• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kisaran

Rumah Sakit Umum Daerah Kisaran adalah rumah sakit Kelas C (Type C)

satu-satunya milik pemerintah daerah Kabupaten Asahan yang merupakan pusat

rujukan untuk Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara (yang sebelumnya

pemekaran dari Kabupaten Asahan dan juga bagi Kabupaten pemekaran lainnya).

Sebagai salah satu institusi pemerintah di bidang kesehatan, RSU Daerah

Kisaran terus proaktif dalam mengelola dan melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya dengan berbagai upaya meningkatkan kualitas pelayanannya terutama

dalam mendukung visi, misi dan kebijakan pemerintah Kabupaten Asahan yaitu

membina kesehatan masyarakat agar dapat berperan sebagai motivator

pembangunan yang akhirnya dapat mewujudkan rakyat Asahan sehat dan mandiri

pada tahun 2015.

4.1.1 Sejarah dan Kedudukan

Berdasarkan struktur pemerintahan masa lalu (15 Maret 1945) bahwa

Ibukota Kabupaten Asahan berada di Tanjung Balai dan Kisaran merupakan salah

satu kecamatan yang berada di daerah Kabupaten Asahan. Pada saat itu Rumah

Sakit Umum Pemerintah hanya ada 2 (dua) unit yaitu berada di Tanjung Balai dan

Sesuai dengan Surat Keputusan DPRGR Tingkat II Kabupaten Asahan

Nomor :3. DPRD/GR/1963, tanggal 16 Februari 1963 diusulkan perpindahan

ibukota Kabupaten Asahan dari Tanjung Balai ke Kisaran, dan baru terealisasi

tanggal 20 Mei 1968, yang dengan hal tersebut terjadi perpindahan Pusat

Pemerintahan Kepala Daerah beserta seluruh Dinas/Jawatan ke Kisaran yang pada

saat itu Bupati Kepala Daerah dijabat oleh H. Abdul Manan Simatupang.

Sejalan dengan perpindahan Ibukota Kabupaten Asahan maka terfikirlah

Bapak H. Abdul Manan Simatupang selaku Bupati Asahan untuk membangun

sarana pelayanan kesehatan untuk kebutuhan masyarakat Asahan yang

memerlukan pelayanan kesehatan. Maka pada tahun 1968/1969 oleh Bupati

Kepala Daerah dibangunlah Rumah Sakit Umum Kisaran yang berada di atas

areal tanah seluas ± 3,82 Ha, dengan tahap awal dibangun Gedung Induk yang

berfungsi untuk pelayanan pasien rawat jalan dan P3K beserta 2 (dua) unit

bangunan rawat inap pasien umum untuk laki-laki dan perempuan.

4.1.2. Letak dan Kondisi

Rumah Sakit Umum Daerah Kisaran terletak di Kota Kisaran yang

merupakan Ibukota Kabupaten Asahan ± 1 km dari Kantor Bupati Asahan

tepatnya di Jl. Sisingamangaraja No. 310, Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kota

Kisaran Barat, Nomor Telepon : (0623)-41785, Faximile : (0623)-44815, email

Rumah Sakit Umum Daerah Kisaran ditetapkan sebagai rumah sakit Type

C pada tahun 1982. Saat ini luas bangunan rumah sakit ±7398 m2. Luas

keseluruhan Rumah Sakit Umum Daerah Kisaran sekitar 30.802 m2.

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Sisingamangaraja.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Silau.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Sei Suka.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Tahu.

4.1.3 Visi, Misi dan Motto

VISI

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum

Daerah Kisaran terhadap masyarakat maka ditetapkan Visi Rumah Sakit adalah :

”TERSELENGGARANYA PELAYANAN KESEHATAN YANG

BERKUALITAS, CEPAT, TEPAT, PROFESIONAL DAN MEMUASKAN ”.

MISI

Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kisaran adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu secara profesional

dengan dilandasi kebutuhan manusiawi serta terjangkau dan menjangkau

masyarakat Kabupaten Asahan.

2. Menyelenggarakan pelayanan dokter jaga 24 jam.

3. Menyelenggarakan pelayanan prima dan cepat tanggap kepada pasien gawat

darurat dengan tersedianya obat-obatan emergency.

