• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai perpsesi lansia depresi tentang senam otak yang telah dilakukan pada tanggal 9 Maret 2014 di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar selama 2 minggu, dibagi dalam 4 bagian yaitu menjelaskan tentang lokasi penelitian, karakteristik partisipan, hasil penelitian dan pembahasan.

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitan 4.1.1. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian tidak sesuai dengan proposal karena di panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta karena harus menyertai diagnosa medis dari dokter mengenai partisipan yang depresi, sehingga penelitian dilaksanankan di panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar karena sumber data yang dibutuhkan tersedia. Penelitian ini dilakukan di Panti Wedha Griya Sehat Bahagia Jl. Nusa indah no. 19 ngringo, palur, Karanganyar.

Panti wredha Griya Sehat Bahagia didirikan pada tahun 2002 dengan luas tanah 430 meter berupa bangunan permanen 2 lantai yang berisi ruang VIP dan umum dengan semboyan cinta kasih dan melayani. Panti Wredha Griya Bahagia karanganyar dipimpin oleh seorang dokter dan dibantu oleh 6 perawat perempuan, 3 bidan serta 1 apoteker sebagai

45

petugas panti yang setiap hari membantu 38 lansia dalam menjalankan aktifitas. Bangunan Panti Wredha Griya Sehat Bahagia dibuat layaknya rumah pribadi yang memiliki 60 tempat tidur, 4 kamar mandi, 1 dapur, 4 ruang tamu dan halaman yang cukup luas.

4.1.2 Karakteristik Partisipan

Partisipan pada penelitian ini adalah lansia dengan depresi ringan dan sedang yang terdiri dari 5 orang perempuan. Rentang usia responden pada penelitian ini adalah 60-69 tahun. Rentang tingkat pendidikan responden pada penelitian ini adalah SD-D3. Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan informan pendukung yaitu seorang perawat dalam menggali informasi tentang senam otak yang dilakukan oleh responden. 1. Partisipan 1 (P1)

Partisipan 1 adalah seorang perempuan yang berusia 69 tahun. Partisipan 1 beragama kristen dengan pendidikan terakhir SMP. Responden merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Partisipan depresi karena ditinggal pergi oleh suaminya dengan tanda dan gejala tidur tidak nyenyak, nafsu makan menurun, dan perasaan yang berubah-ubah. 2. Partisipan 2 (P2)

Partisipan 2 adalah seorang perempuan yang berusia 65 tahun. Partisipan 2 beragama islam dengan pendidikan terakhir SD. Partisipan merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara. Partisipan 2 mengalami depresi karena matanya buta sebelah akibat semir rambut yang dipakainya dulu, partisipan 2 depresi tidak bisa beraktifitas seperti orang lain dengan

tanda dan gejala kehilangan perspektif dalam kehidupan, putus asa, kehilangan harapan dan sedih.

3. Partisipan 3 (P3)

Partisipan 3 adalah seorang perempuan yang berusia 60 tahun. Partisipan 3 beragama kristen dengan pendidikan terakhir D3 Fisioterapi. Responden merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Partisipan depresi karena diajak cerai oleh suaminya yang tidak tahan karena tuntutan ekonomi mertua partisipan dengan tanda dan gejala perasaan yang berubah-ubah menjadi sulit di kendalikan, gerakan jadi lamban dan kehilangan perspektif dalam kehidupan.

4. Partisipan 4 (P4)

Partisipan 4 adalah seorang perempuan yang berusia 61 tahun. Partisipan 4 beragama kristen dengan pendidikan terakhir SD. Partisipan merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Partisipan depresi karena ditinggal pergi oleh ibu kandungnya dengan tanda dan gejala putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah.

5. Partisipan 5 (P5)

Partisipan 5 adalah seorang perempuan yang berusia 63 tahun. Partisipan 5 beragama islam dengan pendidikan terakhir SD. Partisipan merupakan anak kelima dari sembilan bersaudara. Partisipan depresi karena ditinggal pergi suaminya yang pergi dengan selingkuhannya dengan tanda dan gejala kehilangan harapan, sedih, harga diri menurun dan mudah marah.

