• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK (video) DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK (video) DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

“untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai gelar sarjana keperawatan”

Oleh :

Rizki Wahyu Jati Kusuma NIM. S1039

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Persepsi Lansia Depresi Tentang Senam Otak Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar”. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Allah S.W.T karena berkat rahmat dan hidayat-Nya penelitian ini dapat terwujud.

2. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ibu Wahyuningsih Safitri S.Kep., Ns., M.Kep

,

selaku Pembimbing I yang telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.

5. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing II yang juga telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.

6. Ibu Anita Istiningtyas, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku Penguji skripsi yang telah memberi masukan dan saran.

7. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

(5)

9. Seluruh perawat dan karyawan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang telah membantu dalam melakukan penelitian.

10.Lansia di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang telah bersedia menjadi partisipan penelitian.

11.Orang tua tercinta dan adik-adik tersayang yang selalu memberikan dukungan, motivasi, doa dan kasih sayangnya sepanjang waktu.

12.Alm. Kakek-nenek tercinta yang telah membesarkan dan mendidik saya hingga saya bisa sampai seperti saat ini.

13.Teman-teman S-1 Keperawatan angkatan 2010, yang selalu mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah S.W.T. Peneliti sangat berterimakasih atas masukan, saran dan kritik, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan.

Surakarta, 26 Juni 2014 Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.3.1. Tujuan Umum ... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.5 Penelitian Terkait ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Konsep Lansia ... 10

2.1.1 Pengrtian ... 10

2.1.2 Batasan Usia Lanjut ... 10

(7)

2.1.7 Masalah Kesehatan Lansia ... 15

2.2 Konsep Menua ... 16

2.2.1 Pengertian ... 16

2.3 Konsep Depresi ... 17

2.3.1 Pengertian ... 17

2.3.2 Faktor Penyebab Depresi ... 17

2.3.3 Faktor predisposisi dan presipitasi 18 2.3.4 Gejala Depresi 19 2.3.5 Penatalaksanaan Depresi 20 2.4 Konsep Persepsi ... 20 2.4.1 Pengertian ... 20 2.4.2 Macam-macam Persepsi ... 21 2.4.3 Faktor-Faktor Persepsi ... 21

2.4.4 Pola Pengelompokan Persepsi ... 22

2.4.5 Syarat Dan Proses Persepsi ... 23

2.4.6 Gangguan Persepsi ... 23

2.5 Konsep Senam Otak ... 24

2.5.1 Pengertian ... 24

2.5.2Manfaat Senam Otak ... 25

(8)

2.5.4 Aplikasi Gerakan senam Otak ... 27

2.6 Kerangka Berfikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

3.1 Tempat Penelitian ... 31

3.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Bentuk Dan Strategi Penelitian ... 31

3.4 Sumber Data ... 32

3.5 Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data ... 34

3.6 Tekhnik Sampling ... 36

3.7 Validasi Data ... 37

3.8 Analisa Data ... 40

3.9 Etika Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Wilayah Penelitian ... 43

4.2Hasil Penelitian ... 46 4.3Pembahasan ... 64 BAB V PENUTUP 5.1Simpulan ... 73 5.2Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN.

(9)
(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Gerakan Lateralitas 27

2.2 Gerakan Fokus 28 2.3 Gerakan Pemusatan 29 2.4 Kerangka Berfikir 30

(11)

Lampiran 2 Pengajuan Judul skripsi.

Lampiran 3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta.

Lampiran 4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

Lampiran 5 Surat Pengantar Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. .

Lampiran 6 Surat Pengantar Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

Lampiran 7 Surat Balasan Ijin Studi pendahuluan Di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta.

Lampiran 8 Lembar Pergantian Judul Skripsi 1. Lampiran 9 Lembar Pergantian Judul Skripsi 2. Lampiran 10 Lembar Pengajuan Ijin Penelitian. Lampiran 11 Surat Permohonan Ijin Penelitian. Lampiran 12 Jadwal Penelitian.

Lampiran 13 Penjelasan Penelitian.

Lampiran 14 Surat Pernyataan Bersedia Berpartisipasi Sebagai Partisipan Penelitian.

(12)

Lampiran 16 Pedoman Wawancara. Lampiran 17 Lembar Audience. Lampiran 18 Lembar Oponent.

Lampiran 19 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2. Lampiran 20 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1. Lampiran 21 Tanda Bukti Penerimaan Laporan Angka Kejadian Kasus.

Lampiran 22 Data Demografi Partisipan Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

Lampiran 23 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Partisipan Penelitian Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

Lampiran 24 Transkrip Wawancara. Lampiran 25 Analisis Sistematik. Lampiran 26 Foto Penelitian.

Lampiran 27 Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1. Lampiran 28 Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2. Lampiran 29 Standar Operasional Prosedur Senam Otak.

Lampiran 30 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

Lampiran 31 Surat Balasan Ijin Penelitian Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

(13)

Rizki Wahyu Jati Kusuma

Persepsi Lansia Depresi Tentang Senam Otak Di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar

Abstrak

Depresi merupakan keadaan emosional yang berhubungan dengan suatu penderitaan yang umumnya terjadi pada lansia, semakin tua manusia akan mengalami berbagai perubahan fungsi fisik dan sosial sehingga lansia akan lebih merasa kesepian dan tidak berharga. Kondisi lansia yang merasa kesepian dan tidak berharga dapat menimbulkan depresi, jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan masalah fisik dan jiwa. Hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi adalah dengan melakukan senam otak. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi lansia depresi tentang senam otak di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologis dan teknik purposive sampling dengan 5 partisipan. Hasil penelitian dari tema 1) gerakan senam otak, 2) kegiatan senam otak, 3) perasaan setelah senam otak, 4) mengganggu kegiatan sehari-hari, 5) senam otak dilakukan lansia, 6) keuntungan senam otak, 7) jenis senam, 8) manfaat senam otak bagi kesehatan, 9) pengaruh senam otak terhadap pikiran, 10) pelaksanaan senam otak, 11) kondisi lingkungan senam otak, 12) rutinitas senam otak mingguan, 13) kendala senam otak, 14) kesediaan mengikuti senam otak, 15) tertarik pada senam otak, 16) respon lansia terhadap senam otak, 17) kendala yang paling menghambat senam otak, 18) penanganan kendala, menunjukkan bahwa persepsi lansia tentang senam otak yaitu gerakan badan atau senam latihan gerak untuk kesehatan fisik dan psikis, namun kendala utama untuk melakukan senam otak yaitu keadaan fisik yang sedang sakit.

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan persepsi lansia depresi tentang senam otak adalah gerakan senam yang menyenangkan, mudah dan cocok untuk rutinitas kegiatan setiap hari karena bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja serta bisa membuat otak sehat.

Kata Kunci : Persepsi, Lansia, Depresi, Senam Otak. Daftar Pustaka : 42 (2001-2013).

