• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Hasil Pengamatan dan wawancara

Karakteristik Responden

Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E Informan F

Usia 17 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun 18 tahun 18 tahun

Suku Batak Jawa Batak Minang Jawa Batak

Anak ke berapa

1 dari 2 2 dari 2 2 dari 2 1 dari 3 2 dari 2 Tunggal

Agama Kristen Islam Kristen Islam Islam Kristen

Dari keenam informan di atas dapat di simpulkan bahwa karakteristik informan berdasarkan usia terdapat tiga informan yang berusia 18 tahun, dua orang yang berusia 17 tahun dan satu orang berusia 16 tahun. Ini tergolong dalam kategori remaja tengah ( 15 – 18 tahun ) dengan ciri khas yaitu, mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, serta berkhayal tentang aktivitas seks. Karakteristik informan berdasarkan suku terdapat tiga informan yang bersuku batak, dua informan yang bersuku Jawa, dan satu informan yang bersuku minang. Ini dapat disimpulkan bahwa informan yang bersuku batak lebih dominan dalam penelitian ini. Terdapat tiga informan yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara, satu informan merupakan anak pertama dari dua bersaudara, satu informan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dan satu informan merupakan anak tunggal. Dapat disimpulkan bahwa anak pertama merupakan informan yang paling dominan dalam penelitian ini. Karakteristik informan berdasarkan agama termasuk dalam kategori balance ( Seimbang ) yaitu tiga informan yang beragama Islam, dan tiga informan yang beragama Kristen. Begitu juga karakteristik informan berdasarkan pendidikan, terdapat tiga informan yang berpendidikan SLTA, dan tiga informan yang berpendidikan SLTP.

Informan A

Informan A adalah seorang pelajar yang berusia 17 tahun. Saat ini informan sedang duduk di kelas XII SMA. Dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Subjek A berasal dari keluarga broken home. Tiga tahun yang lalu orang tua subjek A sudah bercerai. Perceraian kedua orang tua informan tersebut mengakibatkan informan dan adiknya kurang mendapatkan perhatian. Sejak saat

itu komunikasi antara informan dengan orang tuanya sangat jarang sekali. Kedua orang tuanya sudah menikah lagi. Ibunya sudah menikah dengan seorang laki – laki asal Jakarta sehingga ibunya ikut suami ke Jakarta, dan meninggalkan mereka berdua disini tinggal bersama tante mereka. Ini terbukti dari hasil wawancara jawaban informan yang mengatakan

“Kedua orang tua saya sudah lama bercerai kak, ayah saya sudah menikah lagi, begitu juga dengan ibu menikah lagi dengan laki – laki asal Jakarta. Dan beliau ikut suami barunya ke sana”

Informan A dan adiknya sangat membutuhkan perhatian dari orang tuanya, terutama adiknya yang saat ini masih duduk di kelas enam SD, berdasarkan hasil wawancara dengan sahabat A sebagai informan kedua mengatakan bahwa terkadang informan iri apabila melihat orang lain ataupun teman- temannya yang bisa menjalin hubungan yang baik dengan keluarganya. Tapi apa daya informan A dan adiknya harus tetap kuat menjalani ini semua.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan di lapangan, kurangnya perhatian dari orang tua menyebabkan informan terjerumus kedalam perilaku seks pranikah. Tidak ada yang memperhatikan, membuat informan melakukan sendiri apa yang dia inginkan, tanpa ada yang mengontrol. Sejak orang tua Informan bercerai, hidupnya tidak karuan, selain kepada teman–temannya, tidak ada lagi tempat curahan hati informan. Tantenya nya juga cukup sibuk, jadi sangat jarang memperhatikan seperti apa keseharian daripada informan tersebut. Informan memiliki seorang kekasih. Informan sudah menjalin hubungan dengan sang pacar selama satu setengah tahun. Informan mengakui bahwa sang kekasih sangat memperhatikannya. Dalam wawancaranya informan mengatakan bahwa ia jarang memilki pasangan yang memberikan perhatian yang cukup besar seperti

