• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Identitas Subjek

Nama : Nn

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 3 April 2000 Alamat : Panti Asuhan Anggrek Urutan Kelahiran : 1 (pertama) dari 2 (dua) bersaudara

2. Latar Belakang

Subjek berumur 6 tahun dan merupakan anak pertama dari 2 bersaudara berjenis kelamin laki-laki semua. Ibu subjek adalah seorang pengamen jalanan sekaligus sebagai wanita tuna susila, sedangkan hingga kini ayah subjek yang sebenarnya belum diketahui. Selama ini ibu subjek mengenalkan seorang laki-laki penarik becak sebagai ayahnya yang sebenarnya hanya berstatus kekasih ibu subjek. Ibu subjek belum pernah terikat pernikahan dengan siapapun. Karena pekerjaan ibu yang tidak tetap tersebut, subjek lebih banyak diasuh oleh kakeknya.

Dengan kakeknya ini, subjek beserta adiknya sering mendapat kekerasan kemudian dibawa ke jalanan untuk mendapatkan uang dari orang lain. Kekerasan yang dialami subjek antara lain dipukul, ditendang, diinjak, dimaki, sampai kepala

dibentur-benturkan ke dinding. Dari luka-luka tersebut subjek dan adiknya dibawa ke jalanan untuk meminta-minta dan memperoleh uang sehingga subjek beserta adiknya seringkali dengan sengaja dibuat terluka. Ibu subjek tidak berusaha mencegah bahkan juga sesekali melakukan kekerasan walaupun tidak sesering yang dilakukan oleh kakek subjek.

Satu kali adik subjek masuk dalam berita surat kabar daerah lokal karena menderita patah tulang punggung sehingga mendapatkan sumbangan uang senilai jutaan dari para penderma dengan maksud untuk mengobati luka adik subjek. Padahal adik subjek terluka karena diinjak oleh kakek subjek dan perbuatan tersebut dilihat oleh subjek sehingga membuat subjek menjadi sangat benci terhadap kakeknya. Uang dari penderma tersebut ternyata digunakan oleh ibu subjek untuk bersenang-senang dengan para tukang becak di jalanan. Hingga suatu hari adik subjek diinjak kembali demi mendapatkan uang. Adik subjek dibawa ke rumah sakit. Pada kesempatan itu, ketua RT dari tempat tinggal subjek berinisiatif membawa subjek ke panti asuhan bagian trauma center untuk menyelamatkan subjek dari perlakuan kakek maupun ibu subjek yang lebih buruk lagi. Bersamaan dengan subjek masuk panti, adik subjek meninggal dunia.

Menurut pihak panti, keadaan subjek ketika pertama kali masuk sangat buruk. Mulai dari penampilan, perkataan, sampai agresifitas subjek yang terbilang tinggi. Subjek sering mengamuk dan berkelahi dengan teman-temannya. Bahkan suatu saat pernah hampir membakar motor milik petugas panti. Subjek juga sering mengalami ketakutan dan sering berbicara sendiri. Subjek juga memiliki toilet training yang buruk buruk. Hal ini tampak dalam kebiasaan subjek yang lebih

sering buang air besar di celana. Subjek belum terbiasa dengan kamar mandi dan sangat takut dengan air. Suatu kali air diguyurkan dari atas kepala subjek, dan subjek langsung pingsan. Subjek juga takut pada pintu tertutup dan gelap. Saat ini menurut pihak panti pula, subjek sudah dalam keadaan yang jauh lebih baik dan senang bersekolah walaupun sesekali masih menunjukkan sikap memberontak dan sulit diatur.

