BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Biaya
2.2.2.1 Pengertian Biaya Bahan Baku
Menurut Gitosudarmo (1999: 79), bahan baku adalah kebutuhan pokok dari suatu industri yang akan menghasilkan suatu produk atau barang. Menurut Ahyari (1999: 3), dalam menjalankan suatu proses produksi tersedianya bahan baku yang mencukupi akan menjamin kualitas dan kuantitas dari produk akhir yang dihasilkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya bahan baku adalah perkiraan pemakaian, harga daripada bahan, biaya-biaya persediaan, kebijaksanaan pembelanjaan, pemakaian senyatanya, dan waktu tunggu.
Menurut Rayburn (1999: 32), bahan baku merupakan bahan langsung (direct material) yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa bahan baku adalah bahan pokok yang diperlukan dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan suatu produk atau menjadi barang jadi dan dengan mudah dapat diikuti biayanya serta pemakaiannya dapat diidentifikasi atau diikuti jejaknya. Jadi biaya bahan baku adalah biaya dari komponen-komponen fisik produk yang dapat dibebankan secara langsung kepada produk karena observasi fisik dapat dilakukan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi
2.2.3. Biaya Tenaga Kerja Langsung 2.2.3.1.Pengertian Tenaga Kerja Langsung
Menurut Rayburn (1999: 32), tenaga kerja langsung adalah karyawan yang dikerahkan secara langsung untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Menurut Gitosudarmo (1999: 24), tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja atau karyawan langsung yang dikerahkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi / barang jadi.
2.2.3.2.Pengertian Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Rayburn (1999: 32), biaya tenaga kerja langsung (direct labour expense) adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan baku dari keadaan mentah menjadi produk jadi. Setiap perusahaan telah menetapkan jam kerja standar untuk melakukan pekerjaan.
Menurut Supriyono (1999: 85), biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan berupa upah dan gaji karyawan yang secara langsung menangani pemrosesan bahan baku sampai dengan produk jadi.
2.2.4. Biaya J asa Subkon (Eksternal)
2.2.4.1.Pengertian dan Tujuan J asa Subkon (Eksternal)
Subkon merupakan singkatan kata dari ‘subkontraktor’ yang berasal dari kata ‘subcontractors’ yang berarti kontraktor yg menerima pekerjaan pemborongan dari kontraktor lain yg lebih bonafide. Dalam melaksanakan proyek pembangunan, karena berbagai motivasi, sering terjadi bahwa sebagian dari lingkup kerja proyek diserahkan kepada subkontraktor agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan pamakaian subkontraktor adalah (Imam, 1992 : 185) :
1. Ukuran Proyek
Proyek berukuran besar cenderung lebih banyak memiliki bagian pekerjaan yang diberikan kepada subkontraktor.
2. Pekerjaan yang bersifat khusus dan tersediaanya perusahaan yang ahli dalam bidang tersebut.
Contohnya: Pekerjaan persiapan lokasi (site preparation), pekerjaan pengerukan (dredging) dan pekerjaan mendirikan tangki akan lebih efisien bila diserahkan kepada suatu perusahaan yang sudah mempunyai keahlian khusus dalam bidang tersebut sebagai subkontraktor daripada harus mencari tenaga kerja, peralatan dan pengawas untuk mengerjakan sendiri.
3. Mengejar jadwal penyelesaian
Pada umumnya perusahaan yang memiliki spesialisasi pada bidang tertentu akan dapat menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang lebih cepat.
4. Kebijakan pemerintah
Untuk macam pekerjaan tertentu, pemerintah menginginkan agar pekerjaan tersebut dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan yang telah mampu dan tersedia di sekitar lokasi proyek. Contoh untuk ini adalah pembuatan jalan, perumahan dan gedung.
Oleh sebab itu kerjasama antar kontraktor utama dan subkontraktor harus dapat memberikan suatu sinergi yang dapat meningkatkan nilai suatu proyek konstruksi terkait biaya, mutu dan waktu. Maka beberapa hal perlu mendapat perhatian (Imam, 1992 : 245) yakni:
1. Pemilihan subkontraktor pertama-tama didasarkan atas kemampuan dan kesiapannya melakukan pekerjaan yang bersangkutan.
2. Paket kerja harus lengkap dan memuat penjelasan terinci perihal lingkup kerja, jadwal, harga dan mutu yang diinginkan.
3. Adanya pembahasan dan pengertian bersama mengenai sistem pengendalian yang hendak diterapkan. Ini mengingat sebagian besar subkontraktor keperluannya terbatas, tidak memiliki atau menerapkan sistem pengendalian selengkap dan sedalam seperti yang dipakai oleh kontraktor utama.
