• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan

oleh Bati (2015). Penelitian ini berjudul “Identifikasi Miskonsepsi

Pembelajaran Matematika Materi Volume Bangun Ruang (Tabung, Balok, Kubus) Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar, dengan jenis penelitiannya adalah kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian yang dilakukan Alan tersebut adalah untuk mendeskripsikan miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri Tempak 1 pada tahun pelajaran 2014/2015 tentang materi menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung serta menemukan berbagai faktor yang menyebabkannya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) siswa mengalami miskonsepsi dalam materi menghitung balok yakni siswa salah dalam menentukan rumus yang tepat untuk menghitung volume balok, (2) miskonsepsi dalam menghitung volume tabung yaitu siswa tidak tepat dalam penggunaan phi antara 3,14

dan . Dalam hal tersebut miskonsepsi yang dialami oleh siswa adalah jenis

miskonsepsi teoritik.

Relevansi penelitian Alan tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama membahas tentang miskonsepsi dan subjeknya adalah siswa kelas V SD. Hanya saja terdapat perbedaan, yaitu penelitian Alan tersebut membahas tentang miskonsepsi Matematika, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas tentang miskonsepsi IPA Fisika.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Kusuma (2014). Penelitian ini

berjudul “Miskonsepsi Tentang Fotosintesis Pada Siswa Kelas V SDN 4 Trebugan Situbondo Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, mendeskripsikan tingkat miskonsepsi tentang fotosintesis pada siswa kelas V SDN 4 Trebugan Situbondo tahun pelajaran 2013/2014, yang kedua, mendeskripsikan faktor penyebab miskonsepsi tentang fotosintesis pada siswa kelas V SDN 4 Trebugan Situbondo tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa miskonsepsi tertinggi terjadi pada konsep hasil fotosintesis dengan persentase 62%, sedangkan persentase miskonsepsi terendah terdapat pada konsep tempat terjadinya fotosintesis dan penerapan fotosintesis dengan persentase 15%. Persentase miskonsepsi siswa pada konsep pengertian fotosintesis dan reaksi fotosintesis sebesar 46%, konsep peran klorofil sebanyak 38%, konsep bahan fotosintesis 31%, konsep pernyataan tentang fotosintesis, percobaan fotosintesis dan waktu

terjadinya fotosintesis sebanyak 23%. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa ditemukan adanya miskonsepsi pada siswa SDN 4 Trembugan dan penyebabnya bersumber dari siswa sebanyak 62%, guru dan siswa 23%, guru 15%, maupun buku sebanyak 7%.

Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama membahas tentang miskonsepsi dalam IPA dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD. Dalam penelitian tersebut membahas miskonsepsi tentang fotosintesis, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah membahas tentang miskonsepsi IPA Fisika.

Penelitian yang ketiga merupakan penelitian yang dilakukan oleh Pujayanto (2007), dengan judul “Miskonsepsi IPA (Fisika) Pada Guru SD”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah ternyata terbukti bahwa guru SD mengalami miskonsepsi IPA (Fisika) pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Dapat diketahui bahwa profil miskonsepsi yang dimiliki guru (lebih dari 30%) dan besar persentase miskonsepsinya sebagai berikut: (1) gaya dapat berupa tarikan atau dorongan, gaya magnet selalu berupa tarikan (45%); (2) gaya gravitasi dapat berupa dorongan maupun tarikan (40%); (3) massa benda di bumi sama dengan massa benda di bulan, berat benda di bumi sama dengan berat benda di bulan (60%); (4) setiap dua bendabersentuhan muncul gaya gesekan (60%); (5) pesawat sederhana meringankan kerja manusia,berarti pada umumnya dengan menggunakan pesawat sederhana gaya (kuasa) dan energi yangdigunakan menjadi lebih kecil (100%); (6) cahaya merambat lurus,

berarti cahaya tidak dapatdipantulkan oleh permukaan tembok tetapi dapat dibiaskan oleh sebuah medium atau perantara (85%); (7)bendadapat dilihat jika benda tersebut sebagai sumber cahaya atau ada cahaya dari mata yang sampai kebenda (50%); (8) cahaya lampu neon dapat diurai menjadi cahaya warna pelangi, karena cahayalampu neon adalah cahaya putih seperti cahaya putih matahari (55%).

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena membahas tentang miskonsepsi IPA Fisika SD. Penelitian tersebut membahas tentang miskonsepsi IPA Fisika untuk guru SD, sedangkan penelitian ini membahas tentang miskonsepsi Fisika untuk kelas V SD.

Penelitian yang keempat merupakan penelitian yang berjudul “Usaha Mengurangi Terjadinya Miskonsepsi Fisika Melalui Pembelajaran Dengan

Pendekatan Konflik Kognitif”. Penelitian ini dilakukan oleh Mosik dan Maulana (2010). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pendekatan konflik dalam pembelajaran fisika mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap miskonsepsi. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika mempunyai pengaruh terhadap miskonsepsi fisika, dengan taraf signifikansi 5%, hipotesis penelitian yang menyatakan rata-rata miskonsepsi eksperimen lebih kecil dari rata-rata miskonsepsi kontrol diterima. Selain itu, pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

hasil belajar fisika, dengan signifikansi 5%, hipotesis penelitian yang menyatakan rata-rata hasil belajar eksperimen lebih besar dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol diterima, sehingga terlihat adanya pengaruh miskonsepsi terhadap hasil belajar.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena membahas tentang miskonsepsi IPA Fisika. Penelitian tersebut membahas tentang usaha untuk mengurangi terjadinya miskonsepsi Fisika, sedangkan penelitian ini membahas tentang miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas V SD.

Penelitian yang kelima ini berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode

Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin Pada Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur

Ambarawa Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.” Penelitian ini dilakukan

oleh Purwoko (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping terhadap hasil belajar siswa yang ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Jenis kelamin pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui metode mind mapping lebih berpengaruh pada siswa laki-laki atau perempuan. Hasil penelitian ini adalah kelas kontrol memiliki rata-rata 74,269 dan kela eksperimen 82,87. Nilai signifikansi yang diperoleh dari penghitungan anova 2 jalan 0,000 dengan kesalahan 5% hasil tersebut menunjukkan bahwa metode mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar. Sedangkan penghitungan dalam perbedaan jenis kelamin menunjukkan nilai 0,003 yang menunjukkan bahwa jenis kelamin

berpengaruh terhadap metode yang digunakan. Peneliti menggunakan perbandingan gain yang dibandingkan dari hasil pretest dan nilai postest kemudian dicari selisih antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dari hasil perhitungan terebut ada selisih 10,449, sehingga kesimpulannya adalah bahwa metode mind mapping lebih berpengaruh terhadap siswa dengan jenis kelamin laki-laki.

Relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah karena penelitian yang dilakukan sama-sama meninjau dari sisi jenis kelamin.Hanya saja dalam penelitian ini membahas tentang miskonsepsi IPA Fisika untuk kelas V SD, sedangkan penelitian di atas membahas tentang penggunaan metode mind mapping terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD.

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian

Berdasarkan gambar 2.1 di atas, penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian yang mendasari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian tersebut dijadikan dasar oleh peneliti karena relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Dokumen terkait