Sampai saat ini subjek masih belum mengetahui bahwa adiknya telah meninggal dunia. Pihak panti asuhan bagian trauma center khawatir, bahwa berita ini dapat semakin mengganggu psikologis subjek karena subjek sangat menyayangi adiknya. Selain itu, pihak panti dengan ketua RT sepakat untuk merahasiakan tempat tinggal subjek saat ini dari ibu maupun kakeknya. Hal ini untuk melindungi subjek agar tidak diambil ibunya untuk disakiti dan dibawa ke jalanan lagi, sebab saat ini ibu subjek terus mendesak kuasa hukum subjek dan ketua RT untuk memberitahukan keberadaan subjek. Saat ini subjek masih tetap dilindungi oleh pihak panti asuhan bagian trauma center dan lembaga perlindungan anak.

3. Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan 3 metode dalam pengambilan data, antara lain data wawancara sebagai data utama dan tes psikologis sebagai data pendukung. Adapun data wawancara dilakukan terhadap subjek serta 2 significant others, sedangkan tes psikologis terdiri atas tes proyektif (Tes Grafis dan CAT) dan tes inteligensi (CPM).

Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan rappor terhadap subjek berikut mengambil data mengenai latar belakang subjek. Rappor ini dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih beberapa bulan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kedekatan subjek dengan peneliti mengingat bahwa subjek merupakan anak trauma yang saat ini masih sangat dilindungi oleh pihak panti sehingga kestabilan emosi subjek harus benar-benar dijaga.

Wawancara dilakukan pertama kali pada subjek. Disini peneliti menanyakan beberapa hal berkaitan dengan peristiwa traumatis yang dialaminya. Dari hasil wawancara dengan subjek, peneliti dapat melihat kondisi psikologis subjek secara langsung. Dalam wawancara ini peneliti menjauhkan subjek dari tekanan sehingga ketika subjek tidak bersedia menjawab, peneliti mengalihkan dengan pertanyaan lain. Wawancara berikutnya adalah dengan significant others yaitu pembina panti sekaligus seorang psikolog dan pramusosial yang selalu menyertai subjek setiap hari. Melalui wawancara ini peneliti dapat menemukan dampak psikologis subjek dari sudut pandang orang lain.

Sebagai data pendukung, peneliti memberikan tes psikologi yang terdiri atas tes inteligensi dan tes proyektif. Tes proyektif menggunakan tes grafis untuk mengungkap strutur kepribadian subjek serta CAT untuk mengungkap kebutuhan- kebutuhan, press, persepsi diri serta mekanisme pertahanan diri yang dilakukan subjek. Sedangkan sebagai pelengkap, peneliti melakukan tes CPM untuk melihat taraf kecerdasan subjek.

Berikut jadwal pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis :

No Waktu Pelaksanaan Tempat Keterangan

1. Rabu, 3 Januari 2007 – Sabtu, 17 Maret 2007

Panti Sosial Pelaksanaan rappor

2. Kamis, 22 Maret 2007 Panti Sosial Wawancara 1 pada subjek 3. Senin, 26 Maret 2007 Panti Sosial Wawancara 2 pada subjek 4. Rabu, 4 April 2007 Panti Sosial Wawancara 3 pada subjek

5. Rabu, 4 April 2007 Panti Sosial Wawancara pada Pramusosial (Significant Others)

6. Sabtu, 14 April 2007 LK3 Wawancara pada Pembina/Psikolog Panti (Significant Others)

7. Senin, 9 April 2007 Panti Sosial Tes Grafis

8. Senin, 16 April 2007 Panti Sosial Tes CPM (Children Progressive Matrices) 9. Rabu, 18 April 2007 Panti Sosial CAT (Children’s Apperception Test)

Analisa data yang digunakan dalam tes wawancara yaitu menggunakan analisis isi dengan cara memberi koding pada kalimat yang menunjukkan indikasi topik masalah kemudian dibuat suatu kesimpulan. Dalam interpretasi tes psikologi, peneliti menggunakan 2 orang interater untuk mendapatkan keabsahan data. Interpretasi tes grafis dimulai dengan menginterprestasi bagian-bagian dari gambar yang telah dibuat oleh subjek sesuai dengan panduan tes Grafis yang telah distandarkan. Kemudian peneliti membuat rangkuman dan menarik suatu kesimpulan. Hasil tersebut diperiksa dan diteliti kembali oleh seorang interater

yang berkompeten di bidang grafis untuk mendapatkan hasil yang akurat. Setelah dinyatakan sah oleh interater, peneliti memberi kode pada kesimpulan yang sesuai dengan kriteria dalam DSM IV TR.