47

4.2. Hasil Penelitian

Peneltian ini menggunakan analisa data fenomenologi, fenomenologi memandang perilaku manusia, apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan, adalah sebagai produk dari bagaimana orang melakukan tafsir terhadap dunia mereka sendiri. Penelitian fenomenologi berusaha untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia di dalam situasi yang khusus, fenomenologis menekankan pada berbagai aspek subjektif dari perilaku manusia supaya dapat memahami tentang bagaimana dan apa makna mereka bentuk dari berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Tahapan penelitian dimulai dari memilih responden yang mengalami depresi melalui Rekam Medik lalu memperkenalkan diri serta melakukan wawancara untuk memvalidasi data tentang lansia yang depresi, selanjutnya meminta tanda tangan pada informent concent lalu membuat kontrak waktu untuk memberikan senam otak. Selesai senam otak,, peneliti melakukan wawancara tentang persepsi dan sikap lansia tentang senam otak.

Hasil penelitian dari 5 partisipan dari kategori persepsi dan sikap menghasilkan tema 1) gerakan senam otak, 2) kegiatan senam otak, 3) perasaan setelah senam otak, 4) mengganggu kegiatan sehari-hari, 5) senam otak dilakukan lansia, 6) keuntungan senam otak, 7) jenis senam, 8) manfaat senam otak bagi kesehatan, 9) pengaruh senam otak terhadap pikiran, 10) pelaksanaan senam otak, 11) kondisi lingkungan senam otak,

12) rutinitas senam otak mingguan, 13) kendala senam otak, 14) kesediaan mengikuti senam otak, 15) tertarik pada senam otak, 16) respon lansia terhadap senam otak, 17) kendala yang paling menghambat senam otak, 18) penanganan kendala.

Berikut pernyataan partisipan mengenai persepsi lansia depresi tentang senam otak.

4.2.1 Persepsi

a. Gerakan senam otak.

Dari tema gerakan senam otak didapatkan sub tema 1) gerakan bagus, 2) badan bisa bergerak, 3) olahraga.Berikut ungkapan partisipan : 1) Gerakan bagus.

“Sae mas” (P1) “Sae”(P5)

Analisis dari dua pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan gerakan senam otak itu bagus. Pernyataan partisipan tersebut merupakan salah satu bentuk dari persepsi partisipan saat melihat gerakan senam otak.

2) Badan bisa bergerak. “Gerak badan mas”(P2)

“Gerakan-gerakannya bisa untuk latihan gerak”(P3)

Analisis dari dua pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan gerakan senam otak merupakan gerakan badan

49

untuk latihan gerak. Pernyataan partisipan tersebut merupakan salah satu bentuk persepsi partisipan setelah melakukan senam otak.

3) Olahraga.

“Senam itu olahraga”(P4)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan senam otak merupakan gerakan olahraga. Pernyataan partisipan tersebut merupakan salah satu bentuk persepsi partisipan tentang senam otak bahwa senam otak merupakan salah satu jenis olahraga.

b. Kegiatan senam otak.

Dari tema kegiatan senam otak didapatkan sub tema 1) bagus untuk kesehatan, 2) senam biasa. berikut ungkapan partisipan :

1) Bagus untuk kesehatan.

“Kegiatane sae mas kagem kesehatan” (P1) “Sae, nggeh”(P2)

“Ya bagus untuk kesehatan”(P3) “Apik go kesehatan”(P5)

Analisis dari empat pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan senam otak bagus untuk kesehatan. Pernyataan partisipan tersebut merupakan persepsi partisipan setelah melakukan senam otak bersama-sama.

2) Senam biasa. “Senam biasa”(P4)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan senam otak adalah senam biasa seperti senam lainnya.Partisipan mempersepsikan bahwa senam otak sama dengan senam yang lainnya.

c. Perasaan setelah senam otak.

Dari tema perasaan setelah senam otak didapatkan sub tema 1) senang,2) pikiran santai, 3) biasa, 4) perasaan enak. Berikut ungkapan partisipan :

1) Senang. “Seneng”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan senang setelah melakukan senam otak. Pernyataan partisipan tersebut merupakan salah satu bentuk ungkapan perasaan partisipan setelah melakukan senam otak.

2) Pikiran santai

“Sae niku mas, radi enteng pikiran” (P1)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan pikiran bisa santai setelah melakukan senam otak. Partisipan mengungkapkan setelah melakukan senam otak partisipan merasakan pikirannya lebih santai dan tenang.

51

3) Biasa.

