KOMUNIKASI REMAJA PELAKU SEKS PRANIKAH
(
Studi Kasus pada Remaja Putri Pelaku Seks Pranikah di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia)SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
O l e h :
DWI PUTRI APRIYANTHI. M
090922010
Jurusan Ilmu Komunikasi – Ekstension
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
Abstraksi
Judul penelitian ini yaitu Komunikasi remaja pelaku seks pra-nikah. Saat ini kasus mengenai perilaku seks pranikah pada remaja sangat mengkhawatirkan, padahal perilaku tersebut harus dihindari oleh setiap individu. Perilaku seksual pra-nikah adalah aspek psikis yang merupakan kesediaan untuk melakukan tindakan yang dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai diri dari individu dimana individu melakukan hubungan atau aktivitas seksual tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut badan hukum dan norma agama serta keyakinan individu. Salah satu penyebab terjadinya perilaku seks pranikah di kalangan remaja adalah karena kurang komunikasi serta dukungan maupun perhatian dari orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komunikasi remaja pelaku seks pra-nikah serta alasan remaja dalam melakukan hubungan seks pra-nikah.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skrispsi ini.
Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang
yang tidak terhingga kepada Ibunda tersayang Dra. Timbul Sinaga, serta
Ayahanda tersayang Robinson Manalu yang telah memberikan doa, dukungan,
serta semangat yang luar biasa kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa penulis juga ucapkan terima kasih banyak
buat kakak tersayang Anlindra Chasana, S.Pd atas dukungan serta doanya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan
pendidikan Strata-I pada Departement Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik USU. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bimbingan, nasehat, dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar –
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik USU Medan.
2. Bapak Zakaria, M.SP, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik USU Medan.
3. Ibu Dra. Fatma wardy Lubis, M.A, Selaku Ketua Departement Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.
4. Ibu Dr. Nurbani, M.Si, Selaku Dosen Pengajar dan Pembimbing penulis
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dr Nurbani, M.Si yang
telah sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Ibu Dra. Dayana, M.Si , selaku Sekretaris Departement Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.
6. Staf pengajar dan pegawai – pegawai ( Kak Maya, Kak Icut, Kak Ros dll )
dan pegawai lainnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan,
yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian.
7. Ibu Samudera Eva selaku Kepala Lingkungan XXII yang telah membantu
penulis dalam proses penelitian.
8. Teman–teman seperjuangan, Hera Rebecca Silitonga, Tety Christine
Sinaga, Benget Simanjuntak, serta Lamhot alias Hose Eels Simbolon
(tetap semangat ya teman-teman), dan seluruh teman-teman anak ILKOM
Ext ’09 khususnya kelas B.
9. Frengky Harianto Sihombing, pacar tercinta, terima kasih atas doa,
dukungan serta semangat yang selama ini di berikan kepada penulis,
sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
Skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mohon
maaf bila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik
dan saran diperlukan untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih banyak.
Medan, Juli 2011
DAFTAR ISI
Abstraksi………. i
Kata Pengantar……….. ii
Daftar Isi………. iv
1.4 Tujuan dan ManfaatPenelitian……….. 9
1.5 Kerangka Teori………. 10
1.6 Kerangka Konsep………. 18
1.7 Definisi Operasional……… 18
BAB II URAIAN TEORITIS……… 20
2.1 Teori Interaksi Simbolik……….. 20
2.2 Komunikasi……….. 23
2.2.1 Pengertian Komunikasi……….. 23
2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi……… 26
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi………. 26
2.2.4 Tatanan Komunikasi……….. 27
2.2.5 Dampak Komunikasi……….. 27
2. 3 Komunikasi Antar Pribadi……… 28
2.3.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi……… 28
2.3.2 Ciri-ciri dan sifat Komunikasi Antar Pribadi………….. 30
2.3.3 Jenis-jenis Komunikasi Antar Pribadi……… 32
2.4 Teori Self Disclosure………. 32
2.5 Komunikasi Keluarga……… 35
2.5.1 Pengertian Komunikasi Keluarga……….. 35
2.5.2 Fungsi komunikasi Keluarga……… 36
2.6 Remaja………. 38
2.6.1 Pengertian Remaja……… 38
2.6.2 Ciri-ciri masa Remaja……… 39
2.6.3 Tahap Perkembangan Remaja……… 39
2.6.4 Perkembangan Fisik……… 40
2.6.5 Karakteristik Remaja……….. 42
2.7 Perilaku Seksual Remaja……… 44
2.7.1 Faktor-faktor yang memperngaruhi……… 44
2.7.2 Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja………….. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 47
3.1 Metode Penelitian………. 47
3.2 Waktu Penelitian……….. 47
3.3 Lokasi Penelitian………. 47
3.4 Subjek Penelitian………. 47
3.5.1 Penelitian Lapangan……….. 49
3.5.2 Studi Kepustakaan……… 50
3.6 Teknik Analisis Data……… 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 52
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………... 52
4.1.1 Letak Geografis………. 52
4.1.2 Keadaan Demografi……….. 52
4.2 Pelaksanaan Pengumpulan data di Lapangan……….. 56
4.3 Teknik Pengolahan Data………. 58
4.4 Hasil Pengamatan dan wawancara……… 58
4.5 Pembahasan……….. 75
BAB V PENUTUP………. 85
5.1 Kesimpulan………. 85
5.2 Saran……… 87
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur………. 53
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama………... 54
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis……….. 54
Tabel 4 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………….. 55
Tabel 5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan………. 56
Tabel 6 : Karakteristik Responden………. 58
Abstraksi
Judul penelitian ini yaitu Komunikasi remaja pelaku seks pra-nikah. Saat ini kasus mengenai perilaku seks pranikah pada remaja sangat mengkhawatirkan, padahal perilaku tersebut harus dihindari oleh setiap individu. Perilaku seksual pra-nikah adalah aspek psikis yang merupakan kesediaan untuk melakukan tindakan yang dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai diri dari individu dimana individu melakukan hubungan atau aktivitas seksual tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut badan hukum dan norma agama serta keyakinan individu. Salah satu penyebab terjadinya perilaku seks pranikah di kalangan remaja adalah karena kurang komunikasi serta dukungan maupun perhatian dari orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komunikasi remaja pelaku seks pra-nikah serta alasan remaja dalam melakukan hubungan seks pra-nikah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan
sehari–hari. Komunikasi memainkan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar melalui
komunikasi. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan diri
sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, mencintai atau mengasihi orang lain
dan sebagainya.
Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari
seseorang kepada orang lain. Tanpa komunikasi tidak ada hubungan dan kesepian
dalam menjalankan aktivitas. Komunikasi yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari–hari terjadi dalam beberapa bentuk, seperti komunikasi antar pribadi,
komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa. Semua itu
juga terkait dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan dan lainnya.
Komunikasi sangat berarti didalam berbagai kegiatan manusia, dan memberikan
manfaat didalam kelangsungan hidup dan aktivitas manusia, yang sekaligus
merupakan bagian dari kehidupan manusia terutama didalam melakukan interaksi
dan berhubungan dengan manusia lainnya.
Bagi remaja komunikasi juga sangat penting. Komunikasi yang dilakukan
oleh para remaja dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Bentuk komunikasi yang di
1. Hubungan orang tua dan anak yg mulai tumbuh remaja dirumah berjalan
baik, seperti antara orang tua dan anak selalu terbuka dalam memecahkan
permasalahan remaja, orang tua tidak pernah meninggalkan anak remajanya
bila anak - anak memerlukan informasi.
2. Komunikasi remaja sebagai murid atau pelajar disekolah
seperti komunikasi remaja dengan sesama teman disekolah, dengan para
guru, dengan aktivitas disekolah.
3. Komunikasi remaja dengan lingkungan sekitarnya, seperti kegiatan di
RT/RW,atau organisasi
Inilah yang dinamakan komunikasi secara intensif, yaitu adanya kontak antara
remaja sendiri dengan pihak lain dalam kegiatan mereka. Banyak remaja yang
lebih merasa nyaman bercerita atau terbuka terhadap teman atau sahabat,
dibandingkan kepada orang tua. Beberapa fakor yang menyebabkan hal itu terjadi,
salah satunya kurangnya informasi yang diberikan oleh orang tua terhadap
anaknya, sehingga anak itu sendiri berusaha untuk mendapatkan informasi melalui
media, ataupun dari orang lain. Ini yang seharusnya lebih diperhatikan oleh orang
tua.1.
Masa remaja adalah masa-masa seseorang akan menemukan hal-hal yang
menarik. Dimana masa-masa ini seseorang akan mulai mempelajari dunia
kedewasaan dan pencarian jati diri. Namun demikian, saat masa-masa remaja
inilah dimana seseorang dapat dengan mudahnya terjerumus dalam penyimpangan
sosial terutama penyimpangan perilaku seks bebas.
1
Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan dari
masa kanak- kanak ke masa remaja atau usia belasan tahun. Masa remaja juga di
artikan sebagai masa dimana seseorang menunjukkan tanda- tanda pubertas dan
berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual. Perubahan-perubahan tersebut
terutama ditandai oleh perkembangan karakteristik seks primer dan seks sekunder.
Perilaku seks yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya bagi remaja
yang belum menikah cenderung meningkat.
Perilaku seksual pada remaja dapat di wujudkan dalam tingkah laku yang bermacam- macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di balik baju, dan melakukan senggama ( Sarwono 47 : 2003 ).
Pertumbuhan budaya seks bebas di kalangan pelajar mulai mengancam
masa depan bangsa Indonesia. Pemerintah menemukan indikator baru yakni
makin sulitnya menemukan remaja putri yang masih memiliki keperawanan
(virginity) dikota-kota besar.
Kehidupan remaja sepertinya tidak pernah terlepas dari persoalan perilaku
seksual pranikah, terlebih remaja kota. Pengaruh informasi global (paparan audio
visual) yang semakin mudah diakses diakui atau tidak telah memancing anak dan
remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok,
minum minuman beralkohol, dan penyalahgunaan obat terlarang. Pada akhirnya
secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal
seksual aktif serta mengantar mereka pada berperilaku seksual yang berisiko
tinggi.
Berdasarkan survey Sumber Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
berhubungan seksual pada: usia 14-19 tahun, perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%.
Sedangkan pada usia 20-24 tahun perempuan 48,6% dan laki-laki 46,5%. SKRRI
pun melanjutkan analisanya pada tahun 2003 dengan memetakan beberapa faktor
yang mempengaruhi mereka melakukan seks pra nikah. Menurut SKRRI,
faktornya yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual
antara lain: Pertama, pengaruh teman sebaya atau punya pacar. Kedua, punya
teman yang setuju dengan hubungan seks pra nikah. Ketiga, punya teman yang
mendorong untuk melakukan seks pra nikah. Dan berdasarkan data dari survey
BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja di kota medan yang sudah tidak
perawan lagi. Dari hasil penelitian ini harusnya membuat para orang tua lebih
maksimal dalam mengawasi ataupun berkomunikasi dengan anak terlebih masalah
seksual. 2
2
Lebih mengejutkan lagi, perilaku seksual pranikah dikalangan remaja ini
tidak hanya terjadi pada remaja yang tidak sekolah saja, akan tetapi fenomena
seks pranikah ini juga terjadi pada remaja yang berstatus sebagai pelajar.