pacarnya yang saat ini. Sehingga pada akhirnya segala masalah keluarga yang sedang di hadapi informan saat ini di ceritakannya kepada pacarnya. Setiap kali dia bercerita tentang masalah keluarganya kepada sang pacar, informan mengaku bahwa sang pacar bisa membuatnya sangat tenang, dan bisa menghiburnya di saat dia sedih. Selain teman – temannya, kepada pacarnya lah informan selalu sharing ( berbagi ), dan mengeluarkan segala keluh kesahnya. Karena cintanya kepada sang pacar, informan pun rela memberikan kehormatan kepada kekasihnya. Padahal sebelumnya informan mengatakan bahwa ia dan teman – temannya sudah mempunyai komitmen untuk tidak melakukan seks pra-nikah, itu juga di ungkapkan oleh sahabatnya sendiri. Informan A juga termasuk anak yang rajin beribadah, dia termasuk ikut kegiatan muda – mudi di gereja, tapi ternyata itu tidak menjamin, pada akhirnya informan A melanggar komitmen tersebut dengan alasan bahwa ia sudah sangat mencintai kekasihnya. Saat itu informan sedang berada sendirian di rumah, tante dan adiknya sedang pergi keluar kota, karena alasan takut informan meminta sang pacar untuk menemaninya. Dan pada akhirnya peristiwa itu pun terjadi.

Dari hasil wawancara peneliti terhadap informan, bahwa rasa menyesal selalu ada di benak informan, ini terbukti dari jawaban informan yang mengatakan ”rasa menyesal sih ada kak, tapi ya mau gimana lagi kak, semuanya uda terlanjur. Kadang aku juga malu ama teman – teman, aku merasa udah gak berharga lagi seperti teman – teman aku. Tapi di sisi lain aku takut kehilangan pacar aku kak, kalau aku gak mau menuruti permintaannya. Aku takut tidak menemukan laki –laki sebaik dia yang selalu bisa mengerti aku, dan bisa menerima aku apa adanya dengan kondisi keluarga aku yang seperti ini. Walaupun aku harus membayarnya dengan melakukan itu.”6)

Tapi apa mau di kata, semuanya sudah terlanjur, dan dia sangat mencintai sang

6)

pacar dan takut kehilangannya. Teman- teman informan sempat kecewa dengan perbuatan informan, karena telah melanggar komitmen yang sudah mereka buat, akan tetapi sikap dan perbuatan mereka tetap baik terhadap informan, mereka selalu memberikan semangat serta support terhadap informan.

Sampai saat ini informan mengaku masih tetap melakukan perbuatan itu dengan sang pacar ketika sang pacar memintanya, sulit buat informan untuk menolak ajakan tersebut di karenakan ia sangat mencintai pacarnya dan takut apabila ia menolak ajakan tersebut, sang pacar akan meninggalkannya.

Kesimpulan kasus

Komunikasi yang di lakukan antara A dan teman- temannya cukup terjalin dengan baik. Tapi tidak dengan orang tuanya, karena kedua orang tua informan A sudah menikah lagi.hal itu yang membuat komunikasi A dengan orang tuanya sangat berkurang. Informan A sering mengikuti kegiatan muda - mudi bersama dengan teman – temannya di gereja, dia juga termasuk anak yang aktif di gereja, Akan tetapi, itu tidak menjamin dalam pergaulannya . Padahal informan A dan teman – temannya selalu berkomitmen untuk tidak melakukan seks pra-nikah, untuk tetap menjaga kehormatan kita sebagai wanita, pada akhirnya terjerumus kepada hal tersebut dengan alasan suka sama suka dan untuk membuktikan cintanya kepada sang pacar serta kurangnya perhatian dan komunikasi dengan orang tua.

