• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang sibling rivalry di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia.

1. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2011 di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia dengan jumlah responden 30 orang yang tergambar dalam uraian berikut ini.

1.1. Karakteristik Responden

Dari 30 orang ibu yang menjadi responden penelitian di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia, didapatkan karakteristik responden yang mencakup usia, pendidikan terakhir, agama, suku. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa usia responden paling banyak adalah antara 16 – 20 tahun yaitu 17 orang (57%). Berdasarkan pendidikan terakhir ditemukan mayoritas responden 14 orang (47%) sekolah menengah pertama ( SMP ). Berdasarkan agama mayoritas responden beragama Islam yaitu 24 orang (80%). Berdasarkan suku mayoritas responden yaitu suku jawa sebanyak 12 orang (40%).

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi karakteristik data demografi ibu di klinik bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta,Kec. Medann Helvetia (n=30).

Karakteristik Demografi Frekuensi Persentase (%)

Umur a. 16 – 20 tahun 17 57 b. 21 – 25 tahun 6 20 c. 26 – 30 tahun 7 23 Pendidikan a. SD 5 17 b. SMP 14 47 c. SMA 8 26 d. Perguruan Tinggi 3 10 Agama a. Islam 24 80 b. Khatolik 2 7 c. Protestan 4 13 Suku a. Jawa 12 40 b. Batak 10 34 c. Padang 1 3 d. Melayu 3 10 e. Lain – lain 4 13

Tabel 1.2. Distribusi frekuensi berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry di klinik bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia (n=30).

Kriteria Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 2 7

Cukup 8 27

Kurang 20 66

Dari tabel .1.2.diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 2 responden (7%), diikuti dengan tingkat cukup baik sebanyak 8 responden (27%), dan kurang baik sebanyak 20 responden (66%).

1.3. Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry

Tabel 1.3. Distribusi frekuensi berdasarkan Sikap Ibu Tentang Sibling Rivalry di klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia (n=30).

Kriteria Sikap Frekuensi Persentase (%)

Baik 6 20

Cukup 17 57

Kurang 7 23

Dari tabel 5.1.3.diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu memiliki sikap baik sebanyak 6 responden (20%), diikuti dengan sikap cukup baik

sebanyak 17 responden (57%), dan sikap kurang baik sebanyak 7 responden (23%).

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini penelitian menunjukkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap ibu terhadap sibling rivalry di Klinik Bersalin Hanafi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia.

2.1. Berdasarkan Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada umumnya pengetahuan ibu kurang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan para ibu belum pernah memperoleh informasi tentang sibling rivalry. Bila hal ini dikaitkan dengan pendapat Notoadmojo (2007), bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu melalui penginderaan manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, maka gambaran pengetahuan ibu yang kurang baik menunjukkan kelompok ibu – ibu tersebut belum terpapar dengan kondisi sibling rivalry pada anaknya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, maupun pengalaman orang lain, media masa dan lingkungan. Bila hal tersebut dikaitkan lagi dengan pengetahuan ibu, dapat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (1993) bahwa

pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain meliputi pendidikan, persepsi, motivasi, dan pengalaman. Faktor eksternal antara lain meliputi lingkungan informasi, ekonomi ,dan kebudayaan. Menurut Green (1980) dikutip dari Notoadmojo (1993) lingkungan baik fisik maupun sosial termasuk faktor pendukung (enabling factors) yang menentukan pengetahuan. Dan juga bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam memberikan rasa percaya diri maupun dorongan sikap prilaku setiap orang, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.

2.2. Berdasarkan Sikap Responden

Pengetahuan mengenai suatu obyek tidak sama dengan sikap terhadap obyek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya sikap.Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk menuju suatu tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu (Purwanto, 1999). Sikap seseorang relatif konstan, dengan sikap yang berbeda seseorang mengevaluasi apakah individu, obyek atau ide baik atau buruk. Sikap juga dapat mempengaruhi perilaku, bagaimanapun nilai merupakan keyakinan dan standar seseorang untuk bertindak, pembentukan dan

pemeliharaan sikap terhadap obyek yang sesuai, mengkritik dan membandingkan diri dan orang lain ( Rokeach, 1973, dikutip oleh Potter, 1993).

Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap ibu tentang sibling rivalry pada umumnya cukup baik. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana cara ibu memperlakuakan anaknya serta cara mengasuh dan mendidik anaknya. Dari hasil penelitian tersebut responden yang mempunyai sikap cukup baik merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, secara manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “predis posisi” tindakan atau perilaku. Bila dikaitkan dengan pendapat Notoadmojo bahwa sikap yang baik disesuaikan dengan beberapa tingkatan hanya menerima, merespons, dan menghargai, tidak dapat bertanggung jawab. Akan tetapi menurut WHO (1984) dikutip dari Notoadmojo (1993) sikap positif terhadap nilai – nilai kesehatan tidak selalu terwujuddalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain yaitu sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung saat situasi itu. Selain itu sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain.

Dokumen terkait