• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI METODE DRILL PADA SISWA TUNAGRAHITA SMA-LB NEGERI SALATIGA TAHUN 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI METODE DRILL PADA SISWA TUNAGRAHITA SMA-LB NEGERI SALATIGA TAHUN 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI METODE

DRILL PADA SISWA TUNAGRAHITA SMA-LB NEGERI

SALATIGA TAHUN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

KHOTIBUL UMAM

NIM: 111-13-228

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

Salah satu golongan yang dinaungi Allah SWT dalam

naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-naungan-Nya:

ِالل ِةَداَبِعِب َأَشَن ٌباَش

Syaabun nasya’a bi‘ibaadatillaah

Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah

kepada Allah

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamiin atas nikmat Allah SWT yang begitu agung serta rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini telah dapat diselesaikan. Teriring sholawat dan salam teruntuk baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Semoga kita semua termasuk umatnya yang diakui dan akan mendapatkan syafa’atnya di yaumul akhir kelak. Dengan terselesaikannya skripsi ini maka saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku beserta keluarga yang sangat saya cintai, yang telah

memberikan segenap dukungan, kasih sayang, perhatian, serta doa yang senantiasa menjadi penyemangat kepada penulis dalam menjalani segala lika-liku kehidupan ini.

2. Kepada teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Teruntuk almamaterku IAIN Salatiga sebagai tempat menimba ilmu agama

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul mulia yang mejadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI METODE

DRILL PADA SISWA TUNAGRAHITA SMA-LB NEGERI SALATIGA

TAHUN 2017/2018”. Penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah dengan

sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalan menyusun skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN

(9)
(10)

x ABSTRAK

Umam, Khotibul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar PAI Melalui Metode Drill Pada

Siswa Tunagrahita SMA-LB Negeri Salatiga Tahun 2017/2018. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Islam Salatiga Pembimbing Dra. Maryatin, M.Pd.

Kata Kunci : Hasil Belajar, PAI, Metode Drill, Tunagrahita.

Hasil belajar yang diperoleh siswa SMA-LB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih rendah, yaitu hanya mencapai rata-rata nilai kelas 59, sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah adalah 75. Hal ini disebabkan dalam penyampaian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dan

masih kurang dalam pemberian latihan. Metode Drill dapat dijadikan alternatif

metode pembelajaran dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Tunagrahita. Metode ini mengarahkan kepada siswa untuk latihan secara berulang-ulang, yang dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan siswa sesuai dengan prosedur. Sehingga para siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dengan tiga siklus. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes, dokumentasi dan observasi terhadap guru. Sedangkan teknik analisis menggunakan model analisis data kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa Tunagrahita ringan

SMA-LB Negeri Salatiga menunjukkan bahwa penggunaan metode drill dapat

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 13

F. Metode Penelitian ... 15

G. Indikator Keberhasilan ... 22

(12)

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan Hasil Belajar ... 24

B. Metode Pembelajaran PAI pada Siswa

Tunagrahita ... 34

C. Penerapan Metode Drill pada Siswa Tunagrahita .... 46

D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 54

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

Salatiga ... 57

B. Deskripsi Pelaksanaan Per-Siklus ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 78

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 110

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga

Tabel 4.1 Data Nilai Sebelum Tindakan

Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Tabel 4.3 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik Sebelum Tindakan

Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Guru Pra Siklus

Tabel 4.6 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I

Tabel 4.7 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta Didik Siklus I

Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap Peserta Didik Siklus I

Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I

Tabel 4.11 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus II

Tabel 4.12 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta Didik Siklus II

Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap Peserta Didik Siklus II

Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus II

Tabel 4.16 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus III

Tabel 4.17 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III

Tabel 4.18 Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta Didik Siklus III

Tabel 4.19 Hasil Pengamatan Pratek Azan Terhadap Peserta Didik Siklus III

Tabel 4.20 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus III

Tabel 4.21 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I

Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II

Tabel 4.23 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III

Tabel 4.24 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas

Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Pengamatan KBM Terhadap Peserta Didik

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I

Lampiran 2 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II

Lampiran 3 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Siklus III

Lampiran 4 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus I

Lampiran 5 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus II

Lampiran 6 Hasil Pengamatan Peserta Didik Siklus III

Lampiran 7 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus I

Lampiran 8 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus II

Lampiran 9 Hasil Pengamatan Pratek Azan dan Ikamah Peserta Didik Siklus III

Lampiran 10 Hasil Pengamatan Guru Siklus I Lampiran 11 Hasil Pengamatan Guru Siklus II Lampiran 12 Hasil Pengamatan Guru Siklus III

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III Lampiran 16 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 17 Surat Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 18 Lembar Konsultasi Pembimbing

Lampiran 19 Daftar SKK

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia (Sadulloh, 2014:10). Pendidikan merupakan hal yang wajib didapatkan oleh seluruh manusia tanpa terkecuali dan merupakan hal yang melekat erat hubungannya dengan manusia.

(17)

2

Dalam istilah lain pendidikan dimaknai sebagai memanusiakan manusia, menjadikan manusia seutuhnya atau upaya yang dilakukan secara sadar dalam rangka mengembangkan potensi yang telah dimiliki oleh manusia (peserta didik) kepada kondisi yang lebih baik, yang menyangkut jasmaniah dan rohaniah (Nizar, 2001:VII dalam Kastolani, 2014:2).

Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kastolani, 2014:1). Dari Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwasanya tujuan utama dari pendidikan yaitu

mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan juga

mengembangkan potensi peserta didik.

Dalam upaya merealisasikan sebuah pendidikan, pendidik harus menyediakan jalan yang menjadi perantara bagi pertumbuhan yang seimbang dari manusia, yang mencakup aspek spiritual, intelektual, perasaan, baik secara individu maupun kelompok. Secara tidak langsung,

dalam pendidikan, seorang guru harus mampu memberikan reinforcement

(18)

3

Untuk mewujudkan penggalian totalitas potensi siswa tersebut guru harus mampu memberikan dan menciptakan suasana proses pembelajaran yang baik untuk menopang tujuan pembelajaran yang telah dicitakan. Guru harus memiliki kesungguhan hati dalam mengantarkan siswanya untuk lebih mengetahui segala potensi yang ia miliki. Hal ini dapat dilakukan melalui belajar sebagaimana suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang. Jadi belajar tidak akan dapat dikatakan berhasil apabila tidak terjadi sebuah perubahan dalam diri seseorang khususnya peserta didik.

Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain pada individu yang sedang belajar. Proses belajar ini akan lebih berhasil jika bermakna (Kastolani, 2014:3).

Sebagai seorang pendidik/guru harus dapat memberikan segala bentuk peluang kepada seorang peserta didik yang mencakup berbagai aspek pendidikan. Hal ini berguna agar peserta didik dapat menemukan potensi yang terdapat dalam dirinya dan terus menggalinya sehingga dapat

menjadi skill atau keahlian yang dapat dimanfaatkan bagi dirinya sendiri

(19)

4

Dalam pembelajaran setiap individu tentunya berhak untuk mendapatkan suatu layanan pendidikan tanpa terkecuali, pada anak

berkebutuhan khusus (ABK) sekalipun. Allah SWT dalam al-Qur’an surat

an-Nur (61):

(20)

5

rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat

(-Nya) bagimu, agar kamu mengerti.”

Ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu tidak ada halangan bagi semua orang untuk bergabung dengan mereka yang berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu, tuli atau sakit. Mereka berhak makan bersama, berkumpul bersama layaknya orang pada umumnya, begitu pula dalam hal pendidikan. Seorang ABK tentu berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak seperti orang pada umumnya.

Kemudian dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa Allah tidak melihat seseorang dari wajahnya, tubuhnya, akan tetapi Allah melihat seseorang dari hatinya. Bunyi hadits tersebut yaitu:

َ ح

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ‘Amru an-Naqid telah menceritakan kepada kami Katsir bin Hisyam telah menceritakan kepada

kami Ja’far bin Burqon dari Yazid bin al-Ashom dari abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk

tubuhmu dan hartamu, tetapi Dia memandang pada hati dan perbuatanmu.”

(21)

6

Dari hadits di atas menjelaskan bahwa Islam tidak mengenal diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus. Setiap manusia sama di hadapan Allah kecuali amal perbuatan dan ketaqwaannya.

Meskipun memiliki berbagai kekurangan yang ada dalam dirinya seperti kemampuan intelektual yang rendah atau kekurangan secara fisik, bukan berarti meraka tidak perlu mandapatkan layanan pendidikan seperti orang normal pada umumnya. Bisa jadi seorang ABK yang memiliki kekurangan fisik atau nonfisik memiliki kelebihan terpendam yang unik, bahkan bisa jadi bakat ataupun potensi yang ada dalam dirinya melebihi orang yang normal. Oleh sebab itu tidak dibenarkan apabila seorang ABK dilarang untuk memperoleh haknya sebagai manusia, yaitu layanan pendidikan yang layak.

(22)

7

Dalam hal layanan pendidikan, agama Islam juga mengajarkan agar tidak memilih antara individu tertentu. Agama Islam memberi keutamaan agar saling membantu dan memberi nasehat kepada sesama muslim, tanpa terkecuali. Jadi, anak berkebutuhan khusus pun juga memperoleh hak untuk belajar dan diberikan layanan pendidikan yang layak sebagaimana anak normal pada umumnya.

Rasulullah SAW bersabda:

ٍَة م ل س م وٍَم ل س مَ ل كَى ل عَ ة ض ي ر فَ م ل عل اَ ب ل ط

Yang artinya: “Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim

laki-laki maupun muslim perempuan.” (HR. Ibnu Majah)

Dan juga dalam hadist:

َ د ح للاَ ل إَ د ه لم اَ ن مَ م ل عل اَا و ب ل ط ا

Artinya: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat.” (HR. Muslim)

(23)

8

Anak berkebutuhan khusus selain membutuhkan keterampilan dan ilmu pengetahuan umum seperti ilmu alam, membaca, berhitung dan lainnya, juga membutuhkan pendidikan agama karena bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta (Daulay dan Pasa, 2012:3).

Jadi pendidikan yang diberikan untuk para ABK tidak hanya berfokus pada bakat dan potensi yang dimiliki seorang ABK saja, pendidikan agama juga merupakan hal yang sangat penting. Seorang ABK hendaknya diberikan pendidikan agama sejak dini dan terus dibimbing sehingga memiliki pribadi muslim seutuhnya dan memiliki hubungan yang harmonis dengan Allah, manusia dan juga alam.

Peran seorang pendidik dalam dunia pendidikan pada umumnya sangatlah penting, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus. Karena para ABK juga berhak untuk memperoleh layanan pendidikan secara layak. Tanpa seorang pendidik seorang ABK tidak akan dapat memiliki bekal secara jasmani dan rohani, bahkan sangat kesulitan untuk menumbuhkan bakat dan potensi yang terpendam dalam dirinya. Maka dari itu salah satu harapannya yaitu seorang guru yang tulus ikhlas mengajarkan segala ilmunya kepada para ABK, sehingga para ABK

dapat termotivasi dan tidak memiliki rasa minder terhadap orang

(24)

9

Kondisi peserta didik sebelum melakukan penelitian tindakan kelas masih menunjukkan rendahnya pemahaman peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Kondisi awal yang demikian inilah yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada peserta didik SMA-LB SLB Negeri Salatiga.

Berdasakan hasil belajar peserta didik tunagrahita SMA-LB yang diperoleh sebelum tindakan penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelas baru mecapai 30%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang telah tuntas hanya tiga siswa, sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebanyak 7 siswa (70%). Dengan hasil belajar yang demikian berarti belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan. Dari data yang diperoleh sebelum penelitian tindakan kelas tersebut menjadi dasar pijakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan

metode drill pada siswa SMA-LB Negeri Salatiga.