“Mboten nopo-nopo mas, nggeh biasa”(P2) “Tidak apa-apa, biasa”(R4)

Analisis dari dua pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan tidak merasakan apa-apa setelah melakukan senam otak. Pernyataan partisipan merupakan ungkapan perasaan partisipan setelah melakukan senam otak, partisipan tidak merasakan ada perubahan apapun setelah senam otak.

4) Perasaan enak.

“Rasanya agak enak, baik”(P3)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan perasaanya merasa lebih enak setelah melakukan senam otak. Pernyataan partisipan tersebut merupakan ungkapan partisipan setelah melakukan senam otak.

d. Mengganggu kegiatan sehari-hari.

Dari tema mengganggu kegiatan sehari-hari didapatkan sub tema tidak mengganggu. Berikut ungkapan partisipan :

1) Tidak menggangu.

“Mboten, nek siang pun maem” (P1) “Mboten”(P2)

“Tidak mas, tidak terganggu”(P3) “Tidak”(P4)

Analisis dari lima pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan senam otak tidak mengganggu kegiatan sehari-hari partisipan.Partisipan merasa tidak terganggu jika disuruh melakukan senam otak di Panti.

e. Senam otak dilakukan lansia.

Dari tema senam otak dilakukan lansia didapatkan sub tema 1) mudah dilakukan, 2) belajar dulu, 3) susah dilakukan. Berikut ungkapan partisipan :

1) Mudah dilakukan. “Gampil mas”(P2) “Tidak sulit.”(P3) “Mudah”(P4)

Analisis dari tiga pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan mudah melakukan gerakan-gerakan senam otak. Pernyataan partisipan tersebut merupakan bentuk persepsi tentang senam otak setelah melakukan gerakan senam otak.

2) Belajar dulu.

“Inggeh mas, ajar-ajar rumiyen” (P1)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan perlu belajar dulu mengenai gerakan senam otak. Pernyataan partisipan menyebutkan bahwa perlu belajar dulu tentang gerakan senam otak yang dianggap partisipan cukup sulit.

53

3) Susah dilakukan.

“Lha tangan kulo loro”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan susah mengikuti gerakan senam otak karena tangannya sakit akibat jarinya terpotong. Pernyataan partisipan tersebut merupakan ungkapan partisipan bahwa gerakan senam otak susah dilakukan.

f. Keuntungan senam otak.

Dari tema keuntungan senam otak didapatkan sub tema 1) merasa segar, 2) memulihkan kondisi otak, 3) tidak tahu.berikut ungkapan partisipan :

1) Merasa segar.

“Nggeh seger mas”(P2) “Kepenak”(P4)

Analisis dari dua pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan merasa segar setelah melakukan senam otak. Pernyataan partisipan tersebut merupakan ungkapan partisipan setelah melakukan senam otak.

2) Memulihkan kondisi otak.

“Bisa memulihkan kondisi otak”(P3)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa senam otak bisa memulihkan kondisi otak kembali sehat secara perlahan-lahan. Partisipan mempersepsikan bahwa setelah melakukan senam otak kondisi otak bisa menjadi sehat.

3) Tidak tahu.

“Nggeh, ajar riyen” (P1) “Mboten ngertos”(P5)

Analisis dari dua pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan belum tahu keuntungan dari senam otak karena tidak merasakan apa-apa setelah melakukannya. Pernyataan partisipan tersebut merupakan ungkapan partisipan bahwa partisipan tidak mengetahui keuntungan senam otak dan tidak merasakan perubahan apapun setelah melakukan senam otak.

g. Jenis senam.

Dari tema jenis senam didapatkan sub tema 1) senam gerakan tangan,2) senam kesehatan, 3) senam gerak kepala. Berikut ungkapan partisipan :

1) Gerakan tangan.

“Senam sing gerak-gerakne tangan”(P3) “Nggeh gerakan-gerakan tangan mas”(P4)

Analisis dari dua pernyataan partisipan menghasilkan bahwa senam otak merupakan jenis senam yang menggerakan tangan. Pernyataan partisipan tersebut merupakan ungkapan partisipan setelah melakukan senam otak.

55

2) Senam kesehatan.

“Senam Kagem kesehatan badan”(P2)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa senam otak merupakan jenis senam kesehatan. Partisipan mempersepsikan bahwa senam otak adalah jenis senam kesehatan yang cocok untuk dilakukan oleh para lanjut usia.

