• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Metode Pengumpulan Data

2. Tes Psikologi

Tes psikologi digunakan oleh peneliti untuk menambah data dan informasi mengenai subjek penelitian. Dalam Cichetti dan Coheni (1995), dikatakan bahwa anak-anak umumnya menunjukkan ekspresi posttraumatic dengan bermain/menghidupkan kembali traumanya dalam bentuk gambar atau kata- kata, fantasi dan melakukan tindakan yang menggambarkan tentang ketidakberdayaan dalam menghadapi peristiwa traumatik. Maka berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti menggunakan tes proyektif (Tes Grafis dan CAT- A) sebagai penguat penggambaran dampak psikologis subjek, serta tes inteligensi (CPM) untuk mengetahui taraf kecerdasan subjek sehingga dapat diketahui apakah subjek mampu melakukan komunikasi dengan peneliti. a. Tes Inteligensi

CPM digunakan sebagai salah satu alat tes psikologi dalam penelitian ini untuk melengkapi tes Grafis dan CAT. Tujuan dilakukannya tes CPM adalah untuk mengetahui sejauh mana subjek mampu melakukan komunikasi secara wajar dengan peneliti sehingga peneliti dapat

melakukan wawancara berkaitan dengan peristiwa traumatis yang dialami oleh subjek. Sternberg dalam Azwar (1999) mengungkapkan bahwa tes ini juga dapat digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Beberapa fungsi tersebut dikaitkan dengan dampak psikologis subjek yang muncul melalui ingatan yang berulang, konsentrasi serta pikiran-pikiran yang muncul. Hal ini berpengaruh dengan tingkat kecerdasan subjek dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan maka semakin baik pula kemampuan subjek dalam mengembangkan apa yang muncul dalam pikirannya.

Tes CPM berbentuk buku yang dicetak berwarna untuk menarik perhatian anak kecil. Bentuk lain dari tes ini adalah berbentuk papan dengan gambar-gambar berwarna yang tidak berbeda dengan buku cetak. Tes ini pertama kali dirancang oleh J.C Raven dan merupakan tes nonverbal. Artinya materi soal yang diberikan dalam bentuk gambar- gambar berjumlah 36 soal. Item ini dikelompokkan dalam 3 kelompok atau 3 set yaitu aet A, set Ab, dan set B.

Item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap item terdiri dari sebuah gambar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup lubang. Tugas subjek adalah memilih salah satu duantara 6 gambar di bawah yang tepat untuk mengisi kekosongan pada gambar besar (Informasi Tes, 1984).

Pada dasarnya kedua bentuk tersebut dalam pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. Hasil dari tes CPM tidak menunjukkan angka kecerdasan atau IQ melainkan berupa tingkat-tingkat atau taraf-taraf kecerdasan.

b. Tes Proyektif

Tes proyektif ini digunakan dengan maksud untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang struktur kepribadian subjek penelitian. Tes proyektif yang digunakan peneliti adalah tes Grafis dan Children’s Apperception Tes (CAT).

1) Tes Grafis

Tes grafis yang akan diberikan mencakup tiga materi yaitu : DAP (Draw A Person),BAUM dan HTP (House Tree Person). Dasar dari tes DAP (Draw A Person) atau menggambar orang dibuat oleh Goodenough (1921) dan banyak dikembangkan oleh ; Bender, Buch, Hummer, Jolles dan Mac Hower. Oleh Goodenough, tes ini digunakan untuk meneliti taraf perkembangan intelektual pada anak karena melalui gambar orang (pada anak) akan tercermin perkembangan intelektual anak tersebut.

Tes BAUM (menggambar pohon) semula dianggap oleh Herman Hiltbrunner (Baume) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara bentuk pohon dan manusia yaitu menanam kehidupan dalam pohon seperti dalam suatu patung yang berdiri, mencapai kemiripan

paling tinggi dengan kemanusiaan (Humanity) dan bahkan pertemuan dengan pohon adalah pertemuan dengan diri sendiri (Kampus Sumber Sari, 1992).

Tes HTP (House Tree Person) merupakan salah satu grafis yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnose atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi dengan lingkungan yang baik yang umum atau spesifik. Faktor-faktor yang diungkapkan dalam tes Grafis meliputi sistematika kerja, kemasakan emosi, kemasakan sosial (performansi sehari-hari), kretivitas, inisiatif, kepemimpinan, kerja sama, motivasi, relasi dengan orang lain, pengambilan keputusan dan daya tahan terhadap stress.