Berhubungan dengan hal tersebut penulis berniat untuk melaksanakan penelitian mengenai peningkatan Pendidikan Agama Islam pada ABK tunagrahita ringan pada salah satu lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga. Penelitian dilaksanakan kepada siswa tunagrahita tingkat SMA di SLB Negeri Salatiga pada kelas tunagrahita ringan (C) saja.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode drill. Metode drill

(25)

10

Penulis memilih menggunakan metode drill karena dalam

memberikan sebuah pembelajaran yang diterapkan kepada siswa tunagrahita sangat tepat sekali apabila dilakukan pembelajaran dengan latihan berulang-ulang, dengan tujuan agar siswa tunagrahita dapat menguasai materi dengan baik. Metode ini juga bermanfaat untuk membentuk kebiasaan siswa tunagrahita, karena kebiasaan yang baik dapat terbentuk dari pembiasaan yaitu dalam bentuk latihan secara berulang-ulang.

Disamping itu penulis juga berharap, bahwa penerapan metode drill

pada siswa tunagrahita dapat menambah inovasi dalam dunia pendidikan serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik ataupun peneliti lain, khususnya dalam lingkup layanan pendidikan agama Islam yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas pada anak berkebutuhan khusus Tunagrahita di SMA-LB Negeri Salatiga pada tahun ajaran 2017/2018 dengan judul

Peningkatan Hasil Belajar PAI Melalui Metode Drill Pada Siswa

Tunagrahita SMA-LB Negeri Salatiga Tahun 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan

metode Drill dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada siswa Tunagrahita

(26)

11 C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PAI siswa Tunagrahita SMA-LB

Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018 melalui penerapan metode Drill.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan akan memberikan informasi tentang implementasi pembelajaran PAI pada siswa Tunagrahita, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai acuan atau referensi dalam penelitian yang terbaru, khususnya

penerapan metode Drill pada siswa Tunagrahita. Dan dapat

berpartisipasi dalam pengembangan pengetahuan di IAIN Salatiga sekaligus pada pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan agama Islam pada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan serta memberikan khasanah keilmuan bagi para pendidik sehingga menjadi pendidik yang inovatif serta kreatif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

1) Temuan-temuan peneliti ini dapat digunakan sebagai bahan

(27)

12

2) Memberikan pengalaman langsung kepada guru untuk

mengimplementasikan model pembelajaran dengan

menggunakan metode Drill dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI siswa.

b. Bagi siswa

1) Melalui pembelajaran dengan menggunakan metode Drill

dapat menambah wawasan pengetahuan para siswa Tunagrahita dengan mudah dan tidak kesulitan untuk menerimanya.

2) Menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan sehingga

mehilangkan rasa jenuh dan bosan yang dialami siswa pada saat proses pembelajaran.

3) Membangun interaksi antar siswa dalam kegiatan

pembelajaran di kelas sehingga siswa turut serta dan aktif dalam proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah

Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta menciptakan peserta didik yang berkualitas.

d. Bagi peneliti

(28)

13

e. Bagi pembaca

1) Sebagai referensi dan bahan petimbangan bagi peneliti lain

jika akan melaksanakan penelitian yang seragam.

2) Sebagai tambahan wawasan dalam dunia pendidikan,

khususnya hal yang berhubungan dengan metode

pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus Tunagrahita.

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian skripsi ini ada beberapa istilah yang perlu diperjelas sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahami isi dari skripsi ini. Adapun istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang berimbuhan

pe-an. Kata tingkat sendiri memiliki arti tinggi rendahnya martabat

(kedudukan, jabatan, kemajuan dan sebagainya).

Dan jika berimbuhkan pe-an maka menjadi kata peningkatan

yang memiliki arti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan dan sebagainya) (KBBI, 2007:1198)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini Gagne dan Briggs mengidentifikasi hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah

(29)

14

3. Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam (Marimba, 2002:23).

Pembelajaran pendidikan agama Islam ialah pelaksanaan suatu kegiatan atau upaya untuk membelajarkan peserta didik yang telah disusun secara matang dan terperinci yang lebih khusus ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani agar

mampu mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan mampu

mempertahankan kehidupannya di dunia dan sebagai bekal di akhirat (Achmadi, 1987:10).

4. Metode Drill

Pengertian metode drill adalah latihan secara berulang-ulang

yang dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan prosedur. (Sharon & Weldon, 1977:28).

5. Tunagrahita

(30)

15

Jadi dapat disimpulkan pengertian dari Peningkatan Hasil Belajar

PAI Melalui Metode Drill Pada Siswa Tunagrahita adalah upaya/usaha yang

dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai Pendidikan

Agama Islam pada seorang individu menggunakan metode Drill (latihan

secara berulang-ulang) pada anak berkebutuhan khusus (Tunagrahita).

F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah (Sarosa, 2012:36). Jadi dengan metode penelitian para peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan tersusun dan terencana yang kemudian dapat dijawab sesuai dengan permasalahan atau rumusan masalah yang dimaksud.

(31)

16

PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran (Arikunto, 2008:105).

Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu hasil intruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, menigkatkan efisiensi pengelolaan intruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru (Aqib, 2006:127).

(32)

17

PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Skema siklus penelitian menurut Arikunto (2006:16)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Latar penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di SMA Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga.

a

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan

(33)

18

b. Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada semester 1 tahun ajaran 2017/2018.

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik SMA-LB Negeri Salatiga dengan jumlah peserta didik aktif 10 siswa. Peneliti menggunakan pola kolaboratif yaitu peneliti sebagai pengamat dan guru yang melaksanakannya.

4. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Kurt Lewin dalam bukunya Zainal Aqib 2006:21 dalam pelaksanaan PTK mencakup empat langkah, yaitu:

a. Perencanaan

1) Menyiapkan RPP PAI dengan menerapkan metode drill pada

mata pelajaran PAI.

2) Menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam

pembelajaran.

3) Menyiapkan soal tes tertulis.