Kontrak Konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok. Suatu kontrak konstruksi mungkin dinegosiasikan untuk membangun sebuah aset tunggal, seperti jembatan, bangunan, dam, pipa, jalan, kapal, dan terowongan ; kontrak seperti ini misalnya konstruksi kilang-kilang minyak atau bagian-bagian lain yang kompleks dari pabrik atau peralatan.(PSAK no.34)
a) Kontrak pemberian jasa yang berhubungan langsung dengan konstruksi aset, umpamanya pelayanan jasa untuk manajer proyek dan arsitek.
b) Kontrak untuk penghancuran atau restorasi aset dan restorasi lingkungan setelah penghancuran aset.
Biaya kontrak konstruksi dalam PSAK no.34 terdiri atas: a) Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu
b) Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut
c) Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesuai isi kontrak.
Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
a) Biaya pekerja lapangan, termasuk penyelia. b) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi.
c) Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut. d) Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi
pelaksanaan kontrak.
e) Biaya penyewaan sarana dan peralatan.
f) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut.
g) Estimasi biaya pembetulan dan biaya-biaya lain yang mungkin timbul selama masa jaminan.
h) Klaim dari pihak ketiga.
Beberapa alasan strategis (keuntungan jangka panjang) sebuah perusahaan memakai jasa eksternal (Suwondo, 2003 : 11) :
1. Untuk meningkatkan fokus bisnis perusahaan. 2. Masuk pada kemampuan kelas dunia.
3. Mempercepat keuntungan dari teknologi baru. 4. Membagi resiko usaha
5. Menggunakan sumber-sumber yang ada untuk aktivitas yang lebih strategis. Sedangkan alasan taktikal (keuntungan jangka pendek) sebuah perusahaan memakai jasa eksternal :
1. Mengurangi dan mengendalikan biaya-biaya operasional. 2. Membuat tersedianya dana-dana modal.
3. Menghasilkan pemasukan dana tunai.
4. Sumber daya tidak perlu tersedia secara internal.
5. Pemberdayaan fungsi yang sulit diatur atau diluar kendali.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan biaya jasa subkon (eksternal) adalah biaya jasa eksternal pihak ketiga yang dapat diatribusikan kepada suatu kontrak untuk jangka waktu sejak tanggal kontrak itu diperolah sampai dengan penyelesaian akhir kontrak tersebut.
2.2.5. Efisiensi Biaya Produksi 2.2.5.1.Pengertian Biaya Produksi
Menurut Rayburn (1999: 31), biaya produksi merupakan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa.
Menurut Blocher at.el. (2007: 724), biaya produksi merupakan rencana perolehan dan pengkombinasian sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksankan operasi pemanufakturan yang memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan penjualannya dan mempunyai sejumlah persediaan yang diharapkan pada akhir periode.
2.2.5.2.Pengukur an Efektivitas
Menurut Supriyono (1999: 193), efektivitas dapat dikembangkan dengan cara membandingkan antara biaya yang sesungguhnya dipergunakan dengan standar pembiayaan yang telah ditetapkan yaitu tentang tingkat biaya tertentu yang dapat mengekspresikan berapa besar biaya yang dipergunakan untuk dapat menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
Menurut Yamin (2003: 13-14), efektivitas biaya produksi dapat diukur dengan cara membandingkan antara anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan dengan realisasi biaya produksi yang diproduksi. Diharapkan dengan menggunakan biaya produksi seminimal mungkin didapatkan hasil semaksimal mungkin. Jika biaya produksi mendekati standar target yang
2.2.5.3.Pengertian Efisiensi
Semakin berkembang suatu perusahaan, maka kegiatan dan masalahnya juga semakin kompleks, khususnya masalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Agar suatu perusahaan dapat beroperasi dengan lancar maka banyak kegiatan yang harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan dan pengendalian yang cermat, dengan begitu biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi efisien.
Menurut Anthony (1990: 138), efisiensi adalah perbandingan antara keluaran dengan masukan atau jumlah yang dihasilkan dari satu unit input yang dipergunakan. Suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan lebih efisiensi apabila :
a. Mempergunakan jumlah input yang lebih sedikit bila dibandingkan jumlah input yang digunakan oleh pusat pertanggungjawaban lain.
b. Bila pusat pertanggungjawaban menggunakan unit masukan yang sama dengan pusat pertanggungjawaban yang lain tetapi hasil keluarannya lebih besar.
Menurut Supriyono (1994: 329), efisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan atau jumlah keluaran per unit masukan, sedang efisien adalah melaksanakan sesuatu dengan benar.
