• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang perbandingan persepsi perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai.

5.1.1 Deskriptif Karakteristik Responden

Responden dari penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perawat dan pasien di Ruang Rawat Bedah. Jumlah seluruh responden adalah 284 orang, yang terdiri dari 30 orang perawat dan 254 orang pasien.

5.1.1.1Data Demografi Perawat

Data demografi perawat meliputi jenis kelamin, umur, agama, budaya/suku, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, dan lama kerja perawat bekerja di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, didapatkan karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin 36,7% perawat adalah laki-laki dan 63,3% adalah perempuan. Kelompok usia yang terbanyak menjadi responden yaitu usia 20-39 tahun sebanyak 90,0% yang merupakan usia produktif, berdasarkan agama diperoleh responden terbanyak beragama Islam yaitu sebanyak 83,3%, bersuku Batak 40% yang memiliki latar pendidikan Perguruan Tinggi 100%, bekerja sebagai PNS sebanyak 100% serta memperoleh informasi kesehatan dari internet

sebanyak 60% dengan lama kerja 53,3% 1-5 tahun. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik perawat dapat dilihat pada Tabel 5.1.

5.1.1.2 Data Demografi Pasien

Data demografi pasien bedah meliputi jenis kelamin, umur, agama, budaya/suku, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, dan lama pasien dirawat di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai.

Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin 53,9% pasien adalah laki-laki dan 46,1% adalah perempuan. Kelompok usia yang terbanyak menjadi responden yaitu usia 18-39 tahun sebanyak 79,5% yang merupakan usia produktif, sisanya berusia 40-60 tahn sebanyak 20,5%, berdasarkan agama diperoleh responden terbanyak beragama Islam yaitu sebanyak 66,1%, sisanya Protestan, Katolik, dan Budha serta Hindu. Pasien bedah bersuku Jawa 38,2% sisanya Batak, Melayu, Minang, dan lain-lain. Pasien bedah umumnya memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah Perguruan Tinggi 42,5% sisanya lulusan SMA, SMP dan SD serta ada beberapa yang tidak sekolah. Riwayat pekerjaan pasien bedah adalah bekerja Swasta 45,7% sisanya PNS dan tidak bekerja/IRT, Pasien bedah memperoleh informasi kesehatan dari TV/Radio 42,5% sisanya pasien. Pada umumnya pasien dirawat <1 minggu sebanyak 63,0%. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik pasien dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik perawat

Karakteristik Perawat Frekuensi Persentase

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur 20-39 40-60 Agama Islam Protestan Katolik Hindu Budha Budaya/Suku Batak Jawa Melayu Minang Lain-lain Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA PT Pekerjaan PNS Swasta IRT/Tidak Bekerja Sumber Informasi TV/Radio Koran Internet Petugas Kesehatan Lama Perawat Bekerja < 1 tahun 1-5 tahun >5 tahun 11 19 27 3 25 4 1 - - 12 10 4 4 - - - - - 30 30 - - 2 - 18 10 - 16 14 36,7 63,3 90,0 10,0 83,3 13,3 3,3 - - 40,0 33,3 13,3 13,3 - - - - - 100,0 100,0 - - 6,7 - 60,0 33,3 - 53,3 46,7

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik pasien

Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur 18-39 40-60 Agama Islam Protestan Katolik Hindu Budha Budaya/Suku Batak Jawa Melayu Minang Lain-lain Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA PT Pekerjaan PNS Swasta IRT/Tidak Bekerja Sumber Informasi TV/Radio Koran Internet Petugas Kesehatan Lama Pasien Dirawat < 1 minggu 1-2 minggu > 2 minggu 137 117 202 52 168 66 13 1 6 90 97 34 16 17 8 21 11 106 108 115 116 23 108 28 63 55 160 90 4 53,9 46,1 79,5 20,5 66,1 26,0 5,1 0,4 2,4 35,4 38,2 13,4 6,3 6,7 3,1 8,3 4,3 41,7 42,5 45,3 45,7 9,1 42,5 11,0 24,8 21,7 63,0 35,4 1,6

