• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

2.3. Hasil Penelitian Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai usahatani dan keunggulan kompetitif telah dilakukan terhadap berbagai komoditas. Antara lain Himawan (2002), berdasarkan hasil penelitiannya nilai efisiensi yang ditunjukkan oleh R/C menunjukkan angka yang lebih kecil dari satu berarti tingkat efisiensi usahatani di PT. Cipta Citra Persada (PT. CCP) masih sangat rendah. Berdasarkan uji kelayakan investasi yang dilihat dengan nilai sekarang, usahatani yang dilakukan di PT. CCP tidak layak untuk diusahakan. Upaya untuk melihat lebih lanjut peluang diperolehnya kondisi yang lebih baik, maka dicoba beberapa perusahaan atas variabel-variabel tertentu. Perubahan dilakukan dengan menggunakan usahatani sejenis yang kondisi finansialnya layak sebagai pembanding.

Keno (1997), melakukan penelitian tentang analisis kelayakan pengusahaan paprika hidroponik di desa Cigugur Girang, Kabupaten Bandung. Pengusahaan paprika di desa tersebut terbagi atas dua pola. Pola pertama mengusahakan paprika hidroponik dengan menggunakan tehnik penyiraman secara manual. Pola kedua menggunakan teknologi penyiraman irigasi tetes.

Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani paprika hidroponik pola I dengan luasan lahan rata-rata 3.500

m2 masing-masing sebesar Rp 30.702.720 dan Rp 14.983.555 selama satu musim tanam (6 bulan). Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang diperoleh petani dengan menerapkan pola II yaitu masing-masing sebesar Rp 34.082.000 dan Rp 22.779.330. Pengusahaan paprika hidroponik pola II relatif lebih efisien dari pengusahaan paprika pola I. Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya nilai rasio efisiensi usahatani (R/C rasio) paprika hidroponik pola II yang mencapai 1,65 sedangkan pada pola I sebesar 1,46.

Pengusahaan paprika hidroponik di desa Cigugur Girang layak untuk dilaksanakan, baik dengan pola I maupun pola II. Nilai NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), dan Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) yang dihasilkan pada pola I dengan tingkat diskonto 15 persen adalah Rp 11.289.121, 16,84 persen, dan 1,0580. Sedangkan nilai NPV, IRR, dan Net B/C yang dihasilkan dengan pola II yaitu masing-masing sebesar Rp 60.650.580, 23,65 persen dan 1,2697. Pengusahaan paprika hidroponik pola I lebih peka pada perubahan harga dan biaya, sedangkan pola II masih menunjukkan kondisi yang layak meskipun terjadi perubahan harga dan biaya.

Venessa (2001) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan secara finansial untuk pengusahaan paprika hidroponik dalam dua kondisi yaitu kondisi tanpa pajak dan kondisi dengan pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil secara finansial pengusahaan paprika hidroponik di PT. Triple A Horticulture Agribis Farming and Trading layak untuk diusahakan pada kedua kondisi tersebut. Hasil analisis sensitivitas diketahui bahwa pengusahaan paprika hidroponik sensitif terhadap perubahan produksi.

Setyawati (2000) melakukan penelitian di PT. Saung Mirwan dengan hasil bahwa tingkat pendapatan petani pola penyiraman irigasi tetes lebih tinggi dibandingkan pola penyiraman manual. Kedua pola sama-sama menguntungkan untuk diusahakan dilihat dari nilai R/C rasionya. Namun pola penyiraman irigasi

tetes lebih menguntungkan untuk diusahakan karena mempunyai nilai R/C rasio yang lebih tinggi yaitu 2,35 untuk biaya tunai dan 1,77 untuk biaya total. Dibandingkan dengan pola penyiraman manual sebesar 2,07 untuk biaya tunai dan 1,51 untuk biaya total.

Melihat kondisi di atas maka apabila petani pola penyiraman manual akan merubah pola usaha dengan menggunakan irigasi tetes untuk luasan greenhouse 1000 meter persegi maka akan mempunyai nilai biaya dan tambahan hasil (B/C) sebesar 4,27. Untuk merubah ke penyiraman irigasi tetes diperlukan tambahan modal untuk investasi awal sebesar Rp 6.000.000., dengan asumsi tingkat bunga sebesar 16,46 per tahun. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan pokok adalah dengan menggunakan irigasi tetes akan lebih efisien dalam menggunakan nutrisi, lebih mudah mengontrol volume penyiraman dan penghematan waktu kerja penyiraman.

Kusnanto (2000) melakukan penelitian tentang keunggulan komparatif dan kompetitif paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pengusahaan paprika hidroponik di Desa Pasir Langu menguntungkan dilihat dari hasil analisis pendapatan usahatani dan efisien dilihat dari nilai R/C yang lebih besar dari 1. Pengusahaan paprika hidroponik di Desa Pasir Langu lebih memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan keunggulan komparatif. Dari hasil penelitiannya secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pengusahaan paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, melalui pendekatan finansial dan ekonomi layak untuk diusahakan dalam upaya menghemat sekaligus menghasilkan devisa melalui kegiatan ekspornya.