MOTTO

Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kisaran adalah 3S :

1. Senyum yang manis

2. Sapa yang ramah

3. Sentuh dengan kasih sayang

4.1.4 Sumber Daya Manusia

Untuk menggerakkan unit-unit pelayanan, Rumah Sakit Umum Daerah

Kisaran didukung oleh Sumber Daya Manusia yang sudah cukup terampil

dibidangnya masing-masing seperti tenaga medis dan tenaga para medis

keperawatan.

4.1.5 Kegiatan Pelayanan

Sebagai rumah sakit rujukan, Rumah Sakit Umum Daerah Kisaran pada

saat ini dapat memberikan beberapa pelayanan sebagai berikut :

1 Instalasi Rawat Jalan

2 Instalasi Rawat Inap

3 Instalasi Gawat Darurat

4 Instalasi Bedah Umum

5 Instalasi Farmasi

6 Instalasi/Unit Tranfusi Darah

7 Ruang Tindakan Persalinan/VK

8 Pemeriksaan Penunjang berupa :

 Ambulance.

4.1.6 Kegiatan Instalasi Rawat Inap

Pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kisaran meliputi

beberapa ruang perawatan dengan jumlah kapasitas tempat tidur sebanyak 157

tempat tidur. Adapun ruang rawat inap terdiri dari ruang yaitu :

1. Ruang I (Penyakit Dalam Wanita) : Ruang Mawar

2. Ruang II (Kebidanan) : Ruang Anggrek

3. Ruang III (Penyakit Dalam Pria) : Ruang Melati

4. Ruang IV (Anak / Baby) : Ruang Tulip

5. Ruang V (Bedah) : Ruang Anyelir

6. Ruang VI (Pasien Penyakit Paru) : Ruang Kecubung

7. Kelas : Ruang Flamboyan

8. Ruang Intensive Care Unit ( ICU)

9. Ruang VIP Lama : Berlian

10. Ruang VIP Anak : Mutiara

11. Kelas Kebidanan : Nusa Indah

12. VIP Kebidanan : Intan

13. VIP Baru : Zamrud

14. Ruang Kamar Bedah Umum

15. Ruang KBK

16. Ruang Baby

4.2. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden Jumlah %

1 Usia a. <25 Tahun 20 20,6 b. 25 – 30 Tahun 31 32,0 c. > 30 Tahun 46 47,4 2 Jenis Kelamin a. Laki-laki 23 23,7 b. Perempuan 74 76,3 3 Masa Kerja a. < 5 Tahun 39 40,2 b. 5 – 10 Tahun 23 23,7 c. > 10 Tahun 35 36,1 4 Pendidikan a. SPK 4 4,1 b. D-III (Akper) 78 80,4

c. S1 Keperawatan/ Kesehatan Masyarakat 15 15,5

5 Status Kepegawaian

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 54 55,7

b. Honorer 4 4,1

c. Tenaga Kerja Sukarela (TKS) 39 40,2

6 Pelatihan

a. Pernah 25 25,8

b. Tidak Pernah 72 74,2

Pada Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas umur responden ≥ 35 tahun sebanyak 46 orang (47,4 %) dan umur 25-30 tahun sebanyak 31 orang

(32 %) dan umur ≤ 25 tahun sebanyak 20 orang (20,6 %).

Distribusi frekuensi jenis kelamin ditemukan mayoritas perempuan

sebanyak 74 orang (76,3%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang

(23,7%) dan mayoritas masa kerja responden kurang dari 5 tahun sebanyak 39

masa kerja 5 sampai 10 tahun sebanyak 23 orang (23,7%) dan mayoritas

pendidikan responden D-III Keperawatan (Akper) sebanyak 78 orang (80,4%) dan

berpendidikan S1 Keperawatan / S1 Kesehatan Masyarakat sebanyak 15 orang

(15,5%) serta pendidikan SPK sebanyak 4 orang (4,1%). Dan mayoritas

responden berstatus kepegawaian sebagai PNS sebanyak 54 orang (55,7%) dan

berstatus tenaga kerja sukarela (TKS) sebanyak 39 orang (40,2%) serta status

honorer sebanyak 4 orang (4,1%) dan mayoritas responden tidak pernah

mengikuti pelatihan APD sebanyak 72 orang (74,2%) dan yang pernah mengikuti

pelatihan APD sebanyak 25 orang (25,8%).