4) Mempersiapkan instrument penilaian.

b. Pelaksanaan tindakan

(34)

19

c. Pengamatan

Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

d. Refleksi

Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan pengamatan, peneliti bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi sesuai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan melalui

metode drill.

5. Instrumen Penilaian

a. Tes tertulis

Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode drill pada

mata pelajaran PAI.

b. Lembar observasi

(35)

20

mencatat proses pembelajaran untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

6. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar oleh guru dan siswa untuk menigkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

b. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

c. Wawancara

Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui keadaan sekolah, peserta didik ataupun guru berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan.

d. Dokumentasi

(36)

21

Dalam hal ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan siswa kelas C SMA-LB selama proses pembelajaran PAI berlangsung. Dokumentasi berupa RPP, jumlah guru dan siswa, nilai siswa sebelum dan sesudah penelitian, foto dan lain sebagainya yang dianggap penting.

7. Analisis Data

Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes.

b. Menentukan kriteria nilai (75-100 tuntas dan 0-75 tidak tuntas)

c. Data keaktifan siswa diambil dari keaktifan siswa ketika

pembelajaran, kemudian di analisis dan dicari rata-rata menggunakan rumus.

d. Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan tes antara siklus.

Nilai per tes digunakan untuk mengetahui seberapa efektif

penggunaan metode drill dalam pembelajaran PAI.

Menurut Djamarah metode analisis dihitung menggunakan statistik sederhana yaitu untuk mengetahui rata-rata dari hasil observasi maka dirumuskan:

∑ x

(37)

22

Keterangan:

M = Nilai rata-rata

∑ x = Jumlah semua nilai siswa

N = Jumlah siswa (Djamarah, 2000:264).

G. Indikator Keberhasilan

Penggunaan metode drill dikatakan berhasil apabila indikator yang

diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator yang dirumuskan peneliti adalah:

1. Secara individu

Siswa diharapkan dapat mencapai skor ≤ (sama dengan atau lebih dari)

75 pada materi PAI.

2. Secara klasikal

Presentase 85% sebanyak dari total siswa dalam satu kelas mendapat nilai lebih dari 75.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi lima bab yang saling berkaitan, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

(38)

23

Bab I, berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, indikator keberhasilan, sistematika penulisan.

Bab II, berisi kajian pustaka yang mencakup uraian dari peningkatan hasil belajar, metode pembelajaran PAI pada siswa tunagrahita, penerapan metode drill pada siswa tunagrahita.

Bab III, berisi pelaksanaan penelitian yang mencakup gambaran umum lokasi penelitian, subyek penelitian, deskripsi pelaksanaan penelitian prasiklus, deskripsi pelaksanaan penelitian siklus I, deskripsi pelaksanaan penelitian siklus II.

Bab IV, berisi hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup uraian hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan serta perbandingan hasil belajar antar siklus.

(39)

24 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan Hasil Belajar

1. Pengertian

Peningkatan hasil belajar terdiri dari tiga suku kata yang masing-masing kata memiliki arti tersendiri. Apabila ketiga kata tersebut digabungkan akan menghasilkan arti baru. Kata yang pertama yaitu peningkatan. Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang

berimbuhan pe dan an. Peningkatan menurut kamus besar bahasa

Indonesia berarti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dan sebagainya) (KBBI, 2007:1198).

Kata yang kedua yaitu hasil. Hasil menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha (KBBI, 2007:391). Menurut Surayin hasil adalah suatu pendapatan atau perolehan dari sesuatu yang telah dikerjakan (Surayin, 2001-2007).

(40)

25

Lebih lanjut lagi Crow and Crow dalam Educational Psychology

(1984) mengemukakan pengertian belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan dan menyesuaikan dengan situasi baru. Definisi ini menekankan hasil dari aktifitas belajar (Lilik, 2013:14).

Pengertian dari hasil belajar, yaitu suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini Gagne dan Briggs mengidentifikasi hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh

seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, 2010:33).

Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar adalah proses/usaha meningkatkan pencapaian dalam memperoleh kebiasaan, kepandaian, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap atau keterampilan yang diperoleh melalui aktifitas belajar, latihan dan juga pengalaman.

Menurut Sumadi Suryabrata (2004) dalam Lilik, dkk (2013:15), hal-hal pokok dalam definisi belajar adalah:

a. Bahwa belajar itu membawa perubahan, baik yang aktual maupun

yang potensial.

b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya mendapatkannya kecakapan

baru.

(41)

26

Jadi proses peningkatan hasil belajar tidak akan diperoleh jika tanpa membawa perubahan. Dan perubahan tersebut harus aktual, potensial, memberikan kecakapan baru serta dilaksanakan dengan adanya usaha.

2. Ciri-ciri Peningkatan Hasil Belajar

Dalam peningkatan hasil belajar terdapat ciri-ciri tertentu dari akibat proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Baharuddin & Esa N.W (2007), ciri-ciri belajar meliputi:

a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.

b. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relative permanen.

c. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat

berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa jadi bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau

pengalaman.

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan.

(42)

27

a. Perubahan intensional

Perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu dilakukan dengan sengaja dan disadari. Maksudnya, perubahan sebagai hasil belajar bukanlah suatu kebetulan, akan tetapi perubahan itu disengaja dan disadari sebelum aktifitas belajar.

b. Perubahan itu positif dan aktif

Perubahan sebagai ciri belajar bersifat positif dan aktif. Bersifat positif masksudnya perubahan itu baik, bermanfaat dan sesuai yang diharapkan oleh individu. Dan bersifat aktif maksudnya perubahan yang terjadi dalam diri individu merupakan hasil usahanya.

c. Perubahan itu efektif dan fungsional

Perubahan sebagai ciri belajar bersifat efektif dan fungsional. Perubahan bersifat efektif, artinya perubahan itu berhasil guna. Perubahan yang berhasil guna adalah perubahan yang bermakna dan bermanfaat bagi diri individu. Sedangkan perubahan bersifat fungsional artinya perubahan itu relative permanen dan siap dibutuhkan setiap saat.