3) Senam gerak kepala. “Senam sing gela-gelo”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa senam otak merupakan jenis senam yang menggerakkan kepala. Pernyataan partisipan merupakan persepsi partisipan mengenai senam otak yang mempersepsikan senam otak sebagai senam yang hanya menggerakkan kepala saja.

h. Manfaat senam otak bagi kesehatan.

Dari tema perubahan setelah ssenam otak didapatkan sub tema 1) merasa segar, 2) kaki terasa ringan, 3) Senang, 4) otak bisa santai, 5) nafsu makan meningkat, 6) tangan dan kaki ringan. Berikut ungkapan partisipan: 1) Merasa segar.

“Ya seger mas”(P3)

“Awake seger mas, radhi seneng mas-mase marai guyu”(P4)

Analisis dari dua pernyataan partisipan tersebut menghasilkan bahwa partisipan merasa badannya segar setelah melakukan senam otak. Pernyataan partisipan tersebut merupakan ungkapan perasaan partisipan

setelah melakukan senam otak bahwa partisipan merasa lebih segar setelah senam otak.

2) Kaki terasa ringan.

“Anu,,,suku radhi enteng”(P2)

Analisis dari satu pernyataan partisipan tersebut menghasilkan bahwa partisipan merasa kakinya lebih ringan setelah melakukan senam otak. Partisipan merasa kakinya lebih terasa ringan untuk bergerak setelah melakukan senam otak, partisipan mempersepsikan hal tersebut sebagai keuntungan melakukan senam otak.

3) Senang.

“Nggeh,,,marai seneng”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan merasa senang setelah melakukan senam otak. Partisipan mengungapkan hal tersebut sebagai salah satu keuntungan setelah melakukan senam otak.

4) Otak bisa santai.

“Pengaruhnya banyak, otak bisa lebih santai”(P3)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa pengaruh senam otak terhadap kesehatan adalah membuat otak bisa lebih santai. Pernyataan tersebut merupakan persepsi partisipan mengenai perubahan setelah melakukan senam otak.

57

5) Nafsu makan meningkat

“Taune mboten purun maem katah, bibar senam mameme katah” (P1) Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa pengaruh senam otak terhadap kesehatan adalah bisa menambah nafsu makan seseorang. Pernyataan tersebut bahwa partisipan mempersepsikan senam otak bisa membuat nafsu makan seseorang bertambah.

6) Tangan dan kaki ringan.

“Tangan, gerakan-gerakan ngeten(menggerakan tangan dan kaki),

enteng mas”(R2)

Analisis satu dari pernyataan partisipan menghasilkan bahwa pengaruh senam otak terhadap kesehatan adakah bisa membuat kaki dan tangan lebih merasa ringan atau lebih aktif. Partisipan merasa tangan dan kakinya lebih enak untuk bergerak setelah melakukan senam otak, partisipan mempersepsikan hal tersebut sebagai bentuk perubahan yang dirasakan setelah melakukan senam otak.

i. Pengaruh senam otak terhadap pikiran.

Dari tema senam otak didapatkan sub tema 1) pikiran tenang, 2) senang. Berikut ungkapan partisipan :

1) Pikiran tenang.

“Pikirane tentrem mas”(P2) “Gawe pikiran tenang mas”(P3) “Biar otake encer”(P4)

Analisis dari tiga pernyataan partisipan menghasilkan bahwa setelah melakukan senam otak dapat membuat pikiran tenang. Persepsi partisipan tersebut merupakan ungkapan partisipan mengenai pengaruh senam otak terhadap pikiran setelah melakukan senam otak.

2) Senang.

“Ben seneng mas”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa setelah melakukan senam otak partisipan merasa senang. Pernyataan tersebut merupakan ungkapan perasaan partisipan mengenai perubahan senam otak terhadap pikiran.

4.2.2 Sikap

a. Pelaksanaan senam otak.

Dari tema pelaksanaan senam otak didapatkan sub tema 1) mengikuti, 2) tidak. Berikut pernyataan partisipan :

1) Mengikuti.

“Nggeh cocok, kagem kesembuhan otak”(P1) “Nggeh mas”(P2)

“Mengikuti mas”(P3) “Iya”(P4)

Analisis dari empat pernyataan partisipan menghasilkan bahwa saat pelaksanaan lansia mengikuti gerakan senam otak. Pernyataan tersebut mempersepsikan bahwa lansia megikuti gerakan senam otak saat senam otak berlangsung.