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan suatu pengawasan

dan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD melalui tabel distribusi frekuensi

dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengawasan Penggunaan APD

No Cara Penggunaan APD Jumlah %

1 Mendeteksi masalah dan tindakan 51 52,6

2 Menetapkan suatu prosedur (SOP) 42 43,3

3 Mengukur hasil kegiatan yang telah dilaksanakan 4 4,1

J u m l a h 97 100

Berdasarkan tabel 4.2 mayoritas cara pengawasan yang dilakukan oleh

pihak rumah sakit dalam penggunaan APD yaitu dengan cara mendeteksi masalah

prosedur (SOP) sebanyak 42 orang (43,3%) serta pengawasan dengan cara

mengukur hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sebanyak 4 orang (4,1%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kegiatan Pengawasan yang Dilakukan

No Kegiatan Pengawasan Jumlah %

1 Sebelum melakukan kegiatan 67 69,1

2 Sewaktu kegiatan berlangsung 24 24,7

3 Setelah kegiatan selesai 6 6,2

J u m l a h 97 100

Berdasarkan tabel 4.3. di atas mayoritas pengawasan yang dilakukan oleh

pihak rumah sakit yaitu sebelum melakukan tindakan sebanyak 67 orang (69,1%)

dan pengawasan yang dilaksanakan sewaktu kegiatan berlangsung sebanyak 24

orang (24,7%) dan pengawasan setelah kegiatan selesai sebanyak 6 orang (6,2%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Bentuk Standar Operasional Prosedur

No Bentuk SOP Jumlah %

1 Kualitas barang 71 73,2

2 Biaya tenaga kerja 18 18,6

3 Batas waktu pekerjaan 8 8,2

J u m l a h 97 100

Berdasarkan tabel 4.4. di atas mayoritas bentuk standar operasional

prosedur ditetapkan pihak rumah sakit pada kualitas barang sebanyak 71 orang

(73,2%) dan bentuk SOP pada biaya tenaga kerja sebanyak 18 orang (92%) serta

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Cara Pengukuran Pengawasan

No Cara Pengukuran Pengawasan Jumlah %

1 Observasi 51 52,6

2 Laporan tertulis 42 43,3

3 Lisan 4 4,1

Jumlah 97 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas secara mayoritas bahwa pengukuran

pengawasan dilakukan dengan cara laporan tertulis sebanyak 51 orang (52,6%)

dan dengan cara pengamatan atau observasi sebanyak 42 orang (43,3%) serta

pengukuran pada pengamatan secara lisan sebanyak 4 orang (4,1%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Analisis Koreksi Penyimpangan atau Kesalahan dari Suatu Tindakan

No Analisis Koreksi Penyimpangan atau Kesalahan Jumlah %

1 Merubah standar prosedur (SOP) 54 55,7

2 Mengubah pengukuran pelaksanaan kegiatan 28 28,9

3 Mengubah cara analisis dan interpretasi penyimpangan 15 15,5

J u m l a h 97 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas secara mayoritas bentuk analisis dan koreksi

terhadap penyimpangan atau kesalahan yaitu dengan mengubah SOP sebanyak 54

orang (55,7%) dan mengubah pengukuran dalam pelaksanaan kegiatan sebanyak

28 orang (28,9%) serta mengubah cara analisis atau menginterpretasi

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengawasan APD Dilakukan Oleh

No Pengawasan APD Oleh Jumlah %

1 Teman sejawat 61 62,9

2 Direktur / Pimpinan 36 37,1

3 Petugas Pegawai pengawas K3 0 0,0

J u m l a h 97 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas bahwa secara mayoritas pengawasan APD

dilakukan oleh teman sejawat sebanyak 61 orang (62,9%) dan pengawasan yang

dilakukan oleh direktur atau pimpinan sebanyak 36 orang (37,1%) sementara

pengawasan yang dilakukan oleh petugas dari pengawas K3 tidak pernah

dilakukan.

