• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada kondisi penelitian di rumah kasa ini menunjukkan hasil bahwa perlakuan faktor tunggal varietas memberikan pengaruh beda sangat nyata antar varietas yang diuji (Si Kembiri, Situ Patenggang, Situ Bagendit dan Tuwoti) terhadap 5 (lima) parameter pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang mencakup parameter tinggi tanaman, jumlah khloropil daun, panjang malai, bobot 1000 butir gabah dan indeks panen per tanaman (Tabel 4, 7, 13, 16, 18). Adanya perbedaan respon antar empat varietas yang diuji pada parameter amatan tersebut di atas pada kondisi penelitian ini diperkirakan dominan dikendalikan oleh adanya perbedaan faktor genetik dari empat varietas yang diuji.

Diketahui bahwa pada setiap varietas mempunyai komposisi atau sususnan genetik tersendiri, sehingga pada setiap varietas memiliki variasi atau perbedaan sifat dibandingkan dengan varietas lain baik sifat secara kualitatif maupun kuantitatif (Mangoendidjojo, 2005).

Kemudian untuk faktor tunggal perlakuan naungan di rumah kasa memberikan pengaruh hanya pada satu perameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman dengan intensitas pengaruh pada tingkat nyata (Tabel 3). Terlihat bahwa padi gogo menunjukkan pertumbuhannya lebih tinggi pada kondisi naungan (20% dan 40%) dibandingkan tanpa naungan (0%) pada umur 4 – 16 MST dengan pola hubungan antara tinggi tanaman dengan intensitas naungan bersifat kwadratik (Gambar 2). Adanya kecenderungan faktor naungan menyebabkan pertambahan tinggi tanaman ini disebabkan karena faktor naungan secara fisiologis umumnya mengakibatkan terjadinya etiolasi atau pemanjangan sel pada jaringan batang tanaman dalam upaya tanaman untuk memperoleh cahaya bagi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Fitter dan

Hay (1991) bahwa tanaman memberikan respon pemanjangan batang (etiolasi) pada kondisi kekuranngan cahaya atau ternaungi.

Pada interaksi varietas dengan naungan memberikan pengaruh nyata pada parameter luas daun dan sangat nyata pada parameter jumlah anakan dan kandungan gula total tanaman (Tabel 5, 6, 20). Hasil penelitian menunujukkan bahwa semakin tinggi perlakuan persentase naungan semakin rendah perolehan luas daun, jumlah anakan dan kandungan gula total tanaman dari empat varietas yang diuji. Adanya penekanan pertumbuhan dari ke tiga parameter di atas akibat perlakuan naungan pada masing-masing varietas diperkirakan diakibatkan terjadinya penurunan hasil bersih fotosntesis karena penurunan intensitas cahaya yang diterima oleh masing-masing varietas dengan adanya perlakuan naungan (20% dan 40%). Weaver dan Clement (1980) menyebutkan bahwa cahaya matahari merupakan sumber energi bagi pertumbuhan tanaman untuk membentuk karbohidrat melalui proses fotosintesis. Pada kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya proses metabolisme pada tanaman yang berimplikasi menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat

untuk pertumbuhan tanaman (Murty et al., 1992; Watanabe et al., 1993; Jiao et al.,

1993; Yeo et al., 1994; Chowdury et al., 1994 ; Sopandie et al., 2003). Respon

penurunan pertumbuhan karena perlakuan naungan ini terdapat perbedaan pada setiap varietas. Hal ini disebabkan karena perbedaan faktor genetik dari masing-masing varietas. Varietas yang lebih adaftif secara fisiologis terhadap pengaruh faktor naungan berdasarkan parameter di atas ditunjukkan oleh varietas Situ Patenggang dan Si Kembiri karena penurunan jumlah anakan lebih rendah, luas daun lebih tinggi dan untuk kandungan gula total tanaman tertinggi ditunjukkan oleh varietas Situ Patenggang. Tingginya kandungan gula tanaman pada varietas Situ

2001a) dimana disebutkan bahwa varietas toleran padi gogo memperlihatkan kandungan pati pada daun dan batang lebih tinggi dari pada yang peka saat dinaungi 50 % saat vegetatif aktif.

