• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejar ah Singkat PT. PAL INDONESIA (Per ser o)

Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di sektor industri Maritim maka dalam hal ini pemerintah membuka perusahaan galangan kapal yaitu PT.PAL INDONESIA (Persero). Perusahaan ini disamping tugas utamanya membuat kapal baru juga ikut serta membangun dan memajukan teknologi dan industri kemaritiman yang ada di Indonesia.

Terbentuknya perusahaan kapal PT.PAL INDONESIA (Persero) merupakan kelanjutan dari Marine Etabilishment (ME) yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. ME diresmikan dengan lembar no.22/1939 pada tahun 1939 yang mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan perawatan dan perbaikan kapal-kapal laut yang digunakan sebagai armada Angkatan Laut yang didirikan Hindia Belanda pada tahun 1848.

Pada masa perang dunia kedua, pemerintah Hindia Belanda di Indonesia menyerah kepada pemerintah Jepang sehingga dalam masa kependudukan Jepang ME diganti menjadi Haigun SB 21/24 Buntai yang mempunyai tugas dan fungsi yang sama dengan pada masa pemerintah Hindia Belanda.

Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka pemerintah Hindia Belanda menguasai kembali selama dua bulan sehingga pada tahun 1945 diganti seperti semula menjadi Marine Establishment yang fungsinya sama.

Pada masa perang kemerdekaan setelah Republik Indonesia di Proklamasikan namanya dirubah menjadi PAL (Penataran Angkatan Laut), hanya saja penyerahan ME oleh Pemerintah Hindia Belanda berkesan setengah hati dan sering terjadi sabotase.

Dengan berdasarkan keputusan Presiden RI no.370/61 tahun 1961, Penataran Angkatan Laut dilebur kedalam Departemen Angkatan Laut dan namanya dirubah menjadi Komando Angkatan Laut (Konatal). Sejak tahun 1961 Konatal tidak lagi berstatus sebagai Perusahaan Negara dan bertugas untuk memelihara, memperbaiki dan membuat kapal-kapal Angkatan laut.

Perkembangan selanjutnya adalah perubahan status Konatal menjadi Perusahaan Umum Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah no.14 tahun 1978. Perusahaan ini dikenal dengan nama Perusahaan Umum Dok dan Galangan Kapal (Perum Pal). Akhirnya dengan lembaran Negara RI no.4 tahun 1980 dan akte pendirian no.12 tahun 1980 tanggal 15 April 1980 PERUM PAL diubah menjadi Perseroan dengan nama PT.PAL INDONESIA (Persero) dan sampai dengan saat ini telah ada diadakan perubahan yang terakhir dengan akte pendirian no.1 tanggal 4 November 2002.

4.1.2. Lokasi Per usahaan PT. PAL INDONESIA

Dengan luas 400 ha dan jumlah 6000 karyawan, saat ini PT.PAL Indonesia merupakan galangan kapal terbesar di Indonesia. PT.PAL Indonesia terletak di daerah timur Surabaya, tepatnya di jalan Wreda kelurahan Ujung Surabaya di kawasan basis TNI-AL III Surabaya. Letak perusahaan ini sesuai dengan riwayat pendirian yang mulanya dikelola TNI-AL secara khusus untuk keperluan militer matra laut. Namun seiring tuntutan jaman, selain masih tetap memberikan pelayanan militer TNI-AL, juga memberikan pelayanan kapal-kapal niaga milik swasta dalam Negri maupun luar Negri.