Wahendra (1998) menganalisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif pada usaha budidaya lettuce dengan sistem hidroponik NFT, dengan menggunakan model matriks analisis kebijakan atau Policy Analisis Matrix

(PAM). Tujuan utama metode PAM yang dipergunakan adalah mengukur dampak kebijaksanaan pemerintah pada keuntungan privat dalam sistem pertanian dan dalam penggunaan sumberdaya yang efisien. Metode ini dapat menghasilkan perhitungan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif serta dampak kebijaksanaan pemerintah pada input dan output yang diperdagangkan secara keseluruhan dan sistematis.

Analisis Rasio Biaya Privat (PCR) yang dilakukan menghasilkan nilai sebesar 0,37. Nilai ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan tambahan output sebesar satu satuan dibutuhkan tambahan input domestik sebesar 0,37 satuan. Nilai PCR yang lebih kecil dari satu ini menyatakan bahwa usaha budidaya lettuce dengan sistem NFT dapat bersaing di pasar Internasional karena memiliki keunggulan komparatif. Sementara besarnya keuntungan privat dan keuntungan sosial yang diperoleh masing-masing sebesar Rp 2.217,38 per Kg dan Rp 3.678,57 per Kg. Nilai keuntungan privat dan keuntungan sosial yang lebih besar dari nol ini menunjukkan bahwa pengusahaan budidaya lettuce dengan NFT layak untuk dikembangkan dan memiliki keunggulan kompetitif.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pengusahaan paprika hidroponik di atas sebenarnya hasil yang diperoleh dari usaha paprika hidroponik ini memiliki nilai yang berbeda. Hal ini tergantung dari sistem penerapan budidaya, pemberian nutrisi, luas lahan dan sistem perhitungan yang diterapkan, dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan oleh Keno dan Setyawati melihat dari perbedaan nilai pendapatan serta nilai R/C rasio dari dua sistem pemberian nutrisi yang diterapkan oleh perusahaan. Kedua sistem tersebut adalah pemberian nutrisi secara manual dan secara irigasi tetes. Dari hasil penelitian ternyata pemberian nutrisi secara irigasi tetes lebih menguntungkan dari pada secara manual. Hal ini dapat dilihat dari lebih besarnya pendapatan yang diperoleh dan nilai R/C rasionya. Sedangkan Himawan hanya melihat

apakah usaha paprika hidroponik layak atau tidak layak untuk dilaksanakan hanya dilihat dari nilai R/C rasionya saja. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa usaha paprika hidroponik di PT. CCP tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai R/C rasio yang dihasilkan lebih kecil dari satu. Venessa melakukan penelitian yang sedikit berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya yaitu melihat kelayakan secara finansial untuk usaha paprika hidroponik dari sisi penggunaan pajak. Penelitiannya mengulas tentang dua kondisi yaitu kondisi tanpa pajak dan kondisi dengan pajak. Dan hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah PT. Triple A Horticulture Agribis Farming and Trading layak untuk diusahakan pada kedua kondisi tersebut.

Penelitian yang dilakukan mengenai keunggulan kompetitif juga dilakukan oleh Wahendra dan kusnanto. Penelitian kusnanto melihat keunggulan kompetitif dan komparatif usaha paprika hidroponik dari hasil analisis pendapatan usahatani dan R/C rasionya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa usaha paprika hidroponik di Desa Pasir Langu memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif karena nilai R/C rasionya lebih besar dari satu. Sedangkan Wahendra melakukan penelitian yang berbeda yaitu menganalisis keunggulan kompetitif dan komparatif dengan menggunakan model PAM dan keuntungan privat serta sosial untuk produk lettuce dengan sistem NFT. Dari hasil penelitian terlihat bahwa usaha yang dilakukan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yaitu dari hasil PCR sebesar 0,37 serta nilai keuntungan privat dan sosial sebesar Rp 2.217,38 per Kg dan Rp 3.678,57 per Kg.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat dikatakan bahwa dengan penerapan teknologi budidaya yang berbeda untuk setiap perusahaan maka hasil yang diperoleh juga berbeda. Penerapan teknologi hidroponik yang baik adalah dengan penyiraman irigasi tetes yaitu lebih efisien dari biaya produksi dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari pada penyiraman manual.

Selain itu, dari penerapan budidaya yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan dapat juga dilihat apakah produk yang dihasilkan dapat bersaing secara kompetitif atau tidak di pasar.

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk menganalisis struktur biaya, pendapatan dan efisiensi usaha sayuran paprika hidroponik di PT. ABBAS Agri. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu berdasarkan alat penelitian, konsep penelitian, dan tempat penelitian. Konsep penelitian yang dilakukan berhubungan dengan struktur dan fungsi biaya produksi yang bertujuan untuk melihat aspek keunggulan kompetitif , sedangkan Keno, Venesa, dan Kusnanto mengkaji tentang analisis kelayakan usaha, keunggulan komparatif dan kompetitif secara bersamaan dengan metode yang berbeda yaitu metode PAM dan R/C rasio. Selain itu, perbedaan juga terletak pada alat analisis pada keunggulan kompetitif dan tempat penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

Bab ini berisikan dua bagian yang saling berhubungan dan menjadi landasan pemikiran dalam penelitian yang akan dilakukan. Pada bagian sub bab pertama akan membahas tentang kerangka pemikiran teoritis yaitu tentang teori struktur biaya. Dan pada sub bab kedua membahas tentang kerangka pemikiran konseptual yang berisikan tentang analisis biaya produksi usaha paprika hidroponik dan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur biaya.