• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

Dalam dokumen TESIS OLEH : M. TRI ANDIKA NASUTION (Halaman 63-75)

Selama periode penelitian dari bulan Februari 2007 sampai September 2007 didapatkan 30 penderita rinosinusitis maksila kronis yang terdiri dari 18 penderita perempuan dan 12 penderita laki-laki yang dilakukan pemeriksaan kultur jamur dari sekret sinus maksila.

Tabel 4.1. Distribusi Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis

Jenis Kelamin

Kelompok Persen

Umur

(Thn) Laki-laki % Perempuan % Jumlah (%)

17-26 1 3,3 7 23,3 8 26,7 27-36 2 6,7 5 16,7 7 23,3 37-46 6 20 4 13,3 10 33,4 47-56 2 6,7 2 6,7 4 13,3 >56 1 3,3 0 0 1 3,3 Jumlah 12 40 18 60 30 100

Dari tabel 4.1. didapat bahwa persentase tertinggi penderita rinosinusitis maksila kronis terdapat pada kelompok umur 37 – 46 tahun sebanyak 10 penderita (33,4%). Tidak

ditemukan penderita rinosinusitis maksila kronis pada kelompok wanita berusia > 56 tahun

Tabel 4.2. Distribusi Keluhan Utama Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis

Keluhan Utama Jumlah Persen ( % )

Hidung Tersumbat 19 63,4

Ingus Kental 1 3,3

Cairan mengalir kebelakang hidung 0 0

Hidung Berbau 4 13,3

penciuman berkurang 0 0

Sakit kepala 6 20,0

Hidung berdarah 0 0

Jumlah 30 100

Dari tabel 4.2 didapatkan keluhan utama penderita yang terbanyak adalah hidung tersumbat sebanyak 19 penderita (63,4%). Sedangkan keluhan cairan mengalir ke belakang hidung, penciuman berkurang, dan hidung berdarah tidak dijumpai

Tabel 4.3 Distribusi Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Penderita Rinosinusitis Maksila Dengan Hasil Kultur Jamur Positif

Jenis Kelamin

Kelompok Persen

Umur

(Thn) Laki-laki % Perempuan % Jumlah (%)

17-26 1 6,7 3 20,0 4 26,7 27-36 1 6,7 2 13,3 3 20 37-46 3 20,0 2 13,3 5 33,3 47-56 1 6,7 2 13,3 3 20 >56 0 0 0 0 0 0 Jumlah 6 40,1 9 59,9 15 100

Dari tabel 4.3 didapatkan bahwa terdapat 15 penderita rinosinusitis maksila kronis dengan hasil kultur jamur positif yang terdiri dari 9 penderita perempuan (59,9%) dan 6 penderita laki-laki (40,1%). hasil kultur jamur positif terbanyak pada kelompok umur 37 - 46 tahun sebanyak 5 penderita ( 33,3 %).

Tabel 4.4 Distribusi Keluhan Utama Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Dengan Hasil Kultur Jamur Positif

Keluhan Utama Jumlah Persen ( % )

Hidung Tersumbat 9 60,0

Ingus Kental 0 0

Cairan mengalir kebelakang hidung 0 0

Hidung Berbau 4 26,7

Penciuman berkurang 0 0

Sakit kepala 2 13,3

Hidung berdarah 0 0

Jumlah 15 100

Dari tabel 4.4 hidung tersumbat merupakan yang terbanyak yaitu pada 9 penderita (60%)

Tabel 4.5 Distribusi Jenis Jamur Yang Berasal Dari Pemeriksaan Kultur Cairan Sinus Maksila Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis

Jenis jamur Jumlah Persen ( % )

Aspergilus fumigatus 6 33,3 Aspergilus flavus 1 6,7 Aspergilus niger 2 13,3 Candida albicans 3 20,0 Candida parapsilosis 1 6,7 Candida tropicalis 1 6,7

Aspergilus fumigatus + Candida albicans 1 6,7

Aspergilus niger + Candida albicans 1 6,7

Jumlah 15 100

Dari tabel 4.5 Jenis jamur yang paling banyak ditemukan adalah Aspergilus sp yaitu terdapat pada 8 penderita ( 55,3%) terdiri dari : Aspergilus fumigatus sebanyak 5 penderita ( 33,3 % ), Aspergilus flavus sebanyak 1 penderita ( 6,7 %) dan Aspergilus niger sebanyak 2 penderita (13,3%). Terdapat 2 penderita dengan 2 jenis jamur yaitu: Aspergilus fumigatus + Candida albicans dan Aspergilus niger + Candida albicans

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Februari 2007 sampai September 2007 didapatkan 30 orang penderita rinosinusitis maksila kronis yang terdiri dari 12 penderita laki-laki dan 18 penderita perempuan. Pemilihan kriteria umur pada setiap peneliti berbeda-beda, peneliti sendiri memilih kriteria umur termuda diatas atau sama dengan 17 tahun, karena pada umur tersebut telah dianggap dewasa dan kooperatif untuk dilakukan punksi dan irigasi sinus.