4.1.3. Visi dan Misi PT. PAL INDONESIA (Perser o) a. Visi PT.PAL Indonesia adalah :

“PT.PAL Indonesia akan menjadi perusahaan perkapalan dan rekayasa berkelas dunia yang dihormati”. Dalam hal ini PT.PAL Indonesia dihormati karena bersungguh-sungguh memberikan nilai tambah pada produk dan pelayanan untuk mencapai anntusisme pelanggan untuk menjaga kehormatan dan integritas perusahaan.

b. Misi PT.PAL Indonesia adalah untuk menyesuaikan dengan strategi pembangunan ekonomi nasional yaitu :

“Meningkatkan kesejahteraan bangsa melalui pemuasan pelanggan dan insan PT.PAL INDONESIA serta menjadi bagian terpenting dalam mendukung

4.1.4. Tugas Pokok PT. PAL INDONESIA (Per sero)

1. Melaksanakan rancang bangun kapal maupun non kapal. 2. Memproduksi kapal-kapal (jenis niaga maupun perang).

3. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan kapal maupun non kapal.

4. Melaksanakan penelitian dan pengembangan produk-produk yang merupakan peluang usaha.

5. Melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan, dengan menjadi sentra industri perkapalan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.

6. Menciptakan pangsa pasar dan jenis produk yang spesifik dengan harga yang kompetitif.

4.1.5. Struktur Organisasi PT. PAL INDONESIA

Berikut ini merupakan struktur organisasi dari PT. PAL Indonesia dimana letak, tugas dan tanggung jawab masing-masing divisi akan nampak jelas bila dilihat dari struktur-struktur tersebut. Dan PT.PAL Indonesia (Persero) terdiri dari 5 (lima) direktorat dan 14 (empat belas) divisi. Berikut struktur organisasi perusahaan serta penjelasannya :

Gambar 4.1

STRUKTUR ORGANISASI PT. PAL INDONESIA (PERSERO)

Keterangan: --- Organisasi Struktural Organisasi Fungsional DIREKTUR UTAMA Kepala Satuan Pengawas intern Kepala Divisi Jaminan Kualitas &

Standarisasi

Sekretaris Perusahaan

Kepala Program Star 50

Kepala Program Krvet Nasional Direktur Pembangunan Kapal Direktur Rekayasa Umum & Pemeliharaan Direktur Keuangan Direktur SDM & Umum Direktur Pengembangan Usaha Kepala Divisi Pengadaan & Pergudangan Kepala Divisi Kawasan Perusahaan Kepala Divisi Pemasaran & Penjualaan Kepala Divisi Teknologi Kepala Divisi Kapal Perang Kepala Divisi Kapal Niaga Kepala Divisi Rekayasa Umum Kepala Divisi Pemeliharaan dan Perbaikan Kepala Divisi Akuntansi Kepala Divisi Perbendahara an Kepala Divisi Pembinaan Org & SDm Kepala Unit Manajemen Resiko Kepala Unit Progam Kemitraan & Bina Lingkungan

4.1.6. Tugas- Tugas Organisasi 1. Direktur Utama

Direktur utama mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memimpin perencanaan dan pelaksanaan kerja masing-masing kesatuan organisasi yang dibawahnya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. b. Menerima laporan dari bawahannya dan mengevaluasi laporan tersebut

untuk bahan pengambilan keputusan.

c. Membina praktek manajemen yang baik dan teratur dalam perusahaan dan membina hubungan kerja yang baik dengan perusahaan lain.

d. Bertindak sebagai otorisasi dalam anggaran perusahaan, menandatangani surat perintah, mengeluarkan uang berupa giro dan cheque.

2. Sekr etaris Perusahaan

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Merencanakan dan menyelenggarakan kebijakan perusahaan dalam bidang kesekretariatan perusahaan dan direksi.

b. Mengkoordinir pengumpulan serta pengolahan data dan fakta perkembangan perusahaan melalui kegiatan komunikasi, dokumentasi dan publikasi.

c. Menjamin terselenggaranya sistem administrasi dan kearsipan yang terpadu, efektif dan efisien di perusahaan.

e. Menciptakan situasi dan kondisi kerja yang kondusif untuk kelancaran pelaksanaan tugas

f. Mengarahkan dan membina pekerja dibawah tanggung jawabnya. 3. Kepala Satuan Pengawasan Intern

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pengawasan, pengamatan, analisa dan evaluasi terhadap penyelenggaraan operasional dan pengelolaan keuangan perusahaan.

b. Mencegah kemungkinan penyimpangan operasional perusahaan melalui pembinaan sumber daya dan sumber dana.

c. Meningkatkan efisiensi pemakaian sumber daya dan sumber dana dalam rangka mendukung progam profitisasi perusahaan.

d. Menyusun dan menentukan standar ekonomi, teknis, hukum dan manajemen sebagai tolak ukur dalam penilaian atas pelaksanaan tugas pokok disetiap perusahaan.

