• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENGAMATAN

1. Waktu Sterilisasi Bahan Menggunakan Oven 1800C selama 30 menit

 Waktu pemanasan : 28 menit

 Waktu kesetimbangan : 0 menit

 Waktu pembinasaan : 30 menit

 Waktu tambahan jaminan sterilitas : 0 menit

 Waktu pendinginan : 15 menit

TOTAL WAKTU : 73 menit

2. Waktu Sterilisasi Bahan Menggunakan Autoklaf 1150C selama 15 menit

 Waktu pemanasan : 10 menit

 Waktu pengeluaran udara : 7 menit

 Waktu menaik : 14 menit

 Waktu kesetimbangan : 0 menit

 Waktu pembinasaan : 15 menit

 Waktu tambahan jaminan sterilitas : 0 menit

 Waktu penurunan : 8 menit

 Waktu pendinginan : 15 menit

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan suspensi hidrokortison asetat 2,5% dengan teknik aseptik.Suspensi hidrokortison asetat steril digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis pada sendi dan penggunaannya disuntikkan di intraartikular. Hidrokortison asetat digunakan pada rheumatoid arthritis sebagai antiinflamasi dan immunosuppresif. Hidrokortison asetat mengganggu antigen T limfosit, menginhibisi prostaglandin dan sintesis leukotrin, menghibisi neutrofil dan turunan monosit superoksidaradikal. Hidrokortison asetat juga mengganggu migrasi seldan menyebabkan redistribusi monosit, limfosit, dan neutrofil, sehingga menumpulkan respon inflamasi dan autoimun

Inflamasi kronik jaringan sinovial yang melapisi kapsul sendi dihasilkan dalam proliferasi jaringan ini. Dimana, dalam membran synovial terdapat sel CD4 + T berlimpah dan berkomunikasi dengan makrofag, osteoklas, fibroblas dan kondrosit, baik melalui interaksi sel-sel langsung menggunakan reseptor permukaan sel-sel atau melalui sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1, dan IL-6. Sel-sel ini menghasilkan metaloproteinase dan zat sitotoksik lainnya, yang menyebabkan erosi tulang dan tulang rawan Karakteristik sinovium yang mengalami proliferasi dari rheumatoid diseut pannus. Pannus ini menyerang kartilago dan akhirnya permukaan tulang, memproduksi erosi tulang dan kartilago dan menyebabkan kerusakan sendi. (Dipiro, 2008)

Pada praktikum kali ini menggunakan bahan utama yakni hidrokortison asetat yang biasanya digunakan untuk injeksi secara lokal dimana penggunaannya secara intraartikular pada sendi, serta bahan tambahan seperti NaCl, CMC-Na, polisorbat 80, benzil alkohol serta pelarut Aquadest Pro Injection (API). Dipilih pembawa API karena kompatibilitas air tersebut dengan jaringan tubuh, serta mempunyau konstanta dielektrik yang tinggi sehingga mudah melarutkan elektrolit yang terionisasi.

Pada formula ini digunakan NaCl sebagai agen pengisotonis, dipilihnya NaCl karena merupakan agen mengisotonis yang membuat sediaan dapat masuk dan diterima tubuh saat penyuntikan. Dimana, NaCl ini berfungsi untuk mencegah peradangan akibat tekanan osmotis sediaan tidak sama dengan tekanan tonisitas cairan tubuh pada daerah sendi. NaCl juga tahan panas sehingga dapat disterilisasikan dengan pemanasan, beda halnya dengan gliserin yang dapat

pula bertindak sebagai agen pengisotonis namun gliserin akan gliserin terdekomposisi dengan pemanasan dan berubah menjadi acrolein toksik.

Bahan tambahan kedua yaitu CMC-Na yang bertindak sebagai suspending agent dalam formula ini yang berfungsi sebagai pendispersi partikel yang tidak larut dan peningkat viskositas. Digunakannya CMC-Na pada formula ini karena dapat diaplikasikan pada sediaan injeksi daripada menggunakan bahan suspending agent yang lain seperti HPMC dan karbopol yang ternyata tidak digunakan dalam sediaan injeksi; Metylselulosa dalam keamanannya tidak boleh digunakan dalam sediaan parenteral (HPE, hal.464). CMC-Na merupakan suspending agent yang tidak OTT

Benzil alkohol, dalam formula ini bertindak sebagai agen pengawet yang mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat mempergaruhi stabilitas sediaan. Dipilih pengawet benzil alkohol karena biasa digunakan untuk sediaan injeksi, merupakan agen bakteriostatik spektrum luas yang digunakan pada produk injeksi multi dosis.