Keterlibatan pelajar dalam perilaku seks pranikah ini juga sudah tidak menjadi
rahasia lagi. Dikota kota besar seperti kota Medan kita dapat dengan mudah
menyaksikan fenomena ini ditempat-tempat umum seperti cafe ataupun pondok
yang dengan mudahnya mereka melakukan hubungan yang biasa di lakukan oleh
suami istri itu, bahkan sampai ditempat-tempat shooping sekalipun kita dapat
dengan mudah melihat perilaku para remaja yang sudah tidak sesuai dengan
nilai-nilai sosial.
Seks dikalangan remaja kini sudah menjadi rahasia umum. Faktanya, 15%
remaja Indonesia telah melakukan hubungan seks sebelum menikah (sumber lain
menyatakan lebih dari 63%!)3
Minimnya kualitas komunikasi orang tua dan anak dapat menyebabkan
perilaku seksual pranikah pada remaja menurut Hurlock (dalam Amrillah, dkk,
2006). Selain itu, dari hasil penelitian penulis terhadap remaja yang telah
melakukan seks pranikah dapat di ketahui bahwa, yang melatar belakangi hal itu
Kebanyakan dilakukan bersama pacar atau teman. Ada beragam alasan yang
menjerumuskan remaja kedalam hubungan seks pranikah. Selain rasa penasaran
atau suka sama suka, hal yang paling penting adalah kurangnya komunikasi orang
tua dan anak. Para orang tua masih sulit untuk membicarakan masalah seksual
terhadap anak- anaknya. Selain itu, lebih dari 80% remaja merasa lebih nyaman
membicarakan masalah seksual dengan teman. Sehingga tidak menutup
kemungkinan informasi yang mereka terima masih simpang siur. Masalah-
masalah seperti ini sering terjadi di karenakan kurangnya efektivitas komunikasi
yang di lakukan oleh para orang tua.
Menurut Green (2003), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Hasil
penelitian Seotjiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua - remaja,
tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan
eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung
maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.
3
terjadi di karenakan pengaruh lingkungan pergaulan dengan teman, dan
kurangnya komunikasi orang tua di dalam keluarga. Anak memiliki kebebasan
penuh dalam pergaulannya tanpa ada yang mengontrol. Orang tua cenderung
sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kurang memperhatikan kehidupan anaknya.
Oleh karena itu kualitas komunikasi orang tua- anak tentang seksualitas di
perlukan untuk menghindari anak dari perilaku seksual pranikah.
Kualitas komunikasi orang tua-anak mengenai masalah seksual, berarti
dalam memberikan pendidikan seks kepada anak orang tua harus menghilangkan
anggapan tabu terhadap seks, orang tua mampu mengarahkan anak untuk
menghindarkan hal-hal yang merangsang seks dengan memberi informasi secara
lengkap tentang pengetahuan seks dan cara penanggulangannya, kualitas
komunikasi yang baik antara orang tua-anak akan menimbulkan pengertian,
kepercayaan dan hubungan baik dengan anak. Dengan demikian orang tua mudah
menyampaikan segala sesuatu hal dengan lebih mudah dan bisa diterima oleh
anak ( Chilman dalam Wulandari, dkk, 2006).
Faktor lingkungan yang memang sangat berpengaruh terhadap perilaku
seks remaja di antaranya adalah faktor keluarga. Orang tua mempunyai peran
yang sangat penting bagi perkembangan anak. Nilai-nilai moral, agama, dan
norma-norma sosial dikenalkan kepada anak melalui interaksi di dalam keluarga.
Di sinilah letak pentingnya efektivitas komunikasi keluarga tentang seksualitas
antara orang tua dengan anaknya. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya
kepercayaan, keterbukaan, dan dukungan positif pada anak agar anak dapat
menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orang tua (Rakhmad &
Sudirman dalam Magdalena, 2000). Komunikasi yang baik antara orang tua
perilaku seksual anak. Selain itu, dengan komunikasi yang baik akan memberikan
gambaran atau pandangan mengenai pemaknaan seks yang benar sehingga anak
dapat mengerti batasan mana yang seharusnya baik atau tidak baik bagi mereka.
Melalui komunikasi yang baik pula, orang tua dapat membimbing serta
memberikan pemahaman- pemahaman mengenai seksualitas dan perilaku seksual
yang bertanggung jawab pada anak. Dengan komunikasi tersebut, orang tua dapat
segera menyadari masalah-masalah yang terjadi pada diri anak remajanya,
termasuk masalah seksualitas anak dan dapat membantu mencari solusi dari
masalah yang sedang dihadapi.
Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak di
antaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan
banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang tua remaja,
mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual
pranikah remaja. Hasil penelitian yang dilakukan Soetjiningsih (2006)
menunjukkan, makin baik hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin
rendah perilaku seksual pranikah remaja, begitu juga sebaliknya. Selain Faktor
hubungan antara orang tua dan anak yang mempengaruhi perilaku seksual
pranikah pada remaja adalah tekanan teman sebaya, dan eksposur media
pornografi.
Pendidikan seks bagi remaja sangat di perlukan, sehingga informasi yang
remaja dapatkan menjadi valid dan tidak menjerumuskan. Ini dimaksudkan agar
remaja tidak salah persepsi dan tidak berperilaku asusila hingga merugikan diri
sendiri dan orang lain. Selain itu, ini juga merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif remaja
resiko-resikonya, diharapkan remaja bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri
dan lingkungan sekitarnya.
