• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Remaja Pelaku Seks Pranikah (Studi Kasus Pada Remaja Putri Pelaku Seks Pranikah Di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Remaja Pelaku Seks Pranikah (Studi Kasus Pada Remaja Putri Pelaku Seks Pranikah Di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI REMAJA PELAKU SEKS PRANIKAH

(

Studi Kasus pada Remaja Putri Pelaku Seks Pranikah di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

O l e h :

DWI PUTRI APRIYANTHI. M

090922010

Jurusan Ilmu Komunikasi – Ekstension

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

(2)

Abstraksi

Judul penelitian ini yaitu Komunikasi remaja pelaku seks pra-nikah. Saat ini kasus mengenai perilaku seks pranikah pada remaja sangat mengkhawatirkan, padahal perilaku tersebut harus dihindari oleh setiap individu. Perilaku seksual pra-nikah adalah aspek psikis yang merupakan kesediaan untuk melakukan tindakan yang dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai diri dari individu dimana individu melakukan hubungan atau aktivitas seksual tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut badan hukum dan norma agama serta keyakinan individu. Salah satu penyebab terjadinya perilaku seks pranikah di kalangan remaja adalah karena kurang komunikasi serta dukungan maupun perhatian dari orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komunikasi remaja pelaku seks pra-nikah serta alasan remaja dalam melakukan hubungan seks pra-nikah.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan karunia- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skrispsi ini.

Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang

yang tidak terhingga kepada Ibunda tersayang Dra. Timbul Sinaga, serta

Ayahanda tersayang Robinson Manalu yang telah memberikan doa, dukungan,

serta semangat yang luar biasa kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa penulis juga ucapkan terima kasih banyak

buat kakak tersayang Anlindra Chasana, S.Pd atas dukungan serta doanya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan

pendidikan Strata-I pada Departement Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik USU. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak

mendapat bimbingan, nasehat, dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar –

besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik USU Medan.

2. Bapak Zakaria, M.SP, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik USU Medan.

3. Ibu Dra. Fatma wardy Lubis, M.A, Selaku Ketua Departement Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

4. Ibu Dr. Nurbani, M.Si, Selaku Dosen Pengajar dan Pembimbing penulis

(4)

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis

mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dr Nurbani, M.Si yang

telah sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Dayana, M.Si , selaku Sekretaris Departement Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

6. Staf pengajar dan pegawai – pegawai ( Kak Maya, Kak Icut, Kak Ros dll )

dan pegawai lainnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan,

yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian.

7. Ibu Samudera Eva selaku Kepala Lingkungan XXII yang telah membantu

penulis dalam proses penelitian.

8. Teman–teman seperjuangan, Hera Rebecca Silitonga, Tety Christine

Sinaga, Benget Simanjuntak, serta Lamhot alias Hose Eels Simbolon

(tetap semangat ya teman-teman), dan seluruh teman-teman anak ILKOM

Ext ’09 khususnya kelas B.

9. Frengky Harianto Sihombing, pacar tercinta, terima kasih atas doa,

dukungan serta semangat yang selama ini di berikan kepada penulis,

sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mohon

maaf bila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik

dan saran diperlukan untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan

terima kasih banyak.

Medan, Juli 2011

(5)

DAFTAR ISI

Abstraksi………. i

Kata Pengantar……….. ii

Daftar Isi………. iv

1.4 Tujuan dan ManfaatPenelitian……….. 9

1.5 Kerangka Teori………. 10

1.6 Kerangka Konsep………. 18

1.7 Definisi Operasional……… 18

BAB II URAIAN TEORITIS……… 20

2.1 Teori Interaksi Simbolik……….. 20

2.2 Komunikasi……….. 23

2.2.1 Pengertian Komunikasi……….. 23

2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi……… 26

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi………. 26

2.2.4 Tatanan Komunikasi……….. 27

2.2.5 Dampak Komunikasi……….. 27

2. 3 Komunikasi Antar Pribadi……… 28

2.3.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi……… 28

2.3.2 Ciri-ciri dan sifat Komunikasi Antar Pribadi………….. 30

2.3.3 Jenis-jenis Komunikasi Antar Pribadi……… 32

2.4 Teori Self Disclosure………. 32

2.5 Komunikasi Keluarga……… 35

2.5.1 Pengertian Komunikasi Keluarga……….. 35

2.5.2 Fungsi komunikasi Keluarga……… 36

2.6 Remaja………. 38

2.6.1 Pengertian Remaja……… 38

2.6.2 Ciri-ciri masa Remaja……… 39

2.6.3 Tahap Perkembangan Remaja……… 39

2.6.4 Perkembangan Fisik……… 40

2.6.5 Karakteristik Remaja……….. 42

2.7 Perilaku Seksual Remaja……… 44

2.7.1 Faktor-faktor yang memperngaruhi……… 44

2.7.2 Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja………….. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 47

3.1 Metode Penelitian………. 47

3.2 Waktu Penelitian……….. 47

3.3 Lokasi Penelitian………. 47

3.4 Subjek Penelitian………. 47

(6)

3.5.1 Penelitian Lapangan……….. 49

3.5.2 Studi Kepustakaan……… 50

3.6 Teknik Analisis Data……… 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 52

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………... 52

4.1.1 Letak Geografis………. 52

4.1.2 Keadaan Demografi……….. 52

4.2 Pelaksanaan Pengumpulan data di Lapangan……….. 56

4.3 Teknik Pengolahan Data………. 58

4.4 Hasil Pengamatan dan wawancara……… 58

4.5 Pembahasan……….. 75

BAB V PENUTUP………. 85

5.1 Kesimpulan………. 85

5.2 Saran……… 87

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur………. 53

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama………... 54

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis……….. 54

Tabel 4 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………….. 55

Tabel 5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan………. 56

Tabel 6 : Karakteristik Responden………. 58

(8)

Abstraksi

Judul penelitian ini yaitu Komunikasi remaja pelaku seks pra-nikah. Saat ini kasus mengenai perilaku seks pranikah pada remaja sangat mengkhawatirkan, padahal perilaku tersebut harus dihindari oleh setiap individu. Perilaku seksual pra-nikah adalah aspek psikis yang merupakan kesediaan untuk melakukan tindakan yang dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai diri dari individu dimana individu melakukan hubungan atau aktivitas seksual tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut badan hukum dan norma agama serta keyakinan individu. Salah satu penyebab terjadinya perilaku seks pranikah di kalangan remaja adalah karena kurang komunikasi serta dukungan maupun perhatian dari orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komunikasi remaja pelaku seks pra-nikah serta alasan remaja dalam melakukan hubungan seks pra-nikah.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan

sehari–hari. Komunikasi memainkan peranan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar melalui

komunikasi. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan diri

sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, mencintai atau mengasihi orang lain

dan sebagainya.