4. Kepala Divisi J aminan Kualitas dan Standar isasi

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: Melakukan penelitian dan pemeriksaan secara terus menerus terhadap kualitas produksi perusahaan dan melakukan pengawasan secara terus menerus terhadap sistem produksinya sehingga kualitas produksi yang dihasilkan perusahaan bisa memuaskan pelanggan.

5. Kepala Divisi Pengadaan dan Pergudangan

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Merencanakan kebutuhan material baik untuk mendukung proyek maupun operasional.

b. Mengkoordinasi pelaksanaan pengadaan material sesuai kebutuhan material.

c. Mengkoordinasi pengelolaan material pada lokasi penyimpanan.

d. Membuat perencanaan kebutuhan dana untuk menunjang kebutuhan material.

e. Mengelola sistem informasi material untuk menunjang unit kerja lain. 6. Direktur Pengembangan Usaha

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: Memimpin, mengkoordinasikan serta mengendalikan kegiatan dibidang produksi, distribusi, perencanaan teknologi dan menghasilkan rencana produk baru yang memiliki potensi pemasaran global yang dapat mendukung pendapatan perusahaan, serta mengawasi perkembangan pembangunan pabrik dalam rangka memastikan kegiatan operasional telah dijalankan sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan.

1) Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan

a. Melaksanakan perencanaan pemasaran jangka panjang dan jangka pendek produk kapal maupun non kapal.

b. Melaksanakan riset pasar, segmentasi pasar dan studi kelayakan terhadap produk kapal dan non kapal.

c. Melaksanakan pemasaran dan penjualan produk kapal dan non kapal. d. Melaksanakan pengembangan produk dan pengembangan pasar untuk

mendukung produk baru. 2) Kepala Divisi Teknologi

a. Melaksanakan perencanaan desain dan engineering untuk proyek-proyek yang sedang diproduksi.

b. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang rancang bangun dan proses produksi.

c. Merencanakan dan mengembangkan sistem informasi untuk menunjang kegiatan yang berhubungan dengan rancang bangun dan penelitian.

d. Melaksanakan kegiatan integrated logistic support untuk kapal-kapal yang di produksi.

7. Direktur Pembangunan Kapal

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam merencanakan sistem pembangunan kapal dan perlengkapannya.

1) Kepala Divisi Kapal Perang

a. Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity.

b. Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal-kapal perang maupun selain kapal perang sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal. c. Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan

efisien.

d. Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyek) yang telah dibuat oleh Direktorat Pembangunan Kapal menjadi pelaksanaan proyek dan nilai biaya proyek yang terperinci.

2) Kepala Divisi Kapal Niaga

a. Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal-kapal niaga sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal.

b. Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity.

c. Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien.

d. Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyek-proyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin.

8. Direktur Rekayasa Umum dan Pemelihar aan

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: Memimpin, mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan dibidang

pemeliharaan seluruh peralatan teknik yang dibutuhkan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

1) Kepala Divisi Rekayasa Umum

Tugasnya: Menyusun rencana kebutuhan penggunaan serta perawatan peralatan teknik dan pemeliharaan yang meliputi seluruh peralatan teknik produksi dan distribusi kapal.

2) Kepala Divisi Pemeliharaan dan Perbaikan Tugasnya:

a. Menerima permintaan perbaikan peralatan teknik

b. Melaksanakan dan mengusahakan adanya pemeliharaan atau perbaikan terjadwal pada peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk pengerjaan dalam menyelesaikan produksi kapal.