Bahan tambahan terakhir adalah polisorbat 80 (Span) yang berfungsi sebagai wetting agent yang dapat menurunkan sudut kontak antara permukaan zat padat dan larutan pembawa sehingga dapat mudah larut. Pada praktikum kali ini digunakan Polisorbat 80 karena span larut dalam minyak dan pelarut organik, sehingga cocok dengan sediaan yang diinginkan adalah sediaan injeksi yang bersifat hidrofilik.

Sediaan hidrokortison asetat ini disterilisasi dengan teknik sterilisasi aseptis, dimana semua bahan atau campuran bahan disterilisasi terlebih dahulu sebelum dicampurkan dibawah LAF. Pembuatan dilakukan dengan tetap menjaga setiap proses agar meminimalkan terjadinya kontaminasi. Suspensi pada suhu tinggi akan menyebabkan terjadinya kehilangan air, karena air menguap pada suhu lebih dari 100˚C dan partikel zat aktif yang tidak larut saat dilakukan pengocokan untuk melarutkan sediaan tidak akan terlarut dengan baik. Karena adanya perbedaan kestabilan dan sifat masig-masing bahan maka sterilisasi lebih baik dilakukan dengan teknik aseptis.

Pada awal proses pembuatan, semua alat yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan autoclave dan oven. Selanjutnya serbuk NaCl yang telah ditimbang disterilisasi dengan menggunakan oven selama 1 jam. Serbuk polisorbat, benzil alkohol dan hidrokortison asetat yang telah ditimbang juga disterilisasi menggunakan oven. Hal ini dilakukan karena NaCl stabil dengan pemanasan tinggi dan karena NaCl mudah larut dalam air maka

dihindari sterilisasi menggunakan panas basah yang menggunakan uap air yang menyebabkan serbuk menjadi basah. Selain itu, karena polisorbat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat dilakukan dengan pemanasan basah. Sedangkan hidrokortison asetat stabil dalam pemanasan kering. CMC Na yang telah ditimbang juga ditaburkan pada beaker glass yang telah berisi air panas kemudian ditutup menggunakan kertas perkamen lalu disterilisasi dengan panas basah karena sterilisasi menggunakan oven dapat menyebabkan penurunan viskositas.

Pembuatan suspensi steril hidrokortison pada praktikum ini dilakukan dengan teknik aseptis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dimana tidak perlu dilakukan sterilisasi akhir. Oleh karena itu sebelum melakukan formulasi suspensi hidrokortison, semua alat dan bahan harus disterilisasi terlebih dahulu. Hidrokortison, polisorbat 80, dan NaCl disterilisasi menggunakan metode panas kering (oven) selama 30 menit pada suhu 180oC, sedangkan CMC Na yang sudah dikembangkan disterilisasi menggunakan autoclave (panas basah) dengan suhu 115oC selama 30 menit. Dalam sterilisasi menggunakan panas kering perlu hati-hati karena bahan-bahannya dapat gosong bila waktu sterilisasi terlalu lama.

Setelah semua bahan disterilisasi, formulasi dilakukan. Formulasi suspensi dilakukan di bawah LAF (laminar air flow) dengan teknik aseptis. Polisorbat 80 dan hidrokortison dicampur terlebih dahulu dan diaduk hingga homogen. Setelah homogen ditambahkan CMC Na yang telah dikembangkan, campuran ini diaduk hingga homogen. NaCl dilarutkan dengan sedikit water pro injection, kemudian ditambahkan ke dalam campuran polisorbat 80, hidrokortison, CMC Na dan dicampur hingga homogen menjadi campuran A. Benzil alcohol dilarutkan dengan sedikit water pro injection dan ditambahkan ke dalam campuran A. Setelah campuran homogen ditambahkan sedikit demi sedikit water pro injection sampai tanda batas volume yang diinginkan (21,4ml) sambil diaduk untuk menghomogenkan suspensi. Suspensi hidrokortison dituang dalam vial (2 vial masing-masing 10,7 ml), ditutup dan diberi etiket serta kemasan. Hasil akhir dari formulasi suspense hidrokortison 2,5 % adalah suspensi kental berwarna putih .

KESIMPULAN

1. Sediaan injeksi suspensi hidrokortison asetat dibuat dengan menggunakan proses aseptis, semua bahan atau campuran bahan disterilisasi terlebih dahulu sebelum dicampurkan dibawah LAF. Pembuatan dilakukan dengan tetap menjaga setiap proses agar meminimalkan terjadinya kontaminasi.

2. Pembuatan injeksi suspensi hidrokortison asetat 2,5 % digunakan bahan aktif hidrokortison asetat yang disterilisasi dengan menggunakan oven. Bahan tambahan NaCl, polisorbat dan benzil alkohol yang juga disterilisasi dengan menggunakan oven, serta CMC-Na dalam aquadest yang disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.

Dokumen terkait