Pada interaksi perlakuan varietas dan bahan organik hanya memberilkan pengaruh pada satu parameter biokimia tanaman yaitu kandungan gula total tanaman dengan intensitas pangaruhnya sangat nyata (Tabel 21 dan Gambar 7). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa respon kandungan gula total tanaman pada tiap varietas yang diuji cenderung semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis bahan organik yang diberikan pada tanaman. Respon kandungan gula total yang tertinggi ditunjukkan oleh varietas Situ Patenggang.

Telah diketahui bahwa peran bahan organik dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas pertumbuhan dan perkembanagan tanaman termasuk di dalamnya kondisi biokimia tanaman secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap perbaikan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh tanaman.

Uraian di atas sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa pupuk organik dapat memperbaiki kesuburan tanah karena bahan organik dapat berperan antara lain untuk : memperbaiki struktur tanah, permeabilitas tanah menjadi lebih baik, meningkatnya kemampuan tanah untuk menyediakan air bagi tanaman, meningkatkan kapasitas tukar kation, menyediakan sumber hara N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro walaupun dalam jumlah relatif kecil dan memberbaiki aktivitas kehidupan biologi tanah. Peningkatan kapsitas tukar kation secara fisiologis akan mempermudah penyediaan dan penyerapan usnur hara oleh tanaman bagi pertumbuhannya.

Greenland dan Dart (1972) dalam Sanchez (1992) juga menjelaskan tentang beberapa keuntungan bahan organik tanah bagi budidaya pertanian yaitu menyediakan

sebagian besar kapsitas tukar kation tanah, membantu pengagregatan tanah dengan demikian memperbaiki sifat fisika tanah dan mengurangi kerentanan terhadap pengikisan tanah, mengubah sifat menambat air tanah, dapat membentuk gabungan dengan unsur hara yang mencegah pencucian unsur tersebut. Semua keadaan tersebut di atas akan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pada interaksi tiga faktor perlakuaan penelitian yaitu varietas, naungan dan bahan organik memberikan pengaruh sangat nyata terhadap 7 (tujuh) parameter pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu volume akar, bobot kering akar, bobot kering jerami, jumlah malai per rumpun tanaman, jumlah gabah berisi per malai, persentase gabah hampa per rumpun tanaman, dan produksi gabah berisi per rumpun tanaman dan nyata terhadap rasio bobot kering akar-jerami (Tabel 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, dan 17).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon parameter volume akar, bobot kering akar, bobot kering jerami dan rasio bobot kering akar – jerami pada setiap varietas yang diuji dalam penelitian ini terhadap perlakuan naungan pada berbagai dosis bahan organik terlihat bahwa makin tinggi persentase naungan pada setiap varietas pada berbagai dosis pemberian bahan organik maka makin rendah perolehan nilai parameter pertumbuhan akar, jerami dan rasio akar-jerami tersebut di atas.

Disebutkan bahwa tanaman padi gogo umumnya tergolong tanaman perlu cahaya banyak, sehingga kondisi kekurangan cahaya antara lain karena faktor naungan

berakibat terganggunya proses metabolisme di dalam tubuh tanaman.(Murty et al.,

1992; Watanabe et al., 1993; Jiao et al., 1993; Yeo et al., 1994; Chowdury et al.,

1994 ; Sopandie et al., 2003). Pada intensitas cahaya rendah dapat terjadi gangguan

termasuk organ perakaran tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan akar juga mengalami gangguan.

Kemudian untuk hasil penelitian respon jumlah malai per rumpun tanaman, jumlah gabah berisi per malai, dan produksi gabah berisi per rumpun tanaman dari masing-masing varietas yang duiji terhadap naungan pada berbagai dosis pemberian bahan organik semakin rendah dengan semakin tingginya naungan sedangkan untuk persentase gabah hampa per rumpun tanaman semakin tinggi dengan semakin tinggginya persentase naungan.