9. Direktur Keuangan

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan penyusunan anggaran perusahaan, membuat laporan keuangan perusahaan. 1) Kepala Divisi Akuntansi

a. Mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan akuntansi perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

b. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian serta pengawasan atas biaya-biaya perusahan dan investasi perusahaan.

c. Menyusun rencana kerja jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan perusahaan.

d. Melaksanakan evaluasi dan analisa terhadap pengelolaan asset liabilities serta kinerja dari anak perusahaan dan kerja sama usaha lainnya.

e. Melaksanakan inplementasi dan pengembangan software aplikasi bisnis perusahaan

2) Kepala Divisi Pembendaharaan Tugasnya:

a. Menyelenggarakan administrasi kas, penyimpanan dan pengeluaran kas.

b. Mengerjakan buku kas harian berdasarkan bukti penerimaan dan pengeluaran kas yang sah.

c. Menyusun bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran kas sebagai pendukung buku kas harian.

d. Mencatat dan membukukan pengeluaran kas kecil. 10. Direktur SDM dan Umum

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam memimpin dan mengkoordinasikan system pembinaan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam perusahaan.

1) Kepala Divisi Pembinaan Organisasi & SDM

Tugasnya: memberikan pembinaan organisasi secara bertahap dan terus menerus terhadap SDM tersebut sehingga menjadi SDM yang cerdas.

2) Kepala Divisi Kawasan Perusahaan

Tugasnya: mengatur dan memberi pengawasan penuh terhadap daerah kawasan sekitar perusahaan.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1. Variabel Biaya Bahan Baku (X1)

Biaya bahan baku (X1) adalah biaya dari komponen-komponen fisik produk yang dapat dibebankan secara langsung kepada produk karena observasi fisik dapat dilakukan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Adapun data biaya bahan baku pada PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya selama tahun 2007 sampai tahun 2010 :

Tabel 4.1 : Data Biaya Bahan Baku (Dalam Rupiah)

TRIWULAN TAHUN 2007 2008 2009 2010 I 23,776,138,576 7,638,830,672 1,471,793,104 3,151,592,501 II 5,616,890,633 9,318,867,737 6,826,851,292 4,161,884,397 III 8,172,060,444 30,311,375,385 9,325,653,639 13,387,026,209 IV 29,615,247,212 3,280,720,776 4,090,426,405 1,526,113,876 MEAN 16,795,084,216 12,637,448,643 5,428,681,110 5,556,654,246 Sumber : Lampiran 1

2010 cenderung mengalami penurunan, dimana rata-rata biaya bahan baku tertinggi di tahun 2007 sebesar Rp. 16.795.084.216 dan rata-rata biaya bahan baku terendah di tahun 2009 sebesar Rp. 5.428.681.110.

Tingginya biaya bahan baku ditahun 2007 disebabkan karena pada tahun tersebut perusahaan membutuhkan jumlah bahan baku yang sangat banyak dan pembelian bahan baku tersebut masih harus di import dari Luar Negeri. Dalam hal ini pastinya perubahan kurs sangat mempengaruhi harga-harga bahan baku dan pada tahun 2007 harga kurs dolar cenderung masih tinggi, sehingga biaya yang digunakan untuk membeli bahan baku di tahun 2007 menjadi semakin tinggi.

4.2.2. Variabel Biaya Tenaga Kerja Langsung (X2)

Biaya tenaga kerja langsung (X2) adalah biaya tenaga kerja langsung karyawan yang digunakan untuk mengerjakan barang jadi atau produk jadi kotor. Adapun data biaya tenaga kerja langsung pada PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya selama tahun 2007 sampai tahun 2010 :

Tabel 4.2 : Data Biaya Tenaga Kerja Langsung (Dalam Rupiah)

TRIWULAN TAHUN 2007 2008 2009 2010 I 472,250,556 2,293,527,848 889,464,692 587,636,712 II 1,231,895,909 2,709,393,828 947,752,544 916,031,264 III 1,682,893,208 1,955,537,609 601,435,469 818,012,508 IV 1,823,428,101 802,944,900 399,212,309 1,019,839,152 MEAN 1,302,616,944 1,940,351,046 709,466,254 835,379,909 Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya tenaga kerja langsung PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya selama tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan, tetapi tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat drastis dan tahun 2010 mengalami kenaikan.