Jadi untuk pengukuran efisiensi adalah selisih dari masukan yang digunakan dengan keluaran yang dihasilkan, semakin besar keluaran yang
dihasilkan dibandingkan dengan keluaran yang dipergunakan, maka tingkat efisiensi yang dituju akan tercapai.
2.2.5.4.Pengertian Efisiensi Biaya Produksi
Pengukuran Efisiensi dapat dikembangkan dengan cara membandingkan antara kenyataan biaya untuk digunakan dengan standar pembiayaan yang telah ditetapkan, yaitu gambaran tentang tahun biaya tertentu yang dapat mengekspresikan biaya untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
Sedangkan biaya produksi diukur dengan cara melihat atau membandingkan antara anggaran atau standar biaya produksi dengan kenyataan biaya produksi yang digunakan. Jadi, efisiensi biaya produksi merupakan biaya yang diperlukan untuk memproduksi barang dengan biaya seminimal mungkin dengan membandingkan antara anggaran biaya produksi dengan realisasinya.
Efisiensi biaya produksi sangat penting bagi perusahaan dalam usaha menekan harga pokok penjualan. Diharapkan dengan menggunakan biaya produksi yang seminimal mungkin, didapatkan hasil yang semaksimal mungkin, jika biaya produksi semakin mendekati standar yang ditetapkan.
2.2.5.5.Pengaruh Biaya Bahan Baku Terhadap Efisiensi Biaya Produksi
1. Berapa masing-masing produk yang harus diminta. 2. Berapa tenaga kerja yang akan ditawarkan.
3. Berapa yang dibelanjakan hari ini dan berapa yang disimpan untuk masa depan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas barang atau jasa tertentu yang diminta oleh suatu rumah tangga tertentu adalah :
1. Harga produk itu.
2. Pendapatan rumah tangga itu. 3. Jumlah kekayaan itu.
4. Harga-harga barang lain yang tersedia bagi rumah tangga itu.
5. Harapan-harapan rumah tangga itu tentang pendapatan, kekayaan, dan harga-harga di masa depan.
Rumah tangga dan perusahaan tidaklah berbeda dalam hal mengkonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya, dalam hal ini kita dapat melihat dari beberapa faktor diatas antara lain:
1. Menurut pendapatan perusahaannya
Pendapatan perusahaan amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsinya makin tinggi pula. Karena apabila pendapatan perusahaan meningkat, kemampuan perusahaan untuk membeli bahan baku utama akan selalu terpenuhi.
Dapat dilihat dari kekayaan riil dan financialnya. Apabila kekayaan perusahaan semakin bertambah maka dapat dikatakan kinerja perusahaanpun meningkat.
3. Harga-harga di masa depan
Dapat dilihat pada zaman sekarang ini kenaikan harga-harga kebutuhan pokok semakin meningkat, disebabkan karena kenaikan tingkat bunga, dan hal ini dapat mengurangi kegiatan konsumsi. Namun apabila ingin mengkonsumsi maka dengan cara berutang dulu dengan meinjam di bank.
Seperti pada perusahaan PT.PAL Indonesia dalma pemesanan bahan baku utama steel untuk pembuatan kapal harga-harga bahan baku ikut naik disebabkan tingkat bunga yang tinggi maka perusahaan berusaha bagaimana caranya untuk dapat tetap membeli bahan baku stell untuk pembuatan kapal agar proses pembuatan kapal tidak terhambat dan pesanan kapalpun terselesaikan sesuai kontrak yang telah disepakati bersama. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi efisiensi biaya produksi, apabila pasokan bahan baku dapat selalu terpenuhi maka proses produksipun akan berjalan lancar dan pastinya meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Setiap perusahaan pastinya memperkirakan masa depannya baik, sehingga mereka akan lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat, apabila masa depan perusahaan jelek maka pemimpin perusahaan pun akan mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi. Dan pastinya perusahaan akan membuat angaran pembelian agar di masa mendatang perusahaan sudah ada dana cadangan, dan perusahaanpun tidak pontang panting mencari dana pinjaman untuk memenuhi kebutuhan perusahaan baik untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan lain-lain.
Menurut Keyness (1976) dalam Samuelson (236: 1985) yang merupakan pengembangan teori harga yang menyatakan bahwa Input dikombinasikan dengan kuantitas dan kualitas tertentu diharapkan akan menghasilkan output tertentu dengan ekonomis, efisien, efektif pada tingkatan teknologi tertentu. Yang dimaksud dengan input disini adalah bahan baku sekaligus dengan pengendalian kuantitas dan kualitas bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi dengan tetap memperhatikan standar penggunaan bahan baku menurut perusahaan sehingga mampu menghasilkan sejumlah output tertentu dengan kualitas yang diinginkan secara ekonomis, efisien dan efektif.
