• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum dan Keadaan Wilayah Kota Langsa 4.1.1. Letak Geografis

Kota Langsa merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur

yang terletak disebelah Timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pada posisi

sebelah Utara pulau Sumatera dengan luas wilayah 262,41 km² yakni pada

04º24’35,68”-04º33’47,03” Lintang Utara dan 97º53’14,59”-98º04’42,16” Bujur

Timur dan panjang garis pantai 16 km, terletak pada daratan rendah diketinggian

antara 0-25 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan 0-8%.

Kota Langsa yang sebelumnya berstatus Kota Adminitratif dibentuk dengan

Undang-undang R.I Nomor 3 tahun 2001 dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negri

atas nama Presiden Republik Indonesia pada Tanggal 17 Oktober 2001. Sebelumnya

terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Langsa Kota, Langsa Barat dan

Langsa Timur, pada tahun 2007 telah dimekarkan menjadi 5 (lima) kecamatan

berdasarkan Qanun Kota Langsa Nomor 5 Tahun 2007 tetnang Pembentukan

Kecamatan Langsa Lama dan Kecamatan Langsa Baro. Berdasarkan luas wilayah dan

batas-batas administratif sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur/ Selat Malaka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur/ Aceh Tamiang

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur

4.1.2. Kependudukan

Dimana jumlah penduduk Kota Langsa tahun 2009 139.267 jiwa yang terdiri

dari laki-laki 68.175 jiwa dan perempuan sebanyak 72.092 jiwa, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1. Distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kota Langsa tahun 2009. Kecamatan 0-5 thn 6 – 12 thn 13 – 18 thn 19-24 thn >24 thn Jumlah Langsa Kota 4.921 6,752 3,832 4,184 17,789 37.478 Langsa Barat 2.478 5,926 3,369 3,283 13,895 28,951 Langsa Timur 1,002 2,127 2,101 2,110 5,053 12.393 Langsa Lama 2,270 4,861 2,519 2,276 10,469 22,395 Langsa Baro 3,771 8,381 4,404 3,984 17,510 37,867 Jumlah 14.442 28.047 16,225 15.837 64,716 39,267

Sumber : Kota Langsa Dalam Angka, 2009

Tabel 4.2. Distribusi Luas wilayah dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tiap kecamatan di Kota Langsa tahun 2008.

Kecamatan Jenis Kelamin yang dijalan/ditamatkan

Luas Laki-Laki Perempuan Jumlah

Langsa Kota 43,62 18.058 19.420 37.478 Langsa Barat 40.06 14.144 14.807 28.951 Langsa Timur 65.57 6.048 6.345 12.393 Langsa Lama 49.67 11.409 11.986 22.395 Langsa Baro 63,49 18,516 19,534 38,050 Jumlah 262.41 68.175 72.092 39.267

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel

independen terhadap variabel dependen yaitu adanya kasus Demam Berdarah Dengue

di Kota Langsa.

Hasil penelitian menunjukkan beradasrkan kelompok umur terdapat 30,58%

responden berumur 20-30 tahun, 69,35% umur 31-45 tahun, dengan tingkat

pendidikan SD dan SLTP 26,45%, SLTA 66,12%, Akademi/PT 7,42%. Status

pekerjaan responden dalam penelitian ini dibagi dalam 2 (dua) yaitu bekerja dan tidak

bekerja.

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Juru Pemantau Jentik (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan).