Informan B

Informan B merupakan informan yang berusia 16 tahun yang saat ini sedang duduk di kelas XI SMA. Subjek juga merupakan anak kedua dari dua

bersaudara. Kakak informan sudah menikah sehingga dia tinggal bertiga dengan ayah dan ibunya. Berdasarkan pengakuan informan kepada peneliti bahwa sangat jarang berkomunikasi dengan orang tuanya, di karenakan kedua orangtuanya sangat sibuk dengan urusan bisnis. Informan mengatakan bahwa kedua orang tuanya sering bertengkar, orang tua B kurang harmonis sehingga mengakibatkan informan tidak betah berada di rumah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan sahabat informan mengatakan bahwa subjek B termasuk anak yang pendiam, akan tetapi di balik sifat pendiamnya, terselip bahwa B adalah anak yang berontak. Ini terbukti dari jawaban sahabat B yang mengatakan

“hubungan B dengan pacarnya udah cukup intim lah ka, padahal B ini dulunya sangat pendiam kak, bahkan jarang kali berhubungan dengan cowok. Aku aja gak menyangka kalau ternyata B sudah pernah melakukan hubungan dengan pacarnya.”7)

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap informan, informan B bersama – sama dengan teman–temannya sering ikut dalam suatu kegiatan kelompok remaja khusus untuk remaja di lingkungan rumah. Awalnya informan B tidak mau ikut dalam kegiatan tersebut, akan tetapi di karenakan ketua dalam kegiatan tersebut merupakan lelaki yang di taksir B selama ini, B pun sering mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut di laksanakan setiap satu kali seminggu. Dalam kegiatan itulah B sering bertemu dengan lelaki yang saat ini menjadi kekasihnya. B melihat bahwa laki–laki ini berbeda dengan laki–laki lainnya, informan B melihat bahwa sosok laki–laki ini merupakan laki – laki yang dewasa , pintar, dan yang pastinya dia menganggap bahwa laki – laki ini akan dapat membimbingnya kelak apabila telah menjadi kekasihnya nanti, pikir B. Hubungan B dengan laki –

7)

laki itu akhirnya berlanjut sampai mereka akhirnya memutuskan untuk pacaran. Akan tetapi masalah yang dihadapi mereka saat ini adalah bahwa orang tua B tidak menyetujui hubungannya dengan sang pacar dengan alasan bahwa laki – laki itu masih berstatus pelajar. Kekasih B adalah seorang mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kota Medan. Informan B telah di jodohkan oleh ayahnya dengan seorang laki – laki yang cukup mapan. Akan tetapi B lebih memilih Budi ( nama samaran ) kekasihnya di bandingkan laki – laki yang dijodohkan oleh ayahnya. B tetap mempertahankan hubungannya dengan sang pacar, sampai hubungan mereka berjalan hingga satu tahun. Bagi B pacarnya adalah segalanya, karena hanya kepada pacarnya lah B dapat menyampaikan segala keluh kesahnya. Dari hasil wawancara peneliti terhadap sahabat B mengatakan bahwa saat ini informan B sangat ketergantungan sekali dengan pacarnya, apalagi setelah mereka sudah pernah melakukan hubungan seksual. Kurang harmonisnya hubungan orangtuanya membuat dia selalu tergantung dengan sang pacar. Ini terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap infroman yang mengatakan

“Sejak hubungan orang tuanya tidak harmonis lagi, dan dia juga sangat jarang mendapat perhatian dari orang tuanya, keadaan B menjadi berubah kak. B sangat tergantung dengan pacarnya. Apapun yang di inginkan pacarnya, B selalu menuruti. Karena bagi B dia sudah tidak punya siapa – siapa lagi. Toh orang tuanya juga gak pernah peduliin dia. Tapi, kalau B cerita tentang masalah ini ke saya, sebenarnya B sangat tidak nyaman dengan hubungannya dengan pacarnya saat ini, akan tetapi B juga tida berani menolak setiap permintaan pacarnya itu, karena B sangat takut kehilangan pacarnya. Dia takut dengan kondisinya seperti sekarang ini ( tidak perawan lagi ) jika pacarnya meninggalkan dia.”