Tabel 4.8 Distribusi Hasil Analisis Frekuensi Pengawasan Pihak Rumah Sakit pada Penggunaan APD

No Pengawasan Penggunaan APD Jumlah %

1 Baik 11 11,3

2 Kurang Baik 86 88,7

Jumlah 97 100

Berdasarkan tabel 4.8 di atas secara mayoritas dapat dinyatakan bahwa

pengawasan yang kurang baik sebanyak 86 orang (88,7%) dan pengawasan baik

sebanyak 11 orang (11,3%) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit belum optimal untuk

4.4 Gambaran Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan APD

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat Berdasarkan Intruksi

Ya Tidak

Jlh % Jlh % Jlh %

1 Sebelum melaksanakan kegiatan pihak

rumah sakit memberikan pengarahan untuk tetap menggunakan APD

79 81,4 18 18,6 97 100

2 Pemberitahuan tentang manfaat dan

resiko dari pemakaian APD 83 85,6 14 14,4 97 100

3 Pengarahan yang diberikan dapat

pahami dengan baik 85 87,6 12 12,4 97 100

4 Intruksi tertulis dengan jelas dan

mudah di laksanakan (interpretasi). 69 71,1 28 28,9 97 100

Total

No Uraian

Berdasarkan tabel 4.9 di atas bahwa mayoritas perawat patuh pada intruksi

atau arahan yang disampaikan oleh pihak rumah sakit untuk tetap menggunakan

APD sebanyak 79 orang (81,4 %) dan tidak patuh sesuai dengan intruksi sebanyak

18 orang (18,6 %) dan untuk pemberitahuan manfaat dan risiko terhadap

pemakaian APD perawat patuh sebanyak 83 orang (85,6%) dan tidak patuh

sebanyak 14 orang (14,4%) dan pengarahan yang dapat dipahami oleh perawat

sebanyak 85 orang (87,6%) dan tidak patuh pada arahan pada intruksi sebanyak

12 orang (12,4%) sedangkan kepatuhan perawat pada intruksi tertulis sebanyak 69

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat Berdasarkan Interaksi

Jlh % Jlh % Jlh %

1 Menggunakan APD saat melakukan

tindakan perawatan 91 93,8 6 6,2 97 100

2 Ada teguran langsung dari pihak RS ketika tidak menggunakan APD pada saat melakukan tindakan

42 43,3 55 56,7 97 100

3 Jenis APD yang digunakan berupa :

a. Masker 87 89,7 10 10,3 97 100

b. Sarung Tangan 80 82,5 17 17,5 97 100

c. Gaun 10 10,3 87 89,7 97 100

d. Topi 4 4,1 93 95,9 97 100

4 Tidak nyaman menggunakan APD

pada saat kontak dengan pasien 24 24,7 73 75,3 97 100

Total

No Interaksi Ya Tidak

Berdasarkan tabel 4.10 bahwa kepatuhan perawat untuk menggunakan

APD saat melakukan tindakan perawatan sebanyak 91 orang (93,8) dan tidak

patuh untuk menggunakan APD sebanyak 6 orang (6,2 %) dan menyatakan ada

teguran langsung dari pihak rumah sakit ketika tidak menggunakan APD

sebanyak 42 orang (43,3%) dan menyatakan tidak ada teguran sebanyak 55 orang

(56,7%) dan kepatuhan perawat pada penggunaan APD masker sebanyak 87 orang

(89,7%) dan yang tidak menggunakan APD masker sebanyak 10 orang (10,3%),

dan mayoritas perawat menggunakan APD sarung tangan sebanyak 80 orang

(82,5%), dan yang tidak menggunakan APD sarung tangan sebanyak 17 orang

(17,5%) dan penggunaan APD gaun sebanyak 10 orang (10,3%) dan mayoritas

tidak menggunakan gaun sebanyak 87 orang (89,7%) dan yang menggunakan

APD topi sebanyak 93 orang (95,9%) dan responden yang menyatakan tidak

nyaman menggunakan APD saat melakukan perawatan sebanyak 24 orang

(24,7%) dan menyatakan nyaman menggunakan APD pada saat melakukan

tindakan sebanyak 73 orang (75,3%).

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat Berdasarkan Isolasi

Jlh % Jlh % Jlh %

1 Teman selalu mengingatkan untuk

menggunakan APD 77 79,4 20 20,6 97 100

2 Mengikuti anjuran teman 76 78,4 21 21,6 97 100

3 Ada dibedakan pemakaian APD saat melakukan tindakan terhadap pasien dengan penyakit tertentu

65 67,0 32 33,0 97 100

4 Pihak rumah sakit menyediakan tempat penyimpanan APD yang sedang dan sudah terpakai

51 52,6 46 47,4 97 100

Total

No Uraian Ya Tidak

Berdasarkan tabel 4.11 mayoritas perawat telah mengingatkan teman kerja

untuk tetap menggunakan APD sebanyak 77 orang (79,4%) dan yang tidak

mengingatkan teman untuk menggunakan APD sebanyak 20 orang (20,6%) dan

perawat yang mengikuti anjuran teman untuk tetap menggunakan APD sebanyak

76 orang (78,4%) dan responden yang tidak mengikuti anjuran sebanyak 21 orang

(21,6%) sementara perawat yang membedakan APD pada pasien dengan penyakit

tertentu sebanyak 65 orang (67,0 %) dan yang tidak membedakan APD pada

pasien dengan penyakit tertentu sebanyak 32 orang (33, %) dan yang menyatakan

orang (52,6 %) dan yang menyatakan tidak tersedia tempat penyimpanan APD

sebanyak 46 orang (47,4 %).