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari

seseorang kepada orang lain. Tanpa komunikasi tidak ada hubungan dan kesepian

dalam menjalankan aktivitas. Komunikasi yang kita lakukan dalam kehidupan

sehari–hari terjadi dalam beberapa bentuk, seperti komunikasi antar pribadi,

komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa. Semua itu

juga terkait dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan dan lainnya.

Komunikasi sangat berarti didalam berbagai kegiatan manusia, dan memberikan

manfaat didalam kelangsungan hidup dan aktivitas manusia, yang sekaligus

merupakan bagian dari kehidupan manusia terutama didalam melakukan interaksi

dan berhubungan dengan manusia lainnya.

Bagi remaja komunikasi juga sangat penting. Komunikasi yang dilakukan

oleh para remaja dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Bentuk komunikasi yang di

(10)

1. Hubungan orang tua dan anak yg mulai tumbuh remaja dirumah berjalan

baik, seperti antara orang tua dan anak selalu terbuka dalam memecahkan

permasalahan remaja, orang tua tidak pernah meninggalkan anak remajanya

bila anak - anak memerlukan informasi.

2. Komunikasi remaja sebagai murid atau pelajar disekolah

seperti komunikasi remaja dengan sesama teman disekolah, dengan para

guru, dengan aktivitas disekolah.

3. Komunikasi remaja dengan lingkungan sekitarnya, seperti kegiatan di

RT/RW,atau organisasi

Inilah yang dinamakan komunikasi secara intensif, yaitu adanya kontak antara

remaja sendiri dengan pihak lain dalam kegiatan mereka. Banyak remaja yang

lebih merasa nyaman bercerita atau terbuka terhadap teman atau sahabat,

dibandingkan kepada orang tua. Beberapa fakor yang menyebabkan hal itu terjadi,

salah satunya kurangnya informasi yang diberikan oleh orang tua terhadap

anaknya, sehingga anak itu sendiri berusaha untuk mendapatkan informasi melalui

media, ataupun dari orang lain. Ini yang seharusnya lebih diperhatikan oleh orang

tua.1.

Masa remaja adalah masa-masa seseorang akan menemukan hal-hal yang

menarik. Dimana masa-masa ini seseorang akan mulai mempelajari dunia

kedewasaan dan pencarian jati diri. Namun demikian, saat masa-masa remaja

inilah dimana seseorang dapat dengan mudahnya terjerumus dalam penyimpangan

sosial terutama penyimpangan perilaku seks bebas.

1

(11)

Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan dari

masa kanak- kanak ke masa remaja atau usia belasan tahun. Masa remaja juga di

artikan sebagai masa dimana seseorang menunjukkan tanda- tanda pubertas dan

berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual. Perubahan-perubahan tersebut

terutama ditandai oleh perkembangan karakteristik seks primer dan seks sekunder.

Perilaku seks yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya bagi remaja

yang belum menikah cenderung meningkat.

Perilaku seksual pada remaja dapat di wujudkan dalam tingkah laku yang bermacam- macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di balik baju, dan melakukan senggama ( Sarwono 47 : 2003 ).

Pertumbuhan budaya seks bebas di kalangan pelajar mulai mengancam

masa depan bangsa Indonesia. Pemerintah menemukan indikator baru yakni

makin sulitnya menemukan remaja putri yang masih memiliki keperawanan

(virginity) dikota-kota besar.

Kehidupan remaja sepertinya tidak pernah terlepas dari persoalan perilaku

seksual pranikah, terlebih remaja kota. Pengaruh informasi global (paparan audio

visual) yang semakin mudah diakses diakui atau tidak telah memancing anak dan

remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok,

minum minuman beralkohol, dan penyalahgunaan obat terlarang. Pada akhirnya

secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal

seksual aktif serta mengantar mereka pada berperilaku seksual yang berisiko

tinggi.

Berdasarkan survey Sumber Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia

(12)

berhubungan seksual pada: usia 14-19 tahun, perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%.

Sedangkan pada usia 20-24 tahun perempuan 48,6% dan laki-laki 46,5%. SKRRI

pun melanjutkan analisanya pada tahun 2003 dengan memetakan beberapa faktor

yang mempengaruhi mereka melakukan seks pra nikah. Menurut SKRRI,

faktornya yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual

antara lain: Pertama, pengaruh teman sebaya atau punya pacar. Kedua, punya

teman yang setuju dengan hubungan seks pra nikah. Ketiga, punya teman yang

mendorong untuk melakukan seks pra nikah. Dan berdasarkan data dari survey

BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja di kota medan yang sudah tidak

perawan lagi. Dari hasil penelitian ini harusnya membuat para orang tua lebih

maksimal dalam mengawasi ataupun berkomunikasi dengan anak terlebih masalah

seksual. 2

2

Lebih mengejutkan lagi, perilaku seksual pranikah dikalangan remaja ini

tidak hanya terjadi pada remaja yang tidak sekolah saja, akan tetapi fenomena

seks pranikah ini juga terjadi pada remaja yang berstatus sebagai pelajar.