Rata-rata biaya tenaga kerja langsung tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 1.910.351.046, Sedangkan rata-rata biaya tenaga kerja langsung terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 709.466.254.

Tahun 2007-2008 merupakan kontrak waktu efektif untuk pengerjaan kapal Chemical Tanker, namun memasuki bulan 2008 penyelesaian kapal tersebut belum tercapai sesuai dengan target yang direncanakan. Sehingga tingginya rata-rata jumlah biaya tenaga kerja langsung pada tahun 2008 dikarenakan perusahaan mengejar deadline pembuatan kapal agar target yang telah ditentukan dapat tercapai, sehingga perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengejar target penyelesaian tersebut.

4.2.3. Variabel Biaya J asa Subkon (X3)

Biaya jasa subkon (X3) adalah biaya jasa eksternal atau pihak ketiga yang dapat diatribusikan kepada suatu kontrak untuk jangka waktu sejak tanggal kontrak itu diperolah sampai dengan penyelesaian akhir kontrak proyek tersebut Adapun data biaya jasa subkon pada PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya selama tahun 2007 sampai tahun 2010 :

TRIWULAN TAHUN 2007 2008 2009 2010 I 0 129,025,362 604,662,407 946,938,034 II 0 323,866,408 199,635,512 1,466,221,819 III 23,152,800 509,030,559 285,504,112 2,920,587,179 IV 80,092,800 162,609,018 357,220,759 468,171,223 MEAN 25,811,400 281,132,837 361,755,698 1,450,479,564 Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya jasa subkon PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya selama tahun 2007 sampai tahun 2010 cenderung mengalami peningkatan, dimana rata-rata biaya jasa subkon tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu Rp. 1.450.479.564 dan rata-rata biaya jasa subkon terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 25.811.400.

Pengerjaan kapal yang seharusnya dapat diselesaikan tahun 2009 mengakibatkan perusahaan harus menggunakan jasa subkontraktor. Dilihat rata-rata biaya jasa subkon tertinggi terjadi pada tahun 2010 dikarenakan perusahaan tidak mampu mengerjakan kapal tersebut dengan menggunakan tenaga kerja langsung yang dimiliki karena banyaknya pesanan kapal sehingga perusahaan membagi pengerjaan menggunakan jasa subkontraktor untuk membantu menyelesaikan pesanan kapal.

4.2.4. Variabel Efisiensi Biaya Produksi (Y)

Efisiensi biaya produksi (Y) merupakan biaya yang diperlukan untuk memproduksi barang dengan biaya seminimal mungkin dengan membandingkan antara anggaran biaya produksi dengan realisasinya. Adapun

data efisiensi biaya produksi pada PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya selama tahun 2007 sampai tahun 2010 :

Tabel 4.4 : Data Efisiensi Biaya Produksi (Dalam Rupiah)

TRIWULAN TAHUN 2007 2008 2009 2010 I -966,302,768 -1,096,709,344 -520,155,215 -913,361,180 II -238,926,385 -1,016,614,585 -762,519,657 -847,695,493 III -957,353,278 -1,358,023,036 -912,658,526 -705,739,022 IV -1,266,818,893 281,581,028 373,622,557 269,791,111 MEAN -857,350,331 -797,441,485 -455,427,710 -549,251,146 Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi biaya produksi PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya selama tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami penurunan (semakin tidak efisien), dan tahun 2009 mengalami kenaikan walaupun masih tidak efisien, sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan kembali.

PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya selama tahun 2007 sampai tahun 2010 cenderung mengalami inefisiensi biaya produksi (biaya produksi tidak efisien), terbukti realisasi biaya produksi lebih besar dibandingkan anggarannya (bernilai negatif). Keterlambatan pasokan bahan baku menjadi salah satu penyebab tidak efisiennya biaya produksi, karena keterlambatan bahan baku membuat tidak efektifnya proses pengerjaan sehingga jadwal pengerjaan menjadi tidak sesuai yang diharapkan. Dengan bertambahnya jadwal pengerjaan, dengan demikian perusahaan harus menambah pula biaya untuk

tenaga kerja langsung dan jasa subkontraktor sebagai tim pengerjaan, sehingga biaya produksi menjadi meningkat.

4.3. Analisis dan Uji Hipotesis 4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil dari pengujian normalitas adalah : Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas

No. Variabel Penelitian Kolmogorov

Smirnov Tingkat Signifikan 1. 2. 3. 4.

biaya bahan baku (X1)

biaya tenaga kerja langsung (X2) biaya jasa subkon (X3)

efisiensi biaya produksi (Y)

1,131 0,905 1,090 0,868 0,155 0,386 0,186 0,438 Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat menunjukkan bahwa variabel biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2), biaya jasa subkon (X3) dan efisiensi biaya produksi (Y) berdistribusi normal, karena tingkat signifikan yang dihasilkan lebih dari 5%. Dimana tingkat signifikan pada variabel biaya bahan baku (X1) sebesar 0,155; biaya tenaga kerja langsung (X2) sebesar 0,386; biaya jasa subkon (X3) sebesar 0,186 dan efisiensi biaya produksi (Y) sebesar 0,438.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik : Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Watson dengan jumlah variabel bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga diketahui dL dan dU maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan ada tidaknya autokorelasi.

k (banyaknya variabel bebas) = 3 n = 16

dL = 0,8572 dU = 1,7277 (Lampiran 4) d = 2,143 (Lampiran 3)

Nilai Durbin Watson yang dihasilkan berada diantara 1,7277 (dU) sampai dengan 2,2723 (4-dU) atau berada pada daerah tidak terjadi autokorelasi.

2. Uji Asumsi Klasik : Multikolinieritas

Uji asumsi klasik multikolinieritas pada data sebelum ditransformasi menunjukkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel bebasnya. Namun, hasil uji asumsi klasik multikolinieritas yang dapat dilihat pada tabel

Tabel 4.6 : Hasil VIF (Variance Inflation Factor)

Variabel Bebas VIF

biaya bahan baku (X1)

biaya tenaga kerja langsung (X2) biaya jasa subkon (X3)

1,105 1,167 1,061 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2) dan biaya jasa subkon (X3), karena nilai VIF pada ketiga variabel tersebut kurang dari angka 10, dimana nilai VIF pada variabel biaya bahan baku (X1) sebesar 1,105; biaya tenaga kerja langsung (X2) sebesar 1,167 dan biaya jasa subkon (X3) sebesar 1,061.

3. Uji Asumsi Klasik : Heteroskedastisitas

Hasil uji asumsi klasik heteroskedastisitas yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7 : Korelasi Rank Spearman

Variabel Bebas Koefisien

Korelasi Rank Spearman

Tingkat Signifikan biaya bahan baku (X1)

biaya tenaga kerja langsung (X2) biaya jasa subkon (X3)

-0,044 0,038 -0,047 0,871 0,888 0,863 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.7 atas, dapat dijelaskan bahwa tingkat signifikan pada variabel biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2) dan biaya jasa subkon (X3) lebih dari 5%, hal ini berarti tidak terjadi autokorelasi

antara variabel bebas dengan residualnya. Tingkat signifikan pada variabel biaya bahan baku (X1) sebesar 0,871; biaya tenaga kerja langsung (X2) sebesar 0,888 dan biaya jasa subkon (X3) sebesar 0,863.