Pada tabel 4.1 terlihat umur penderita terbanyak adalah pada kelompok umur 37 - 46 tahun sebanyak 10 penderita (33,3 %). Mangain Hasibuan (1992) mendapatkan penderita rinosinusitis maksila kronis yang datang berobat ke bagian THT RSU. Dr. Pirngadi Medan sejak bulan oktober 1991 sampai Maret 1992 sebanyak 311 penderita. Yoshiura et al (1993) di Jepang mendapatkan dari 68 penderita rinosinusitis yang ditelitinya, rata-rata usia penderita terbanyak pada usia 46 tahun. Moerseto (1996) di Jakarta mendapatkan terbanyak pada kelompok umur 21 - 30 tahun sebanyak 36,7 %. Iriani dkk, 1996, mendapatkan terbanyak pada kelompok umur 16 - 30 tahun sebanyak 55,1 %. Muyassaroh dan Supriharti (1999) mendapatkan kelompok umur terbanyak pada usia 20 - 29 tahun sebanyak 26,9 %. Suzanne et al (2001) di New york mendapatkan dari penderita usia 21 - 80 didapatkan umur rata-rata penderita rinosinusitis terbanyak pada usia 32 tahun. Elfahmi (2001) mendapatkan umur terbanyak adalah 35 - 44 tahun sebanyak 30% . Yuhisdiarman (2004 ) mendapatkan umur terbanyak adalah 35 - 44 tahun sebanyak 34,3% . Triolit Z (2004) mendapatkan umur terbanyak adalah 38 - 47 sebanyak

36,6%. Zurliansyah (2006) mendapatkan penderita terbanyak pada kelompok umur 17 - 26 tahun sebanyak 30%.

Hasil yang didapatkan peneliti, terlihat umur terbanyak hampir sama dengan yang didapatkan oleh Triolit Z, Yuhisdiarman dan Elfahmi serta tidak berbeda jauh dengan peneliti – peneliti lainnya. Perbedaan umur oleh masing - masing peneliti lebih didasari oleh pengelompokan umur

Penderita terbanyak dalam penelitian ini adalah perempuan sebanyak 18 penderita (60 %) dan laki – laki sebanyak 12 penderita (40 %). Massudi (1991) mendapatkan penderita perempuan sebanyak 51,5 % dan laki–laki sebanyak 48,5 %. Muyassaroh dan Supriharti (1999) mendapatkan perempuan sebanyak 23 penderita (44,2%) dan laki-laki sebanyak 29 penderita (55,8%). Vogen et al (2000) Pennsylvania mendapatkan dari 16 penderita rinosinusitis dalam penelitiannya didapatkan perempuan sebanyak 9 penderita (56,3%) dan laki-laki sebanyak 7 penderita (43,7%). Elfahmi (2001) dari 40 penderita pada penelitiannya didapat perempuan sebanyak 19 penderita (47,5%) dan laki – laki sebanyak 21 penderita (52,2 %) . Krzeski (2001) Polandia, dalam penelitiannya pada 157 penderita rinosinusitis kronis didapatkan penderita perempuan sebanyak 88 penderita (56%) dan laki – laki sebanyak 69 penderita (44%). Yuhisdiarman (2004) mendapatkan perempuan sebanyak 20 penderita (57,2%) dan laki– laki sebanyak 15 penderita (42,8%). Triolit Z (2004) mendapatkan jumlah penderita perempuan sebanyak 16 penderita (53,3%) dan laki-laki sebanyak 14 penderita ( 46,67 %). Dari data diatas tampak penelitian ini tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya yang mendapatkan kelompok perempuan paling banyak dibandingkan laki-laki. Banyaknya penderita rinosinusitis maksila kronis perempuan pada penelitian ini dimungkinkan karena yang datang berobat

lebih banyak perempuan dan pada umumnya perempuan lebih peduli dengan keluhan sakit sehingga lebih cepat datang berobat.

Pada tabel 4.2 didapatkan keluhan terbanyak pada penderita rinosinusitis maksila kronis adalah hidung tersumbat sebanyak 19 penderita (63,4%) dan diikuti sakit kepala sebanyak 6 penderita (20 %). Massudi (1991) mendapatkan keluhan yang terbanyak adalah hidung tersumbat sebanyak 42 %. Triolit Z (2004) mendapatkan keluhan terbanyak adalah hidung tersumbat sebanyak 18 penderita (60 %) diikuti sakit kepala sebanyak 12 penderita (40 %). Zurliansyah (2006) mendapatkan keluhan yang terbanyak adalah hidung tersumbat sebanyak 40% . Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh dari peneliti – peneliti sebelumnya.