5.1.2 Persepsi Perawat tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai

Perbandingan persepsi perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif berdasarkan kuesioner yang meliputi perilaku caring umum perawat, caring perawat pra-operatif, dan caring perawat pasca operatif. Perilaku caring perawat perioperatif dikategorikan perawat caring dan perawat tidak caring. Hasil analisis data berdasarkan skor yang diberikan pada tiap pernyataan dalam kuesioner yang telah diisi oleh 30 orang perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Dr R.M. Djoelhan dan Rumah sakit Umum Bangkatan Binjai, maka didapatkan 100% responden dikategorikan perawat berpersepsi bahwa perawat telah caring dalam melakukan asuhan keperawatan di ruang rawat bedah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Persepsi Perawat tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif

Persepsi Perawat Frekuensi Persentase

Perawat caring Perawat tidak caring

30 -

100,0 -

Total 30 100,0

5.1.3 Persepsi Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif di Ruang

Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai

Perilaku caring perawat perioperatif dikategorikan perawat caring dan perawat tidak caring. Hasil analisis data berdasarkan skor yang diberikan pada tiap pernyataan dalam kuesioner yang telah diisi oleh 254 orang pasien bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Dr R.M. Djoelham dan Rumah Sakit Umum Bangkatan Binjai, maka didapatkan 87,4% responden dikategorikan pasien

berpersepsi bahwa perawat telah caring dan 12,6% responden dikategorikan pasien berpersepsi bahwa perawat tidak caring dalam melakukan asuhan keperawatan di ruang rawat bedah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Persepsi Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif

Persepsi Pasien Frekuensi Persentase

Perawat caring Perawat tidak caring

222 32

87,4 12,6

Total 254 100,0

5.1.4 Perbandingan Persepsi Perawat dengan Pasien tentang Perilaku

Caring Perawat Perioperatif di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai

Hasil uji statistik dengan mengunakan T-test independent menemukan bahwa persepsi perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif berbeda dengan hasil out put didapatkan rata-rata persepsi perawat terhadap perilaku caring perawat perioperatif 190,73 (SD 3,279) dan persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat perioperatif 180,64 (SD 5,260). Hasil uji varian (F) didapat p value 0,000 yang berarti ada perbedaan varian sehingga uji t yang digunakan adalah uji t dengan varian yang tidak sama. Hasil uji t= 10,271 dan p value 0,000. Ketentuan yang berlaku bila p value ≤ 0,05, maka keputusan

adalah Ho ditolak. Sehingga hipotesis nol dalam penelitian ini ditolak, berarti ada perbedaan persepsi antara perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.4 di bawah ini:

Tabel 5.4 Perbandingan Persepsi Perawat dengan Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif

Perilaku Caring Perawat Perioperatif

Kelompok

Responden n mean SD t Sig (2-tailed)

Perawat 30 190,73 3,279 10,271 0,000 Pasien 254 180,64 5,260 14,767 0,000

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana perbandingan persepsi perawat dengan pasien terhadap perilaku caring perawat perioperatif di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai.

1. Persepsi Perawat tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif

Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring (Johnson, 1989). Caring merupakan fenomena universal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan bersikap terhadap orang lain

Hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai persepsi perawat tentang perilaku caring perawat perioperatif 100% perawat caring. Hal ini menunjukkan bahwa perawat tidak hanya paham mengenai caring tetapi berupaya untuk menerapkannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ardiana (2010) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dimensi memahami dan mendukung emosi orang lain dengan perilaku caring perawat.

Hal ini didukung berdasarkan item kuesioner dari perilaku caring perawat perioperatif dimana ditemukan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah

Sakit Umum Binjai memberikan dukungan mental kepada pasien dan perawat tidak pernah mengejek pasien ataupun melakukan hal yang memalukan pasien serta perawat selalu mengajak pasien berdiskusi atau berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian sedative untuk pasien jika pasien merasa cemas di Ruang Rawat Bedah.

Pasien yang akan menghadapi operasi atau yang berada pada fase pra operasi biasanya merasakan kecemasan yang lebih sehingga membutuhkan caring yang lebih dari perawat. Menurut Baradero, Dayrit, dan Siswadi (2009) tanda cemas praoperasi mungkin tidak sama untuk setiap individu. Ada yang menunjukkan kecemasan dengan bicara terlalu cepat, banyak bertanya, tetapi tidak menunggu jawaban pertanyaannya, mengulang pertanyaan yang sama, atau mengubah pembicaraan. Ada yang mengatakan tidak merasa cemas, tetapi tingkahnya menunjukkan kecemasan atau ketakutan. Ada juga pasien yang tidak mau membicarakan pembedahannya, menjawab pertanyaan dengan satu atau dua kata. Ada pasien-pasien yang mengekspresikan kecemasan dengan menangis atau marah.