Diketahui bahwa tanaman padi gogo tergolong tanaman perlu banyak cahaya, sehingga kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya proses metabolisme

yang berimplikasi menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Murty et

al., 1992; Watanabe et al., 1993; Jiao et al., 1993; Yeo et al., 1994; Chowdury et al.,

1994 ; Sopandie et al., 2003). Faktor ini secara langsung umumnya mempengaruhi

tingkat produktivitas padi gogo yang rendah di bawah naungan. Steinway et al,

(2003) menyatakan intensitas cahaya rendah pada kondisi naungan mempengaruhi produksi dan mutu biji padi gogo. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil padi

gogo (Supriyono et al., 2000), kedelai (Asadi et al., 1997), jagung (Andre et al.,

1993), ubi jalar (Nurhayati et al., 1985), dan talas (Caiger, 1986 ; Wirawati et al.,

2002). Kemudian Murty dan Sahu (1987) menjelaskan bahwa intensitas cahaya rendah, menyebabkan terganggunya sintesis protein dan rendahnya ketersediaan karbohidrat dan tingginya kehampaan gabah. Intensitas cahaya rendah menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa

(Chaturvedi et al., 1994). Pengaruh intensitas cahaya rendah menyebabkan jumlah

gabah per malai kecil serta persentase gabah hampa yang tinggi, sehingga

Dari empat varietas yang diuji dalam penelitian ini terdapat perbedaan responnya terhadap pengaruh perlakuan naungan pada berbagai dosis bahan organik yang diberikan pada parameter yang telah disebutkan di atas. Varietas yang lebih adaptif pada kondisi naungan dengan berbagai pemberian dosis bahan organik ditunjukan oleh varietas Situ Patenggang. Mohr dan Schopfer (1995) menyatakan kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap lingkungan ditentukan oleh sifat genetik tanaman. Secara genetik, tanaman yang toleran terhadap naungan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.

Pada pengaruh pemberian bahan organik terhadap empat varietas yang diuji pada berbagai tingkatan naungan terlihat bahwa nilai perolehan paramater volume akar, bobot kering akar, bobot kering jerami, rasio bobot kering akar-jerami, jumlah malai per rumpun tanaman, jumlah gabah berisi per malai, dan produksi gabah berisi per rumpun tanaman umumnya lebih tinggi (lebih baik) dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian bahan organik dan persentase gabah hampa per rumpun tanamanm lebih rendah pada perlakuan pemberian bahan organik dibandingkan dengan tanpa pemberian bahan organik. Hardjowigeno (1986) dan Sutanto (2002) menyatakan bahwa bahan orgnaik sebagai pupuk tanaman berpengaruh baik terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta pada gilirannya memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman.

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) bahan organik memperbaiki struktur tanah sehingga menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar tanaman. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bahan organik dapat meningkatkan KTK tanah sehingga kemampuan tanah mengikat kation menjadi lebih tinggi. Akibatnaya jika tanah yang dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak mudah tercuci. Di lain pihak Mori (1986) menyebutkan bahwa tanah yang

mempunyai struktur yang baik mempunyai kemampuan mengikaat air dan permeabilitas yang baik. Perubahan perbaikan struktur tanah ini akan menghasilkan perbaikan kondisi perakaran tanaman dan memperbaiki hasil dan kualitas tanaman. Noor (1996) mengatakan bahwa pengelolaan bahan organik dalam budidaya pertanian lahan kering sangat penting. Disebutkan bahwa fungsi bahan organik dalam pertanian lahan kering adalah untuk meningkatkan jumlah dan stabilitas agreagat tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan laju infiltrasi dan daya simpan air tanah, memperkaya hara dalam tanah dan menigkatkan aktivitas biologi tanah. Pada tanah masam pupuk organik dapat meningkatkan pH tanah (menetralkan Al dengan membentuk kompleks Al-organik), dan dapat meningkatkan ketersediaan unsur mikro dalam tanah melalui khelat unsur mikro dengan bahan organik.