No Karakteristik Jumantik Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Umur (tahun) a. 20 - 30 37 30,58 b. 31 - 45 84 69,42 Total 121 100 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki 2 1,65 b. Perempuan 119 98,35 Total 121 100 3. Pendidikan a. Rendah 32 26,45 b. Sedang 80 66,12 c. Tinggi 9 7,43 Total 121 100 4. Pekerjaan a. Bekerja 30 24,79 b. Tidak Bekerja 91 75,21 Total 121 100

Pengetahuan responden yang memiliki pengetahuan rendah terhadap

dan yang tinggi sebanyak 48 orang (39,67%). Untuk sikap, responden yang tidak

setuju terhadap pencegahan dan penanggulangan kasus DBD sebanyak 73 orang

(63,33%), yang responden bersikap setuju sebanyak 44 orang (36,36%), dan

responden yang bersikap sangat setuju terhadap pencegahan dan penanggulagan

kasus DBD sebanyak 4 orang (3,31%). Untuk kesempatan, reponden yang memiliki

kesempatan melakukan pencegahan dan penanggulangan kasus DBD sebanyak 97

orang (80,17%) dan yang responden tidak mempunyai kesempatan terhadap

pencegahan dan penanggulangan kasus DBD sebanyak 24 orang (19,83%).

Berdasarkan kemauan, responden yang tidak ada kemauan dalam hal

pencegahan dan penanggulangan kasus DBD sebanyak, 68 orang (56,20%) dan yang

memiliki kemauan dalam hal pencegahan dan penanggulangan kasus DBD sebanyak

53 orang (43,80%). Kemampuan, responden yang tidak mempunyai kemampuan

sebanyak 101 orang (83,47%) dan yang mampu dalam mengaplikasikan

penanggulangan dan pencegahan kasus DBD senyak 20 orang (37,19%). Jarak

rumah, responden yang jarak rumahnya kurang dari 5 (lima) meter 76 orang (62,8%)

dan reponden yang jarak rumahnya lebih dari 5 (lima) meter 45 orang (37,19%).

Berdasarkan tata rumah, responden yang menata rumah dengan kurang baik

sebanyak 66 orang (54,55%) yang responden menata rumah dengan baik sebanyak 55

orang (45,45%). Berdasarkan tempat penampungan air, responden yang menutup

tempat penampungan air dengan baik sebanyak 109 orang (90,8%) yang mempunyai

tempat penampungan air dan di tutup dengan rapi sebanyak 12 orang (9,20%). Untuk

orang (57,85) dan yang rumahnya tidak dijumpai jentik di rumah sebanyak 51 orang

(42,15%).

Analisis univariat yang dilihat dalam variabel independen (karakteristik juru

pemantau jentik adalah distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan, sikap,

kesempatan, kemauan, kemampuan, jarak rumah, tata rumah, tempat penampungan

air, keberadaan jentik, seperti yang tertera pada tabel 4.4. berikut ini :

Tabel 4.4 : Distribusi Karakteristik Juru Pemantau Jentik (Pengetahuan, Sikap, Kesempatan, Kemauan, Kemampuan, Jarak Rumah, Tata Rumah, Tempat Penampungan Air, dan Keberadaan Jentik) Terhadap Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Langsa

No Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

Pengetahuan a. Rendah 73 60,33 b. Tinggi 48 39,67 Jumlah 121 100 Sikap a. Tidak setuju 73 60,33 b. Kurang Setuju 44 36,36 c. Setuju 4 3,31 Jumlah 121 100 Kesempatan a. Tidak Ada 97 80,17 b. Ada 24 19,83 Jumlah 121 100 Kemauan a. Tidak Ada 68 56,20 b. Ada 53 43,80 Jumlah 121 100 Kemampuan a. Kurang 101 83,47 b. Baik 20 16,53 Jumlah 121 100

Tabel 4.4. Lanjutan Jarak Antara Rumah

a. Tidak Baik 76 62,81 b. Baik 45 37,19 Jumlah 121 100 Tata Rumah a. Tidak Baik 66 54,55 b. Baik 55 45,45 Jumlah 121 100

Tempat Penampungan Air

a. Tidak Ada 109 90,08 b. Ada 12 9,92 Jumlah 121 100 Keberadaan Jentik a. Ada 70 57,85 b. Tidak Ada 51 42,15 Jumlah 121 100

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, di Kota Langsa terdapat 127

orang adanya kasus DBD yang tersebar di beberapa desa yang ada dalam wilayah

Kota Langsa, namun dari 121 orang responden (juru pemantau jentik) yang ada di

Kota Langsa sebanyak, 73 orang (60,33%) responden yang ada penderita atau adanya

kasus DBD di desanya, sedangkan sebanyak 48 orang (39,67%) responden tidak

menjumpai atau tidak adanya kasus DBD di desanya.