Dalam CAT, data yang diperoleh dijabarkan kemudian diberikan pada interater untuk dianalisis. Sementara itu di saat yang sama peneliti juga membuat interpretasi data. Kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil analisis dari interater dan ditarik benang merah dari keduanya. Hasil yang diperoleh juga diberi kode yang sesuai dengan kriteria PTSD dalam DSM IV TR. Analisa tes CPM adalah dengan menggunakan norma yang telah distandarkan kemudian dicari karakteristik dari norma yang telah didapatkan.

Hasil analisa data dari wawancara dan tes psikologi digabungkan untuk mendapatkan gambaran mengenai dampak psikologis subjek. Hasil tersebut di dinamikakan dengan latar belakang subjek serta perilaku subjek dalam keseharian sehingga didapatkan suatu kesimpulan mengenai dampak psikologis subjek akibat dari kekerasan yang dialaminya secara mendalam.

b. Hasil Tes CPM

Skor : 19

Persentil : 75

Arti : subjek berada pada grade II yang artinya subjek memiliki kecerdasan diatas rata-rata

5. Hasil Keseluruhan Assesment

Berdasarkan hasil dari data yang telah diperoleh, peneliti menggabungkan menjadi keseluruhan data assesment yang dapat menggambarkan kondisi psikologis subjek yang muncul dalam wawancara antara pembina panti, pramusosial, subjek, serta dari hasil tes psikologi.

a. Hasil dari tes CPM menunjukkan bahwa subjek pada dasarnya memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Subjek mampu memecahkan masalah dengan baik serta mampu melakukan komunikasi dengan orang lain secara wajar. b. Trauma yang dialami oleh subjek memunculkan suatu respon-respon khusus

seperti :

1) Kekhawatiran yang muncul dalam pemilihan permainan berupa pistol untuk menjaga diri dari orang yang jahat (wawancara). Subjek juga seringkali merasa khawatir akan ada orang asing yang menyerang ketika subjek berada dalam pintu tertutup dan ruangan yang gelap dan ia tidak dapat mengetahui siapa orang asing tersebut (wawancara). Hal ini membuat subjek selalu merasa cemas dan khawatir (Tes Grafis). Subjek juga selalu dihinggapi oleh perasaan tegang (Tes Grafis).

2) Ketakutan yang mendalam, dimana subjek mengalami ketakutan dengan pintu tertutup, gelap, perlakuan diguyur (wawancara, CAT-A) juga sambal (wawancara). Subjek mengakui bahwa ia takut dengan hujan deras dan sambal (wawancara). Subjek juga tidak berani mengutarakan rasa sakit yang dialami kepada gurunya (wawancara). Hal ini menunjukkan bahwa subjek mengalami ketakutan terhadap orang dewasa (CAT-A).

3) Ketidakberdayaan subjek muncul dalam bentuk kepatuhan yang disebabkan keterikatan akan ingatan tentang masa lalu (Tes Grafis). Ketidakberdayaan subjek juga muncul dalam bentuk cerita dimana ia tidak diperbolehkan untuk jajan (CAT-A) serta ketidakmampuannya melakukan sesuatu ketika melihat adiknya mendapat perlakuan kekerasan (wawancara).

c. Peristiwa traumatik seringkali muncul dan bertahan dalam bentuk :

1) Ingatan yang terus berulang mengenai peristiwa traumatik dimana ia mengalami perlakuan kekerasan yang menyebabkannya menjadi trauma (wawancara). Subjek mempu mengingat dengan jelas peristiwa traumatis tersebut dan sering mengulang cerita yang sama (wawancara). Hal ini muncul dalam tes Grafis dimana subjek memiliki kenangan dan terikat dengan masa lalunya.