Keterlibatan pelajar dalam perilaku seks pranikah ini juga sudah tidak menjadi

rahasia lagi. Dikota kota besar seperti kota Medan kita dapat dengan mudah

menyaksikan fenomena ini ditempat-tempat umum seperti cafe ataupun pondok

yang dengan mudahnya mereka melakukan hubungan yang biasa di lakukan oleh

suami istri itu, bahkan sampai ditempat-tempat shooping sekalipun kita dapat

dengan mudah melihat perilaku para remaja yang sudah tidak sesuai dengan

nilai-nilai sosial.

(13)

Seks dikalangan remaja kini sudah menjadi rahasia umum. Faktanya, 15%

remaja Indonesia telah melakukan hubungan seks sebelum menikah (sumber lain

menyatakan lebih dari 63%!)3

Minimnya kualitas komunikasi orang tua dan anak dapat menyebabkan

perilaku seksual pranikah pada remaja menurut Hurlock (dalam Amrillah, dkk,

2006). Selain itu, dari hasil penelitian penulis terhadap remaja yang telah

melakukan seks pranikah dapat di ketahui bahwa, yang melatar belakangi hal itu

Kebanyakan dilakukan bersama pacar atau teman. Ada beragam alasan yang

menjerumuskan remaja kedalam hubungan seks pranikah. Selain rasa penasaran

atau suka sama suka, hal yang paling penting adalah kurangnya komunikasi orang

tua dan anak. Para orang tua masih sulit untuk membicarakan masalah seksual

terhadap anak- anaknya. Selain itu, lebih dari 80% remaja merasa lebih nyaman

membicarakan masalah seksual dengan teman. Sehingga tidak menutup

kemungkinan informasi yang mereka terima masih simpang siur. Masalah-

masalah seperti ini sering terjadi di karenakan kurangnya efektivitas komunikasi

yang di lakukan oleh para orang tua.

Menurut Green (2003), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor,

yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Hasil

penelitian Seotjiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua - remaja,

tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan

eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung

maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.

3

(14)

terjadi di karenakan pengaruh lingkungan pergaulan dengan teman, dan

kurangnya komunikasi orang tua di dalam keluarga. Anak memiliki kebebasan

penuh dalam pergaulannya tanpa ada yang mengontrol. Orang tua cenderung

sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kurang memperhatikan kehidupan anaknya.

Oleh karena itu kualitas komunikasi orang tua- anak tentang seksualitas di

perlukan untuk menghindari anak dari perilaku seksual pranikah.

Kualitas komunikasi orang tua-anak mengenai masalah seksual, berarti

dalam memberikan pendidikan seks kepada anak orang tua harus menghilangkan

anggapan tabu terhadap seks, orang tua mampu mengarahkan anak untuk

menghindarkan hal-hal yang merangsang seks dengan memberi informasi secara

lengkap tentang pengetahuan seks dan cara penanggulangannya, kualitas

komunikasi yang baik antara orang tua-anak akan menimbulkan pengertian,

kepercayaan dan hubungan baik dengan anak. Dengan demikian orang tua mudah

menyampaikan segala sesuatu hal dengan lebih mudah dan bisa diterima oleh

anak ( Chilman dalam Wulandari, dkk, 2006).

Faktor lingkungan yang memang sangat berpengaruh terhadap perilaku

seks remaja di antaranya adalah faktor keluarga. Orang tua mempunyai peran

yang sangat penting bagi perkembangan anak. Nilai-nilai moral, agama, dan

norma-norma sosial dikenalkan kepada anak melalui interaksi di dalam keluarga.

Di sinilah letak pentingnya efektivitas komunikasi keluarga tentang seksualitas

antara orang tua dengan anaknya. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya

kepercayaan, keterbukaan, dan dukungan positif pada anak agar anak dapat

menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orang tua (Rakhmad &

Sudirman dalam Magdalena, 2000). Komunikasi yang baik antara orang tua

(15)

perilaku seksual anak. Selain itu, dengan komunikasi yang baik akan memberikan

gambaran atau pandangan mengenai pemaknaan seks yang benar sehingga anak

dapat mengerti batasan mana yang seharusnya baik atau tidak baik bagi mereka.

Melalui komunikasi yang baik pula, orang tua dapat membimbing serta

memberikan pemahaman- pemahaman mengenai seksualitas dan perilaku seksual

yang bertanggung jawab pada anak. Dengan komunikasi tersebut, orang tua dapat

segera menyadari masalah-masalah yang terjadi pada diri anak remajanya,

termasuk masalah seksualitas anak dan dapat membantu mencari solusi dari

masalah yang sedang dihadapi.

Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak di

antaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan

banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang tua remaja,

mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual

pranikah remaja. Hasil penelitian yang dilakukan Soetjiningsih (2006)

menunjukkan, makin baik hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin

rendah perilaku seksual pranikah remaja, begitu juga sebaliknya. Selain Faktor

hubungan antara orang tua dan anak yang mempengaruhi perilaku seksual

pranikah pada remaja adalah tekanan teman sebaya, dan eksposur media

pornografi.

Pendidikan seks bagi remaja sangat di perlukan, sehingga informasi yang

remaja dapatkan menjadi valid dan tidak menjerumuskan. Ini dimaksudkan agar

remaja tidak salah persepsi dan tidak berperilaku asusila hingga merugikan diri

sendiri dan orang lain. Selain itu, ini juga merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif remaja

(16)

resiko-resikonya, diharapkan remaja bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri

dan lingkungan sekitarnya.

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah fakor

lingkungan seperti VCD, buku, dan film porno (Taufik, 2005). Menurut

Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku

porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara

langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual

pranikah.

Penelitian di lakukan di Lingkungan XXII Desa Kelurahan Helvetia

Tengah Kecamatan Medan Helvetia karena peneliti melihat ada beberapa remaja

yang terlalu bebas dalam bergaul sehingga menyebabkan mereka terjerumus ke

dalam perilaku seks pranikah.