59

2) Tidak mengikuti.

“Mboten, lha tangan kulo loro”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan tersebut menghasilkan bahwa satu lansia tidak mengikuti gerakan senam otak secara berurutan karena tangannya sakit. Pernyataan tersebut mempersepsikan bahwa senam otak tidak bisa dilakukan saat tangan sedang sakit.

b. Kondisi lingkungan senam otak.

Dari tema kondisi lingkungan senam otak didapatkan sub tema 1) cocok, 2) tidak. Berikut ungkapan partisipan :

1) Cocok.

“Sae mas”(P1)

“Menawi sonten nggeh cocok”(P2) “Cocok mas”(P3)

“sae”(P4)

Analisis dari empat pernyataan partisipan menghasilkan bahwa kondisi lingkungan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar cocok untuk melakukan senam otak. Pernyataan tersebut mempersepsikan bahwa senam otak bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.

2) Tidak.

“Mboten seneng”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa menurut partisipan kondisi Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar tidak cocok untuk melakukan senam otak. Pernyataan

partisipan tersebut mempersepsikan bahwa partisipan dengan kode P5 tidak setuju jika senam otak dilakukan di Panti.

c. Rutinitas senam otak mingguan.

Dari tema rutinitas senam otak mingguan didapatkan sub tema bersedia. Berikut ungkapan partisipan :

1) Bersedia.

“Nggeh nek ngepasi ken ewang-ewang mbake niku susahe”(P1) “Nggeh sae”(P2)

“Baik, sae mas”(P3) “Purun”(P4)

“Nggeh purun”(P5)

Analisis dari lima pernyataan partisipan menghasilkan bahwa lansia di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar bersedia melakukan kegiatan senam otak secara rutin setiap minggu. Pernyataan tersebut mempersepsikan bahwa ada kemauan dari lansia untuk melakukan senam otak secara rutin.

d. Kendala senam otak.

Dari tema kendala senam otak didapatkan sub tema tangan dan kaki sakit. Berikut ungkapan partisipan :

1) Tangan dan kaki sakit. “Tanganku loro mas”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa kendala lansia dalam mengikuti gerakan senam otak adalah tangan dan kaki sakit,

61

sehingga tidak mampu mengikuti gerakan senam otak secara berurutan. Partisipan mempersepsikan tangan dan kaki yang sedang sakit sebagai kendala saat melakukan senam otak, partisipan mengungkanpkan hal tersebut setelah melakukan senam otak.

e. Kesediaan mengikuti senam otak.

Dari tema kesediaan mengikuti senam otak didapatkan sub tema bersedia. Berikut ungkapan partisipan :

1) Bersedia.

“Lha sakit kajenge sehat mas”(P1) “Kaki, tangan kajenge gerak”(P2) “Iya”(P3)

“Purun, Seneng”(P4) “Nggeh purun”(P5)

Analisis dari lima pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan bersedia mengikuti kegiatan senam otak secara rutin. Partisipan bersedia mengikuti kegiatan senam otak karena mempersepsikan senam otak dapat membuat tubuh sehat.

f. Tertarik pada senam otak.

Dari tema tertarik pada senam otak didapatkan sub tema 1) memulihkan kesehatan, 2) tidak jenuh, 3) senam dilakukan bersama. Berikut ungkapan partisipan :

1) Memulihkan kesehatan. “Memulihkan kesehatan”(P3)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan tertarik pada senam otak karena dianggap bisa memulihkan kesehatan. Pernyataan partisipan tersebut merupakan persepsi partisipan mengenai senam otak karena merasa lebih sehat setelah melakukan senam otak.

2) Tidak jenuh.

“Biar ndak jenuh”(P4)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan mengikuti senam otak biar tidak jenuh dengan aktifitas sehari-hari di Panti. Partisipan mempersepsikan tertarik pada senam otak karena tidak ada kegiatan lain yang dilakukan di Panti.

3) Senam dilakukan bersama.

“Lha rencang-rencang nggeh nderek mas”(P2)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan tertarik melakukan senam otak karena teman-teman lansia lain juga melakukan senam otak. Pernyataan partisipan tersebut mempersepsikan bahwa partisipan tertarik pada senam otak karena dilakukan sacara bersama-sama, hal tersebut merupakan ungkapan partisipan setelah melakukan senam otak.

g. Respon lansia terhadap senam otak.