Sehabis pulang sekolah B jarang langsung pulang kerumah, dengan alasan tidak betah karena selalu mendengar kedua orang tuanya bertengkar. B selalu datang ke kos–kosan sang pacar. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti

lakukan, informan B mengatakan bahwa awalnya dia hanya ingin membersihkan kamar kos-an sang pacar, lalu terkadang memasak, tapi entah bagaimana sampai akhirnya mereka melakukan layaknya hubungan suami istri. Alasan saling mencintai yang menyebabkan mereka melakukan hal tersebut, dan B mengakui bahwa setelah kejadian itu membuat mereka ketagihan untuk sering melakukannya. Sampai saat ini orang tua B tidak mengetahui kalau B masih menjalin hubungan dengan Budi ( kekasih B ) apalagi dengan hubungan mereka yang sudah di luar batas seperti sekarang ini.

Kesimpulan Kasus

Komunikasi B dengan teman–temannya sangat baik. Segala masalah yang di hadapi oleh informan B di ceritakan kepada teman – temannya. Tidak ada masalah yang tidak di ceritakan oleh informan B kepada teman – temannya. Hubungan yang terjadi di antara dirinya dengan teman – temannya sampai pada tahap yang puncak. Komunikasi antar pribadi yang ia lakukan dengan teman – temannya sampai bisa menghantarkannya pada tahap pengungkapan diri yang berujung hubungan akrab. Akan tetapi hubungan B dengan orang tuanya kurang baik, komunikasi tidak terjalin pada keluarga B yang dikarenakan kurang harmonisnya hubungan kedua orang tuanya. Informan B selalu terbuka dalam menceritakan apapun termasuk masalah keluarga yang sedang ia hadapi maupun tentang hubungan dengan sang pacar kepada teman – temannya.

Informan B yang saat ini sudah terjerumus ke dalam perilaku seks pranikah, juga di sebabkan karena minimnya komunikasi antara B dengan kedua

orang tuanya. Informan B berasal dari keluarga yang kurang harmonis, pertengkaran yang selalu di temui B ketika berada di rumah yang mengakibatkan B tidak betah berada di rumah, dan lebih sering ke kos–kosan sang pacar, sehingga terjadi lah perilaku tersebut.

Informan C

Informan C merupakan informan ( subjek ) yang berusia 17 tahun. Anak kedua dari dua bersaudara merupakan anak yang cukup tertutup dengan ibunya. Ayah informan sudah lama meninggal. Informan C termasuk anak yang tidak terlalu terbuka terhadap ibunya, berdasarkan pengakuannya kepada peneliti dia tidak ingin privasinya di ketahui oleh kedua ibunya. Ibunya juga termasuk kurang dalam memperhatikan anak– anaknya, ibunya sering keluar kota mengurus usaha kopi kecil–kecilan di kampung, yang mengakibatkannya untuk sering menginap beberapa hari disana.

Menurut pengamatan peneliti informan C termasuk anak yang masih labil, yang masih mudah di pengaruhi oleh teman – temannya untuk ikut ke dalam hal – hal yang dapat merugikan dirinya, termasuk berperilaku yang negatif dalam pacaran. Baginya tidak ada tempat selain kepada teman–temannya untuk bisa berbagi atau sharing. Sehingga apapun itu pendapat serta masukan yang negatif yang di berikan oleh teman–temannya di lakukan oleh informan C, tanpa memikirkan dampak bagi dirinya. Termasuk dalam hal ini untuk melakukan hubungan seks pra – nikah.

Informan mengaku melakukan hal demikian dikarenakan pernah gagal dalam menjalani hubungan dengan pacar semasa SMP, sejak kejadian itu

informan berprinsip untuk tidak akan pernah menjalin hubungan yang serius dengan laki– laki. Ini juga di sebabkan oleh dorongan dari teman–teman informan yang mengajak informan untuk ikut kedalam perilaku tersebut.

Dari wawancara peneliti dengan teman informan bahwa alasan mereka mendorong informan untuk melakukan hubungan seks pranikah, karena bagi mereka itu bukan lah merupakan hal yang buruk, seks pranikah bagi mereka merupakan hal yang biasa, karena pacaran bagi mereka bukan lah untuk saling mengenal ataupun memahami satu sama lain. Mereka memiliki pemaknaan yang keliru soal pacaran sehingga melakukan perbuatan seperti itu biasa bagi mereka.