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah fakor
lingkungan seperti VCD, buku, dan film porno (Taufik, 2005). Menurut
Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku
porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara
langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual
pranikah.
Penelitian di lakukan di Lingkungan XXII Desa Kelurahan Helvetia
Tengah Kecamatan Medan Helvetia karena peneliti melihat ada beberapa remaja
yang terlalu bebas dalam bergaul sehingga menyebabkan mereka terjerumus ke
dalam perilaku seks pranikah.
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang Bagaimana Komunikasi Remaja pelaku seks pranikah di
lingkungan XXII Desa Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana komunikasi remaja
pelaku seks pranikah di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Sesuai dengan masalah penelitian yang di rumuskan di atas, selanjutnya
peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar
permasalahan yang di teliti menjadi jelas, dan tidak terlalu luas sehingga dapat di
hindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah
yang akan di teliti adalah :
1. Bagaimana komunikasi remaja pelaku seks pranikah
2. Faktor- faktor apa saja yang menjadi alasan remaja putri melakukan
hubungan seks pranikah
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini untuk:
1. Memperoleh gambaran komunikasi remaja pelaku seks pranikah
2. Mengungkapkan alasan seks pranikah di kalangan remaja.
1.4.2 Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan
penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU Medan
2. Secara praktis, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran
tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja di
lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia
1.5 KERANGKA TEORI
Dalam penelitian di perlukan teori-teori dan kerangka berpikir yang
sistematis. Mengingat masalah yang di kaji dalam penelitian ini adalah
komunikasi antar pribadi orang tua tentang pendidikan kesehatan reproduksi
remaja.
1.5.1 Teori Interaksi Simbolik
Interaksi Simbolik di lakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah
satu symbol yang terpenting dan isyarat (Decoding). Akan tetapi symbol bukanlah
merupakan faktor- faktor yang telah terjadi namun merupakan suatu proses yang
berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian “makna”.
Penyampaian makna dan symbol inilah yang menjadi subject matter dalam
interaksi simbolik.
Interaksi simbolik juga di definisikan secara implisit melalui gerakan
tubuh. Dalam gerakan tubuh ini akan terimplikasi ataupun terlihat seperti suara
atau vocal, gerakan fisik, dan sebagainya yang mengandung makna. Hal- hal yang
di contohkan itu adalah symbol yang significant dari interaksi simbolik.
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan
interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto.
2007). Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang
berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di
tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta
menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut
menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk
membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain
melalui interaksi.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang
simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya
dengan cara membaca simbol yang ditampilkan
Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran
simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari
“petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan
mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain.
Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi antar
individu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang orang
lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.
oleh orang lain
1.5.2 Komunikasi
Istilah komunikasi atau communicataion berasal dari bahasa latin
communication dan bersumber dari kata komunis yang berarti “sama “, yakni “
sama makna” ( lambang )
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang,
jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut
jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada
tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang
terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai
pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Menurut Ruben ( Arni,1992 : 3), komunikasi adalah suatu proses melalui
menyampaikan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasikan
lingkungannya dan orang lain.
Sedangkan menurut Effendy ( 2005 :50 ), komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau
mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung maupun tidak langsung
melalui media.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, dan akan
berhasil bila terjadi saling pengertian di antara kedua belah pihak yang
berkomunikasi.
1.5.3 Komunikasi Antar Pribadi
Secara umum komunikasi antar pribadi (KAP) dapat diartikan sebagai
suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.
Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Dalam
pengertian tersebut mengandung 3 aspek yaitu :
1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang
berlangsung terus menerus
2. KAP merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan
menerima pesan secara timbal balik.
3. Mengandung Makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses
tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang
berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses
Dari ketiga aspek tersebut maka KAP menurut Judy C. Pearson memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. KAP di mulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi
yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita.
2. KAP bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang
berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.
3. KAP mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya
isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.
4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang
berkomunikasi.
5. KAP melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya
dalam proses komunikasi
6. KAP tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan
sesuatu pada pasangan maka tidak dapat diubah. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau menghapus yang sudah dikatakan
Menurut Devito ( 1976 ) bahwa komunikasi antar pribadi merupakan penggunaan
pesan- pesan dari seseorang, dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang
dengan efek dan umpan balik berlangsung (Aloliliweri,1991 :12)
Umpan balik mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi,
sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang
di lancarkan komunikator. Dalam komnikasi antar pribadi, karena situasinya tatap
muka, tanggapan kominikan dapat segera di ketahui. Dalam hal ini komunikator
perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan.
1.5.4 Teori Self Disclosure
Teori ini di perkenalkan oleh Joseph Luft ( 1969 ) yang menekankan
bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya,
maupun orang lain. Untuk hal ini dapat di kelompokkan kedalam empat macam
bidang pengenalan yang di tunjukkan dalam suatu gambar yang di sebutnya
Jendela Johari ( Johari Window )
Di ketahui Sendiri Tidak di ketahui sendiri
Diketahui Orang lain
Tidak diketahui orang
lain
Gambar yang di sebut Johari Window tersebut melukiskan bahwa dalam
pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat
kemungkinan sebagaimana terwakili melalui keempat bidang ( Jendela ) itu.
Bidang 1, melukiskan suatu kondisi dimana seseorang dengan yang lain
mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga kedua belah pihak saling
mengetahui masalah tentang hubungan mereka.
Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah
pihak hanya di ketahui orang lain namun tidak di ketahui dirinya sendiri.
Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni, masalah hubungan antara
kedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak di ketahui oleh orang lain.
Bidang 4, bidang tidak di kenal, dimana kedua belah pihak sama – sama
tidak mengetahui masalah hubungan antar mereka.