(43)

28

3. Perwujudan Peningkatan Hasil Belajar

Perwujudan dari hasil belajar dapat berupa bermacam-macam hal. Dalam hal ini Syah (2003) menyatakan bahwa wujud dari hasil belajar dapat dilihat dari sembilan perubahan, antara lain:

a. Kebiasaan

Orang yang berhasil belajar akan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak diperlukan dan tidak berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Keberhasilan belajar akan menjadikan seseorang akan berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.

b. Keterampilan

Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot yang bersifat motorik kegiatan ini membutuhkan koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan kesadaran yang tinggi. Oleh sebab itu, hasil belajar dapat dilihat dari tingkat keterampilan yang ada dalam diri individu.

c. Pengamatan

(44)

29

d. Berpikir asosiatif dan daya ingat

Berpikir asosiatif maksudnya berpikir untuk

menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya. Dan orang yang belajar akan memiliki daya ingat yang lebih baik.

e. Berpikir rasional dan kritis

Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menyimpulkan, bahkan meramalkan sesuatu.

f. Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk mereaksi terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai muncul kecenderungan baru dalam diri seseorang dalam menghadapi suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.

g. Inhibisi

Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain yang lebih baik.

h. Apresiasi

(45)

30

i. Tingkah laku efektif

Tingkah laku efektif ini dapat dilihat sebagai wujud dari hasil belajar. Maksudnya, seseorang dikatakan berhasil jika orang tersebut memiliki tingkah laku yang bermanfaat.

Perwujudan hasil belajar tidak hanya di ukur dari tingkat ilmu pengetahuan saja, seperti yang telah diuraikan. Tetapi dapat berupa kebiasaan, sikap, tingkah laku dan lain sebagainya. Selama terjadi peningkatan maka dapat dikatakan sebagai perwujudan hasil belajar. Tentunya hal tersebut merupakan hal yang bermanfaat dan memberikan dampak yang positif.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam proses memperoleh hasil belajar pasti terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Suryabrata (2004), keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor eksternal

(46)

31

1) Faktor non sosial

Faktor non sosial adalah faktor-faktor dari luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik berupa cuaca, alat, gedung dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (termasuk teman pergualan anak).

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri

individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan

(47)

32

b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan ini adalah keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra merupakan pintug gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya.

Faktor ekstern dan intern mempengaruhi keberhasilan belajar, pengaruhnya bisa bersifat positif-mendukung, namun bisa juga bersifat negatif-menghambat. Dalam proses belajar individu sebaiknya dapat memilah faktor-faktor yang dapat menunjang untuk menunjang hasil belajarnya, sehingga dapat jika kedua faktor tersebut dapat dimiliki seorang individu dengan baik maka, ketercapaian dalam hasil belajar dapat maksimal dan berhasil sesuai dengan harapan yang di inginkan.

5. Alat untuk Mengukur Hasil Belajar

Alat untuk mengukur hasil belajar adalah evaluasi. Evaluasi

berasal dari bahasa Inggris “value” yang berarti nilai atau harga,

(48)

33

Adapun dari segi istilah, evaluasi dapat diberi pengertian seperti yang diungkapkan Edwind Wandt dan Gerald W. Born yaitu bahwa:

“Evaluation refer to act or process to determining devalue of something”. Menurut definisi tersebut, maka evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Farikhah, 2006:1).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi belajar yaitu, suatu perbuatan menentukan nilai sebagai hasil dari usaha yang diperoleh seorang individu dalam memperoleh kepandaian (proses belajar).

Evaluasi sangat dibutuhkan, disamping untuk melihat

keberhasilan guru, evaluasi juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam belajar. Evaluasi dalam belajar bisa berbentuk nilai, skor, skala dan lain sebagainya.

(49)

34

a. Tes

Fungsi alat penilaian tes adalah untuk mengukur keberhasilan program pengajaran dan untuk mengukur hasil peserta didik

b. Non Tes

Alat penilaian non tes biasanya digunakan untuk mengukur aspek afektif, psikomotorik yang mencakup sikap kebiasaan bekerja dengan baik, kerjasama, tanggung jawab, kejujuran, solidaritas, nasionalisme, pengabdian, keyakinan dan lain-lain. Beberapa alat penilaian non tes yang sering digunakan adalah

observasi (pengamatan), kuesioner (angket), wawancara

(interview) dan skala sikap.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi sebagai alat untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan belajar mempunyai dua kategori yaitu, tes dan non tes.

B. Metode Pembelajaran PAI pada Siswa Tunagrahita

1. Pengertian

a. Metode pembelajaran

(50)

35

Metode adalah cara yang ditempuh oleh guru untuk

menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar

menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Kastolani, 2014:7).

Metode mengajar menurut Tardif (1989) dalam Jurnal

Pengaruh Mengajar Guru dan Kemandirian Belajar Terhadap

Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Kab. Kudus oleh Rofiq Faudy Akbar Vol. 8, No. 1 (2013:228), adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode mengajar guru adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya dalam

penyampaian materi pembelajaran.

(51)

36

Kemudian pembelajaran berasal dari kata belajar yang

berimbuhan pe dan an. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia

pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (KBBI, 2007:17).

Jadi metode pembelajaran berarti cara atau teknik yang ditempuh guru dalam melaksanakan suatu proses, cara dan perbuatan mentransfer ilmu pengetahuannya kepada siswa sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

b. Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki pengertian, suatu usaha sadar terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan. Secara hakekat PAI merupakan sebuah proses dalam perkembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan disekolah atau madrasah dan perguruan tinggi (Nazarudin, 2007:12).

(52)

37

c. Siswa Tunagrahita

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

perkembangannya berbeda dengan anak pada umumnya. Karena perbedaan tersebut, anak berkebutuhan khusus memerlukan

perlakuan khusus sesuai dengan kecacatannya agar

kemampuannya dapat berkembang. Tunagrahita merupakan salah satu dari beberapa jenis anak berkebutuhan khusus.

Menurut peraturan pemerintah yaitu, anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak terbelakang mental; istilah resminya di Indonesia disebut anak tunagrahita (PP No. 72 Tahun 1991).

Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti merugi. Grahita berarti pikiran. Retardasi mental (mental retardation atau mentally retarded) berarti terbelakang mental (Apriyanto, 2012:28).

Sedangkan menurut Aqila Smart (2012:49) menuturkan bahwa anak tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

(53)

38

Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami keterlambatan dalam segala bidang, dan itu sifatnya permanen. Rentang memori mereka pendek terutama yang berhubungan dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak dan hal yang rumit.

Anak-anak tunagrahita tertentu dapat belajar akademik yang sifatnya aplikatif. Secara signifikan anak tunagrahita memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, maknanya bahwa perkembangan kecerdasan anak berada di bawah pertumbuhan usia sebenarnya. Jadi apabila dilihat dari segi umur anak tunagrahita terlihat sudah lebih tua, padahal daya pikirannya masih seperti anak kecil. Walaupun demikian bukan berarti pendidikan bagi anak tunagrahita hanyalah sia-sia. Melalui pendidikan, bakat dan potensi diri mereka akan lebih berkembang. Secara historis terdapat lima basis yang dapat dijadikan pijakan konseptual dalam memahami anak tunagrahita seperti yang dikemukakan oleh Herbart J. Prehm (Rochyadi, 2005:11), yaitu:

a. Tunagrahita merupakan kondisi

b. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya kemampuan mental jauh

di bawah rata-rata

(54)

39

d. Berkaitan dengan adanya kerusakan organik pada susunan

saraf pusat

e. Tunagrahita tidak dapat disembuhkan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita yaitu seorang yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dan mempunyai kesulitan dalam berkomunikasi dan interaksi sosial, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Dalam pengklasifikasian anak tunagrahita di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72 Tahun 1991 yaitu, tunagrahita ringan IQnya 50-70, tunagrahita sedang IQnya 30-50, tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30 (Apriyanto, 2012: 30-31).

Sedangkan dalam hal penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut:

a. Educable

Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 sekolah dasar.

b. Trainable

(55)

40

c. Custodia

Anak dalam kelompok ini harus dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus. Dapat dilatih tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif (Apriyanto, 2012:31-32).

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas lebih jauh mengenai metode pembelajaran yang digunakan pada siswa tunagrahita, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai tujuan dan fungsi dari Pendidikan Agama Islam itu sendiri sebagai suatu rumpun mata pelajaran dalam lembaga pendidikan.

Pendidikan agama Islam pada sekolah umum bertujuan untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Nazarudin, 2007:13).

(56)

41

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan yaitu untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pendidikan Agama Islam haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dengan berpegang

teguh pada dasar ajaran agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kemudian fungsi pendidikan Agama Islam disamping sebagai proses penanaman keimanan dan materi (bahan ajar) adalah sebagai berikut: (Nazaruddin, 2007:17-19)

a. Pengembangan

Fungsi PAI sebagai pengembangan adalah meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha menanamkan keimanan dan ketakwaan menjadi tanggung jawab setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan kemampuan yang ada pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penyaluran

(57)

42

tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

c. Perbaikan

Fungsi PAI sebagai perbaikan adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari yang sebelumnya mungkin mereka peroleh melalui sumber-sumber yang ada di lingkungan keluarga dan masyarakat.

d. Pencegahan

Fungsi PAI sebagai pencegahan adalah untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

e. Penyesuaian

Fungsi PAI sebagai penyesuaian artinya yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

f. Sumber nilai

(58)

43

3. Metode Pembelajaran yang Digunakan Pada Siswa Tunagrahita

Ada beberapa jenis metode pembelajaran yang digunakan dalam mendidik siswa tunagrahita pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada umumnya metode yang digunakan di SLB Negeri Salatiga yaitu metode cerita dan ceramah, demonstrasi, tanya jawab/diskusi.

a. Metode cerita dan ceramah

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap sekelompok pendengar (peserta didik), untuk memperjelas uraiannya dapat digunakan alat-alat mengajar (Kastolani, 2014:156).

Metode ceramah dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam penyampaian ilmu pengetahuan yang diuraikan guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui uraian informasi yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi yaitu suatu metode mengajar dimana

(59)

44

memperagakan atau menunjukan pada seluruh kelas tentang suatu proses melakukan sesuatu (Kastolani, 2014:192).

Metode demonstrasi menggunakan peragaan untuk

memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan dalam mengajarkan materi yang berhubungan dengan praktek secara langsung seperti sholat, wudhu dan lain sebagainya yang berkaitan dalam pelajaran PAI.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi diantaranya:

1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila

alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa.

2) Demonstrasi akan menjadi kurang efektif bila tidak diikuti

oleh aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga

3) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di kelas karena

alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas

4) Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis

(60)

45

5) Guru harus memperagakan demonstrasi dengan

sebaik-baiknya, karena itu guru perlu mengulang-ulang peragaan dirumah dan memeriksa semua alat yang akan dipakai sebelumnya, sehingga sewaktu mendemonstrasikan di kelas semuanya berjalan dengan baik (Kastolani, 2014:197).

c. Metode diskusi

Metode diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Menurut Gulo metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, disamping untuk mempersiapkan dan menyelesaikan keputusan bersama (Nasih dan Kholidah, 2009:57).

Metode diskusi ini adalah metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya (Zein, 1995:175). Dalam metode ini para siswa dituntut untuk aktif dalam berdiskusi melalui interaksi secara langsung bersama-sama teman-teman sekelasnya.

d. Metode tanya jawab

(61)

46

peserta didik memberikan jawaban. Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar peserta didik memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat merangsang perhatian anak didik, dapat digunakan sebagai persepsi, selingan dan evaluasi (Nasih dan Kholidah, 2009:53).