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan di atas, peneliti tertarik untuk

meneliti tentang Bagaimana Komunikasi Remaja pelaku seks pranikah di

lingkungan XXII Desa Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana komunikasi remaja

pelaku seks pranikah di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan

(17)

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Sesuai dengan masalah penelitian yang di rumuskan di atas, selanjutnya

peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar

permasalahan yang di teliti menjadi jelas, dan tidak terlalu luas sehingga dapat di

hindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah

yang akan di teliti adalah :

1. Bagaimana komunikasi remaja pelaku seks pranikah

2. Faktor- faktor apa saja yang menjadi alasan remaja putri melakukan

hubungan seks pranikah

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini untuk:

1. Memperoleh gambaran komunikasi remaja pelaku seks pranikah

2. Mengungkapkan alasan seks pranikah di kalangan remaja.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan

penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU Medan

2. Secara praktis, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran

tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja di

lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia

1.5 KERANGKA TEORI

Dalam penelitian di perlukan teori-teori dan kerangka berpikir yang

(18)

sistematis. Mengingat masalah yang di kaji dalam penelitian ini adalah

komunikasi antar pribadi orang tua tentang pendidikan kesehatan reproduksi

remaja.

1.5.1 Teori Interaksi Simbolik

Interaksi Simbolik di lakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah

satu symbol yang terpenting dan isyarat (Decoding). Akan tetapi symbol bukanlah

merupakan faktor- faktor yang telah terjadi namun merupakan suatu proses yang

berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian “makna”.

Penyampaian makna dan symbol inilah yang menjadi subject matter dalam

interaksi simbolik.

Interaksi simbolik juga di definisikan secara implisit melalui gerakan

tubuh. Dalam gerakan tubuh ini akan terimplikasi ataupun terlihat seperti suara

atau vocal, gerakan fisik, dan sebagainya yang mengandung makna. Hal- hal yang

di contohkan itu adalah symbol yang significant dari interaksi simbolik.

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan

interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto.

2007). Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang

berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di

tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta

menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut

menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk

membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain

melalui interaksi.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang

(19)

simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya

dengan cara membaca simbol yang ditampilkan

Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran

simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari

“petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan

mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain.

Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi antar

individu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang orang

lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.

oleh orang lain

1.5.2 Komunikasi

Istilah komunikasi atau communicataion berasal dari bahasa latin

communication dan bersumber dari kata komunis yang berarti “sama “, yakni “

sama makna” ( lambang )

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam

pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.

Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang,

jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut

jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada

tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang

terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai

pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Menurut Ruben ( Arni,1992 : 3), komunikasi adalah suatu proses melalui

(20)

menyampaikan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasikan

lingkungannya dan orang lain.

Sedangkan menurut Effendy ( 2005 :50 ), komunikasi merupakan proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau

mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung maupun tidak langsung

melalui media.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa komunikasi adalah

penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, dan akan

berhasil bila terjadi saling pengertian di antara kedua belah pihak yang

berkomunikasi.

1.5.3 Komunikasi Antar Pribadi

Secara umum komunikasi antar pribadi (KAP) dapat diartikan sebagai

suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.

Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Dalam

pengertian tersebut mengandung 3 aspek yaitu :

1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang

berlangsung terus menerus

2. KAP merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan

menerima pesan secara timbal balik.

3. Mengandung Makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses

tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang

berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses

(21)

Dari ketiga aspek tersebut maka KAP menurut Judy C. Pearson memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. KAP di mulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi

yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita.

2. KAP bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang

berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.

3. KAP mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya

isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.

4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang

berkomunikasi.

5. KAP melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya

dalam proses komunikasi

6. KAP tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan

sesuatu pada pasangan maka tidak dapat diubah. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau menghapus yang sudah dikatakan

Menurut Devito ( 1976 ) bahwa komunikasi antar pribadi merupakan penggunaan

pesan- pesan dari seseorang, dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang

dengan efek dan umpan balik berlangsung (Aloliliweri,1991 :12)

Umpan balik mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi,

sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang

di lancarkan komunikator. Dalam komnikasi antar pribadi, karena situasinya tatap

muka, tanggapan kominikan dapat segera di ketahui. Dalam hal ini komunikator

perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan.

1.5.4 Teori Self Disclosure

Teori ini di perkenalkan oleh Joseph Luft ( 1969 ) yang menekankan

bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya,

maupun orang lain. Untuk hal ini dapat di kelompokkan kedalam empat macam

bidang pengenalan yang di tunjukkan dalam suatu gambar yang di sebutnya

(22)

Jendela Johari ( Johari Window )

Di ketahui Sendiri Tidak di ketahui sendiri

Diketahui Orang lain

Tidak diketahui orang

lain

Gambar yang di sebut Johari Window tersebut melukiskan bahwa dalam

pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat

kemungkinan sebagaimana terwakili melalui keempat bidang ( Jendela ) itu.

Bidang 1, melukiskan suatu kondisi dimana seseorang dengan yang lain

mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga kedua belah pihak saling

mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah

pihak hanya di ketahui orang lain namun tidak di ketahui dirinya sendiri.

Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni, masalah hubungan antara

kedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak di ketahui oleh orang lain.

Bidang 4, bidang tidak di kenal, dimana kedua belah pihak sama – sama

tidak mengetahui masalah hubungan antar mereka.

Keadaan yang di kehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar

pribadi adalah bidang 1, dimana antara komunikator dengan komunikan saling

mengetahui makna pesan yang sama, meskipun kenyataan hubungan antar pribadi

tidak seideal yang di harapkan, ini di sebabkan karena dalam berhubungan dengan

orang lain betapa sering setiap orang mempunyai peluang untuk menyembunyikan

atau mengungkapkan masalah yang di hadapinya.

1. Terbuka 2. Buta

(23)

1.5.5 Komunikasi Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia

dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial, dalam interaksi

dengan kelompoknya ( Kurniadi,2001: 271 ). Dalam keluarga yang sesungguhnya,

komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga

merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan

kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan

laki – laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama

untuk menciptakan dan membesarkan anak – anak.