Alasan penggunaan tes Grafis sebagai salah satu alat tes psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karena tes grafis memiliki nilai penting dalam mengungkap kepribadian serta kondisi mental seseorang beserta bentuk-bentuk gangguannya. Kelebihan tes ini adalah bahwa subjek tidak akan membayangkan bahwa tes ini merupakan tes psikologi karena aktifitas tes berupa kegiatan menggambar. Kegiatan menggambar merupakan suatu kegiatan yang disenangi oleh anak-anak. Sebab anak mudah mengekspresikan dirinya melalui gambar-gambar yang dibuatnya. Demikian juga halnya dengan subjek pada penelitian ini. Subjek adalah seorang anak yang menyukai

kegiatan menggambar sehingga subjek tidak akan merasa sedang menjalani suatu tes.

2) CAT (Children’s Apperception Test)

Children’s Apperception Test (CAT) merupakan suatu tes proyektif turunan dari TAT (Thematic Apperception Test) yang pada awalnya dikembangkan oleh Henry A. Murray dan Christian Morgan. TAT digunakan untuk penyelidikan kepribadian bagi orang dewasa sehingga tidak sesuai bila digunakan untuk anak-anak. Hal ini karena TAT kurang dapat mengungkap kebutuhan-kebutuhan anak secara menyeluruh, maka dibuatlah turunannya yaitu Children’s Apperception Test (CAT) untuk menyelidiki kepribadian anak (Bellak, 1996).

Pembuatan CAT adalah hasil diskusi antara Ernest Kris dengan Bellak, dimana Kris berpendapat bahwa anak-anak akan lebih mudah mengidentifikasi diri mereka pada figur binatang dibandingkan figur manusia. Namun ternyata, selain lebih mudah mengidentifikasi bentuk binatang, adapula yang lebih mengenali bentuk manusia. Maka dibuatlah CAT versi manusia oleh ilustrator Violet Lamont dalam bentuk binatang dan antropomorfik yang dikaitkan dengan berbagai situasi yang telah dibuat oleh Bellak. CAT yang menggunakan stimulus manusia ini kemudian disebut dengan CAT-H (Children’s Apperception Test-Human) untuk anak umur 10-12 tahun, sedangkan

CAT untuk anak umur 3-10 tahun (Bellak, 1996). Penelitian ini akan menggunakan CAT dengan figur binatang yang telah disesuaikan dengan situasi di Indonesia. Digunakannya figur binatang dimaksudkan karena anak-anak lebih mudah mengidentifikasi diri mereka pada figur binatang (Bellak, 1996). Sedangkan penggunaan CAT yang telah disesuaikan dengan situasi di Indonesia karena diharapkan subjek akan lebih mudah memahami gambar yang sesuai dengan kultur dalam negeri.

Pada tes CAT ini, subjek diberikan 10 buah kartu CAT- Animal. Kesepuluh kartu tersebut adalah jenis kartu yang digunakan untuk anak umur 3 – 10 tahun. Tujuan interpretasi adalah menemukan pola-pola umum dari cerita-cerita yang diperoleh melalui kartu-kartu tersebut (Bellak, 1993). Pola umum diperoleh melalui pengulangan- pengulangan dalam kebutuhan, tekanan, mekanisme pertahanan diri, konflik, kecemasan, dan hal-hal lain yang muncul pada beberapa cerita. Kesepuluh variabel-variabel tersebut langsung dibuat tema diagnostik untuk membuat kesimpulan dan diagnosis akhir.

CAT digunakan dalam penelitian ini untuk melengkapi tes sebelumnya yaitu Tes Grafis. Tes ini diharapkan dapat mengungkap mengenai diri subjek yang meliputi kebutuhan, keinginan, ketakutan serta pertahanan diri yang digunakan oleh subjek. Trauma yang dialami subjek memunculkan beberapa respon yang bertujuan untuk mempertahankan diri dengan melakukan penghindaran atau penolakan

yang juga seringkali muncul dalam bentuk ketakutan atau kegelisahan. Beberapa hal tersebut dikaitkan dengan kebutuhan atau keinginan subjek yang tidak terpenuhi akibat kekerasan yang dialaminya. Kelebihan dari tes ini terletak dalam kemampuannya untuk mengungkap keinginan, kebutuhan-kebutuhan, ketakutan-ketakutan, serta pengalaman-pengalaman lampau lewat isi cerita subjek.

E. Metode Analisis Data

Dokumen terkait