Pada penelitian ini untuk jaringan anatomi daun yang diamati difokuskan pada pengaruh terhadap paramater stomata daun dari empat varietas padi gogo yang dikaji akibat adanya perlakuan naungan (Gambar 8, 9, 10, 11, gambar mikro stomata pembesaran 100 X ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masing-masing gambar stomata daun menurut varietas terlihat bahwa jarak antar stomata pada jaringan epidermis daun secara umum relatif makin renggang dan ukurannya relaif semakin kecil denagn semakin tingginya persentase naungan (semakin rendahnya intensitas cahaya matahari) yang diterima oleh masing-masing varietas yang diuji. Hal ini terkait dengan penjelasan Weaver dan Clement (1980) yang menyatakan bahwa cahaya matahari memberikan pengaruh terhadap kondisi struktur daun dan gerak menutup dan membukanya stomata. Intensitas cahaya mempengaruhi anatomi daun seperti jaringan epidermis dan mesofil. Perubahan tersebut untuk pengendalian kualitas dan kwantitas cahaya yang dapat dimanfaatkan oleh kloroplas daun

dan stomata sangat menentukan efisiensi fotosintesis (Sahardi, 2000). Adaptasi tanaman untuk mempertahankan pertumbuhan tetap baik pada kondisi intensitas cahaya rendah karena naungan antara lain dilakukan dengan meningkatkan luas daun

(Fitter and Hay, 1981; Gardener et al, 1985). Hale dan Orcutt (1987) juga

menyatakan bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan luas daun dan atau mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan/ direfleksikan oleh daun.

Hasil penelitian untuk parameter fisik-kimia tanah di rumah kasa terdapat perubahan pada kondisi tanah akhir percobaan dengan adanya penanaman padi gogo. Dari semua parameter fisik-kimia tanah yang diamati (Tabel 22), sebagian besar terjadi penurunan dengan adanya penanaman padi gogo yaitu pada parameter : C-Organik tanah, N-total, rasio C/N, K-tukar, Ca-tukar, Mg-tukar, KTK, Al-dd dan Fe. Penurunan relatif tinggi secara berturut masing-masing terjadi pada parameter : C-Organik tanah 44.93%, K-tukar 35% dan N-total 34.02%. Sedangkan pada pH tanah dan P2O5 terjadi peningkatan dan untuk tekstur tanah tidak terjadi perubahan. Peningkatan tertinggi ditunjukan oleh ketersediaan P2O5-Avl. Jika dievalusi secara keseluruhan faktor perubahan fisik kimia tanah pada penelitian ini maka diperoleh hasil bahwa kulitas tanah pada akhir percobaan penanaman padi gogo di rumah kasa terjadi sedikit peningkatan yaitu sebesar 1.38%.

Kesimpulan

1. Pengaruh naungan terhadap varietas padi gogo menurunkan jumlah anakan, luas

daun, volume akar, bobot kering akar, bobot kering jerami, rasio bobot kering akar-jerami, jumlah malai, jumlah gabah berisi, produksi gabah per rumpun, kandungan gula total tanaman dan meningkatkan persentase gabah hampa per rumpun.

2. Pengaruh bahan organik terhadap varietas padi gogo meningkatkan volume akar,

bobot kering akar, bobot kering jerami, rasio bobot kering akar-jerami, jumlah malai, jumlah gabah berisi, produksi gabah per tanaman, kandungan gula total tanaman dan menurunkan persentase gabah hampa per tanaman.

3. Di antara empat varietas yang dicoba (Si Kembiri, Situ Patenggang, Situ Bagendit,

dan Tuwoti) diperoleh varietas Situ Patenggang memberikan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik pada kondisi ternaungi.

BAB IV

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS PADI GOGO PADA