2.2.5.6.Pengaruh Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya J asa Subkon (Eksternal) Ter hadap Biaya Produksi.
Menurut Simamora (2002: 35), dalam Teori Kendala (theory of constraints, TOC) adalah teknik strategik yang secara efektif membantu perusahaan untuk meningkatkan faktor keberhasilan kritis yang paling penting – waktu siklus, tingkat dimana bahan baku dikonversikan menjadi produk jadi. Teori Kendala menyatakan bahwa setiap proses mempunyai hambatan (sumber daya yang terkendala) dan bahwa produksi tidak dapat berlangsung lebih cepat daripada produksi yang diproses melalui hambatan (bottleneck) tersebut. Dalam TOC, kendala (contrains) membatasi sebuah sistem dari kinerja yang lebih tinggi relatif terhadap tujuannya. Kendala bisa bersifat eksternal, seperti permintaan pasar atau mutu pemasok, atau internal semisal kapasitas mesin dan tenaga kerja, perilaku manajer atau para karyawan, logistik, ataupun kebijakan. Teori Kendala memandang sebuah perusahaan sebagai urutan proses saling terkait yang mentransformasikan masukan ke dalam keluaran yang dapat dijual, seperti halnya suatu jaringan.
Menurut Bloker at.el. (2007: 153) dalam suatu lingkungan kompetitif, banyak perusahaan menekankan hubungan jangka panjang dengan memilih pemasok yang dapat diandalkan untuk memasok secara tepat waktu dan biaya tenaga kerja langsung bervariasi tergantung dari jenis pekerjaan, kompleksitas produk, tingkat keterampilan pekerja, sifat proses produksi, serta jenis dan
departemen bekerja sama menetapkan standar kuantitas tenaga kerja langsung. Terdapat beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab dari meningkatnya biaya persediaan bahan baku dan tenaga kerja langsung, seperti peningkatan jumlah unit yang diproduksi dan dijual, perubahan jumlah dan / atau proporsi input yang digunakan dalam proses produksi dan peningkatan biaya sumber daya per unit. Agar tidak mengalami kehilangan permintaan, perusahaan dapat menambah kapasitas produksi yang dimiliki, misalnya dengan menambah peralatan atau jam kerja. Cara lain yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan subkontrak, dengan cara ini sebuah perusahaan dapat menambah kapasitas tanpa menambah peralatan dan jam kerja.
Dapat disimpulkan bahwa dengan biaya bahan baku yang tepat sasaran sesuai dengan yang dianggarkan oleh perusahaan untuk pengadaan bahan baku dari pemasok/ penyuplai hingga sampai di gudang dan siap dimasukkan dalam proses produksi serta pemanfaatan biaya tenaga kerja langsung dan biaya subkon yang tepat guna maka perusahaan dapat mengefektifkan dan mengefisiensi biaya produksi.
2.3. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dapat dibuat kerangka pemikiran berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil premis-premis yang kemudian bisa disimpulkan sehingga menjadi dasar dalam mengemukakan hipotesis, maka premis-premis tersebut adalah:
Premis 1: Kualitas bahan baku dan kualitas produk memiliki kontribusi yang nyata terhadap efisiensi biaya produksi (Lies, 2010)
Premis 2: Kerjasama antar kontraktor utama dan subkontraktor harus dapat memberikan suatu sinergi yang dapat meningkatkan nilai suatu proyek konstruksi terkait biaya, mutu dan waktu. (Imam, 1992) Premis 3: Kuantitas bahan baku, dan jam tenaga kerja langsung berpengaruh
terhadap efisiensi biaya produksi dapat terbukti kebenarannya. (Kumara, 2009)
Premis 4: Biaya jam tenaga kerja langsung dalam suatu perusahaan harus diperhatikan untuk menciptakan kondisi kerja yang efektif dalam proses produksi.(Soemita, 1982)
Premis 5: Teori produksi menyatakan terdapat hubungan fisik antara input (bahan baku), sumber daya dari perusahaan dan outputnya (realisasi produksi). (Keyness, 1756, dalam Samuelson, 236: 1985)
Premis 6: Kualitas bahan baku dan kuantitas produk cacat secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap inefisiensi biaya produksi atau tidak terbukti kebenarannya. (Indria, 2010)
Bentuk uraian diatas dapat disusun suatu alur kerangka pikir sebagai berikut: Gambar 1: Kerangka Pikir
Regresi Linier Berganda --- : Analisis yang digunakan