(14)

BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA

2014

Rizki Wahyu Jati Kusuma

PERCEPTIONS OF THE ELDERLY WITH DEPRESSIONS ON BRAIN GYMNASTICS AT GRIYA SEHAT BAHAGIA NURSING HOME OF

KARANGANYAR

Abstract

Depression is an emotional state which is related to an affliction, generally experienced by the elderly. When man is getting older, he experiences physical and social function changes so that they will feel lonelier and more unvalued. This can trigger depressions. When such a condition is not immediately handled, it can lead to physical and psychological problems. Thing that can be done to decrease the level of depressions is brain gymnastics. The objective of this research is to identify the perceptions of the elderly on brain gymnastics at Griya Sehat Bahagia NursingHo me of Karanganyar.

This research used the qualitative method with the phenomenological design. The samples of the research were taken by using the purposive sampling technique. They consisted of five participants.

The results of the research on the themes of (1) motions of brain gymnastics; (2) activities of brain gymnastics; (3) feelings after having conducted brain gymnastics; (4) interference with daily activities; (5) brain gymnastics done by the elderly; (6) advantages of brain gymnastics; (7) types of gymnastics (8); use of brain gymnastics for health; (9) effect of brain gymnastics for thoughts; (10) implementation of brain gymnastics; (11) environmental condition of brain gymnastics ; (13) constraints to brain gymnastics; (14) willingness to follow brain gymnastics; (15) interest in brain gymnastics; (16) response of the elderly to brain gymnastics; (17) the most inhibiting constraints to brain gymnastics; and (18) handling of constraints to brain gymnastics show that the perceptions of the elderly on the brain gymnastics are as follows: brain gymnastics is a physical exercise for physical and psychological health, but the main constraint to conducting the brain gymnastics is the ill physical condition.

Thus, it can be concluded that the elderly with depressions perceive the brain gymnastics as a gymnastics whose motions is exciting, easy to do, and suitable for daily routine activities as it can be done at anytime and anywhere and it can make the brain healthy.

Keywords: Perception, elderly, depression, and brain gymnastics

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah menunjukkan hasil yang positif di berbagai bidang, antara lain adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia (Purwani 2011). Jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) yang banyak dan usia harapan hidup yang meningkat dapat menyebabkan masalah kesehatan pada lansia meliputi depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau sikap berjalan, gangguan pada koksa atau sendi panggul, anemia, demenisa, gangguan penglihatan, ansietas atau kecemasan, dekompensasi kordis,diabetes mellitus, osteomalasia, hipotiroidisme dan gangguan defekasi (Nugroho 2008).

Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia di dunia, menurut perkiraan World Health Organitation (WHO) akan meningkat pada tahun 2025 dibandingkan tahun 1990 dibeberapa Negara dunia seperti China 220%, India 242%, Thailand 337%, dan Indonesia 440% (Wiwin 2011). Asia merupakan wilayah yang paling banyak mengalami perubahan komposisi penduduk dan diperkirakan pada tahun 2025, populasi lanjut

(16)

2

usia akan bertambah sekitar 82%. Penduduk lanjut usia di Indonesia 2008 sebesar 21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8 tahun, tahun 2010 sebesar 24 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Arita, 2011). Jumlah penduduk lanjut usia di DI.Yogyakarta mencapai 5 juta jiwa dan Jawa tengah mencapai 3 juta. Jumlah Lansia di Puskesmas Weru sebanyak 16.191 orang. Surakarta menunjukkan penduduk yang berusia 65 tahun keatas sebanyak 23.496 orang (Badan Pusat Statistika 2012).

Usia lanjut dapat menyebabkan berbagai macam perubahan, baik perubahan organobiologik (fisik), psikososial, dan sosial (Arita & Wiwin 2011). Masalah lansia (lanjut usia) akan semakin menonjol, diantaranya muncul sebagai masalah mental karena semakin tua, manusia akan mengalami berbagai perubahan fungsi fisik dan sosial sehingga lansia akan lebih merasa kesepian dan tidak berharga. Kondisi ini dapat berdampak pada kebahagian seseorang sehingga masalah mental yang paling banyak ditemui pada lansia adalah depresi (Nugroho, 2008).

Masalah psikososial pada lansia meliputi mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, sakit cukup berat dan lama, serta kematian pasangan hidup. Peristiwa traumatik tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang dan menyebabkan depresi (Dadang

(17)

2011). Depresi merupakan permasalahan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan jiwa, oleh karena itu lansia perlu diberikan pendekatan fisik, pendekatan psikis, pendekatan sosial, dan pendekatan spiritual (Rika 2013).

Angka kejadian depresi tahun 2007 di Jakarta adalah 14,6% dan dialami untuk penduduk dengan usia 15 tahun keatas (Ayu 2011). Masalah depresi di Jawa Tengah adalah 10,2% dan di Semarang sebesar 11,6% (Marta 2012).

Angka depresi pada lansia semakin bertambah untuk masa mendatang karena beberapa hal, antara lain usia harapan hidup bertambah, stres psikososial, perubahan nilai dan lingkungan hidup, bertambahnya penyakit-penyakit kronis, bertambahnya pemakaian obat-obat yang dapat memacu terjadinya depresi (Sholikhin, 2006).

Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi depresi antara lain dengan mengenal kemampuan-kemampuan yang masih dimiliki, terapi individu dengan melakukan terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok, senam otak dan terapi perilaku, terapi keluarga dengan psikoedukasi dan triangle keluarga (Stuart & Laraia 2010).

Senam otak adalah suatu usaha alternative alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan dan menghadirkan relaksasi dalam kehidupan sehari-hari. Senam otak bertujuan meningkatkan rasa prcaya diri, menguatkan motivasi belajar, merangsang otak kiri dan kanan, merelaksasi otak, serta membuat seseorang lebih mampu mengendalikan stress

(18)

4

sehingga timbul ketenangan dan kenyamanan dalam hati dan pikiran (Andri 2013).

Kegiatan senam otak ditujukan untuk merelaksasi dimensi pemusatan, menstimulasi (dimensi lateralis) dan meringankan (dimensi pemfokusan). Dengan senam otak diharapkan lansia depresi yang mempunyai pikiran negatif dapat dihilangkan dan yang berperilaku tidak bersemangat, kurang konsentrasi, tidak melakukan aktivitas sehari-hari dapat termotivasi kembali untuk aktif dalam pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikososial(Dennison 2010).

Prinsip senam otak adalah mengaktifkan 3 dimensi otak, dimensi pemusatan dapat meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen sehingga dapat membersihkan otak, dimensi lateralis akan menstimulasi koordinasi kedua belahan otak yaitu otak kiri dan kanan (memperbaiki pernafasan, stamina, melepaskan ketegangan dan mengurangi kelelahan), dimensi pemfokusan untuk membantu melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang perhatian, kurang konsentrasi) (Dennison dalam Anton 2010).