Menurut Rae Sedwig dalam Syaiful Bahri ( 2004 ), komunikasi keluarga

adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata – kata, sikap tubuh (

gesture ), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan

perasaan serta saling membagi pengertian.

Hafied Cangara ( 2002 : 62 ) menjelaskan fungsi komunikasi dalam

keluarga adalah meningkatkan hubungan insani ( Human relation ), menghindari

dan mengatasi konflik – konflik pribadi dalam keluarga, mengurangi

ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang

lain.

Komunikasi dalam keluarga merupakan salah satu bentuk komunikasi

antar pribadi yang khas. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai

kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan

masalah–masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam

(24)

komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat

dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.

1.5.6 Remaja

Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain,

seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula

dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21

tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja

pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et

al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan

dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik

(Hurlock, 2004).

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri–ciri tertentu

yaitu:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting

2. Masa remaja sebagai periode peralihan.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

4. Masa remaja sebagai periode bermasalah

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan

dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami

(25)

masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan

pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa

remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).

1.5.7 Perilaku seksual remaja

Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan

jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama.

Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif

dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan

perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa

melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama

dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).

Perilaku seksual merupakan bagian perilaku yang bertujuan untuk menarik

perhatian lawan jenis. Contohnya, antara lain mulai dari berdandan, merayu,

menggoda, bersiul termasuk juga yang berkaitan dengan aktivitas dan hubungan

seks. Perilaku seksual remaja di Indonesia melalui berbagai tahap mulai dari

menunjukkan perhatian pada lawan jenis, berkencan, lips kissing, deep kissing,

genetal stimulor petting dan intercourse (Hasmi, 2001).

1.6 KERANGKA KONSEP

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang di capai (

(26)

Dalam penelitian ini, ada 2 kategori yang di teliti, yaitu :

1. Kategori berdasarkan komunikasi remaja

Dalam penelitian ini yang hendak di teliti adalah konteks komunikasi

seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa.

2. Kategori berdasarkan seks pranikah

Dalam penelitian ini yang hendak di teliti adalah mengenai alasan

remaja putri melakukan hubungan seks pranikah.

1.7 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasioanal adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi

operasioanal adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang

ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46)

1. Komunikasi remaja

a. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi di antara dua

individu, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui media.

b. Komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua

orang atau tiga orang, bisa berbentuk diskusi, rapat dan lain- lain yang satu

sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja,

pengajian ibu- ibu, dan lain- lain.

c. Komunikasi Massa, adalah komunikasi ini melibatkan media, misalnya,

televisi, surat kabar, majalah, dan lain- lain. Dalam hal ini apakah remaja

itu sendiri sering membaca bacaan yang porno ataupun menonton VCD

(27)

2. Perilaku seks pranikah

b. Pengaruh teman sebaya, dorongan yang di berikan oleh teman dalam hal

ini untuk melakukan hubungan seks pranikah

c. Minimnya komunikasi orang tua-anak, rendahnya kualitas komunikasi

yang di berikan oleh orang tua terhadap anak untuk memberikan informasi

(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Teori Interaksi simbolik

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan

interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu 4)

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: (1)

Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai

makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran

mereka melalui interaksi dengan individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan

untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat

orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam (Soeprapto,

2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu

merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan

bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis

melalui interaksinya dengan individu yang lain.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang

berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di

tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta

menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut

menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk

membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain

melalui interaksi.

4)

(29)

teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia

luarnya, dan (3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang

diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat,

dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif

dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses

pengambilan peran di tengah masyarakatnya. 5)

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

Interaksi Simbolik di lakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah satu

symbol yang terpenting dan isyarat (Decoding). Akan tetapi symbol bukanlah

merupakan faktor- faktor yang telah terjadi namun merupakan suatu proses yang

berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian “makna”.

Penyampaian makna dan symbol inilah yang menjadi subject matter dalam

interaksi simbolik.

Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi

simbolik antara lain:

2. Pentingnya konsep mengenai diri

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat

Tema pertama pada interaksi simbolik tertuju pada pentingnya membentuk

makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa

dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya,

sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses

interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini

sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer, dimana

asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

5)

(30)

1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang

diberikan orang lain kepada mereka,

2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia

3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif

Tema kedua pada interaksi simbolik tertuju pada pentingnya ”Konsep diri”

atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada

pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada

interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan,

menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 101), antara lain:

1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang

lain.

2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.

Konsep diri menurut George Herbert Mead dalam bukunya Symbolic

Interactionism; Perspective, and Method,

Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara

kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa

norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap

individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya ” pada dasarnya terdiri dari jawaban

individu atas pertanyaan "Siapa Aku". Konsep diri terdiri dari kesadaran individu

mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang

sedang berlangsung. Kesadaran diri merupakan hasil dari suatu proses reflektif

yang tidak kelihatan, dan individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang

bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu ini

(31)

2.2 Komunikasi

2. 2. 1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari

bahasa latin : Communication bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama disini maksudya adalah sama makna. Menurut Carl. I. Hovland komunikasi

adalah berkenaan dengan perilaku orang lain. Tujuan untuk mempelajari

komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi kepada

seseorang. Seseorang akan dapat mengubah sikap, perilaku, pendapat orang lain

apabila komunikasinya itu komunikatif.

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk

percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan

makna mengenai apa yang akan di percakapkan. Kesamaan bahasa yang

dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna.

Dengan perkataan lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna

yang di bawakan bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat di

katakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang di

pergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang di percakapkan.