Pada tabel 4.3 dari 30 penderita yang ditegakkan sebagai rinosinusitis maksila kronis didapatkan 15 penderita dengan kultur jamur positif terdiri dari 9 penderita perempuan (59,9 %) dan 6 penderita laki-laki (40,1%). Hasil pemeriksaan kultur jamur positif paling banyak terdapat pada perempuan kelompok umur 17-26 tahun dan laki -laki kelompok umur 37 - 46 tahun masing-masing sebanyak 3 penderita (20 %), sedangkan berdasarkan kelompok umur, penderita dengan hasil kultur jamur positif terbanyak pada umur 37 - 46 tahun yaitu 5 penderita (33,3%). Ashour (1995) di Jeddah, dalam penelitiannya tentang hubungan rinosinusitis maksila kronis dengan infeksi jamur mendapatkan 30 penderita dengan hasil kultur jamur positif, paling banyak terdapat pada penderita laki-laki sebanyak 17 penderita (56,7%), sedangkan berdasarkan kelompok umur, paling banyak terdapat pada usia dibawah 20 tahun sebanyak 20 penderita (66,7%).

Al-Bhlal (1996) di Riyadh, mendapatkan penderita rinosinusitis jamur paling banyak terdapat pada perempuan kelompok umur 21 - 30 tahun sebanyak 7 penderita (28

% ) dan laki – laki kelompok umur 10 - 20 tahun sebanyak 6 penderita ( 24 % ). Singh dan Bhalodiya (2004) di India meneliti pemeriksaan kultur jamur yang berasal dari sinus paranasal pada 251 penderita rinosinusitis maksila kronis didapatkan 201 sampel kultur jamur positif (80,01%) yang terdiri dari perempuan sebanyak 89 penderita (44,2 %) dan laki-laki sebanyak 112 penderita (55,8%). Jahromi dan Khaksar (2001) di Iran melakukan pemeriksaan kultur dari 39 penderita rinosinusitis kronis, didapatkan kultur jamur positif pada 18 penderita terdiri dari perempuan sebanyak 6 penderita (33,3% ) dan laki-laki sebanyak 12 penderita (66,7%) .

Dari penelitian ini yang dibandingkan dengan penelitian sebelumnya cendrung jenis kelamin dan umur tidak mempunyai pengaruh terhadap infeksi jamur pada sinus maksila.

Pada tabel 4.4 distribusi keluhan utama penderita rinosinusitis maksila kronis dengan hasil kultur jamur positif yaitu hidung tersumbat sebanyak 9 penderita (60%), hidung berbau 4 penderita ( 26,7 % ) dan sakit kepala 2 penderita (13,3%). Ashour, (1995) di Jeddah, mencatat bahwa penderita dengan sinusitis jamur keluhan yang di temukan yaitu hidung tersumbat, sekret pada hidung, dan sakit kepala, hal ini tidak jauh berbeda dengan distribusi keluhan utama penderita pada penelitian kami. Al-Bhlal (1996) di Riyadh dari 26 kasus rinosinusitis jamur didapatkan keluhan penderita yang paling menonjol adalah hidung tersumbat dengan atau tanpa sakit kepala dan hidung berair .

Rupa et al (2001) di India dari 24 penderita rinosinusitis dengan kultur jamur positif keluhan utama yang paling banyak di temukan adalah hidung tersumbat dan sekret pada hidung sebanyak 95,8 %. Singh dan Bhalodiya (2004) di India dalam penelitiannya mendapatkan keluhan yang menonjol pada rinosinusitis jamur adalah sekret pada hidung sebanyak 88 %, diikuti hidung tersumbat sebanyak 78 %, sakit kepala sebanyak 38,2 %.

Pada penilitian kami bahwa keluhan yang didapat tidak berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya.

Pada tabel 4.5 Jenis jamur yang paling banyak ditemukan adalah Aspergilus sp yaitu sebanyak 8 penderita (55,3%) yang terdiri dari : Aspergilus fumigatus sebanyak 5 penderita (33,3%), Aspergilus flavus sebanyak 1 penderita (6,7%) dan Aspergilus niger sebanyak 2 penderita ( 13,3 % ). Sedangkan Candida sp terdapat pada 5 penderita (33,3 %) yang terdiri dari : Candida albicans sebanyak 3 penderita ( 20 %), Candida parapsilosis sebanyak 1 penderita ( 6,7 %) dan Candida tropicalis sebanyak 1 penderita ( 6,7 % ). Terdapat 2 penderita dengan 2 jenis jamur yang positif yaitu : Aspergilus fumigatis + Candida albicans dan Aspergilus niger + Candida albicans.

Tampak dari tabel 4.5 Aspergilus sp adalah merupakan spesies jamur yang paling banyak di jumpai. Aspergilus adalah merupakan spesies yang paling banyak menyebabkan infeksi sinus, dari jenis tersebut Aspergilus fumigatus merupakan jamur yang paling sering bersifat patogen (McCaffrey, 1997).

Iwen et al (1994) di Nebraska, dalam penelitiannya melakukan pemeriksaan kultur jamur pada 17 penderita dengan penurunan sistem imun yang disertai rinosinusitis didapatkan hasil kultur yang terdiri dari 11 penderita dengan Aspergilus flavus ( 64,7%), 3 penderita terinfeksi oleh spesies jamur yang tidak spesifik ( 17,6 % ) dan masing – masing 1 penderita ( 5,9 % ) terinfeksi oleh A. fumigatus, Rhizopus sp dan Altenaria sp. Ponikau et al (1999) di Rochester melakukan penelitian pada 210 penderita rinosinusitis kronis dengan cara memeriksa kultur jamur yang berasal dari bilasan hidung. Pada penelitian ini didapatkan 202 ( 96 % ) sampel dengan kultur jamur positif. Yang terdiri dari Altenaria sp sebanyak 44,3 %, Aspergilus sp sebanyak 29,5 %, Candida sp sebanyak 21,4% dan Penicillium sebanyak 43,3 % .

Jahromi dan Kaksar (2001) di Iran dari 39 penderita rinosinusitis maksila kronis didapatkan kultur jamur positif pada 18 penderita (46,1%) yang terdiri dari Aspergilus flavus sebanyak 27,8 %, Aspergilus niger sebanyak 5,5 % dan Aspergilus fumigatus sebanyak 5,5 %. Candida sp sebanyak 11,1 %, Cladosporium trichoides sebanyak 5,5 %, Pseudollescheria boydii sebanyak 5,5% dan Actinomyces sebanyak 22,2 % .

Rupa et al (2003) di India, melakukan pemeriksaan kultur jamur pada 25 penderita rinosinusitis maksila kronis, dengan hasil kultur positif pada 24 penderita, Aspergilus sp dan Candida sp merupakan jamur yang paling sering didapat, 1 penderita di sebabkan oleh Curvularia sp dan 1 penderita oleh Droschlera . See Goh et al (2003) di Malaysia dalam penelitiannya pada 30 penderita rinosinusitis yang dilakukan pembedahan mendapatkan Aspergilus sp sebanyak 42,9 % yang terdiri dari Aspergilus niger sebanyak 4 penderita dan Aspergilus flavus sebanyak 2 penderita. Rhizopus sp sebanyak 28,6 % dan Penicillium sp sebanyak 14,3 %, masing –masing terdapat 1 penderita oleh Epicoccum sp dan Paecillomyces.

Polzehl et al (2004) di Jerman, melakukan penelitian dengan membandingkan pemeriksaan kultur jamur konvensional dengan pemeriksaan PCR pada 77 penderita rinosinusitis kronis. Dari pemeriksaan kultur jamur konvensional positif pada 19 penderita (25%) . Pemeriksaan DNA spesifik jamur mampu mendeteksi adanya jamur pada 34 penderita (44%). Pada pemeriksaan dengan menggunakan kombinasi PCR dan kultur dapat di deteksi jamur pada 39 penderita ( 50 %). Penelitian ini menggambarkan bahwa kombinasi pemeriksaan PCR dan kultur jamur konvensional dapat di gunakan sebagai tehnik diagnosis untuk mengetahui adanya peranan jamur pada penderita rinosinusitis kronis. Pada penelitian tersebut didapatkan 8 sampel tumbuh 2 jenis jamur

yang berbeda. Spesies paling banyak pada pemeriksaan kultur adalah penicillium sp pada 11 penderita dan Aspergillus sp pada 8 penderita.

Aslani et al (2006) di Iran, melakukan pemeriksaan kultur jamur pada 38 penderita rinosinusitis kronis. Didapatkan 9 penderita dengan kultur jamur positif (23,7%) yang terdiri dari Aspergilus flavus pada 2 penderita, Aspergilus fumigatus pada 1 penderita dan Candida Albican pada 6 penderita.

Dari penelitian ini jenis jamur yang didapat setelah dilakukan pemeriksaan sampel yang berasal dari penderita rinosinusitis maksila kronis tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu didominasi oleh Aspergilus sp. Pada penelitian ini hanya ditemukan dua jenis jamur, berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat menemukan beberapa jenis jamur hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah sampel yang sedikit dan lokasi penelitian.

BAB 6

Dalam dokumen TESIS OLEH : M. TRI ANDIKA NASUTION (Halaman 63-75)

Dokumen terkait