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang

bermakna antara karakteristik juru pemantau jentik (umur, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, sikap, kesempatan, kemauan, kemampuan, jarak rumah, tata rumah,

Langsa. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Square.

Alasan pemilihan analisis menggunakan Uji Chi Square, disebabkan variabel

independennya katagorik dan variabel dependennya juga katagorik. Analisis ini

dikatakan bermakna (signifikan) bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan

bermakna secara statistik antara variabel, yaitu dengan nilai p<0,05.

Variabel karakteristik juru pemantau jentik yang dianalisis yaitu umur,

pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kesempatan, kemauan, kemampuan, jarak

rumah, tata rumah, tempat penampungan air, keberadaan jentik, seperti yang tertera

Tabel 4.6 : Rekapitulasi Hasil Uji Chi Square Pengaruh Karakteristik Juru Pemantau Jentik Terhadap Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Langsa

No Uraian (+) (%) (-) (%) Jumlah (%) P Umur 0,606 a. Rendah 27 57,4 20 42,6 73 60,33 b. Tinggi 46 62,2 28 37,8 48 39,67 Jumlah 73 48 121 100 Pendidikan 0,022 a. Rendah 58 55,8 46 44,2 77 63,64 b. Tinggi 15 88,2 2 11,8 44 36,36 Jumlah 73 48 121 100 Pekerjaan 0,131 a. Tidak Ada 21 72,4 8 27,6 97 80,17 b. Ada 52 56,5 40 43,5 24 19,83 Jumlah 73 48 121 100 Pengetahuan 0,021 a. Rendah 32 74,4 11 25,6 73 60,33 b. Tinggi 41 52,6 37 47,4 48 39,67 Jumlah 73 48 121 100 Sikap 0,001 a. Tidak setuju 27 93,1 2 6,9 73 60,33 b. Setuju 46 50,0 46 50,0 48 39,37 c. Jumlah 73 48 121 100 Kesempatan 0,008 a. Tidak Ada 14 41,2 20 58,8 97 80,17 b. Ada 59 87,8 28 32,2 24 19,83 Jumlah 73 48 121 100 Kemauan 0,018 a. Tidak Ada 34 73,9 12 26,1 68 56,20 b. Ada 39 52,0 36 48,0 53 43,80 Jumlah 73 48 121 100 Kemampuan 0,000 a. Kurang 37 97,4 1 2,6 101 83,47 b. Baik 36 43,4 47 56,6 20 16,53 Jumlah 73 48 121 100

Jarak Antara Rumah 0,924

a. Kurang 45 60,0 30 40,0 76 62,81

b. Baik 28 60,9 18 38,1 45 37,19

Tabel 4.6. Lanjutan

Tata Rumah 0,993

a. Tidak Baik 32 60,4 21 39,6 66 54,55

b. Baik 41 60,3 27 39,7 55 45,45

Jumlah 73 48 121 100

Tempat Penampungan Air 0,003

a. Ada 48 52,2 44 47,8 109 90,08 b. Tidak ada 25 88,2 4 13,8 12 9,92 Jumlah 73 48 121 100 Keberadaan Jentik 0,000 a. Ada 39 90,7 4 9,3 70 57,85 b. Tidak Ada 34 43,6 44 56,4 51 42,15 Jumlah 73 48 121 100

Berdasarkan tabel 4.6. hasil uji statistik Chi Square dilakukan untuk

mengetahui pengaruh umur terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p>0,05).

Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna

antara umur dengan adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

pendidikan terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p<0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistis bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara

pendidikan dengan adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square yang dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pekerjaan terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p>0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara

pekerjaan dengan adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

menunjukkan secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara

pengetahuan dengan adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square yang dilakukan untuk mengetahui

pengaruh sikap terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p<0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara sikap

terhadap adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

kesempatan terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p<0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara

kesempatan terhadap adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

kemauan terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p<0,05). Hal ini menunjukkan

secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara kemauan

terhadap adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

kemampuan terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p<0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara

kemampuan terhadap adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

jarak rumah terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p>0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

tata rumah terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p>0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara

tata rumah terhadap adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

tempat penampungan air terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p<0,05). Hal

ini menunjukkan secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara

tempat penampuangan air terhadap adanya kasus DBD.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh

keberadaan jentik terhadap adanya kasus DBD, diperoleh nilai (p<0,05). Hal ini

menunjukkan secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara

keberadaan jentik terhadap adanya kasus DBD.

4.4. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mentukan variabel independen (umur,

pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kesempatan, kemauan, kemampuan, jarak

rumah, tata rumah, tempat penampungan air, keberadaan jentik) yang paling

berpengaruh terhadap adanya kasus DBD. Dalam uji ini semua variabel yang

berhubungan (signifikan) pada uji bivariat α = 5% (0,05) akan dimasukkan secara bersama-sama ke dalam uji multivariat. Uji yang digunakan dalam analisis

multivariat ini adalah Uji Regresi Logistik. Alasan pemilihan analisis Regresi

Tahapan analisis multivariat diawali dengan pemilihan variabel kandidat

multivariat, pembuatan model dan uji interaksi. Pemilihan variabel kandidat

multivariat dilakukan dengan cara memilih dari seluruh variabel independen pada uji

bivariat yang menggunakan uji Chi Square. Variabel yang dapat dijadikan kandidat

model multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai uji G (ratio log-likelihood)

memiliki p<0,25. Pembuatan model bertujuan untuk mendapatkan model yang

terbaik dalam menentukan pengaruh karakteristik juru pemantau jentik terhadap

adanya kasus DBD, dilakukan dengan cara semua variabel kandidat multivariat

dicobakan secara bersama-sama. Variabel yang dapat dijadikan model

dipertimbangkan dengan dua penilaian, yaitu nilai signifikansi ratio log-likelihood

(p<0,05) dan nilai dua (p<0,05). Pemilihan model dilakukan dengan cara hirarki

terhadap semua variabel independen untuk dimasukkan ke dalam model, kemudian

variabel yang value tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai

dari value yang terbesar (Hastono, 2001).

4.4.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat

Dalam penelitian ini terdapat 12 (dua belas) variabel independen (karakteristik

juru pemantau jentik) yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap,

kesempatan, kemauan, kemampuan, jarak rumah, tata rumah, tempat penampungan

air, keberadaan jentik. Sebagai variabel dependen adalah kasus DBD di Kota Langsa.

Variabel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan kedalam uji multivariat,

nilai p< 0,25 maka variabel tersebut akan dimasukkan ke dalam uji multivariat dan

sebaliknya bila nilai p>0,25 maka variabel tersebut tidak dimasukkan atau

dikeluarkan dari uji multivariat. Hasil analisis uji bivariat tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7. Hasil Analisis Uji Bivariat Untuk Identifikasi Variabel Independen Yang Dimasukkan Ke Dalam Uji Multivariat

No Variabel Independen Log-likelihood P

1. Umur 162,273 0,606 2. Pendidikan 155,102 0,022 3. Pekerjaan 160,132 0,131 4. Pengetahuan 156,828 0,021 5. Sikap 142,094 0,001 6. Kesempatan 155,385 0,008 7. Kemauan 156,657 0,018 8. Kemampuan 122,849 0,000 9. Jarak Rumah 162,530 0,924 10. Tata Rumah 162,539 0,993

11. Tempat Penampungan Air 150,634 0,003

12. Keberadaan Jentik 133,460 0,000

Berdasarkan tabel 4.7 bahwa ada 9 (sembilan) variabel dari 12 (dua belas)

variabel yang p<0,25 yaitu: variabel pendidikan, pengetahuan, sikap, pekerjaan,

kesempatan, kemauan, kemampuan, tempat penampungan air, dan keberadaan jentik.