Akan tetapi pengertian komunikasi yang di paparkan diatas sifatnya

dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung

kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena

kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain bersedia

menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan

(32)

Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku

seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang di kehendaki komunikator,

agar isi pesan yang di sampaikan dapat dimengerti, di yakini serta pada tahap

selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl Hovland ( dalam Effendy, 1995 :

10 ) “ Komunikasi adalah proses dimana seseorang komunikator menyampaikan

perangsang untuk merubah tingkah laku orang lain”

Sedangkan menurut Edward Depari (dalam Widjaja, 2000:13) menyatakan

bahwa “ Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan

yang di sampaikan melalui lambing- lambing tertentu, mengandung arti,

dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima pesan dengan

maksud mencapai kebersamaan ( Commons)

Dari beberapa definisi diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa

komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan ( Stimulus,

signal, simbol, atau informasi ) baik dalam bentuk verbal, maupun non-verbal dari

pengirim kepada komunikan dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotorik, dan behavioral.

Menurut Carl. I. Hovland ( dalam Effendy, 1995 ) komunikasi memiliki

berbagai tingkatan, yaitu:

1. Komunikasi Intra personal

Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri,

atau proses berpikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan, dan berbicara pada

diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya, shalat,

kita berkomunikasi kepada Tuhan YME, yaitu dengan memohon doa

(33)

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua

individu, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini

berlangsung secara tatap muka, bisa melalui media. Komunikasi ini dianggap

paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang.

3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi Kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua

orang atau tiga orang, bisa berbentuk diskusi, rapat dan lain- lain yang satu sama

lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja, pengajian ibu- ibu,

dan lain- lain.

4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah proses komunikasi yang terjadi di depan publik

atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan media atau

dengan tidak menggunakan media ( berbicara langsung )

5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi yang bersifat formal maupun

Informal

6. Komunikasi Massa

Komunikasi yang melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar

dalam area geografis yang luas, heterogen, namun mempunyai perhatian dan

minat terhadap suatu issu atau berita. Biasanya dalam komunikasi ini melibatkan

media, misalnya, televisi, surat kabar, majalah, dan lain- lain.

(34)

2.2.2 Unsur- Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi sebagaimana di uraikan diatas, tampak adanya

sejumlah komponen dan unsur yang di cakup dan merupakan persyaratan

terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur- unsur

komunikasi adalah sebagai berikut ( Widjaja 2002 :11-20) :

a. Sumber ( Source)

Sumber adalah dasar yang di gunakan dalam penyampaian pesan, yang di gunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan sejenisnya. Apabila kita salah mengambil sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lakukan akan berakibat lain dari yang kita harapkan.

b. Komunikator ( Communicator )

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, televisi dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang - kadang komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya, komunikan dapat menjadi komunikator.

c. Pesan ( Message )

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang di sampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan, ( tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap, dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat di sampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan di arahkan kepada tujuan akhir komunikasi.

d. Saluran ( channel )

Saluran komunikasi selalu menyampikan pesan yang dapat di terima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi sering di lakukan melalui dua saluran yaitu saluran formal ( resmi ) yang berupa desas - desus, kabar angin ataupun kabar burung.

e. Efek (Effect )

Efek merupakan hasil akhir dari komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil, begitu juga sebaliknya.

2. 2. 3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Tujuan Komunikasi ( Effendy, 2005 : 55 ) yaitu :

(35)

b. Mengubah opini / pendapat/ pandangan ( to change the opinion )

c. Mengubah perilaku ( to change the behavior )

d. Mengubah masyarakat ( to change the society )

Sedangkan fungsi komunikasi ( Effendy , 2005 :55) yaitu :

a. Menginformasikan ( to inform )

b. Mendidik ( to educate )

c. Menghibur ( to entertain )

d. Mempengaruhi ( to influence )

2.2.4 Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari segi jumlah

komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat diklasifikasikan

menjadi bentuk sebagai berikut ( Effendy, 2003 : 57 ) :

a. Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari

komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi seperti anjang sana,

tukar pikiran dan lain sebagainya.

b. Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari

komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi panel, seminar,

dan lain- lain) dan komunikan kelompok besar.

c. Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi

media cetak/ pers seperti surat kabar dan majalah dan komunikasi media

massa elektronik seperti radio, televisi, film, dan lain- lainnya.

2.2.5 Dampak Komunikasi

Bagian terpenting dalam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar

(36)

tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat di klasifikasikan sebagai

berikut :

a. Dampak kognitif adalah yang timbul dalam komunikan yang menyebabkan

komunikan menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.

b. Dampak Afektif adalah yang timbul dalam diri komunikan bukan hanya

sekedar tahu tetapi tergerak hatinya yang menimbulkan suatu perasaan

tertentu.

c. Dampak Behavioural adalah yang timbul pada diri komunikan dalam

bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

2. 3 Komunikasi Antar Pribadi

2.3.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sering disebut “dyadic communication”, yakni

komunikasi antar dua orang dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk

percakapan. Komunikasi sejenis ini berlangsung secara tatap muka ( face to face ),

bisa juga melalui media arah atau timbal balik ( two way traffic communication ).

Menurut De Vito ( 1976 ) bahwa komunikasi antar pribadi menggunakan

penggunaan pesan- pesan dari seseorang, dan diterima oleh orang lain atau

sekelompok orang dengan efek dan umpan balik berlangsung. Effendy ( 1986 )

mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah

komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Dimana komunikasi

ini dianggap paling efektif dalam hal upaya untuk mengubah sikap, pendapat, dan

perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Arus baliknya

bersifat langsung. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif

(37)

bahwa komunikasi antar pribadi biasanya di hubungkan dengan pertemuan dua

orang, atau tga orang, atau bahkan empat orang yang terjadi secara sangat spontan

dan tidak berstruktur. ( Aloliliweri, 1991 : 12)

Umpan balik mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi,

sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang

dilancarkan komunikator. Dalam komunikasi antar pribadi, karena situasinya tatap

muka, tanggapan komunikan dapat segera di ketahui. Dalam hal ini komunikator

perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan.