Forrest (1989, dalam Morrison & Burnard, 2009) memberikan analisis fenomenologis mengenai pengalaman perawat dalam caring terhadap pasien. Pendekatan fenomenologis dikarakteristikkan dengan penekanannya pada pengalaman hidup. Pendekatan tersebut berupaya memahami fenomena caring terhadap orang lain dari perspektif individu yang sedang diteliti. Dua kategori mayor teridentifikasi, yaitu: definisi dan apa yang mempengaruhi caring menurut perawat. Caring didefinisikan sebagai keterlibatan dan interaksi oleh perawat.

Ada lima faktor yang mempengaruhi caring yaitu diri sendiri, pasien, frustasi, koping, dan kenyamanan, serta dukungan.

Selain itu, berdasarkan item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai menciptakan rasa nyaman dalam melakukan setiap tindakan, bersama pasien selama prosedur tindakan, perawat memanggil pasien dengan namanya yang kelihatannya sederhana tapi berarti bagi pasien dan perawat memiliki keahlian tehnik dalam setiap melakukan tindakan serta perawat bekerja secara profesional.

Selain itu hasil penelitian dari Tarida, dkk. (2011) menunjukkan bahwa ada tiga aspek pendorong yang membuat perawat melakukan caring ialah aspek kontrak (keterikatan dengan pekerjaan), etika dan spiritualitas (keagamaan).

Berdasarakan pada item kuesioner bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai bekerja sama dengan perawat lain ataupun tenaga kesehatan lain untuk kesembuhan pasien, memberikan pasien cukup informasi tentang hal yang terkait perawatan pasien, dan perawat memberikan ketepatan dan kecepatan asuhan keperawatan terhadap pasien.

Pengetahuan dan persepsi pasien tentang pembedahannya dapat ditanyakan langsung oleh pasien. Pengetahuan pasien mengenai pembedahannya perlu diketahui oleh perawat agar perawat dapat memberi penjelasan lebih lanjut. Perawat juga perlu mengetahui bagaimana persepsi pasien mengenai pembedahannya karena biasanya berespons sesuai persepsinya (Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2009).

Berdasarakan pada item kuesioner bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai memberikan pasien informasi tentang apa yang terjadi pada pasien dan memberikan informasi tentang hal yang terkait pembiusan umum atau lokal serta di Ruang Pemulihan, perawat juga memberiakn informasi tentang apa yang terjadi pada pasien dan perkembangan kondisi kesehatannya.

2. Persepsi Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif

Persepsi pasien atau klien terhadap pelayanan kesehatan perlu diperhatikan oleh pemberi pelayanan kesehatan karena masyarakat yang menilai baik buruknya pelayanan di Rumah Sakit, misalnya ruang perawatan bedah. Dalam hal ini perawat perlu memperhatikan tingkat kepuasan pasien atau klien, meminimalkan biaya atau waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap sasaran. Umpan balik atau informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk terhadap kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan (Kotler, 2005 dalam Nurhayati, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat perioperatif perawat caring 87,4% dan 12,6% perawat tidak caring .Hal ini menunjukkan bahwa persepsi pasien jumlah perawat berperilaku tidak caring lebih banyak daripada jumlah perawat berperilaku caring. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ardiana (2010) yang menunjukkan hanya 54% perawat berperilaku caring menurut persepsi pasien.

Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson (1991 dalam Monica, 2008) menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana

perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup (Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien bedah mengatakan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai memiliki selera humor yang baik, sopan dan menyenangkan sehingga pasien merasa gembira di dekat perawat.

Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai caring menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.

Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien bedah mengatakan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai tidak melibatkan pasien dalam perawatan, tidak memberikan izin kepada pasien untuk bisa mempengaruhi perawatan pasien dengan mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan dan pasien juga harus menunggu dalam waktu yang lama untuk dibawa ke ruang operasi.

Caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah

lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan bersikap sebagai media pemberi asuhan (Carruth et al., 1999).

Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat melakukan tindakan caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku caring. Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.

Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien bedah mengatakan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian, memberikan respon yang cepat ketika pasien membutuhkannya, dan perawat melindungi hak privacy pasien serta perawat menunjukkan rasa hormat ketika memberikan asuhan keperawatan.

Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi keperawatan dan fokus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi dalam konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994).

Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien bedah mengatakan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai sangat berhati-hati dalam memberikan asuhan keperawatan, sopan dan menyenangkan serta memiliki selera humor yang baik sehingga pasien merasa gembira di dekat perawat.

Hall (1969) mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).

Hal ini sejalan dengan yang ditemukan peneliti dimana pasien bedah mengatakan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai tidak hanya memiliki keahlian tehnik di bidangnya tetapi juga bekerja sama dengan perawat lain dan tenaga kesehatan lain untuk kesembuhan pasien serta memberikan ketepatan dan kecepatan asuhan keperawatan terhadap pasien.

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan

menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.

Namun pada penelitian ini ditemukan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai kurang memberikan izin kepada pasien untuk bisa mempengaruhi perawatan pasien dengan mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan serta tidak selalu memiliki cukup waktu untuk pasien dikarenakan sibuk dengan tanggung jawabnya yang lain.

Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Sari (2009) tentang gambaran perilaku caring perawat terhadap pasien di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr Kariadi Semarang didapatkan data bahwa dari 56 perawat yang menjalankan tugas di Instalasi Bedah Sentral ada 30 orang (52%) yang belum memahami makna caring dan berperilaku caring kepada pasien. Perawat lebih banyak berkonsentrasi pada tanggung jawabnya sebagai instrumentator dan biasanya perawat menjadi kurang memperhatikan keadaan pasien. Peneliti Sari menemukan bahwa perawat tidak peduli dengan kenyamanan pasien (comforting), tidak mampu mengungkapkan rasa cinta (loving), jarang mendengarkan keluhan pasien (listening), apalagi menghibur pasien (compasionate) sangat jarang dilakukan dengan adanya kesibukan mempersiapkan operasi.

3. Perbandingan Persepsi Perawat dengan Pasien tentang Perilaku Caring

Perawat Perioperatif

Konsep caring dalam keperawatan adalah fundamental. Perawat dikatakan bermoral, jika mereka bertindak menurut aturan yang benar. Caring adalah ide moral keperawatan yang menghasilkan perlindungan, peningkatan, dan

pemeliharaan martabat manusia (Reilly & Behrens-Hanna, 1991 dalam Gruendemann & Fernsebner, 2006).

Caring pada keperawatan perioperatif di departemen operasi adalah suatu model perawatan kesehatan yang penting dan meskipun sudah banyak penelitian yang berfokus pada kualitas perawatan perioperatif tetapi masih dibutuhkan pengembangan alat ukur pada caring di keperawatan perioperatif (Donmez & Ozbayr, 2010).

Hasil uji statistik dengan mengunakan T-test independent menemukan bahwa persepsi perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif berbeda dengan hasil out put didapatkan rata-rata persepsi perawat terhadap perilaku caring perawat perioperatif 190,73 (SD 3,279) dan persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat perioperatif 180,64 (SD 5,260). Hasil uji t= 10,271 dan p value 0,000. Ketentuan yang berlaku bila p value ≤ 0,05, maka

keputusan adalah Ho ditolak. Sehingga hipotesis nol dalam penelitian ini ditolak, berarti ada perbedaan yang signifikan persepsi antara perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai.

Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai berkata jujur menurut persepsi perawat dan pasien mengatakan tidak tahu atau netral mengenai perawat berkata jujur atau tidaknya tatapi pasien percaya dengan apa yang dikatakan perawat.

Berdasarkan beberapa penelitian, satu dari alasan mengapa klien dan perawat memiliki perbedaan persepsi tentang perilaku caring perawat perioperatif adalah ketidakadekuatan komunikasi (Donmez & Ozbayr, 2010).

Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai tidak melibatkan pasien dalam perawatan dikarenakan kondisi pasien sendiri sementara pasien menginginkan terlibat dalam perawatan yang berguna untuk kemandiriannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Papastavrou, dkk. (2011) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan persepsi perawat dan pasien tentang perilaku caring yang dikarenakan perbedaan pemahaman dari perawat maupun pasien tentang caring itu sendiri.

5.3 Keterbatasan Penelitian

a. Jumlah perawat bedah yang terlibat dalam penelitian ini hanya 30 orang b. Jumlah perawat bedah yang terlibat dalam uji reliabilitas hanya 10 orang

79

Dokumen terkait