Keadaan yang di kehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar
pribadi adalah bidang 1, dimana antara komunikator dengan komunikan saling
mengetahui makna pesan yang sama, meskipun kenyataan hubungan antar pribadi
tidak seideal yang di harapkan, ini di sebabkan karena dalam berhubungan dengan
orang lain betapa sering setiap orang mempunyai peluang untuk menyembunyikan
atau mengungkapkan masalah yang di hadapinya.
1. Terbuka 2. Buta
1.5.5 Komunikasi Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia
dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial, dalam interaksi
dengan kelompoknya ( Kurniadi,2001: 271 ). Dalam keluarga yang sesungguhnya,
komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga
merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan
kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan
laki – laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama
untuk menciptakan dan membesarkan anak – anak.
Menurut Rae Sedwig dalam Syaiful Bahri ( 2004 ), komunikasi keluarga
adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata – kata, sikap tubuh (
gesture ), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan
perasaan serta saling membagi pengertian.
Hafied Cangara ( 2002 : 62 ) menjelaskan fungsi komunikasi dalam
keluarga adalah meningkatkan hubungan insani ( Human relation ), menghindari
dan mengatasi konflik – konflik pribadi dalam keluarga, mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang
lain.
Komunikasi dalam keluarga merupakan salah satu bentuk komunikasi
antar pribadi yang khas. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai
kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah–masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat
dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.
1.5.6 Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain,
seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula
dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21
tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et
al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan
dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik
(Hurlock, 2004).
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri–ciri tertentu
yaitu:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
2. Masa remaja sebagai periode peralihan.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
4. Masa remaja sebagai periode bermasalah
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan
dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami
masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan
pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa
remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).
1.5.7 Perilaku seksual remaja
Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan
jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama.
Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif
dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan
perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa
melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama
dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).
Perilaku seksual merupakan bagian perilaku yang bertujuan untuk menarik
perhatian lawan jenis. Contohnya, antara lain mulai dari berdandan, merayu,
menggoda, bersiul termasuk juga yang berkaitan dengan aktivitas dan hubungan
seks. Perilaku seksual remaja di Indonesia melalui berbagai tahap mulai dari
menunjukkan perhatian pada lawan jenis, berkencan, lips kissing, deep kissing,
genetal stimulor petting dan intercourse (Hasmi, 2001).
1.6 KERANGKA KONSEP
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang di capai (
Dalam penelitian ini, ada 2 kategori yang di teliti, yaitu :
1. Kategori berdasarkan komunikasi remaja
Dalam penelitian ini yang hendak di teliti adalah konteks komunikasi
seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa.
2. Kategori berdasarkan seks pranikah
Dalam penelitian ini yang hendak di teliti adalah mengenai alasan
remaja putri melakukan hubungan seks pranikah.
1.7 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasioanal adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi
operasioanal adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang
ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46)
1. Komunikasi remaja
a. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi di antara dua
individu, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui media.
b. Komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua
orang atau tiga orang, bisa berbentuk diskusi, rapat dan lain- lain yang satu
sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja,
pengajian ibu- ibu, dan lain- lain.
c. Komunikasi Massa, adalah komunikasi ini melibatkan media, misalnya,
televisi, surat kabar, majalah, dan lain- lain. Dalam hal ini apakah remaja
itu sendiri sering membaca bacaan yang porno ataupun menonton VCD
2. Perilaku seks pranikah
b. Pengaruh teman sebaya, dorongan yang di berikan oleh teman dalam hal
ini untuk melakukan hubungan seks pranikah
c. Minimnya komunikasi orang tua-anak, rendahnya kualitas komunikasi
yang di berikan oleh orang tua terhadap anak untuk memberikan informasi
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Teori Interaksi simbolik
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan
interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu 4)
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: (1)
Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai
makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran
mereka melalui interaksi dengan individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan
untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat
orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam (Soeprapto,
2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu
merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan
bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis
melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang
berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di
tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta
menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut
menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk
membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain
melalui interaksi.
4)
teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia
luarnya, dan (3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang
diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat,
dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif
dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses
pengambilan peran di tengah masyarakatnya. 5)
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
Interaksi Simbolik di lakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah satu
symbol yang terpenting dan isyarat (Decoding). Akan tetapi symbol bukanlah
merupakan faktor- faktor yang telah terjadi namun merupakan suatu proses yang
berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian “makna”.
Penyampaian makna dan symbol inilah yang menjadi subject matter dalam
interaksi simbolik.
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi
simbolik antara lain:
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
Tema pertama pada interaksi simbolik tertuju pada pentingnya membentuk
makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa
dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya,
sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses
interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini
sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer, dimana
asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
5)
1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang
diberikan orang lain kepada mereka,
2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia
3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif
Tema kedua pada interaksi simbolik tertuju pada pentingnya ”Konsep diri”
atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada
pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada
interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan,
menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 101), antara lain:
1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang
lain.
2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.
Konsep diri menurut George Herbert Mead dalam bukunya Symbolic
Interactionism; Perspective, and Method,
Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara
kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa
norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap
individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya ” pada dasarnya terdiri dari jawaban
individu atas pertanyaan "Siapa Aku". Konsep diri terdiri dari kesadaran individu
mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang
sedang berlangsung. Kesadaran diri merupakan hasil dari suatu proses reflektif
yang tidak kelihatan, dan individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang
bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu ini
2.2 Komunikasi
2. 2. 1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari
bahasa latin : Communication bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama disini maksudya adalah sama makna. Menurut Carl. I. Hovland komunikasi
adalah berkenaan dengan perilaku orang lain. Tujuan untuk mempelajari
komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi kepada
seseorang. Seseorang akan dapat mengubah sikap, perilaku, pendapat orang lain
apabila komunikasinya itu komunikatif.
Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang akan di percakapkan. Kesamaan bahasa yang
dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna.
Dengan perkataan lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna
yang di bawakan bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat di
katakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang di
pergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang di percakapkan.
Akan tetapi pengertian komunikasi yang di paparkan diatas sifatnya
dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung
kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena
kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan
Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku
seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang di kehendaki komunikator,
agar isi pesan yang di sampaikan dapat dimengerti, di yakini serta pada tahap
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl Hovland ( dalam Effendy, 1995 :
10 ) “ Komunikasi adalah proses dimana seseorang komunikator menyampaikan
perangsang untuk merubah tingkah laku orang lain”
Sedangkan menurut Edward Depari (dalam Widjaja, 2000:13) menyatakan
bahwa “ Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan
yang di sampaikan melalui lambing- lambing tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima pesan dengan
maksud mencapai kebersamaan ( Commons)
Dari beberapa definisi diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan ( Stimulus,
signal, simbol, atau informasi ) baik dalam bentuk verbal, maupun non-verbal dari
pengirim kepada komunikan dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik, dan behavioral.
Menurut Carl. I. Hovland ( dalam Effendy, 1995 ) komunikasi memiliki
berbagai tingkatan, yaitu:
1. Komunikasi Intra personal
Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri,
atau proses berpikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan, dan berbicara pada
diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya, shalat,
kita berkomunikasi kepada Tuhan YME, yaitu dengan memohon doa
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua
individu, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini
berlangsung secara tatap muka, bisa melalui media. Komunikasi ini dianggap
paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang.
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi Kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua
orang atau tiga orang, bisa berbentuk diskusi, rapat dan lain- lain yang satu sama
lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja, pengajian ibu- ibu,
dan lain- lain.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah proses komunikasi yang terjadi di depan publik
atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan media atau
dengan tidak menggunakan media ( berbicara langsung )
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi yang bersifat formal maupun
Informal
6. Komunikasi Massa
Komunikasi yang melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar
dalam area geografis yang luas, heterogen, namun mempunyai perhatian dan
minat terhadap suatu issu atau berita. Biasanya dalam komunikasi ini melibatkan
media, misalnya, televisi, surat kabar, majalah, dan lain- lain.
2.2.2 Unsur- Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi sebagaimana di uraikan diatas, tampak adanya
sejumlah komponen dan unsur yang di cakup dan merupakan persyaratan
terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur- unsur
komunikasi adalah sebagai berikut ( Widjaja 2002 :11-20) :
a. Sumber ( Source)
Sumber adalah dasar yang di gunakan dalam penyampaian pesan, yang di gunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan sejenisnya. Apabila kita salah mengambil sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lakukan akan berakibat lain dari yang kita harapkan.
b. Komunikator ( Communicator )
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, televisi dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang - kadang komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya, komunikan dapat menjadi komunikator.
c. Pesan ( Message )
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang di sampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan, ( tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap, dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat di sampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan di arahkan kepada tujuan akhir komunikasi.
d. Saluran ( channel )
Saluran komunikasi selalu menyampikan pesan yang dapat di terima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi sering di lakukan melalui dua saluran yaitu saluran formal ( resmi ) yang berupa desas - desus, kabar angin ataupun kabar burung.
e. Efek (Effect )
Efek merupakan hasil akhir dari komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil, begitu juga sebaliknya.
2. 2. 3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Tujuan Komunikasi ( Effendy, 2005 : 55 ) yaitu :
b. Mengubah opini / pendapat/ pandangan ( to change the opinion )
c. Mengubah perilaku ( to change the behavior )
d. Mengubah masyarakat ( to change the society )
Sedangkan fungsi komunikasi ( Effendy , 2005 :55) yaitu :
a. Menginformasikan ( to inform )
b. Mendidik ( to educate )
c. Menghibur ( to entertain )
d. Mempengaruhi ( to influence )
2.2.4 Tatanan Komunikasi
Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari segi jumlah
komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat diklasifikasikan
menjadi bentuk sebagai berikut ( Effendy, 2003 : 57 ) :
a. Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari
komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi seperti anjang sana,
tukar pikiran dan lain sebagainya.
b. Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari
komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi panel, seminar,
dan lain- lain) dan komunikan kelompok besar.
c. Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi
media cetak/ pers seperti surat kabar dan majalah dan komunikasi media
massa elektronik seperti radio, televisi, film, dan lain- lainnya.
2.2.5 Dampak Komunikasi
Bagian terpenting dalam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar
tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
a. Dampak kognitif adalah yang timbul dalam komunikan yang menyebabkan
komunikan menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.
b. Dampak Afektif adalah yang timbul dalam diri komunikan bukan hanya
sekedar tahu tetapi tergerak hatinya yang menimbulkan suatu perasaan
tertentu.
c. Dampak Behavioural adalah yang timbul pada diri komunikan dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
2. 3 Komunikasi Antar Pribadi
2.3.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi sering disebut “dyadic communication”, yakni
komunikasi antar dua orang dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk
percakapan. Komunikasi sejenis ini berlangsung secara tatap muka ( face to face ),
bisa juga melalui media arah atau timbal balik ( two way traffic communication ).