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat Berdasarkan Motivasi

Jlh % Jlh % Jlh %

1 Termotivasi menggunakan APD saat

melakukan tindakan keperawatan 91 93,8 6 6,2 97 100

2 Berusaha menyediakan sendiri APD bila

persediaan di RS telah habis atau tidak ada

75 77,3 22 22,7 97 100

3 Bila Ya, Biaya diganti oleh pihak RS. 22 22,7 75 77,3 97 100

4 Pihak RS memberikan penghargaan

(reward) kepada perawat yang menggunakan APD

9 9,3 88 90,7 97 100

5

Bila Ya, Reward yang diberikan berupa :

a. Uang 0 0,0 97 100 97 100

b. Piagam 0 0,0 97 100 97 100

c. Bonus 4 4,1 93 95,9 97 100

d. Barang 3 3,1 94 96,9 97 100

e. Pujian 7 7,2 90 92,8 97 100

6 Pihak RS memberikan hukuman / sanksi

kepada perawat yang tidak memakai

a. Teguran Lisan 25 25,8 72 74,2 97 100

b. Teguran Tertulis 6 6,2 91 93,8 97 100

Total

No Uraian Ya Tidak

Berdasarkan tabel 4.12 bahwa mayoritas perawat termotivasi untuk

menggunakan APD saat melakukan tindakan perawatan sebanyak 91 orang (94%)

dan yang tidak termotivasi menggunakan APD sebanyak 6 orang (6 %) dan

mayoritas perawat berusaha untuk menyediakan APD sendiri walaupun

perlengkapan telah habis di rumah sakit sebanyak 75 orang (77,3 %) dan yang

tidak rela menyediakan APD sendiri sebanyak 22 orang (22,7 %) dan mayoritas

sebanyak 71 orang (73,2 %) dan mayoritas perawat menyatakan bahwa pihak

rumah sakit tidak memberikan penghargaan pada perawat sebanyak 88 orang

(90,7%) dan menyatakan ada memberikan reward sebanyak 9 orang (9,28 %) dan

reward yang pernah diberikan pihak rumah sakit berupa bonus sebanyak 4 orang (4,1 %) dan yang menyatakan tidak ada diberikan reward bonus sebanyak 93 orang (95,9%) dan sementara pemberian reward uang maupun reward piagam tidak pernah diberikan oleh pihak rumah sakit sebanyak 100 % dan hal lainnya

mayoritas perawat menyatakan tidak pernah mendapatkan reward pujian sebanyak 90 orang (92,8 %) dan sementara yang pernah mendapatkan pujian

sebanyak 7 orang (7,2%) sementara sanksi yang diberikan pihak rumah sakit

kepada perawat secara lisan sebanyak 25 orang (25,8%) dan mayoritas perawat

tidak pernah ada mendapatkan sanksi teguran lisan sebanyak 74 orang (74,2%)

dan yang menyatakan ada sanksi berupa teguran tertulis sebanyak 6 orang (6, 2%)

dan mayoritas menyatakan tidak ada sanksi tertulis sebanyak 91 orang (93, 8%).

4.13 Distribusi Frekuensi Hasil Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan APD

No Kepatuhan dalam Penggunaan APD Jumlah %

1 Tidak Patuh 23 23,7

2 Patuh 74 76,3

Jumlah 97 100

Berdasarkan tabel 4.13 di atas mayoritas perawat patuh terhadap

sebanyak 23 orang (23,7%) seperti pemakaian APD gaun, APD topi dan cuci

tangan sebelum melakukan tindakan perawatan.