Tekanan ulasan komunikasi antar pribadi terletak pada unsur- unsur, ciri-

ciri, situasi terjadinya komunikasi, jumlah orang yang terlibat dalm proses

komunikasi, jarak fisik dalam suatu percakapan, kekuatan umpan balik suatu

pesan dari penerima kepada pengirimnya. Banyak ahli juga berpendapat bahwa

semua yang menjadi tekanan dalam komunikasi antar pribadi akhirnya bermuara

pada perspektif situasi. Perspektif situasi merupakan suatu perspektif yang

menekankan bahwa sukses tidaknya komunikasi antar pribadi sangat tergantung

pada situasi komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua orang

atau sebagian kecil orang dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera

saling mendekati satu dengan yang lain pada saat itu juga daripada

memperhatikan umpan balik yang tertunda ( misalnya dalam hal komunikasi antar

manusia bermedia seperti surat- menyurat, percakapan, telepon, faximile)

Komunikasi antar pribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu

karena, setiap pihak mengetahui secara baik tentang lika- liku hidup pihak lain,

pikiran dan pengetahuannya, perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku

(38)

yang belum mengenal. Jika hendak menciptakan suatu komunikasi antar pribadi

yang lebih bermutu, maka harus didahului dengan keakraban, ( Aloliliweri, 1991

:30 )

2.3.2 Ciri- Ciri dan Sifat Komunikasi Antar Pribadi

Ciri- ciri komunikasi antar pribadi yaitu :

1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu.

2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang

tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang sengaja maupun yang

tidak sengaja.

5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas- balasan.

6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan dua

orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.

7. Komunikasi antar pribadi dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan

hasil.

8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang- lambang bermakna. (

Aloliliweri, 1991 :14 -29)

Ciri- ciri Komunikasi antar pribadi menurut De Vito dalam Liliweri (1991

:13), yaitu :

a. Keterbukaan ( openess ), yakni komunikator dan komunikan saling

mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas ( tidak ditutupi ) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu.

b. Empati ( emphaty ), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan

dirinya kepada peranan orang lain.

c. Dukungan ( suppotiveness ), yakni setiap pendapat, ide, atau gagasan yang

(39)

d. Rasa positif ( positiveness ), adalah setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak–pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka, sehingga menggangu jalinan interaksi.

e. Kesamaan ( equality ), yakni suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan

antar pribadi lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, usia, ideology, dan sebagainya.

Sifat-sifat komunikasi antar pribadi secara ringkas yaitu :

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan didalamnya perilaku verbal maupun

non – verbal

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted

(perilaku didasarkan pada factor kebiasaan ) dan contrived ( perilaku

didasarkan pada beberapa pertimbangan kognitif )

3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang.

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai

interaksi dan koherensi.

5. Komunikasi anta pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat

intrinsik ( standard perilaku yang di kembangkan oleh seseorang sebagi

pandu bagaimana mereka melakukan komunikasi) dan ekstrinsik (standard

perilaku yang timbul karena adanya pengaruh dari pihak ketiga sehingga

komunikasi harus di perbaiki atau bahkan di hentikan).

6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia (Aloliliweri,

1997 : 31 – 43 )

Hubungan interaksi antar manusia yang di pelajari dalam sosiologi

mempersyaratkan didahului oleh banyak kontak maupun komunikasi. Hubungan–

hubungan yang telah di bentuk tidak selamanya terus di pertahankan atau bahkan

(40)

2.3.3 Jenis – Jenis Komunikasi Antar Pribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai

jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong

Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antar pribadi diklasifikasikan

menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung

antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang

menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena

pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung

secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri

komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi

antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang

komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan

komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karena

komunikator memusatkan perhatiaanya hanya pada seorang komunikan,

sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya

juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua factor yang sangat

berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (1993:62)

2.4 Teori Self Disclosure

Pembukaan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau

tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan

(41)

tanggapan kita di masa kini. Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap

kejadian tertentu melibatkan perasaan. Membuka diri berarti membagikan kepada

orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya,

atau perasaan kita terhadap kejadian- kejadian yang baru saja kita saksikan (

Johnson, 1981 dalam supraktiknya, 1995 : 14 )

Salah satu teori pengembangan hubungan dalam komunikasi antar pribadi,

salah satunya Teori Self Disclosure. Teori ini menekankan bahwa setiap orang

bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk

hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan

yang ditunjukkan ke dalam suatu gambar yang disebut dengan Jendela Johari (

Johari Window )

Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri

Diketahui orang lain.

Tidak diketahui orang lain.

Gambar tersebut Jendela Johari, melukiskan bahwa dalam pengembangan

hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan

sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang jendela itu.

Bidang satu, melukiskan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan

yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak

saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Bidang dua, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua

pihak hanya di ketahui orang lain, namun tidak di ketahui diri sendiri.

1. Terbuka 2. Buta

(42)

Bidang tiga, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara

kedua pihak di ketahui diri sendiri namun tidak di ketahui orang lain.

Bidang empat, bidang tidak dikenal, dimana kedua pihak sama – sama

tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu hubungan adalah

bidang satu, dimana komunikator dan komunikan sama- sama mengetahui makna

pesan yang sama. Meskipun pada kenyataanya hubungan antar pribadi tidak

seideal yang di harapkan, karena dalam berhubungan dengan orang lain betapa

sering setiap orang mempunyai kesempatan untuk menyembunyikan masalah

yang dihadapinya. ( Aloliliweri, 1991 : 54 )

Menurut Johnson ( Supratiknya 1995 : 15 ), beberapa manfaat dan dampak

pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut :

- Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua

orang.

- Semakin kita terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan

menyukai diri kita, akibatnya ia akan semakin membuka diri kepada kita.

- Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung

memiliki sifat – sifat sebagai berikut : kompeten, terbuka, fleksibel,

adaptif, dan intelegent, yakni sebagian dari ciri – ciri orang bahagia.

- Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang

memungkinkan komunikasi intim, baik dengan diri kia sendiri maupun

dengan orang lain.