2) Sikap atau tindakan yang lepas kendali dan menjadi histeris (Tes Grafis) seperti menangis atau berteriak-teriak (wawancara) ketika didekatkan dengan sesuatu hal yang mirip dengan peristiwa trauma (diguyur air).

Sikap subjek tersebut sering dilakukan seolah-oleh subjek tengah mengalami suatu perisiwa traumatik.

3) Kesedihan psikologis yang mendalam akibat peristiwa kekerasan yang membuat subjek menjadi tertekan dan mudah frustrasi (Tes Grafis). Subjek sering mengungkapkan rasa sakit dalam perasaannya(wawancara) dan muncul dalam cerita dimana ia tidak ingin terpisah dari orang lain (CAT-A).

4) Reaksi fisik akibat perlakuan kekerasan menyebabkan subjek mengalami gejala psikosomatis (Tes Grafis) seperti sulit BAB/BAK, sakit perut maupun sulit makan (wawancara) yang mengindikasikan adanya feeding problem pada subjek (CAT-A). Hal ini dikuatkan dari pihak medis yang tidak menemukan adanya suatu penyakit atau kelainan kesehatan dalam tubuh subjek (wawancara).

d. Subjek melakukan penghindaran akibat peristiwa traumatis terhadap beberapa hal antara lain :

1) Pikiran-pikiran yang mengingatkan subjek pada peristiwa trauma dengan selalu berusaha melupakan (CAT-A), percakapan yang mengarah pada terjadinya peristiwa kekerasan serta ulasan mengenai perasaannya ketika megalami peristiwa traumatik tersebut (wawancara).

2) Aktivitas yang mirip dengan perlakuan kekerasan seperti diguyur air, tempat terjadinya kekerasan yaitu kamar mandi serta pelaku dari kekerasan yang muncul dalam bentuk tidak ingin bertemu serta ingin

melenyapkan kakek (wawancara). Penghindaran ini merupakan suatu indikasi dimana subjek ingin menghindar dari permasalahan (CAT-A). 3) Sikap dalam menghindari partisipasi dan beraktivitas dengan orang lain.

Subjek memilih untuk sendiri serta cenderung menutup diri dari lingkungan karena merasa tidak tertarik (wawancara, Tes Grafis) sehingga menjadi tidak aktif dalam relasi sosialnya (Tes Grafis).

4) Perasaan kesepian yang muncul (CAT-A) akibat dari perasaan diasingkan dan diabaikan oleh orang lain (CAT-A). Tindakan subjek yang ekstrim akibat merasa terasing adalah dengan melarikan diri dari panti (wawancara). Selain itu, keterpisahan subjek dari orang lain juga muncul dari penolakan untuk patuh terhadap aturan panti dan cenderung membantah karena subjek merasa tidak terikat dengan aturan (wawancara).

e. Muncul simptom-simptom yang terus meningkat antara lain :

1) Ledakan amarah dalam bentuk perilaku menyerang, menyakiti diri sendiri, serta mengeluarkan kata-kata kasar. Emosi subjek sering tidak stabil dan mudah dikuasai oleh emosinya (Tes Grafis). Subjek juga mudah sekali merasa tersinggung (wawancara, Tes Grafis). Amarah yang paling ekstrim adalah ancaman akan membakar sepeda motor. Amarah subjek muncul ketika suatu perasaan bahwa adanya gangguan dari lingkungan terhadap dirinya.