Dari tema penerimaan senam otak didapatkan sub tema menerima. Berikut ungkapan partisipan :

63 “Nggeh mas”(P1) “Nggeh”(P2) “Seneng mas”(P3) “Nggeh”(P4) “Nggeh purun”(P5)

Analisis dari lima pernyataan partisipan menghasilkan bahwa partisipan menerima dengan baik adanya kegiatan senam otak di Panti. Pernyataan tersebut merupakan sikap partisipan yang menyambut baik dengan adanya kegiatan senam otak di Panti.

h. Kendala yang paling menghambat senam otak.

Dari tema kendala senam otak didapatkan sub tema 1) kaki sakit, 2) tangan sakit, 3) repot. Berikut ungkapan partisipan :

1) Kaki sakit

“Anu,suku, kakine nyeri, kaku ok mas”(P2)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa kendala yang paling menghambat partisipan dalam melakukan senam otak adalah kakinya sakit. Partisipan mempersepsikan kaki yang sakit sebagai kendala yang paling menghambat dalam melakukan senam otak.

2) Tangan sakit.

“tanganku loro mas”(P5)

Analisis dari satu partisipan menghasilkan bahwa kendala yang paling menghambat partisipan dalam melakukan senam otak adalah tangannya terasa sakit saat melakukan beberapa gerakan senam otak.

Pernyataan tersebut merupakan ungkapan partisipan setelah mengikuti kegiatan senam otak yang mempersepsikan tangan yang sedang sakit sebagai kendala yang paling menghambat dalam melakukan senam otak. 3) Repot

“Nggeh nek repot ngoten mas”(P1)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa kendala yang paling menghambat partisipan melakukan senam otak saat partisipan repot dengan aktifitas sehari-harinya. Pernyataan tersebut merupakan ungkapan partisipan setelah mengikuti kegiatan senam otak bahwa repot merupakan kendala yang paling menghambat partisipan untuk melakukan senam otak..

i. Penanganan kendala.

Dari tema penanganan kendala senam otak didapatkan sub tema 1) menggunakan kursi roda, 2) tidak mengikuti gerakan, 3) menyelesaikan

pekerjaan dulu. Berikut ungkapan partisipan : 1) Menggunakan kursi roda.

“Anu,kaku, ngagem kursi roda mas”(P2)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa tindakan partisipan menangani kendala kakinya yang sakit dengan cara menggunakan kursi roda saat senam otak, jika capek partisipan akan duduk. Pernyataan tersebut merupakan cara partisipan menangani kendala kakinya yang sakit saat melakukan senam otak.

65

“Muk meneng mas”(P5)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa tindakan partisipan menangani kendala tangannya yang sakit dengan cara tidak mengikuti gerakan senam otak secara berurutan. Partisipan mengambil sikap diam tidak mengikuti gerakan senam otak secara berurutan sebagai cara untuk menangani kendala tanganya yang nyeri saat melakukan gerakan senam otak.

3) Menyelesaikan pekerjaan dulu.

“Nggeh dirampungne riyen trus senam”(P1)

Analisis dari satu pernyataan partisipan menghasilkan bahwa tindakan partisipan menangani kendala repot dengan aktifitas kegiatan sehari-hari dengan cara menyelesaikan pekerjaannya dulu sebelum melakukan kegiatan senam otak. Pernyataan partisipan tersebut merupakan ungkapan partisipan setelah melakukan kegiatan senam otak bahwa menyelesaikan aktivitas yang didahulukan sebelum mengikuti senam otak sebagai cara untuk menangani kendala dalam melakukan senam otak. 4.3. Pembahasan

4.3.1.Senam otak.

Persepsi partisipan mengenai senam otak dibagi menjadi gerakan senam otak dan kegiatan senam otak, dari hasil wawancara partisipan cukup mengetahui bahwa persepsi partisipan tentang senam otak berbeda-beda, Partisipan dengan disertai depresi mempersepsikan bahwa gerakan senam otak adalah gerakan badan dan senam latihan gerak untuk

kesehatan. Partisipan mempersepsikan kegiatan senam otak bagus untuk kesehatan dan senam otak adalah senam yang biasa saja, dari persepsi

Dokumen terkait