Menurut De Vito ( 1976 ) bahwa komunikasi antar pribadi menggunakan
penggunaan pesan- pesan dari seseorang, dan diterima oleh orang lain atau
sekelompok orang dengan efek dan umpan balik berlangsung. Effendy ( 1986 )
mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Dimana komunikasi
ini dianggap paling efektif dalam hal upaya untuk mengubah sikap, pendapat, dan
perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Arus baliknya
bersifat langsung. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif
bahwa komunikasi antar pribadi biasanya di hubungkan dengan pertemuan dua
orang, atau tga orang, atau bahkan empat orang yang terjadi secara sangat spontan
dan tidak berstruktur. ( Aloliliweri, 1991 : 12)
Umpan balik mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi,
sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang
dilancarkan komunikator. Dalam komunikasi antar pribadi, karena situasinya tatap
muka, tanggapan komunikan dapat segera di ketahui. Dalam hal ini komunikator
perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan.
Tekanan ulasan komunikasi antar pribadi terletak pada unsur- unsur, ciri-
ciri, situasi terjadinya komunikasi, jumlah orang yang terlibat dalm proses
komunikasi, jarak fisik dalam suatu percakapan, kekuatan umpan balik suatu
pesan dari penerima kepada pengirimnya. Banyak ahli juga berpendapat bahwa
semua yang menjadi tekanan dalam komunikasi antar pribadi akhirnya bermuara
pada perspektif situasi. Perspektif situasi merupakan suatu perspektif yang
menekankan bahwa sukses tidaknya komunikasi antar pribadi sangat tergantung
pada situasi komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua orang
atau sebagian kecil orang dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera
saling mendekati satu dengan yang lain pada saat itu juga daripada
memperhatikan umpan balik yang tertunda ( misalnya dalam hal komunikasi antar
manusia bermedia seperti surat- menyurat, percakapan, telepon, faximile)
Komunikasi antar pribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu
karena, setiap pihak mengetahui secara baik tentang lika- liku hidup pihak lain,
pikiran dan pengetahuannya, perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku
yang belum mengenal. Jika hendak menciptakan suatu komunikasi antar pribadi
yang lebih bermutu, maka harus didahului dengan keakraban, ( Aloliliweri, 1991
:30 )
2.3.2 Ciri- Ciri dan Sifat Komunikasi Antar Pribadi
Ciri- ciri komunikasi antar pribadi yaitu :
1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu.
2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.
3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang
tidak mempunyai identitas yang jelas.
4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang sengaja maupun yang
tidak sengaja.
5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas- balasan.
6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan dua
orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.
7. Komunikasi antar pribadi dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan
hasil.
8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang- lambang bermakna. (
Aloliliweri, 1991 :14 -29)
Ciri- ciri Komunikasi antar pribadi menurut De Vito dalam Liliweri (1991
:13), yaitu :
a. Keterbukaan ( openess ), yakni komunikator dan komunikan saling
mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas ( tidak ditutupi ) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu.
b. Empati ( emphaty ), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan
dirinya kepada peranan orang lain.
c. Dukungan ( suppotiveness ), yakni setiap pendapat, ide, atau gagasan yang
d. Rasa positif ( positiveness ), adalah setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak–pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka, sehingga menggangu jalinan interaksi.
e. Kesamaan ( equality ), yakni suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan
antar pribadi lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, usia, ideology, dan sebagainya.
Sifat-sifat komunikasi antar pribadi secara ringkas yaitu :
1. Komunikasi antar pribadi melibatkan didalamnya perilaku verbal maupun
non – verbal
2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted
(perilaku didasarkan pada factor kebiasaan ) dan contrived ( perilaku
didasarkan pada beberapa pertimbangan kognitif )
3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang.
4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai
interaksi dan koherensi.
5. Komunikasi anta pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat
intrinsik ( standard perilaku yang di kembangkan oleh seseorang sebagi
pandu bagaimana mereka melakukan komunikasi) dan ekstrinsik (standard
perilaku yang timbul karena adanya pengaruh dari pihak ketiga sehingga
komunikasi harus di perbaiki atau bahkan di hentikan).
6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan.
7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia (Aloliliweri,
1997 : 31 – 43 )
Hubungan interaksi antar manusia yang di pelajari dalam sosiologi
mempersyaratkan didahului oleh banyak kontak maupun komunikasi. Hubungan–
hubungan yang telah di bentuk tidak selamanya terus di pertahankan atau bahkan
2.3.3 Jenis – Jenis Komunikasi Antar Pribadi
Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai
jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong
Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antar pribadi diklasifikasikan
menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:
1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung
antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang
menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena
pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung
secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri
komunikan itu.
2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi
antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang
komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan
komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karena
komunikator memusatkan perhatiaanya hanya pada seorang komunikan,
sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya
juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua factor yang sangat
berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (1993:62)
2.4 Teori Self Disclosure
Pembukaan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau
tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan
tanggapan kita di masa kini. Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap
kejadian tertentu melibatkan perasaan. Membuka diri berarti membagikan kepada
orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya,
atau perasaan kita terhadap kejadian- kejadian yang baru saja kita saksikan (
Johnson, 1981 dalam supraktiknya, 1995 : 14 )
Salah satu teori pengembangan hubungan dalam komunikasi antar pribadi,
salah satunya Teori Self Disclosure. Teori ini menekankan bahwa setiap orang
bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk
hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan
yang ditunjukkan ke dalam suatu gambar yang disebut dengan Jendela Johari (
Johari Window )
Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri
Diketahui orang lain.
Tidak diketahui orang lain.
Gambar tersebut Jendela Johari, melukiskan bahwa dalam pengembangan
hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan
sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang jendela itu.
Bidang satu, melukiskan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan
yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak
saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.