2) Kecurigaan yang berlebih (Tes Grafis) membuat subjek selalu bersikap waspada terhadap orang lain. Sikap ini dilakukan dalam bentuk penjagaan

yang ketat terhadap barang miliknya serta kewaspadaan terhadap orang asing yang mungkin dapat menyakitinya (wawancara).

f. Gangguan-gangguan tersebut mengakibatkan :

1) Ketidakberdayaan sosial yang tampak dalam ketergantungan subjek terhadap orang lain (Tes Grafis). Subjek memilih untuk pergi dari situasi yang tidak disukainya dan menjadi tidak aktif (CAT-A).

2) Ketidakmampuan subjek melakukan beberapa tugas penting atau melakukan sesuatu sesuai dengan fungsinya merupakan hambatan yang diakibatkan oleh gangguan-gangguan sebelumnya yang berawal dari dominasi orang dewasa sehingga membuat subjek selalu membutuhkan orang lain untuk menyelesaikan atau melaksanakan tugasnya (CAT-A). Akibatnya tidak jarang subjek mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar (Tes Grafis). Ketidakmampuan tersebut antara lain muncul dalam bentuk tidak dapat BAB/BAK pada tempatnya (wawancara) atau kebiasaan menghabiskan makanan dalam waktu yang lama (wawancara).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, subjek mengalami dampak psikologis akibat kekerasan yang sesuai dengan kriteria PTSD dalam DSM IV. Namun peneliti juga menemukan beberapa dampak lain yang muncul di luar kriteria PTSD dari DSM IV antara lain :

a. Fobia terhadap air, gelap, pintu tertutup serta sambal yang diawali dengan ketakutan yang mendalam sampai muncul ketakutan irrasional tersebut (wawancara, CAT-A).

b. Perilaku agresif yang tidak hanya dilakukan pada saat mengalami ledakan amarah yaitu menyerang teman, memaki, ancaman akan membakar sampai menyakiti diri sendiri (wawancara, Tes Grafis, CAT-A), namun juga muncul dalam keseharian seperti merusak sepeda, menjebol kasur serta memukul teman ketika bermain (wawancra).

c. Sikap tidak patuh serta sering membantah perintah dari pramusosial (wawancara) menunjukkan perilaku subjek yang sulit diatur dan dikendalikan (wawancara, Tes Grafis).

d. Subjek sering bermain dan berbicara sendiri (wawancara). Hal ini membuat subjek sering berfantasi/berimajinasi (wawancara, Tes Grafis) dan tidak terusik dengan kehadiran orang lain (wawancara). Fantasi subjek juga muncul dalam bentuk pertahanan diri yaitu memproyeksikan dirinya pada orang lain (CAT).

e. Memiliki egoisme yang cukup tinggi dimana subjek sulit untuk diajak berbagi (wawancara). Subjek selalu memilih teman yang cocok saja (wawancara). Subjek juga senang menonjolkan diri dan selalu ingin berkuasa (Tes Grafis). f. Memiliki impian/harapan untuk mencapai suatu prestasi (wawancara, Tes

Grafis). Subjek juga memiliki impian dapat berkumpul dengan keluarga (wawancara), keinginan untuk keluar dari permasalahan dan dapat membentuk keluarga yang harmonis (wawancara, CAT-A).

g. Subjek selalu memandang negatif terhadap lingkungan sekitar sebab subjek merasakan bahwa dirinya selalu dibenci dan dipermasalahkan oleh orang dewasa (CAT-A). Subjek selalu merasa diganggu oleh orang lain (wawancara)

sehingga subjek mengembangkan suatu sikap permusuhan (Tes Grafis) dan selalu mengganggap bahwa hidup merupakan suatu persaingan (CAT-A). h. Subjek membutuhkan perhatian dan rasa aman dari orang lain. Subjek juga

membutuhkan kelekatan yang dapat memunculkan suatu perasaan nyaman (wawancara, Tes Grafis, CAT-A).

i. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk melindungi dirinya adalah represi dan proyeksi (Tes Grafis, CAT-A).