Sampai saat ini subjek mengaku kepada peneliti bahwa sulit untuk berhenti melakukannya, di karenakan adanya kesempatan serta dorongan dari teman – teman yang sulit untuk di elakkan.

Kesimpulan Kasus

Informan merupakan anak yang mudah terpengaruh oleh teman– temannya, kurangnya komunikasi di dalam keluarga membuatnya untuk melakukan segala sesuatunya sesuai dengan keinginannya, tanpa ada yang mengontrol. Di dalam keluarga informan termasuk anak yang tertutup, tidak terlalu mau berbagi atau cerita dengan keluarga, khususnya ibu, dengan alasan tidak ingin di ketahui privasinya. Hanya kepada teman dan sahabat infrorman selalu berbagi, komunikasi di antara mereka cukup terjalin dengan baik. Pengaruh dari teman–temannya membuat informan menjadi tidak terkontrol. Seringnya mengakses situs–situs pornografi melalui internet, serta mengoleksi beberapa buku–buku yang tidak lazim di konsumsi oleh mereka, sehingga muncul lah

keinginan untu mempraktekkannya dengan lawan jenis. Kurangnya perhatian dari orang tua serta dorongan yang kuat dari teman membuatnya terjerumus kedalam perilaku seks pra –nikah.

Informan D

Informan D merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Informan sendiri mengaku bahwa dirinya termasuk anak yang cukup terbuka dengan siapa pun termasuk orang tuanya. Segala yang menyangkut tentang dirinya maupun tentang kuliah selalu ia ceritakan kepada orang tuanya khusunya ibu, karena informan mengaku sangat dekat dengan ibu. Akan tetapi berdasarkan pengakuan informan terhadap peneliti, hanya masalah pacar yang ia jarang ceritakan kepadanya ibunya, dengan alasan belum saatnya. Informan mengaku, hubungannya juga dengan sang pacar, belum begitu dekat, jadi ia berpikir belum saatnya untuk mengatakan banyak soal pacarnya.

Informan memilki seorang kekasih yang belum terlalu lama dia pacari, masih sekitar kurang lebih empat bulan, akan tetapi informan mengaku sekali seminggu datang ke rumah yang secara tidak langsung untuk mengenalkannya kepada orang tuanya.

Suatu ketika pacar informan mengajaknya keluar rumah untuk makan malam, akan tetapi ternyata malam itu menjadi malam yang bersejarah bagi informan. Berdasarkan pengakuan informan terhadap peneliti, saat makan malam ternyata sang pacar berniat jahat terhadap informan dengan cara menaruh obat tidur kedalam minuman informan, dengan tujuan yang tidak baik terhadap informan.

Pada akhirnya setelah kejadian itu, satu bulan kemudian informan positif hamil. Keterbukaan informan kepada ibunya membuat dia harus mengatakan masalah ini kepada ibunya, menurutnya tidak ada gunanya untuk menutupi hal seperti ini, khusunya pada ibunya sendiri. Informan mengaku bahwa sang pacar tidak bertanggung jawab atas kehamilannya, informan tidak ingin melahirkan tanpa seorang ayah, sehingga membuatnya memutuskan untuk segera menggugurkan kandungannya. Informan mengatakan bahwa ke depannya ia akan tetap lebih terbuka lagi serta berusaha menjalin komunikasi yang baik kepada orang tuanya khususnya ibunya tidak terkecuali, sekalipun itu tentang hubungannya dengan pasangannya nantinya. Ini terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap informan yang mengatakan

” Buat aku uda gak ada gunanya lagi aku tertutup ama ibu, setelah kejadian ini, aku akan berusaha untuk lebih terbuka lagi ama ibu kak, udah kapok lah aku.