Dengan demikian ke-9 (sembilan) variabel tersebut layak masuk ke model

multivariat.

Setelah melalui tahapan pemilihan variabel kandidat multivariat didapat 4

(empat) variabel yang akan dimasukkan kedalam model yaitu: pengetahuan, sikap,

kemampuan, dan keberadaan jentik, dengan cara semua variabel kandidat multivariat

dipertimbangkan dengan penilain, yaitu nilai signifikansi (p<0,05) dan nilai

signifikansi independen (yang telah lulus seleksi) dimasukkan kedalam model,

kemudian variabel yang tidak signifikasi dikeluarkan dari model secara berurutan

dimulai dari yang terbesar. Hasil analisis Regresi Logistik tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.8. berikut ini :

Tabel 4.8. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Pengaruh Karakteristik Juru Pemantau Jentik (Pengetahuan, Sikap, Kemampuan, Keberadaan Jentik) Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kasus DBD di Kota Langsa

No Variabel Independen B P Exp (B)

1. Pengetahuan 1,678 0,016 5,352

2. Sikap 2,730 0,003 15,326

3. Kemampuan 4,412 0,000 82,452

4. Keberadaan Jentik 3,497 0,000 33,009

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa secara signifikan (p<0,05) ada 3

(tiga) variabel yaitu: sikap, kemampuan dan keberadaan jentik. Dengan demikian 3

(tiga) variabel yang masuk ke pembuatan model multivariat berikutnya. Hasil analisis

Regresi Logistik tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Pengaruh Karakteristik Juru Pemantau Jentik (Sikap, Kemampuan, Keberadaan Jentik) Terhadap Kasus DBD di Kota Langsa

No Variabel Independen B P Exp (B)

1. Sikap 2,879 0,001 17,801

2. Kemampuan 4,375 0,000 79,427

3. Keberadaan Jentik 2,908 0,000 18,280

Berdasarkan tabel 4.9. Dapat dilihat bahwa baik untuk variabel sikap,

variabel tersebut yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kasus demam

berdarah Dengue di Kota Langsa, dan perlu mendapat pemecahan masalah yang

sesuai situasi dan kondisi yang terjdi di lapangan.

4.4.2. Penentuan Variabel Yang Paling Berpengaruh

Untuk menentukan variabel yang paling berpengaruh terhadap adanya kasus

demam berdarah Dengue di Kota Langsa, maka semua variabel yang telah memenuhi

syarat dimasukkan kedalam uji multivariat menggunakan regresi logistik yang

dianalisis secara bersamaan, dimana variabel yang p>0,05 akan dikeluarkan secara

berurutan dimulai dari yang terbesar. Hasil akhir analisis tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Untuk Identifikasi Variabel Independen Paling Berpengaruh Terhadap Kasus DBD di Kota Langsa

No Variabel Independen B P Exp (B)

1. Kemampuan 122,849 0,000 64,886

2. Keberadaan Jentik 133,460 0,000 17,206

Berdasarkan hasil analisis multivariat pada tabel 4.10 Menggambarkan bahwa

nilai B; variabel kemampuan 122,849, keberadaan jentik 133,460. Berarti kedua

variabel dapat dinyatakan sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap adanya

kasus demam berdarah Dengue di Kota Langsa. Untuk mengetahui pengaruh semua

variabel secara bersama- sama, maka dilakukan analisis multivariat yaitu dengan

BAB 5

Dokumen terkait