Berdasarkan penelitian yang berjudul Pengaruh senam otak terhadap peningkatan motorik halus anak usia 4-5 tahun di Raudofatul Athfal Baitul

Mi’min Gunungrejo Malang, senam otak sangat berpengaruh dalam peningkatan motorik halus pada anak. Peneliti menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank didapatkan nilai P = 0,005 mengindikasikan H1 diterima dan

(19)

pada uji Mann-Whitney P = 0,022 yang mengindikasikan hasil berbeda atau tidak identik (Sudiarto, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar pada tanggal 28 Januari 2014, diperoleh data dari petugas Panti Wredha Griya Sehat Bahagia bahwa pada tahun 2012 terdapat 38 lansia dan 9 lansia diantaranya mengalami depresi, tahun 2013 terdapat 40 lansia dan 9 lansia diantaranya mengalami depresi dan tahun 2014 terdapat 38 lansia dan 5 orang diantaranya mengalami depresi. Hasil wawancara dengan 5 lansia yang mengalami depresi didapatkan data bahwa lansia merasa sedih karena ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai (Pasangan, keluarga), kesepian, gagal dalam berumah tangga merasa dikucilkan oleh keluarga, tidak melakukan aktifitas dengan baik dan harus membutuhkan bantuan orang lain atau petugas panti.

Kegiatan rutin lansia di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar yang selalu dilakukan adalah bimbingan keagamaan, bimbingan sosial, pelayanan kesehatan, olahraga sebagai upaya membantu sosialisasi antar lansia di Panti Wredha. Senam otak belum pernah dilaksanakan di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta.

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Persepsi lansia depresi tentang senam otak di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia karanganyar.

(20)

6

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1.2.1. Bagaimana persepsi klien yang mengalami depresi tentang senam otak? 1.2.2. Bagaimana respon klien yang mengalami depresi terhadap senam otak? 1.2.3. Apa kendala klien yang mengalami depresi dalam pelaksanaan senam

otak?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi lansia depresi tentang senam otak di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi persepsi lansia depresi tentang senam otak. 2. Mengidentifikasi sikap lansia depresi terhadap senam otak. 3. Mengidentifikasi kendala lansia depresi terhadap senam otak.

(21)

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Panti Wredha

Hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan informasi dan masukan secara subyektif mengenai penanganan pada lansia yang mengalami depresi yaitu dengan senam otak.

1.4.2 Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dalam

pengembangan ilmu yaitu dengan penelitian dan seminar sebagai upaya untuk mengetahui persepsi lansia depresi terhadap senam otak.

1.4.3 Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk perkembangan bagi penelitian selanjutnya pada lanjut usia, misalnya tentang demensia, gangguan tidur dan stress.

1.4.4 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang penelitian kualitatif dan persepsi lansia depresi terhadap senam otak.

(22)

8

1.5.Penelitian terkait

Tabel 1.1 Penelitian terkait

Nama peneliti Judul penelitian Metode Penelitian Hasil penelitian Akhmad Mukhlis (2011) Pengaruh terapi membatik terhadap depresi pada Narapidana Quasy-eksperimen model untreated control group design with pre-test and post-test dianalisis dengan Wilcoxon signed rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpi membatik signifikan menurunkan depresi paa narapidana dengan kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara skor

depresi pada saat posttest dibandingkan dengan saat pretest (p=0.001), sedangkan pada kelompok kontrol t idak ada perbedaan skor yang signifikan (p=0.824). Ninik Nurhidayah (2010)., Latihan persepsi pendengaran dan Kuantitatif dengan quasy eksperimen.

Ada pengaruh latihan persepsi pendengaran terhadap kemampuan persepsipendengaran

(23)

kemampuan persepsi pendengaran anak dislogia

anak dislogia dengan nilai p=0.012 Ranita widyastuti (2009). Efektifitas brain gym dalam menurunkan stres pada anak.

Quasi experimental pre-post test with control group.

Kegiatan Brain Gym sangat efektif

dalam menurunkan stres pada anak dengan nilai Z sebesar -2.323 dengan

p = 0.029 (p < 0.05). Nama Peneliti Judul Penelitian Metode

Penelitian Hasil Penelitian Anton Surya Prasetya (2010). Pengaruh terapi kognitif dan senam otak terhadap depresi pada klien lansia di Panti Tresna Wreda Bakti Yuswa Natar Lampung. Kualitatif dengan desain Quasi experimental pre-post test with control group.

Terapi kognitif dan senam otak efektif menurunkan depresi pada lansia dengan p value = 0,000 < α

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia (Lanjut Usia)

Usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih memiliki potensial dan tidak potensial karena proses menua yang menyebabkan penurunan fisik dan fungsi panca indera. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Siti Maryam 2008).

Usia tua yaitu periode hidup seseorang mengalami perubahan dari periode anak menuju dewasa dan periode dewasa menuju tua yang mengalami kemunduruan fisik dan ditandai dengan rambut memutih, gigi mulai ompong, kulit yang mengendur dan fungsi panca indera yang menurun (Nugroho 2008).

Berdasarkan pengertian diatas maka lansia dapat diartikan sebagai individu yang berusia 60 tahun atau lebih yng mengalami kemunduran fisik dan fungsi panca indera.

2.1.2 Batasan Usia Lanjut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengelompokkan usia lanjut menjadi beberapa kelompok meliputi usia pertengahan (Middle Age) yaitu kelompok usia 45 tahun sampai 59 tahun, usia lanjut (Ederly) yaitu usia 60 tahun sampai 74 tahun, usia tua (Old)

(25)

yaitu kelompok usia 75 tahun sampai 90 tahun, dan kelompok usia sangat tua (Very old) yaitu kelompok usia diatas 90 tahun (Maryam 2011).

2.1.3 Klasifikasi yang ada pada lansia

Ada 5 klasifikasi pada lansia yaitu pralansia, lanjut usia, lansia resiko tinggi, lansia potensial dan lansia tidak potensial. Pralansia merupakan seseorang yang berusia diantara 45 tahun sampai 49 tahun, dan lansia yang berusia 60 tahun atau lebih disebut lanjut usia, sedangkan lansia yang berusia 70 tahun lebih dengan masalah kesehatan yang ada pada diri lansia disebut lansia resiko tinggi, di usia lanjut yang waktu dan pikiran seharusnya digunakan untuk menikmati masa tuanya ada sebagian lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan dapat menghasilkan barang dan jasa atau disebut lansia potensial, sedangkan lansia yang tidak berdaya sehingga kehidupannya bergantung pada bantuan orang lain disebut lansia tidak potensial (Maryam 2011).

2.1.4 Karakteristik lansia

Lansia memiliki bermacam-macam karakteristik, diantaranya berusia lebih dari 60 tahun, mempunyai kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif serta lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam 2011).