4.5 Gambaran Observasi Sarana dan Prasarana APD

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Observasi Sarana dan Prasarana APD

Jlh % Jlh % Jlh % 1 Masker 95 97,9 2 2,1 97 100 2 Sarung Tangan 97 100 0 0 97 100 3 Gaun 18 18,6 79 81,4 97 100 4 Wastafel 60 61,9 37 38,1 97 100 5 Larutan Antiseptik 76 78,4 21 21,6 97 100 4 Cleanser 45 46,4 52 53,6 97 100 Total

No Observasi Sarana APD Ada Tidak

Berdasarkan tabel 4.14 setelah dilakukan observasi terhadap sarana APD

dapat dinyatakan bahwa secara mayoritas tidak ada pemakaian APD gaun

sebanyak 79 orang (81,4%) dan menyatakan tidak tersedia sarana cleanser

sebanyak 52 orang (53,6%) dan hasil pengamatan tentang sarana wastafel yang

tidak tersedia di ruang perawatan sebanyak 37 orang (38,1%) dan sarana APD

masker menyatakan telah tersedia sebanyak 95 orang (97,9%) dan menyatakan

tersedianya sarana APD sarung tangan sebanyak 97 orang (100%) dan perawat

yang menggunakan larutan antiseptik sebagai alat untuk mencegah infeksi

sebanyak 76 orang (78,4%) dan yang menyatakan tidak menggunakan larutan

4.6 Gambaran Observasi Penggunaan APD

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Observasi Penggunaan APD

Jlh % Jlh % Jlh %

1 Cuci tangan sebelum melakukan

tindakan perawatan 48 49,5 49 50,5 97 100

2 Cuci tangan sesudah melakukan

tindakan perawatan 97 100 0 0 97 100

3 Cuci tangan pada air yang mengalir

atau di wastafel 66 68,0 31 32,0 97 100

4 Cuci tangan dengan :

a. Sabun atau cleanser 85 87,6 12 12,4 97 100

b. Larutan antiseptik 67 69,1 30 30,9 97 100

5 Mencuci tangan selama :

a. 10 sampai 15 detik 59 60,8 38 39,2 97 100

b. > 120 detik 47 48,5 50 51,5 97 100

6 Perawat menggunakan masker pada

pasien indikasi beresiko 70 72,2 27 27,8 97 100

7 Pakai masker sebelum cuci tangan 22 22,7 75 77,3 97 100

8 Masker dipakai 1 kali untuk 1 pasien 55 56,7 42 43,3 97 100

9 Perawat menggantung masker di leher

dan digunakan kembali 55 56,7 42 43,3 97 100

10 Perawat melepaskan masker setelah melepas sarung tangan dan cuci tangan lebih dahulu

74 76,3 23 23,7 97 100

11 Menggunakan gaun saat akan

melakukan tindakan 6 6,2 91 93,8 97 100

12 Menggunakan sarung tangan saat

melakukan tindakan perawatan 74 76,3 23 23,7 97 100

13 Sarung tangan diganti setiap

melakukan tindakan pada pasien yang 73 75,3 24 24,7 97 100

14 Cuci tangan setelah melepas sarung tangan

75 77,3 22 22,7 97 100

Total

Berdasarkan tabel 4.15 perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan

tindakan perawatan sebanyak (50,5%) dan yang mencuci tangan setelah

melakukan tindakan sebanyak (100%) dan mencuci tangan pada air yang mengalir

(68,0%) dengan menggunakan sabun atau cleanser sebanyak (87,6%) dan yang mencuci tangan selama 10 sampai 15 detik sebesar (60,82%) sedangkan (48,45%)

mencuci tangan lebih dari 120 detik. Perawat yang menggunakan masker pada

saat melakukan perawatan pada pasien yang beresiko tinggi sebanyak (72,2%),

perawat tidak memakai masker satu kali untuk satu pasien sebanyak (43,3%) dan

perawat menggantungkan masker dileher untuk digunakan kembali sebanyak

(56,7%) perawat tidak menggunakan gaun saat melakukan tindakan perawatan

sebanyak (93,8%) tidak menggunakan sarung tangan sebanyak (23,7%) dan

perawat tidak mengganti sarung tangan saat melakukan perawatan pada pasien

yang berbeda sebanyak (24,7%) hal ini dapat meningkatkan potensi dalam

penyebaran virus dan bakteri yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi

nosokomial.