Metode ini biasa digunakan pada saat selingan pelajaran yang sedang berlangsung. Karena dengan metode ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

C. Penerapan Metode Drill Pada Siswa Tunagrahita

1. Pengertian

Sharon K. Zenger and Weldon F. Zenger dalam bukunya “57

Ways To Teach” memaparkan pendapatnya mengenai pengertian dan

maksud dari metode drill:

“Drill is a repeated operation or exercise intended to develop &

skill or an acquaintance with a procedure. Practice is the actual putting

to use of what is taught in the drill. The main purpose of drill and

practice is the actual doing and experiencing, which is one way

learning takes places.”

Dengan pengertian metode drill adalah latihan secara

(62)

47

sebenarnya dari apa yang diajarkan dalam metode drill. Tujuan utama

dari metode drill dan pelatihan adalah melakukan hal yang nyata dan salah satu cara yaitu pembelajaran langsung (Sharon & Weldon, 1977:28).

Metode drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan

berulang kali atau kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang yang dipelajari (Sriyono, dkk, 1992:112).

Jadi metode drill adalah metode yang berupa latihan dan dilakukan

secara berulang-ulang.

Metode drill (latihan) adalah suatu metode yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk berlatih melakukan sesuatu keterampilan tertentu berdasarkan penjelasan atau petunjuk guru. Metode latihan disebut juga metode training, yaitu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan (Kastolani, 2014:200).

Drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk

(63)

48

Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari (Sudjana, 2000:81-90).

Sebagai sebuah metode, drill adalah cara membelajarkan siswa

untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan (Majid, 2013:214).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

drill ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Dan juga sebagai sarana untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari seorang individu.

Metode drill sangatlah sesuai apabila diterapkan pada siswa

tunagrahita, dengan alasan, karena metode ini memiliki tujuan untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari seorang siswa. Siswa tunagrahita yang lemah dalam hal pembelajaran, latihan secara berulang-ulang sangatlah diperlukan, maka dari itu metode ini akan memberikan latihan-latihan yang berfungsi untuk mempermudah atau memberi ingatan kepada siswa tunagrahita mengenai hal yang dipelajari. Dan apa yang telah dipelajari akan menjadi kebiasaan yang baik bagi para siswa tunagrahita.

2. Kelebihan Metode Drill

Kelebihan dari metode drill antara lain adalah:

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,

(64)

49

b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam

perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian,

tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan

kecepatan dalam pelaksanaan (Kastolani, 2014:202).

Sharon K. Zenger and Weldon F. Zenger (1997:30) menjelaskan

kelebihan dari metode drill sebagai berikut:

a. Pembelajaran berlangsung melalui proses dan pengalaman

sebenarnya.

b. Siswa dapat melihat nilai dari apa yang mereka pelajari.

c. Mengintegrasikan dan menghubungkan materi bersama-sama.

d. Sangat tepat untuk pembelajaran dan hafalan.

e. Melengkapi peserta didik dengan tujuan tertentu.

f. Sangat membantu dalam mentransfer pembelajaran ke situasi yang

sama.

g. Memungkinkan kelas untuk lebih fleksibel.

h. Sangat bagus untuk mengembangkan keterampilan.

(65)

50

3. Kekurangan Metode Drill

Kekurangan dari metode drill yaitu:

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik, karena anak didik lebih

banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton, dan mudah membosankan.

d. Dapat menumbuhkan verbalisme (Kastolani, 2014:203).

Menurut Sharon K. Zenger and Weldon F. Zenger (1997:30)

menjelaskan kekurangan dari metode drill sebagai berikut:

a. Cenderung monoton kecuali ada motivasi yang hebat dan

tujuannya sudah jelas.

b. Membutuhkan lebih banyak waktu.

c. Tidak selalu membantu siswa memahami tujuan baru.

d. Murid terkadang hanya mempelajari nilai drill dan tidak bertahan

lama.

e. Tidak ada inisiatif belajar dari luar dalam beberapa kasus.

f. Karena hafalan-hafalan digunakan, siswa mungkin tidak dapat

menggunakan keahlian mereka dalam situasi yang sama

g. Pemahaman bisa terhambat oleh pengulangan yang tidak berarti.

Dalam setiap metode pasti terdapat kekurangan dalam metode

(66)

51

yang mengajar memiliki skill kreatif dan inovatif. Inilah tantangan

seorang guru dalam mengajar, terlebih lagi dalam memberikan pendidikan bagi siswa tunagrahita.

4. Langkah-langkah Metode Drill

Dalam menggunakan metode drill ada beberapa langkah-langkah

yang harus ditempuh. Langkah-langkah tersebut antara lain:

a. Guru menjelaskan tujuan kepada siswa sehingga selesai latihan

siswa diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.

b. Guru memilih materi yang sesuai dengan kemampuan siswa.

c. Guru memberikan contoh apa yang akan dilatihkan.

d. Siswa melakukan latihan secara berulang-ulang.

e. Guru memberikan selingan supaya tidak membosankan.

f. Kesalahan yang dilakukan siswa secara umum dibetulkan guru

secara klasikal, sedangkan kesalahan individual dibetulkan secara individual (Kastolani, 2014:202).

Sharon K. Zenger and Weldon F. Zenger (1997:29) menjelaskan

cara kerja metode drill sebagai berikut:

“The teacher should first prepare exactly what is necessary for

the pupil to learn so he will not practice unneeded steps. A short

informal lecture followed by a demonstration or example is the usual

procedure for the teacher. The student then becomes involved by asking

(67)

52

individuals. Finally, through repeated practice under supervision, the

skill is perfected. The teacher should explain throughout the practice

what needs to be worked on by the student”.

Guru terlebih dahulu harus mempersiapkan dengan tepat apa yang diperlukan untuk pembelajaran siswanya. Ceramah singkat yang diikuti dengan demonstrasi atau pemberian contoh adalah prosedur yang biasa digunakan guru. Siswa kemudian menjadi bingung dengan mengajukan pertanyaan, melakukan usaha sendiri, dan memperhatikan keterampilan siswa lainnya. Akhirnya melalui latihan berulang di bawah pengawasan, keterampilan itu disempurnakan. Guru harus menjelaskan keseluruhan latihan yang perlu dilakukan pada siswa.