- Membuka diri berarti bersikap realistik, maka pembukaan diri haruslah

(43)

2.5 Komunikasi Keluarga

2.5.1 Pengertian Komunikasi Keluarga

Seligmann, dalam Mulyana ( 2005 : 215 ) mengatakan keluarga adalah didefinisikan sebagai “ jaringan orang – orang yang berbagi kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama ; yang terikat oleh perkawinan, darah, atau komitmen, legal atau tidak ; yang menganggap diri mereka sebagai keluarga; dan yang berbau pengharapan – pengharapan masa depan mengenai hubungan yang berkaitan

Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya

mengembangkan kepribadian anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang

dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya

yang diberikan keluarga merupakan faktor yang sangat penting dan berguna untuk

mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Keluarga adalah sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan.

Didalamnya hidup bersama pasangan suami-istri secara sah karena pernikahan.

Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul,

selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk

keluarga bahagia dan sejahtera lahir batin. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari

dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan

darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu

dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat

dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Keluarga adalah kelompok

primer yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan dalam dimensi

hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang di ikat oleh adanya

saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan

(44)

Menurut Rae Sedwig dalam Syaiful Bahri (2004), Komunikasi Keluarga

adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh

(gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan

perasaan serta saling membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat, 1997: 30)

Keharmonisan keluarga menimbulkan dampak besar terhadap perkembangan

kepribadian anak. Kenyamanan dan kehangatan yang dirasakan anak di

tengah-tengah keluarganya akan membentuk sikap-sikap positif pada diri anak. Begitu

pula cinta tulus dan kasih sayang yang ditunjukkan orangtua dan anggota keluarga

lain akan meyakinkan anak bahwa ia dianggap penting dan akan memotivasinya

untuk berbuat yang terbaik bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.Menurut

Stinnet & DeFrain, seperti dikutip Savitri Ramadhani dalam bukunya Building

Positive Communication, bahwa keluarga harmonis mempunyai karakteristik

tertentu, yaitu kehidupan beragama yang baik di dalam keluarga, mempunyai

waktu bersama antara sesama anggota keluarga, mempunyai komunikasi yang

baik antar anggota keluarga, saling menghargai antara sesama anggota keluarga,

masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai

suatu ikatan kelompok dan ikatan kelompok ini bersifat erat dan kohesif, bila

terjadi permasalahan dalam keluarga, maka masalah tersebut dapat diselesaikan

secara positif dan konstruktif. (2006:23)

2.5.2 Fungsi Komunikasi Keluarga

Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk

komunikasi antar personal (face to face communication ) yang pada intinya

merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi

(45)

lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing peserta

komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat dikategorikan

sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

Komunikasi individual atau komunikasi inter personal adalah komunikasi

yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam

sebuah interaksi antar pribadi; antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara

ibu dan anak, dan antara anak dan anak. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga

bisa dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran di dalam keluarga. Hal ini

disebabkan masing masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui

komunikasi.

Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh

berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua fungsi

komunikasi dalam keluarga, yaitu :

1. Fungsi Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri,

untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk

menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Misalnya, via komunikasi yang

menghibur dan memupuk hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, melalui

komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih

dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama.

2. Fungsi Komunikasi kultural

Para sosiolog berpendapat bahwa komunikasi dan budaya mempunyai

(46)

komunikasi di sini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau

mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme

untuk mengkomunikasikan norma-norma buidaya masyarakat, baik secara

horizontal (dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya) ataupun secara

vertikal (dari suatu generasi kepada generasi berikutnya). Pada sisi lain, budaya

menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu

kelompok tertentu.

Selain itu fungsi Komunikasi dalam keluarga adalah

1. Memberikan pengertian yang lebih dalam tentang siapa kita sebagai pribadi

kepada anggota keluarga lainnya.

2. Meningkatkan kasih, kepercayaan, dan rasa hormat dalam keluarga

3. Sebagai alat untuk mendapat tujuan, dan membereskan hal–hal yang

menghalangi pencapaian tujuan.

2. 6. Remaja

2.6.1 Pengertian Remaja

Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain,

seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula

dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21

tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja

pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et

al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan

dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik

(47)

2.6.2 Ciri – Ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri-ciri tertentu yaitu:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Gunarsa ( 2001 ) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan

dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami

sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam

masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan

pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa

remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).

2.6.3 Tahap Perkembangan Remaja

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap

yaitu :

a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1. Lebih dekat dengan teman sebaya

2. Ingin bebas

3. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir

Gambar

Gambar yang di sebut Johari Window tersebut melukiskan bahwa dalam
Gambar tersebut Jendela Johari, melukiskan bahwa dalam pengembangan
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pertama kalinya, kepercayaan terhadap Mahkamah Konstitusi berada pada titik nadir. Pasca penangkapan ketuanya, kepercayaan publik terhadap MK merosot dibawah 30 %. Publik

pada siswa tunagrahita dapat menambah inovasi dalam dunia pendidikan serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik ataupun peneliti lain, khususnya dalam

(2012) menggambarkan kompleksnya hubungan berbagai jenis hambatan perilaku. Hingga sekarang kegiatan studi dan publikasi analisis dan perhitungan atas hambatan perilaku secanl

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegitan posyandu.Desain penelitian ini menggunakan desain

Wawancara dilakukan dengan hakim Pengadilan Agama Bogor yang memutuskan perkara nomor 583/Pdt.G/2012/PA.Bgr terkait pertimbangan hukum hakim mengenai batalnya

Bila sayap atas dan bawah balok dilas langsung ke sayap kolom dengan las tumpul penetrasi penuh, dengan kapasitas tarik sebesar 0.9FyA, maka dapat terjadi gaya tarik pada

Tanda perubahan (alterasi) adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis (nada yang berjarak ½) salah satu nada dalam suatu Accord.. Tanda perubahan (alterasi) dibagi menjadi

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.