Dari hasil wawancara peneliti dengan ibu informan, ibunya mengaku sangat kecewa dengan kejadian yang menimpa anaknya, dia merasa gagal mendidik anaknya, padahal beliau mengaku bahwa komunikasinya dengan anak – anaknya cukup terjalin dengan baik, hanya saja memang subjek jarang untuk menceritakan tentang bagaimana hubungannya dengan pacarnya. Setelah kejadian ini ibunya mengaku untuk lebih memperhatikan anak – anaknya lagi, sehingga tidak terjerumus lagi kedalam perilaku seks pranikah.

Kesimpulan Kasus

Komunikasi antar pribadi informan dengan ibunya cukup baik. Informan merupakan orang yang cukup terbuka kepada ibunya, hanya saja masalah privasi ( pacar ) yang ia tidak terlalu begitu terbuka untuk membicarakan kepada ibunya

dengan alasan belum saatnya. Ia mengaku bahwa ada hal – hal yang memang tidak perlu untuk dia ceritakan kepada ibunya. Komunikasi yang dilakukan bersama ibunya berupa diskusi – diskusi kecil di rumah, komunikasi dalam keluarga informan cukup terjalin dengan baik, informan sering melakukan curhat ataupun sharing dengan sang ibu, karena baginya saran maupun kritikan dari ibu dapat bersifat membangun yang membuatnya lebih peka maupun hati – hati dalam bertindak. Akan tetapi itu tidak menjadi acuan dalam pergaulan informan, masih berhubungan sekitar empat bulan, informan mengaku sudah tidak perawan yang mengakibatkan informan hamil. Informan mengaku bahwa sang pacar telah memasukkan obat tidur ke dalam minumannya yang mengakibatkan dia tidak sadarkan diri. Ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Pengalaman pahit ini menjadikan informan lebih berhati – hati dalam bergaul, untuk tidak terjerumus kembali kepada perilaku seks pra- nikah.

Informan E

Informan E merupakan infoman yang berusia 18 tahun. Informan juga merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Informan mengaku kepada peneliti bahwa dirinya adalah anak yang cukup manja. Kebungsuannya membuat dia lebih dekat dengan ibunya. Informan juga mengaku kepada peneliti bahwa komunikasi didalam keluarganya cukup terjalin dengan baik. Melalui komunikasi tersebut saran maupun arahan ia dapat dari kedua orang tuanya. Orang tuanya selalu mengajarkan nilai–nilai agama kepada informan, dengan tujuan mereka dapat melakukan segala aktivitas dengan jalan yang benar, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagaimana hubungannya dengan pacar pun selalu ia ceritakan

kepada orang tuanya, terutama kepada ibu, akan tetapi masih dalam batas yang wajar. Perilaku pacaran informan yang sudah terlalu jauh tidak berani ia ceritakan kepada sang ibu, dikarenakan takut, ataupun membuat ibunya sakit nantinya ketika tahu hal itu. Ini yang membuat informan tetap merahasiakan hal ini. Komunikasi yang cukup terjalin di dalam keluarga informan tidak menjamin informan berperilaku yang positif didalam bergaul.

Informan mengaku bahwa dia sampai kepada perilaku seks pra- nikah di karenakan sangat menyayangi pacarnya, tidak ada maksud yang lain. Masalah ini hanya di ketahui oleh sahabatnya yang bernama Rina. Hubungan Rina dan informan sangat akrab, informan cenderung terbuka terhadap Rina daripada terhadap kedua orang tuanya.

“Cukup dekat lah kak, dia sahabat aku dari kecil, kebetulan kami tetanggaan, jadi kita sering lah saling curhat – curhat gitu, khususnya soal pacar. Makanya kita udah gak bisa lagi rahasia – rahasiaan sama dia.”8)

Informan cenderung terbuka terhadap orang tuanya, termasuk ibu. Komunikasi yang baik dalam keluarga kurang menjadi acuan baginya untuk melakukan sesuatu secara positif. Dalam keluarga ini nilai – nilai agama cukup di pegang kuat, akan tetapi itu tidak di aplikasi kan oleh informan khususnya didalam pergaulannya. Hubungan yang cukup dekat dengan ibu tidak membuat

Dokumen terkait