(26)

12

2.1.5 Tipe-tipe lansia

Beberapa tipe lansia bergatung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Tipe lansia terdiri dari tipe bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung. Tipe bijaksana merupakan tipe lansia yang kaya dengan hikmah, pengalaman, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana dermawan, dan menjadi panutan. Tipe mandiri adalah tipe lansia yang mempunyai kegiatan baru misalnya selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

Tipe tidak puas merupakan konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,tidak sabar, mudah tersinggung sulit di layani, pengkritik dan banyak menuntut. Tipe pasrah yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja. Tipe bingung yaitu kaget, kehilangan,kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh (Maryam & Rosidawati 2011).

Tipe lansia dalam literature Jawa terdiri dari wong sepuh dan wong sepuh. Wong sepuh adalah orang tua yang sepi hawa nafsu,

menguasi ilmu “Dwi Tunggal” yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau

(27)

hambanya. Wong sepah merupakan lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan romantika hidup).

2.1.6 Perubahan yang terjadi pada lansia.

Proses penuaan merupakan hilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri, dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan-lahan. Perubahan yang memasuki usia lanjut, diantaranya Perubahan pada panca indra, terjadi penurunan fungsi indra seperti indra perasa, penciuman, pengelihatan dan pendengaran. Perubahan pada keronkongan (Esofagus), lapisan otot polos yang ada pada kerongkongan mulai melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman.

Perubahan pada lambung, pada lansia pengosongan lambung lebih lambat, sehingga makan cenderung lebih sedikit dari sebelumnya karena lambung terasa penuh, sehingga terjadi anoreksia (berkurangnya nafsu makan). Perubahan pada tulang, bertambahnya usia mengakibatkan kepadatan tulang menurun secara perlahan-lahan pada pria dan wanita dimulai sejak massa tulang puncak tercapai yaitu usia 35 tahun. Peruban pada otot, berat badan mengalami penurunan akibat hilangya jaringan otot dan jaringan lemak pada tubuh. Perubahan pada ginjal, fungsi ginjal menurun sekitar 55%

(28)

14

antar usia 35-80 tahun, banyak fungsi yang mengalami kemunduran contohnya kecepatan dalam penyaringan (filtrasi), pengeluaran (ekskresi) dan penyerapan kembali (reabsorpsi)oleh ginjal. Perubahan pada jantung dan pembuluh darah, pada lansia jumlah jaringan ikat pada jantung (baik katup maupun ventrikel atau bilik jantung) meningkat sehingga efisiensi fungsi pompa jantung berkurang. Perubahan pada paru-paru, pada lansia kelenturan jaringan paru dan dinding dada berkurang, kekuuatan otot pernafasan dalam mengencang dan mengendur.

Perubahan pada kelenjar endokrin, terjadi pada kelenjar yang menghasilkan hormon, dalam tubuh manusia banyak menghasilakan hormon yang penting bagi pertubuhan dan metabolisme tubuh. Perubahan pada kulit dan rambut, menginjak pada massa lansia kulit mulai mengkerut lambat laun menjadi tipis, kering keriput dan tidak elastis lagi. Perubahan pada fungsi kekebalan tubuh, fungsi imonologis atau kekebalan mengalami penurunan sesuai dengan umur, ini berakibat pada tinggiya peluang terjadinya infeksi dan terserang penyakit.

Penurunan fungsi kognisi dan kecerdasan, fungsi kognisi (pencapaian pengetahuan) bisa tetap stabil atau menurun, secara umum fungsi kognisi yang tetap stabil adalah konsentrasi, kemampuan berkomunikasi sehari-hari, nkemampuan bahasa dan gambaran yang dapat di bayangkan otak sederhana. Perubahan

(29)

psikologis, pada lansia perubahan mental dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, oleh karena itu perlu di waspadai agar perubahan mental yang di alami tidak menjurus atau menjadi sebab timbulnya penyakit. Sikap hidup, perasaan, dan emosi mempengaruhi perubahan mental lansia (Arita & Wiwin 2011).

2.1.7 Masalah kesehatan pada lansia.

Masalah yang sering dialami oleh lansia dikenal dengan istilah

a series of i’s, yang meliputi imobility (imobilisasi), instability ( instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontensia), intellectual impairment (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), dan immune deficiency (menurunya kekebalan tubuh) (Arita 2011). Menurut The National Old People Welfare Council di inggris, penyakit atau ganggguan umum pada lanjut usia meliputi depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap berjalan, gangguan pada koksa/sendi panggul, anemia, demenisa, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan, dekompensasi kordis,diabetes mellitus, osteomalasia, hipotiroidisme dan gangguan defekasi (Nugroho, 2008).

(30)

16

2.2 Proses Menua

2.2.1 Pengertian menua

Proses menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia (Maryam 2011). Ada beberapa proses menua yang dialami oleh lansia, yaitu penuaan primer & penuaan sekunder. Penuaan primer merupakan perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA / RNA) pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi mengecil dan akibat kurang mempunyai protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.

Penuaan Sekunder adalah proses penuaan akibat dari faktor lingkungan fisik, psikis, dan sosial. Hal yang mempercepat proses menjadi tua adalah stres fisik, psikis, gaya hidup dan diit. Contoh diit yang dapat mempercepat proses menua adalah diit makanan yang hampir expired karena zat kandungan dalam makanan yang rusak akan merusak sel-sel dalam tubuh dan menurunkan fungsi kerja hormon dan organ dalam tubuh. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya. (Murwani dan Priyantari, 2011)

(31)

Dari uraian pengertian menua diatas, dapat disimpulkan menua adalah keadaan manusia yang mengalami perubahan fisik, psikis dan sel dalam tubuh.

2.3 Depresi

2.3.1 Pengertian

Depresi adalah perasaan sedih, ketidak berdayaan, dan pesimis yang hubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang di tujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang sangat mendalam. (Nugroho, 2012). Depresi juga dapat diartikan sebagai keadaan emosional yang dicirikan dengan kesedihan, berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidak berdayaan dan keputusasaan (Anton 2010).

Berdasarkan pengertian depresi tersebut, maka dapat disimpulkan depresi adalah keadaan emosional yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Depresi merupakan salah satu jenis gangguan jiwa yang prevalensinya cukup banyak. WHO mencatat pada tahun 2006 terdapat 121 juta orang mengalami depresi dan diperkirakan pada tahun 2020 depresi akan menempati urutan kedua penyakit dunia (Kartika 2012).

2.3.2 Faktor penyebab terjadinya depresi

Ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Dari sekian banyak penyebab diantaranya karena kehilangan, kehilangan merupakan faktor utama

(32)

18

yang mendasari depresi. Archi Bald Hard menyebutkan empat macam kehilangan yaitu kehilangan abstrak meliputi kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kehilangan sesuatu yang kongkrit meliputi kehilangan mobil, rumah,orang bahkan binatang kesayangan yang di sukainya. Kehilangan hal yang bersifat khayal meliputi tanpa fakta tapi seseorang merasa tidak di sukai atau di pergunjingkan orang. Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang misalnya menunggu hasil tes ujiaan dan menunggu hasil tes kesehatan. Faktor penyebab depresi selanjutnya adalah reaksi terhadap stres. 85% depresi timbulkan oleh stres dalam kehidupan, terlalu lelah atau capek karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi, gangguan dan reaksi terhadap obat (Hadi 20014).