Adapun prinsip dan petunjuk dalam menggunakan metode drill

antara lain (Majid, 2013:214):

a. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan

latihan tertentu.

b. Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifat diagnosis. Jika

kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan agar lebih sempurna.

c. Latihan tidak perlu lama asalkan sering dilaksanakan.

d. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.

e. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan

berguna.

(68)

53

penggunaan motode drill. Dikarenakan siswa tunagrahita ini bukanlah

siswa yang normal seperti siswa pada umumnya. Siswa tunagrahita memiliki daya ingat yang lebih rendah, serta dalam menerima sebuah materi akan sangat sulit apabila dalam penyampaiannya terkesan monoton dan membosankan.

Maka dari itu dalam penggunaan metode ini, seorang guru harus bisa membuat suasana kelas lebih kondusif serta menyenangkan. Jadi dalam menggunakan metode ini guru dapat menggunakan selingan pada metode pembelajaran yang lain, seperti tanya jawab, peragaan, ataupun menggunakan media.

Disinilah peran seorang guru diperlukan kekreatifannya dalam mengolah bahan ajar, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima oleh siswa tunagrahita dengan mudah tanpa mengalami kesulitan. Karena pada dasarnya seorang guru merupakan panutan dari para

peserta didik. Menurut Rogers dalam Jurnal Dampak Kompetensi

Profesional Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah

Ibtidaiyah di Kota Salatiga oleh Nur Hasanah Vol. 9, No. 2 (2015:451-454) macam-macam peran guru yaitu: guru sebagai fasilitator; guru sebagai motivator; guru sebagai pemacu belajar; guru sebagai pemberi inspirasi belajar.

(69)

54

pembelajaran yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, karena melalui hal-hal yang menyenangkan kegiatan apapun akan terasa nyaman dan mudah untuk diterima dengan senang hati.

D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1. Pengertian

Kriteria dalam penilaian sering disebut sebagai tolak ukur atau standar. Kriteria dapat dimaksud sebagai sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur (Arikunto, 2010:30). Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Guna memahami tingkat keberhasilan dalam suatu pembelajaran maka dibutuhkan kriteria yang terukur. Melalui kriteria yang terukur maka suatu lembaga pendidikan dapat membuat program pembinaan lebih lanjut sehingga tingkat efektifitas pembelajarannya dapat diketahui.

KKM ditentukan dengan memperhatikan, intake (kemampuan rata-rata peserta didik), kompleksitas (mengindentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar), sumber daya pendukung (berorientasi pada sumber belajar) (Mansur, 2008:36).

(70)

55

a. Individual

Untuk menentukan ketuntasan belajar belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: KB : x 100%

Dimana:KB = Ketuntasan Belajar

T = jumlah skor yang diperoleh siswa

T1 = jumlah skor total

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika

proposi jawaban benar siswa ≥ 65% (Trianto, 2010:241).

b. Klasikal

Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika

dalam kelas tersebut mencapai ≥ 85% siswa yang telah tuntas

belajarnya (Trianto, 2010:241).

Nilai postes diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.

(71)

56

Maka dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan KKM dalam mata pelajaran PAI yang berlaku di SLB Negeri Salatiga, yaitu KKM individual adalah 75 dan ketuntasan secara klasikal adalah 85%.

2. Prosedur Penetapan KKM

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM yang diperoleh dari data/dokumen Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:

a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran

dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas dan sumber daya pendukung. Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada kompetensi dasar (KD), standar kompetensi (SK) hingga KKM mata pelajaran.

b. Hasil penetapan KKM oleh guru mata pelajaran disahkan oleh

kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian.

c. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua dan dinas pendidikan.

d. KKM dicantumkan dalam laporan hasil belajar siswa (LHBS) pada

(72)

57 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga

1. Profil Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga

Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga berdiri pada tahun 1983 dengan status kepemilikan pemerintah daerah. SLB Negeri Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus di kota Salatiga. Sekolah tersebut terletak di Jl. Hasanudin Gang III (Cakra) RT 03 RW 12, Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Adapun jenjang pendidikan yang terdapat di SLB Negeri Salatiga yaitu, TK-LB, SD-LB, SMP-LB dan SMA-LB. Pembagian kelas sesuai dengan kebutuhan dari para anak berkebutuhan khusus (ABK), antara lain kelas A, B, C, D, autis. Dengan keterangan sebagai berikut:

a. Tunanetra (A)

Tunanetra adalah anak yang memiliki gangguan penglihatan (buta). Kelas untuk para siswa penyandang tunanetra yaitu kelas A.

b. Tunarungu wicara (B)

Gambar

Gambar 1.1  Skema siklus penelitian menurut Arikunto (2006:16)
Tabel 3.1 Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga
Tabel 4.1 Data Nilai Sebelum Tindakan
Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selisih Mean rasio keuangan Net Income Growth terbesar dan tidak signifikan terdapat antara Perusahaan Efek dan Perusahaan Leasing dengan.

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa Self efficacy yang dimiliki oleh siswa social anxiety disorder masih tergolong rendah; faktor yang menyebabkan rendahnya self

Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk melihat besar pengaruh kelompok acuan terhadap keputusan siswa General Conversation memilih Global English Language

The different grammatical structure in both source and target languages causes many problems and it becomes errors if this occurs some times in the process of

Dengan penelitian ini, peneliti berharap bisa menambah keilmuan terkait pesan dakwah yang terkandung dalam buku Bait Cinta Sang Musafir pada isi cerita “Ulet Seperti Kupu-

Rasa tertekan yang dialami korban secara terus menerus akan membuatnya memiliki rasa cemas yang berlebihan. Korban dihantui rasa takut melakukan kesalahan kepada

(1) Jumlah anggaran pendapatan negara dan hibah Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp.949.656.115.114.000,00 (sembilan ratus empat puluh sembilan triliun enam ratus lima puluh

Pengamatan yang dilakukan dengan menonton film Tampan Tailor secara berulang-ulang dan terus-menerus, peneliti menemukan beberapa adegan yang menunjukkan nilai