4.3.3. Persamaan Regresi Linier Berganda

Analisis data untuk menggambarkan pengaruh antara suatu variabel terikat (Y) dengan beberapa variabel bebas (X1, X2, … Xp) dapat dilakukan dengan metode regresi berganda. Adapun hasil pengolahan analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8 : Persamaan Regresi Linier Berganda

Model Koefisien regresi

Konstanta

biaya bahan baku (X1)

biaya tenaga kerja langsung (X2) biaya jasa subkon (X3)

66871844,737 -0,030 -0,302 -0,124 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka persamaan yang didapat adalah : Y = 66871844,737 – 0,030 X1 - 0,302 X2 – 0,124 X3

Dari persamaan regresi di atas dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut : 1. Konstanta (a) sebesar 66871844,737

Jika biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2) dan biaya jasa subkon (X3) adalah konstan, maka efisiensi biaya produksi (Y) sebesar Rp. 66871844,737.

2. Koefisien regresi variabel biaya bahan baku (X1) sebesar -0,030 yang artinya jika biaya bahan baku (X1) naik Rp. 1, maka efisiensi biaya produksi (Y) akan turun sebesar Rp. 0,030 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 3. Koefisien regresi variabel biaya tenaga kerja langsung (X2) sebesar -0,302 yang artinya jika biaya tenaga kerja langsung (X2) naik Rp. 1, maka efisiensi biaya produksi (Y) akan turun sebesar Rp. 0,302 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

4. Koefisien regresi variabel biaya jasa subkon (X3) sebesar -0,124 yang artinya jika biaya jasa subkon (X3) naik Rp. 1, maka efisiensi biaya produksi (Y) akan turun sebesar Rp. 0,124 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 4.3.4. Uji Hipotesis

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui cocok tidaknya pengaruh biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2) dan biaya jasa subkon (X3) terhadap efisiensi biaya produksi (Y). Adapun hasil uji F adalah sebagai berikut : Tabel 4.9 : Uji F ANOVAb 2E+018 3 7.845E+017 4.291 .028a 2E+018 12 1.828E+017 5E+018 15 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), biaya jasa subkon (X3), biaya bahan baku (X1), biaya TK langsung (X2)

a.

Dependent Variable: efisiensi biaya produksi (Y) b.

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 4,291 dengan tingkat signifikan lebih dari 5% yaitu sebesar 0,028 hal ini berarti model regresi yang dihasilkan adalah cocok atau sesuai untuk mengetahui pengaruh biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2) dan biaya jasa subkon (X3) terhadap efisiensi biaya produksi (Y).

Selain uji F, kecocokan model regresi dapat dilihat dari koefisien determinasi (R2) (Vincent, 1991 : 145). Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 0,518 (Lampiran 3) menunjukkan model regresi mampu menerangkan variabel efisiensi biaya produksi (Y) sebesar 51,8% sedangkan sisanya 48,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini. Atau dengan kata lain, besarnya pengaruh biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2) dan biaya jasa subkon (X3) terhadap efisiensi biaya produksi (Y) sebesar 51,8% sedangkan sisanya 48,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

4.3.4.2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja langsung (X2) dan biaya jasa subkon (X3) terhadap efisiensi biaya produksi (Y). Berikut ini hasil dari uji t :

Tabel 4.10 : Hasil Uji t

Variabel Bebas thitung Tingkat Signifikan (Sig) biaya bahan baku (X1)

biaya tenaga kerja langsung (X2) biaya jasa subkon (X3)

-2,458 -1,747 -0,815 0,030 0,106 0,431 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat dijelaskan :

1. Pengaruh Biaya Bahan Baku (X1) Terhadap Efisiensi Biaya Bahan Baku (Y)

Berdasarkan tabel 4.10 menghasilkan nilai thitung pada variabel biaya bahan baku (X1) adalah -2,458 dengan tingkat signifikan kurang dari 5% yaitu sebesar 0,030. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya bahan baku (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap efisiensi biaya produksi (Y).

2. Pengaruh Biaya Tenaga Kerja Langsung (X2) Ter hadap Efisiensi Biaya

Dokumen terkait