2.3.3 Faktor predisposisi dan presipitasi

Faktor predisposisi dan presipitasi meliputi Factor genetic yang mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melaui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dri dizigote. Sedangkan teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri (Rosidawati 2011).

(33)

2.3.4 Gejala –gejala yang menyertai depresi

Pada umumnya penderita depresi dapat di nilai melalui beberapa gejala, misalnya:

1. Secara fisik mereka mengalami beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan jadi menurun atau bahkan meningkatkan gairah seksual bahkan juga bisa hilang sama sekali.

2. Kehilangan perspektif dalam kehidupanya, pandangan terhadap hidup, pekerjaan dan keluarga menjadi kabur

3. Perasaan yang berubah-ubah menjadi sulit di kendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah atau sering muncul pada waktu tidak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati. 4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri,

menjauhkan diri dari orang lain karena di takut di tolak atau takut tanpa alasan dan igin melarikan diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara belebihan sering di alami oleh mereka yang mengalami depresi

5. Pikiran dilusi, pada penderita depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran di lusi yang bisa merugikan, misalnya: “orang

(34)

20

2.3.5 Penatalaksanaan pada pasien depresi

Intervensi yang dapat dilaksanakan pada pasien depresi, dari intervensi keperawatan, intervensi generalis, spesialis dan medis meliputi terapi individu, terapi kelompok, terapi keluarga, mengenal kembali kemampuan-kemampuan yang masih dimiliki lansia setelah adanya perubahan fisik dan psikososial, terapi obat, Electro Compulsive Therapy (ECT) (Anton 2010).

Intervensi lain yang dapat dilaksanakan adalah senam yoga dan senam otak (Dennison 2009).

Senam latih otak juga dapat mengatasi depresi dan hasil penelitian dalam psycology and psychiatric journal, bahwa latihan otak dapat efektif menurunkan gejala depresi (Dennison 2009).

2.4 Persepsi

2.4.1 Pengertian

Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pengintegrasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri ( Walgito 2001).

Persepsi adalah daya mengenal individu terhadap barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan di antara hal tersebut yang dilakukan melalui proses pengamatan, pemahaman, atau penafsiran

(35)

setelah pancaindra mendapat rangsang (Maramis dalam Sunaryo 2013).

Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati.

2.4.2 Macam - macam persepsi

Persepsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu persepsi internal dan persepsi eksternal. Persepsi internal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya rangsang dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan persepsi eksternal yaitu rangsang yang didapatkan dari luar atau lingkungan ( Suryano 2004).

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu karakteristik individu meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan-harapan sesorang. Karakteristik target yang diobservasi dapat mempengaruhi apa yang diartikan, misalnya individu yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam kelompok daripada individu yang diam. Pembentuk persepsi dalam diri objek atau target dapat diartikan dalam konteks situasi dimana persepsi tersebut dibuat. Target yang dilihat oleh individu akan

(36)

22

diinterpretasikan sesuai apa yang dilihat ( Robbins, P.S & Timothy 2008).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi antara lain ukuran, intensitas, frekuensi, gerakan, perubahan dan keunikan suatu objek sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda sesuai dengan apa yang dilihat dari objek tersebut (Gitosudarmo 1997 dalam Khaerul 2010).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi manusia dapat dikembangkan berdasarkan apa yang mereka yakini. Asumsi-asumsi yang dibuat oleh individu serta karakteristik individu akan mempengaruhi interpretasi mereka terhadap penilaian dan persepsi mengenai tindakan seseorang dan penjelasan tentang mengapa mereka berperilaku dalam cara-cara tertentu.

2.4.4 Pola pengelompokan persepsi

Pola pengelompokan persepsi mencakup prinsip kedekatan, kesempurnaan dan kesamaan. Prinsip kedekatan yaitu objek digunakan sebagai pengelompokan dalam pengamatan yang saling mendekat dan berdiri sendiri. Tidak berbeda jauh dengan prinsip kesempurnaan yang juga menggunakan pola pengelompokan objek sehingga dalam pengamatan ada objek yang saling mendekat dan membentuk gambaran yang sama namun ada objek tertentu yang yang membentuk gambaran yang berbeda. Prinsip ketiga yaitu

(37)

kesamaan, persepsi menggunakan pengelompokan objek terhadap hal-hal yang sama, pengamatan pada gambar cenderung mengelompokan bulatan besar dengan bulatan besar dan bulatan kecil dengan bulatan kecil ( Sarwono dalam Sunaryo 2013).

2.4.5 Syarat dan proses terjadinya persepsi

Adabeberapa syarat terjadinya persepsi, yaitu :

1. Adanya objek, objek berperan sebagai stimulus, sedangkan pancaindra berperan sebagai reseptor.

2. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.

3. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima stimulus.

4. Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak. Kemudian, dari otak dibawa melalui saraf motoric sebagai alat untuk mengadakan respons.

Persepsi terjadi melalui 3 proses, yaitu proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Proses fisik terjadi melalui kealaman, yakni objek diberikan stimulus , kemudian diterimaoleh reseptor atau pancaindra. Proses fisiologis terjadi melalui stimulus yang dihantarkan ke saraf sensorik lalu disampaikan ke otak. Proses psikologis, merupakan proses yang terjadi pada otak sehinga individu menyadari stimulus yang diterima (Sunaryo 2013).

(38)

24

Gangguan persepsi biasanya disebut dengan disperpepsi yaitu gangguan atau kesalahan yang terjadi pada persepsi individu dapat disebabkan oleh gangguan otak misalnya keracunan, halusinasi, ilusi, kerusakan otak, gangguan jiwa dan emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi yang mempengaruhi lingkungan sosial budaya sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda (Sunaryo 2013).

2.5 Brain Gym 2.5.1 Pengertian

Brain Gym dikenal di Amerika, dengan tokoh yang menemukannya yaitu Paul E. Denisson seorang ahli pelopor dalam penerapan penelitian otak,bersama istrinya Gail E. Denisson seorang mantan penari. Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosiaonal ,yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Denisson, 2009).

Senam otak adalah senam yang bertujuan mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan (Lisnaini 2012). Dari beberapa pengertian senam otak, dapat dsimpulkan bahwa

(39)

senam otak adalah senam dengan serangkaian gerakan sederhana untuk kesehatan otak.

2.5.1 Manfaat Brain Gym (senam otak)

Manfaat senam otak, yaitu stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang dan prestasi belajar dan bekerja meningkat (Denisson, 2009). Senam latih otak juga dapat mengurangi stress, kecemasan, kekuatan dan depresi (Hocking 2007).

Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disamaikan melewati serabut saraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya otak bagian kiri bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Otak manusia juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan senam otak dipakai istilah dimensi lateralis untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak dan brain stem) dan bagian otak depan (frontal lobus), serta dimensi pemusatan untuk sistem

(40)

26

limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex). Dengan latihan senam otak diaktifkan tiga dimensi otak tersebut (Anton 2010).

2.5.2 Pelaksanaan gerakan senam otak atau brain gym

Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari (Andri, 2013). Senam otak ini melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan pembaruan (repatteing) dan aktivitas brain gym. Latihan ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Di samping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan (Supardjiman 2003).

(41)

2.5.3 Aplikasi gerakan senam otak yaitu : 1. Lateralitas (sisi)

(42)

28

Gambar 2.1. 8 Tidur (Lazy 8)

Cara melakukan gerakan :

Gerakan dengan

membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas dan membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Buatlah angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan kedua tangan. Fungsinya :

a. Melepaskan

ketegangan mata, tengkuk, dan bahu

pada waktu memusatkan perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi b. Meningkatkan pemusatan, keseimbangan dan koordinasi.

Otak kita terdiri dari dua bagian, Masing-masing belahan otak mempunyai tugas tertentu. Secara garis besar, otak bagian kiri berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu dan hal-hal terinci, Sedangkan otak bagian kanan intuitif, merasakan, musik, menari, kreatif, melihat keseluruhan,

(43)

ekspresi badan. Otak belahan kiri mengatur badan bagian kanan, mata dan telinga kanan. Otak belahan kanan mengontrol badan bagian kiri, mata dan telinga kiri. Dua belahan otak disambung

dengan “corpus callosum” yaitu simpul saraf kompleks dimana

terjadi transmisi informasi antara kedua belahan otak. 2. Fokus

Gerakan Cara melakukan gerakan dan Fungsinya

Gambar 2.2. Burung Hantu (The Owl)

Cara melakukan gerakan : Urutlah otot bahu kiri dan kanan. Tarik napas saat kepala berada di posisi tengah, kemudian embuskan napas ke samping atau ke otot yang tegang sambil relaks. Ulangi gerakan dengan tangan kiri.

Fungsinya :

a. Melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress. b. Menyeimbangkan otot

leher dan tengkuk (Mengurangi sikap tubuh yang terlalu condong ke depan)

c. Menegakkan kepala (Membantu mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau bersandar pada siku

(44)

30

Fokus adalah kemampuan menyeberangi “garis tengah partisipasi” yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, bagian belakang dan depan otak. Perkembangan reflex antara otak bagian belakang dan bagian depan yang mengalami fokus kurang

disebut “kurang perhatian”, “terlambat bicara”, atau “hiperaktif”.

Gerakan-gerakan yang membantu melepaskan hambatan fokus adalah aktivitas integrasi depan dan belakang (Anton 2010). 3. Pemusatan

Gambar 2.3. Sakelar Otak

(Brain Buttons)

Cara melakukan gerakan :

Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada), dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar.

Fungsinya :

a. Keseimbangan tubuh kanan dan kiri

b. Tingkat energi lebih baik

c. Memperbaiki kerjasama kedua mata (bisa meringankan stres visual, juling atau pandangan yang terus-menerus)

d. Otot tengkuk dan bahu lebih relaks

Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian atas dan bawah otak, bagian tengah system limbic

(45)

yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar untuk berfikir yang abstrak. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai dengan ketakutan yang tak beralasan, ketidakmampuan untuk menyatakan emosi.

2.6 Kerangka berfikir

Gambar 2.4. Kerangka berfikir Lansia Panti Wreda ·Kehilangan ·Stress ·Terlalu lelah. ·Gangguan dan reaksi terhadap obat. Depresi Perubahan psikologis Persepsi lansia terhadap senam otak Senam otak

(46)

44 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

3.2. Waktu penelitian

Penelitian inidilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei2014 di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar.

3.3.Bentuk dan strategi penelitian

Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif dengan strategi atau pendekatan fenomenologis.Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang berusaha untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia didalam situasinya yang khusus. Fenomenologi menggambarkan riwayat hidup seseorang dengan cara menguraikan arti dan makna hidup serta pengalaman suatu peristiwa yang dialaminya. Penelitian ini dilakukan dalam situasi penelitian yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang diteliti. Dengan demikian cara fenomenologis menekankan pada berbagai aspek subyektif dari perilaku manusia supaya dapat memahami tentang bagaimana dan makna apa yang mereka bentuk dari berbagai peristiwa di dalam kehidupan informan sehari – harinya (Sutopo 2006).

(47)

Partisipanpada penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti WredaGriya Sehat Bahagia Karanganyar yang mengalami depresi.Tahap awal yang peneliti lakukan adalah mengidentifikasi kriteria partisipan sesuai tujuan dan kriteria sampel penelitian, setelah itu peneliti memulai menjalin hubungan saling percaya dengan calon partisipan dan keluarga partisipan serta menjelaskan maksud dan tujuan proses penelitian yang akan dilakukan. Apabila calon partisipan merasa setuju maka peneliti akan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Selanjutnya, setelah partisipan setuju secara sukarela untuk mengikuti penelitian ini, peneliti memulai tahap awal dengan membina hubungan saling percaya dan kotrak waktu dengan partisipan untuk melakukan senam otak, maka langkah selanjutnya peneliti memberikan senam otak melalui tayangan video yang akan ditirukan oleh partisipan.Langkah terakhir, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan mengenai persepsi partisipan tentang senam otak dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti.

3.4.Sumber data

Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketetapan memilih dan menentukan ketetapan dan kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber (Sutopo 2006).

(48)

33

Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 3.4.1 Informan

Pada penelitiaan kualitatif sumber data dari narasumber sangat penting peranya sebagai bahan informasi dalam penyusunan laporan. Dalam penelitian ini peneliti memilih 5 informan yaitu pasien lansia depresiyang berada di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar, lansia yang dijadikan informan adalah lansia yang mengalami depresi ringan sampai sedang. Sutopo menuliskan bahwa informan bukan sekedar memberikan tanggapan pada apa yang ditanyakan peneliti, tetapi informan bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang mereka miliki (Sutopo 2006).

3.4.2 Tempat dan Peristiwa

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengobservasi tempat tingal lansia yaitu di Panti WredhaDharma Bhakti Kasih Surakarta. Panti wredha juga dapat mengakibatkan salah satu penyebab depresi dikarenakan salah satunya lansia jauh dari keluarga, kemudian lansia merasa kesepian karena tidak ada anak cucunya yang merawat dan tempat atau panti tersebut dapat menimbulkan kebosanan karena kehidupan di Panti hanya monoton karena jarang dilakukan aktivitas yang menarik disetiap harinya, maka lansia yang berada di Panti Wredha juga bisa mengalami depresi dari depresi ringan hingga berat.