Bidang dua, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua
pihak hanya di ketahui orang lain, namun tidak di ketahui diri sendiri.
1. Terbuka 2. Buta
Bidang tiga, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara
kedua pihak di ketahui diri sendiri namun tidak di ketahui orang lain.
Bidang empat, bidang tidak dikenal, dimana kedua pihak sama – sama
tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka.
Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu hubungan adalah
bidang satu, dimana komunikator dan komunikan sama- sama mengetahui makna
pesan yang sama. Meskipun pada kenyataanya hubungan antar pribadi tidak
seideal yang di harapkan, karena dalam berhubungan dengan orang lain betapa
sering setiap orang mempunyai kesempatan untuk menyembunyikan masalah
yang dihadapinya. ( Aloliliweri, 1991 : 54 )
Menurut Johnson ( Supratiknya 1995 : 15 ), beberapa manfaat dan dampak
pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut :
- Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua
orang.
- Semakin kita terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan
menyukai diri kita, akibatnya ia akan semakin membuka diri kepada kita.
- Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung
memiliki sifat – sifat sebagai berikut : kompeten, terbuka, fleksibel,
adaptif, dan intelegent, yakni sebagian dari ciri – ciri orang bahagia.
- Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang
memungkinkan komunikasi intim, baik dengan diri kia sendiri maupun
dengan orang lain.
- Membuka diri berarti bersikap realistik, maka pembukaan diri haruslah
2.5 Komunikasi Keluarga
2.5.1 Pengertian Komunikasi Keluarga
Seligmann, dalam Mulyana ( 2005 : 215 ) mengatakan keluarga adalah didefinisikan sebagai “ jaringan orang – orang yang berbagi kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama ; yang terikat oleh perkawinan, darah, atau komitmen, legal atau tidak ; yang menganggap diri mereka sebagai keluarga; dan yang berbau pengharapan – pengharapan masa depan mengenai hubungan yang berkaitan
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan kepribadian anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang
dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya
yang diberikan keluarga merupakan faktor yang sangat penting dan berguna untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Keluarga adalah sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan.
Didalamnya hidup bersama pasangan suami-istri secara sah karena pernikahan.
Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul,
selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk
keluarga bahagia dan sejahtera lahir batin. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari
dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan
darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu
dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat
dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Keluarga adalah kelompok
primer yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan dalam dimensi
hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang di ikat oleh adanya
saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan
Menurut Rae Sedwig dalam Syaiful Bahri (2004), Komunikasi Keluarga
adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh
(gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan
perasaan serta saling membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat, 1997: 30)
Keharmonisan keluarga menimbulkan dampak besar terhadap perkembangan
kepribadian anak. Kenyamanan dan kehangatan yang dirasakan anak di
tengah-tengah keluarganya akan membentuk sikap-sikap positif pada diri anak. Begitu
pula cinta tulus dan kasih sayang yang ditunjukkan orangtua dan anggota keluarga
lain akan meyakinkan anak bahwa ia dianggap penting dan akan memotivasinya
untuk berbuat yang terbaik bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.Menurut
Stinnet & DeFrain, seperti dikutip Savitri Ramadhani dalam bukunya Building
Positive Communication, bahwa keluarga harmonis mempunyai karakteristik
tertentu, yaitu kehidupan beragama yang baik di dalam keluarga, mempunyai
waktu bersama antara sesama anggota keluarga, mempunyai komunikasi yang
baik antar anggota keluarga, saling menghargai antara sesama anggota keluarga,
masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai
suatu ikatan kelompok dan ikatan kelompok ini bersifat erat dan kohesif, bila
terjadi permasalahan dalam keluarga, maka masalah tersebut dapat diselesaikan
secara positif dan konstruktif. (2006:23)
2.5.2 Fungsi Komunikasi Keluarga
Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk
komunikasi antar personal (face to face communication ) yang pada intinya
merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi
lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing peserta
komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat dikategorikan
sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.
Komunikasi individual atau komunikasi inter personal adalah komunikasi
yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam
sebuah interaksi antar pribadi; antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara
ibu dan anak, dan antara anak dan anak. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga
bisa dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran di dalam keluarga. Hal ini
disebabkan masing masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui
komunikasi.
Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh
berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua fungsi
komunikasi dalam keluarga, yaitu :
1. Fungsi Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk
menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Misalnya, via komunikasi yang
menghibur dan memupuk hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, melalui
komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih
dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama.
2. Fungsi Komunikasi kultural
Para sosiolog berpendapat bahwa komunikasi dan budaya mempunyai
komunikasi di sini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme
untuk mengkomunikasikan norma-norma buidaya masyarakat, baik secara
horizontal (dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya) ataupun secara
vertikal (dari suatu generasi kepada generasi berikutnya). Pada sisi lain, budaya
menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu
kelompok tertentu.
Selain itu fungsi Komunikasi dalam keluarga adalah
1. Memberikan pengertian yang lebih dalam tentang siapa kita sebagai pribadi
kepada anggota keluarga lainnya.
2. Meningkatkan kasih, kepercayaan, dan rasa hormat dalam keluarga
3. Sebagai alat untuk mendapat tujuan, dan membereskan hal–hal yang
menghalangi pencapaian tujuan.
2. 6. Remaja
2.6.1 Pengertian Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain,
seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula
dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21
tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et
al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan
dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik
2.6.2 Ciri – Ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri-ciri tertentu yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Gunarsa ( 2001 ) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan
dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami
sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam
masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan
pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa
remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).
2.6.3 Tahap Perkembangan Remaja
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap
yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1. Lebih dekat dengan teman sebaya
2. Ingin bebas
3. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir