Ditinjau Dari Transforming Growth Factor dan Kadar Kortisol. Diambil tanggal 25 Mei 2013 dari

Hidayat, A.A. 2011. Metoda Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta : Salemba Medika.

Ismail, dkk. 2009. Penggunaan Balutan Modern Memperbaiki Proses Penyembuhan Luka Diabetik. Diambil tanggal 02 Januari 2014 dari Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXV, No. 1.

Kotler, P, Keller, L. 2008. Manajemen Pemasaran. Surabaya: Erlangga.

Morison, J. 2003. Manajemen Luka. Jakarta: EGC.

Muninjaya, A.A.G. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: E

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di Asri Wound Care Centre
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Dengan Teknik Perawatan Luka
Tabel 5.3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IIG Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 berikut kami

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IIG Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 berikut kami

The application of personal journal writing as the part of teaching and learning process in the classroom helps the students improve their ability in writing recount text

Pada sub indikator ini rata-rata respon siswa sebesar 81,1 % dengan kriteria sangat kuat sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat dalam modul tidak berbelit-belit dan

Tahapan penelitian pada Gambar 2, dapat dijelaskan sebagai berikut. 3) Tahap keempat: Pembuatan Aplikasi/Program pengujian, sekaligus pengujian algoritma dan analisis hasil

Finite state automata dapat digunakan untuk membuat model Non-Deterministic Finite Automata (NDFA), sehingga dapat mendeteksi keadaan yang tidak normal atau malfungsi

Secara khusus dapat disimpulkan bahwa (1) pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, (2) pengenalan,

UKSW Salatiga memiliki sarana parkiran untuk kendaraan mobil dan motor, dimana dilakukan secara manual oleh KAMTIBPUS selaku pihak keamanan kampus. Sistem parkiran kendaraan