(49)

3.4.3 Observasi

Penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi sikap dan tingkah laku partisipan yang mengikuti gerakan senam otakatau tidak selama proses senam otak berlangsung.Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar. Beragam benda atau alat sederhana yang terlibat dalam suatu peristiwa atau kegiatan peneliti dapat menjadi sumber data yang penting (Sutopo 2006). 3.4.4 Dokumen

Sumber data berupa dokumen atau arsip biasanya merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Sumber yang telah yang disebutkan adalah rekaman tertulis, namun juga bisa berupa gambar atau benda peninggalan (Sutopo 2006).Pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan data yang disebutkan diatas, karena dipenelitiaan ini cara pengambilan datanya mengikuti alur dan prosedur yang sudah ditetapkan diatas. Pertama lanjut usiasebagai obyek penelitianya, kedua data-data tersebut diperoleh dari buku yang membahas tentang lanjut usia, depresi dan senam otak serta jurnal penelitiaan yang membahas tentang lanjut usia, depresi dan senam otak.

(50)

35

3.5.Alat penelitian dan cara pengumpulan data.

Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen/ alat dalam penelitian. Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu alat tulis ( buku dan bolpoin), alat rekam untuk merekam percakapandan pedoman wawancara. Cara pengumpulan data pada penelitian kualitatif meliputi :

3.5.1 Wawancara mendalam

Wawancara adalah tehnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang memwawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara (Fatoni 2006).

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan tehnik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut wawancara yang mendalam (in-depth interviewing). Teknik wawancara ini merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif dan wawancara akan dihentikan oleh peneliti ketika semua jawaban dari partisipan jenuh(Sutopo 2006).

Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun peneliti sesuai dengan tema dan topik penelitian.

(51)

3.5.2 Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa perisiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung (Sutopo 2006). Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Sumantri 2011).

Peneliti mengobservasi sikap partisipan saat melakukan senam otak dengan melihat partisipan mengikuti gerakan senam otak secara berurutan atau tidak.

3.5.3 Analisis dokumen

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai suatu data (Fathoni 2006). Dokumen tertulis merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam peneliti kualitatif (Sutopo 2006). Pada penelitian ini sumber data dokumen diperoleh dari buku dan jurnal mengenai depresi dan lanjut usia. Setalah dilakukan analisa dapat dilihat hasilnya bahwa bagaimanapersepsi lansia depresi terhadap senam otak yang sebenarnya.

Peneliti mempelajari buku dan jurnal tentang persepsi, lansia, depresi, dan senam otak.Langkah selanjutnya peneliti menganalisis

(52)

teori-37

toeri yang diperoleh dari buku dan jurnal serta Rekam Medik pasien yang membuktikan bahwa partisian benar-benar mengalami depresi.

3.6 Teknik sampling

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.Kriteria sampel yang peneliti tentukan antara lain :

1. Lansia yang berusia 60 tahun sampai 70 tahun. 2. Lansia yang mengalami depresi ringan-sedang. 3. Lansia yang bersedia menjadi responden penelitian.

Pada studi pendahuluan sebelumnya peneliti memperoleh jumlah lansia yang berada di Panti WredhaGriya Sehat Bahagia Karanganyar sebanyak 38orang dan 5 lansia diantaranya mengalami depresi.5lansia yang mengalami depresi di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar diantaranya 1 lansia mengalami depresi sedang dan 4 mengalami depresi ringan.Pasien yang masuk kriteria sampel penelitian akan dijadikan sampel tanpa mengambil sebagian lansia yang tidak masuk dalam kriteria sampel penelitian (Sugiono 2013).

(53)

3.7 Validasi data

Data yang telah berhasil digali di lapangan studi, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan bukan hanya untuk kedalam dan kemantapanya tetapi juga bagikemantapan dan kebenaranya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya.Validitas data ini merupakan jaminan bagi kematangan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (Sutopo 2006).

Dalam penilitian kualitatif terdapat beberapa cara yang bisa dipilih untuk pengembangan validitas data penelitian. Cara-cara tersebut antara lain bisa berupa beberapa tehnik trianggulasi(triangulation) yaitu :

3.7.1 Triangulasi Sumber

Teknik ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan datawajib menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenaranya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik sumber sejenis atau sumber yang berbeda jenisnya(Sutopo 2006).

Dalam penelitian ini peneliti menggali informasi dari 5 lansia yang mengalami depresi di Panti Wredhan Griya Sehat Bahagia Karanganyar

(54)

39

sebagai sumber informasi dengan menggunakan teknik wawancara sesuai dengan pedoman wawancara peneliti.

3.7.2 Triangulasi Metode

Teknik triangulasi ini dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.Memantapkan validitas data mengenai suatu keterampilan seseorang dalam bidang tertentu, kemudian dilakukan wawancara mendalam pada informan yang sama, dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis menggunakan teknik observasi pada saat orang tersebut melakukan kegiatan atau perilakunya (Sutopo 2006).

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi sebagai metode untuk mengumpulkan data.Peneliti melakukan wawancara mengenai persepsi lansia depresi tentang senam otak menggunakan pedoman wawancara setelah partisipan selesai melakukan senam otak, ungkapan partisipan tentang persepsi senam otak dapat didukung oleh observasi yang telah dilakukan peneliti selama senam otak mengenai partisipan mengikuti gerakan senam otak secara berurutan atau tidak.

3.7.3 Triangulasi Peneliti

Triangulasi penelitian adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya yang bisa diuji

(55)

validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan yang berupa catatan dan bahkan sampai dengan simpulan-simpulan sementara, diharapkan bisa terjadipertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil akhir penelitian.

3.7.4 Triangulasi Teori

Triangulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari suatu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam melakukan trianggulasi ini peneliti wajib memahami teori-teori yang digunakan dan keterikatanya dengan permasalahan yang diteliti sehingga mampu menghasilkan kesimpulan yang tepat, bisa dipertanggungjawabkan dan benar-benar memiliki makna yang mendalam serta bersifat multiperspektif. Meski demikian, dalam hal ini peneliti bisa menggunakan suatu teori khusus yang diguakan sebagai fokus utama dari kajianya secara lebih mendalam dari pada teori yang lain juga yang di gunakan (Sutopo 2006).

Peneliti menggunakan berbagai teori dari buku dan jurnal untuk membahas permasalahan mengenai persepsi lansia depresi tentang senam otak. Peneliti tidak hanya menggunakan teori dari satu buku dan satu jurnal tetapi dari berbagai teori dari buku-buku dan jurnal yang berbeda

untuk menghasilkankesimpulan yang tepat dan

(56)

41

3.8 Analisa data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back 2006), adapun langkah-langkah analisa data adalah sebagai berikut :

1. Peneliti menggambarkan fenomena dari pengalaman hidup partisipan yang diteliti yaitu mengenai persepsi lansia depresi tentang senam otak. 2. Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena partisipan berupa

pengalaman partisipan setelah melakukan senam otak..

3. Peneliti membaca semua protokol atau transkrip untuk mendapatkan perasaan yang sesuai dari partisipan. Kemudian mengidentifikasi pernyataan partisipan yang relevan. Serta membaca transkrip secara berulang-ulang hingga ditemukan kata kunci dari pernyataan –

pernyataan.