B. Pembahasan

Kekerasan terhadap anak merupakan tindakan penganiayaan terhadap anak baik secara fisik maupun psikis yang dapat merugikan anak dan dilakukan berulang- ulang. Penyebab dari tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap anak antara lain karena kemiskinan keluarga, atau penelantaran. Kurang terpenuhinya taraf hidup yang baik seringkali membuat orang tua tidak mampu menghadapi tekanan dan menjadi stress. Tekanan-tekanan tersebut membuat orang tua sering melampiaskan kemarahan pada anak-anak dan mengesampingkan dampak secara psikologis terhadap anak. Akibatnya anak yang mengalami atau melihat suatu kekerasan turut pula mengalami stress bahkan trauma sehingga hal ini dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak scara normal.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa subjek melihat perlakuan kekerasan. Perlakuan kekerasan dilakukan terhadap adiknya. Subjek dengan jelas melihat bagaimana adiknya dipukul dan diinjak-injak oleh kakeknya dan melihat pertengkaran antara ibu dengan kakeknya yang dipenuhi dengan kekerasan.

Selain melihat tindak kekerasan, subjek juga menjadi korban dimana subjek mengalami perlakuan kekerasan fisik dan psikis yaitu dipukul, ditendang, dibentur- benturkan, dimaki, dimarahi. Setelah subjek mengalami luka-luka akibat kekerasan, subjek dibawa ke jalanan untuk meminta-minta. Semakin parah luka yang diderita, maka semakin banyak pula uang yang didapatkan oleh ibu dan kakek subjek. dari fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kekerasan yang dialami oleh subjek memiliki tujuan ekonomi, yaitu untuk mendapatkan uang. Perlakuan ibu dan kakek subjek dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk eksploitasi atau kekerasan ekonomi, dimana subjek dieksploitasi untuk kepentingan pribadi. Tindakan ini memiliki dampak psikologis terhadap subjek. Salah satunya adalah subjek mengalami tekanan-tekanan yang muncul pada saat subjek mengalami emosi yang mudah “keluar fokus” atau mudah mengalami ledakan-ledakan emosional, sehingga mengakibatkan subjek mengalami stress. Perlakuan kekerasan semakin kuat intensitasnya akibatnya tekanan dalam diri subjek juga semakin kuat dan stress yang dialami subjek menjadi suatu bentuk trauma.

Trauma yang dialami oleh subjek muncul dalam bentuk kekhawatiran akan sesuatu atau seseorang yang dapat membahayakan keselamatan subjek, sehingga subjek cenderung memilih senjata tajam dalam memilih jenis mainan sebagai bentuk perlindungan terhadap dirinya. Subjek belajar untuk mepertahankan diri melalui senjata. Dollard Miller (Supratiknya, 1993) menyatakan bahwa konflik neurotic tidak hanya diciptakan oleh anak saja namun juga karena kondisi yang dibuat oleh orang tua. Dengan melihat pertengkaran antara ibu dan kakeknya menggunakan kayu, ada

kemungkinan subjek dikondisikan untuk belajar bahwa senjata merupakan alat yang dipergunakan untuk melindungi dirinya.

Kekhawatiran yang muncul menyebabkan subjek cenderung memiliki pandangan yang negatif terhadap orang lain. Pandangan yang negatif ini diikuti oleh kewaspadaaan yang berlebih dan terus berkembang menjadi suatu bentuk kecurigaan yang berlebih (paranoia). Sikap kecurigaan berlebih (paranoia) muncul dalam pikiran subjek bahwa akan ada orang asing yang menyakitinya apabila subjek berada dalam pintu tertutup serta dalam gelap. Dollard Miller dalam penulisannya mengatakan bahwa kurang terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan utama termasuk kebutuhan makan anak menyebabkan anak merasa takut dan sendirian dan muncul dalam bentuk takut akan gelap (Supratiknya, 2003). Hal ini terkait dengan feeding problem yang dialami oleh subjek. Dimana subjek memiliki masalah akan kebutuhan makanan karena subjek diperbolehkan makan jika mendapat uang banyak, sehinnga dapat dikatakan bahwa kebutuhan subjek akan makan tidak terpenuhi dengan baik.