4.7 Hasil Observasi Penggunaan APD

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Penggunaan APD

No Observasi Penggunaan APD Jumlah %

1 Tidak menggunakan APD 28 28,9

2 Menggunakan APD 69 71,1

Berdasarkan tabel 4.16 di atas sesuai dengan hasil observasi bahwa yang

menggunakan APD sebanyak 69 orang (71,1%) dan yang tidak menggunakan

APD sebanyak 28 orang (28,9%).

4.8 Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk melihat pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Pada analisis bivariat ini juga

menentukan variabel independen yang layak masuk sebagai kovariat dalam

analisis multivariat dengan ketentuan nilai p < 0.25.

Tabel 4.17

Hasil Analisis Pengaruh Pengawasan Terhadap Observasi Penggunaan APD Tahun 2012

Pengawasan

Hasil Observasi Penggunaan APD

Jumlah P Tidak Menggunakan Menggunakan N % N % N % Kurang Baik 22 25,6 64 74,4 86 100 0,046 Baik 6 54,4 5 45,5 11 100 Jumlah 28 28,9 69 71,1 97 100

Hasil analisis pengaruh pengawasan terhadap penggunaan APD ditemukan

sebanyak 64 orang (74,4%) pengawasan kurang baik, namun tetap menggunakan

APD, sedangkan dengan adanya pengawasan yang baik sebanyak 5 orang (45,5%)

perawat menggunakan APD. Secara statistik dibuktikan ada pengaruh yang

bermakna dari pengawasan terhadap penggunaan APD (p=0,046) dan dapat

Tabel 4.18 Hasil Analisis Pengaruh Kepatuhan Pada Penggunaan APD

Kepatuhan

Hasil Observasi Penggunaan APD

Jumlah P Tidak Menggunakan Menggunakan N % N % N % Tidak Patuh 16 69,6 7 30,4 23 100 0,000 Patuh 12 54,4 62 83,8 74 100 Jumlah 28 28,9 69 71,1 97 100

Hasil analisis pengaruh kepatuhan terhadap penggunaan APD ditemukan

sebanyak 7 orang (30,4%) tidak patuh, namun tetap menggunakan APD, dan

patuh sebanyak 62 orang (83,8%) perawat menggunakan APD. Secara statistik

dibuktikan ada pengaruh yang bermakna dari kepatuhan terhadap penggunaan

APD (p=0,000) dan dapat dilanjutkan ke analisis multivariat (p< 0,25).

4.9 Hasil Analisis Multivariat

Analisis regresi logistik ganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen secara bersamaan terhadap variabel dependen. Berdasarkan

analisis chisquare kedua variabel (pengawasan dan kepatuhan) layak dimasukkan pada model analisis multivariat ( p < 0,25 ) dan dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4.19 Tingkat Kemaknaan Hasil Analisis Bivariat

Variabel P

Pengawasan 0,046

Kepatuhan 0,000

Variabel pengawasan, kepatuhan mempunyai nilai p < 0, 25 dan diolah

kepercayaan 95%. Pada tabel 4.10 bahwa kedua variabel berpengaruh secara

signifikan terhadap penggunaan APD.

Tabel 4.20 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Tingkat Kepercayaan 95 % Variabel B Exp (B) (OR) 95% CI for Exp (B) P Pengawasan 1,231 3,425 0,781-15,013 0,103 Kepatuhan -2,463 0,085 0,028- 0,257 0,000 Konstanta 0,572 0,706 0,417

Berdasarkan tabel 4.20 diketahui besar risiko (Odds Ratio) variabel pengawasan adalah 3,425 yang berarti bahwa pengawasan baik 3 kali lebih besar

atau berpeluang sangat besar untuk menggunakan APD dibandingkan dengan

pengawasan yang kurang baik setelah dikontrol variabel kepatuhan (95% CI :

0,781-15,013).

Besar risiko (Odds Ratio) variabel kepatuhan adalah 0,085 yang berarti bahwa perawat yang patuh, memiliki peluang sangat kecil (0,085 kali) untuk

menggunakan APD sebagai pencegahan terjadinya infeksi nosokomial,

dibandingkan dengan perawat yang tidak patuh setelah dikontrol variabel

pengawasan (95% CI : 0,082-0,257). Pada variabel ini menunjukkan bahwa

walaupun perawat patuh tetapi perawat masih juga belum menggunakan APD

seperti APD gaun, APD topi dan perawat belum mencuci tangan sebelum

melakukan tindakan perawatan sebagai pencegahan terjadinya infeksi nosokomial,

BAB 5

Dokumen terkait