4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan ke dalam tema. a. Merujuk kelompok tema kedalam transkrip dan protokol asli untuk

memvalidasi.

b. Memperhatikan perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain dan menghindari perbedaan diantara kelompok tema tersebut. 5. Peneliti mengintegrasikan hasil kedalam deskripsi lengkap dari

fenomena yang diteliti.

6. Merumuskandeskripsilengkap darifenomena yang ditelitisebagaipernyataan tegas dan diidentifikasikembali

(57)

7. Kembali kepada partisipan untuk langkah validasi akhir/verifikasi tema-tema segera setelah proses verbatim dilakukan dan peneliti tidak mendapatkan data tambahan baru selama verifikasi.

3.9 Etika Penelitian 3.9.1 Inform Consent

Inform Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan respondendengan memberikan lembar persetujuan.Tujuan inform consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : Partisipasi pasien, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi.

3.9.2 Anonimity (Tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencamtumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

(58)

43

3.9.3 Kerahasiaan (Confidentialy)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di sajikan sebagai hasil penelitian.

(59)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai perpsesi lansia depresi tentang senam otak yang telah dilakukan pada tanggal 9 Maret 2014 di Panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar selama 2 minggu, dibagi dalam 4 bagian yaitu menjelaskan tentang lokasi penelitian, karakteristik partisipan, hasil penelitian dan pembahasan.

4.1.Deskripsi Wilayah Penelitan 4.1.1.Lokasi Penelitian

Tempat penelitian tidak sesuai dengan proposal karena di panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta karena harus menyertai diagnosa medis dari dokter mengenai partisipan yang depresi, sehingga penelitian dilaksanankan di panti Wredha Griya Sehat Bahagia Karanganyar karena sumber data yang dibutuhkan tersedia. Penelitian ini dilakukan di Panti Wedha Griya Sehat Bahagia Jl. Nusa indah no. 19 ngringo, palur, Karanganyar.

Panti wredha Griya Sehat Bahagia didirikan pada tahun 2002 dengan luas tanah 430 meter berupa bangunan permanen 2 lantai yang berisi ruang VIP dan umum dengan semboyan cinta kasih dan melayani. Panti Wredha Griya Bahagia karanganyar dipimpin oleh seorang dokter dan dibantu oleh 6 perawat perempuan, 3 bidan serta 1 apoteker sebagai

(60)

45

petugas panti yang setiap hari membantu 38 lansia dalam menjalankan aktifitas. Bangunan Panti Wredha Griya Sehat Bahagia dibuat layaknya rumah pribadi yang memiliki 60 tempat tidur, 4 kamar mandi, 1 dapur, 4 ruang tamu dan halaman yang cukup luas.

4.1.2Karakteristik Partisipan

Partisipan pada penelitian ini adalah lansia dengan depresi ringan dan sedang yang terdiri dari 5 orang perempuan. Rentang usia responden pada penelitian ini adalah 60-69 tahun. Rentang tingkat pendidikan responden pada penelitian ini adalah SD-D3. Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan informan pendukung yaitu seorang perawat dalam menggali informasi tentang senam otak yang dilakukan oleh responden. 1. Partisipan 1 (P1)

Partisipan 1 adalah seorang perempuan yang berusia 69 tahun. Partisipan 1 beragama kristen dengan pendidikan terakhir SMP. Responden merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Partisipan depresi karena ditinggal pergi oleh suaminya dengan tanda dan gejala tidur tidak nyenyak, nafsu makan menurun, dan perasaan yang berubah-ubah. 2. Partisipan 2 (P2)

Partisipan 2 adalah seorang perempuan yang berusia 65 tahun. Partisipan 2 beragama islam dengan pendidikan terakhir SD. Partisipan merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara. Partisipan 2 mengalami depresi karena matanya buta sebelah akibat semir rambut yang dipakainya dulu, partisipan 2 depresi tidak bisa beraktifitas seperti orang lain dengan

(61)

tanda dan gejala kehilangan perspektif dalam kehidupan, putus asa, kehilangan harapan dan sedih.

3. Partisipan 3 (P3)

Partisipan 3 adalah seorang perempuan yang berusia 60 tahun. Partisipan 3 beragama kristen dengan pendidikan terakhir D3 Fisioterapi. Responden merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Partisipan depresi karena diajak cerai oleh suaminya yang tidak tahan karena tuntutan ekonomi mertua partisipan dengan tanda dan gejala perasaan yang berubah-ubah menjadi sulit di kendalikan, gerakan jadi lamban dan kehilangan perspektif dalam kehidupan.

4. Partisipan 4 (P4)

Partisipan 4 adalah seorang perempuan yang berusia 61 tahun. Partisipan 4 beragama kristen dengan pendidikan terakhir SD. Partisipan merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Partisipan depresi karena ditinggal pergi oleh ibu kandungnya dengan tanda dan gejala putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah.

5. Partisipan 5 (P5)

Partisipan 5 adalah seorang perempuan yang berusia 63 tahun. Partisipan 5 beragama islam dengan pendidikan terakhir SD. Partisipan merupakan anak kelima dari sembilan bersaudara. Partisipan depresi karena ditinggal pergi suaminya yang pergi dengan selingkuhannya dengan tanda dan gejala kehilangan harapan, sedih, harga diri menurun dan mudah marah.

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian terkait
Gambar 2.1. 8 Tidur (Lazy 8)
Gambar 2.2. Burung Hantu (The
Gambar 2.3. Sakelar  Otak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis yang dilakukan pada ikan tuna dalam penelitian ini menghasilkan lama waktu pengosongan lambung pada ikan tuna jenis mata besar, sirip biru selatan, maupun

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan laju respirasi buah naga pada suhu 10°C, 15°C dan suhu ruang, menentukan kombinasi O ₂ dan CO ₂ suhu terpilih , menentukan

Ikan tuna yang didaratkan hampir sebagian besar berukuran kecil (tidak sesuai kriteria layak tangkap. Jika kegiatan ini terus dilakukan tanpa adanya pengawasan

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007- 2010”.. Tujuan

Analisis makna dilakukan dengan bertolak dari pandangan Hutomo bahwa ada keterkaitan antara fungsi (junction) dan guna (use) dari cipta sastra terhadap komunitasnya,

Pada hari ini Senin tanggal Dua Puluh Sembilan bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas (29-08-2016) bertempat di Sekretariat ULP Kabupaten Sumbawa, Kelompok Kerja 43

Dalam rangka menyambut hari bumi sedunia/ PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta/ akan menggelar lomba memancing lele gratis/ bagi masyarakat umum// Rencananya/

Perpustakaan akan dapat berfungsi sebagai sumber informasi dan sumber belajar apabila tersedia bahan pustaka yang banyak, fasilitas yang memadai, dan disesuaikan dengan kebutuhan