Secara umum, ketakutan yang mendalam memiliki kontribusi yang besar akan munculnya suatu trauma. Ketakutan ini diawali akan suatu perlakuan kekerasan yang diterima oleh subjek. Kekerasan yang dilakukan pada anak menimbulkan luka secara psikologis (Adianingsih, 2003) dan muncul dalam ingatan subjek yang terus berulang. Kondisi tersebut sesuai dengan Santrock (1995) yang mengatakan bahwa pada periode intuitif (4-7 tahun), perhatian dan ingatan mempengaruhi cara anak dalam memproses informasi. Perlakuan kekerasan mempengaruhi subjek dalam pemrosesan informasi sehingga subjek selalu merasa ketakutan ketika berada dalam situasi atau tempat yang dapat mengingatkan subjek akan peristiwa traumatik yang dialaminya.

Akibat dari ketakutan mendalam, subjek mengembangkan suatu bentuk ketakutan yang irrasional atau fobia terhadap gelap, pintu tertutup, air, dan sambal. Dikatakan ketakutan irrasional atau fobia, dikarenakan ketakutan subjek tidak memiliki alasan yang jelas. Seperti ketakutan pada pintu tertutup atau ketakutan terhadap sambal. Namun Dollard Miller (Supratiknya, 2003) mengatakan bahwa munculnya respon-respon tertentu disebabkan oleh stimulus yang diperkuat. Jadi ada kemungkinan subjek mengalami perlakuan kekerasan yang berkaitan dengan ruangan gelap tertutup, air, dan sambal dan membuat subjek ketakutan sehingga mengembangkan suatu bentuk fobia.

Rasa takut yang dirasakan oleh subjek mendorong subjek untuk selalu melakukan penghindaran pada tempat maupun aktivitas yang mengingatkan subjek akan peristiwa trauma seperti diguyur air atau berada dalam ruangan gelap dan tertutup. Bahkan ketakutan yang mendalam membuat subjek selalu menolak untuk makan ketika menemukan sambal dalam makanannya. Belum ada penelitian atau fakta yang menyebutkan alasan subjek menghindari sambal serta ruangan gelap tertutup. Namun ada kemungkinan subjek mengalami sesuatu yang berbentuk perlakuan atau peristiwa berkaitan dengan sambal dan ruangan gelap tertutup yang mengakibatkan munculnya ketakutan subjek. Selain itu, penghindaran yang dilakukan subjek merupakan penghindaran terhadap pikiran, perasaan maupun percakapan yang mengarah pada situasi dimana subjek mengalami kekerasan. Hal ini tampak dalam keengganan subjek untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau percakapan yang mengingatkan akan peristiwa traumatis. Perasaan tidak nyaman serta rasa takut menyebabkan subjek ingin melupakan peristiwa tersebut. Ada kemungkinan pula

bahwa penghindaran subjek dalam percakapan mengenai peristiwa subjek merupakan dorongan yang muncul akibat pandangan yang negative terhadap orang lain seperti yang telah diungkap sebelumnya.

Subjek juga melakukan penghindaran terhadap pelaku kekerasan. Penghindaran yang dilakukan oleh subjek cenderung agresif yaitu keinginan untuk membunuh kakek subjek. Dalam hipotesis frustrasi-agresi oleh Dollard, dkk (Baron Byrne, 2005) memaparkan bahwa dorongan untuk melukai atau menyakiti orang lain merupakan akibat dari kondisi eksternal seperti frustrasi atau kondisi lingkungan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini keinginan subjek untuk melukai kakek didorong oleh kondisi keluarga yang tidak menyenangkan serta perlakuan kekerasan dari kakek subjek yang menyebabkan subjek menjadi frustrasi.

Secara nyata, subjek juga menghindari partisipasi dan aktivitas yang

Dokumen terkait