• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengujian Hipotesis

Dalam dokumen INTEGRASI ANTAR KELOMPOK ETNIS (Halaman 58-65)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Pengujian Hipotesis

Research questions penelitian ini adalah penelitian ini adalah bagaimana dan mengapa kelompok etnis Jawa-Batak- Minang saling berinteraksi di Yogyakarta, Tanah Karo dan Padang? Selanjutnya, setelah membaca berbagai teori terkait peneliti menulis hipotesa yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Setelah mengumpulkan data dan

menganalisa data itu dengan bantuan program komputer SPSS, maka hasil uji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. 3. Hipotesis pertama penelitian ini adalah bahwa terdapat

perbedaan kualitas integrasi antar kelompok etnis yang berbeda.

Untuk melihat perbedaan kualitas integrasi antar etnis ini maka dipakai analisa ANOVA. Ada dua cara pengambilan kesimpulan. Pertama, membandingkan antar F hitung dengan F tabel. Bila F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis diterima (artinya ada perbedaan kualitas integrasi antar kelompok etnis yang berbeda). Dari analisa data terlihat bahwa F hitung (0,057) lebih kecil dari F tabel (3,05). Ini berarti bahwa hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas integrasi antar kelompok etnis Jawa, Minang, dan Batak di lokasi penelitian.

Kedua, melihat tingkat signifikansi (P). Bila P lebih kecil dari 0,05 maka berarti hipotesis diterima. Hasil analisis data

memperlihatkan bahwa tingkat signifikansi (P=0,945) lebih besar dari 0,05. Ini berarti bahwa hipotesis ditolak. Dengan demikian, dengan meihat tingkat signifikansi juga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas integrasi antar kelompok etnis Jawa, Minang, dan Batak di lokasi penelitian.

tingkat signifikansi dalam kualitas integrasi antar kelompk etnis semua lebih besar dari 0,05 (Jawa+Minang=0,804, Jawa+Batak=0,941, Minang-Batak=0,747)

4. Hipotesis kedua penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kualitas integrasi antar pemeluk agama yang berbeda.

Sebagaimana pada hipotesis pertama, untuk melihat perbedaan kualitas integrasi antar pemeluk agama yang berbeda ini juga dipakai analisa ANOVA dengan dua cara pengambilan kesimpulan: pertama, membandingkan antar F hitung dengan F tabel. Dari analisa terlihat bahwa F hitung (0,336) lebih kecil dari F tabel (3,05). Ini berarti bahwa

hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas integrasi antar pemeluk agama yang berbeda di lokasi penelitian.

Kedua, melihat tingkat signifikansi (P). Hasil analisis memperlihatkan bahwa tingkat signifikansi (P=0,715) lebih besar dari 0,05. Ini berarti bahwa hipotesis ditolak. Dengan demikian, dengan melihat tingkat signifikansi juga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas integrasi antar pemeluk agama yang berbeda di lokasi penelitian.

Jika dilihat secara lebih detil, nampak bahwa tingkat signifikansi dalam kualitas integrasi antar pemeluk agama semua lebih besar dari 0,05 (Islam dengan Katolik = 0,804, Islam dengan Protestan = 0,737, Katolik dengan

Protestan=0,569).

5. Hipotesis ketiga adalah bahwa terdapat perbedaan kualitas integrasi suatu kelompok etnis di wilayah mereka sebagai mayoritas dibanding dengan wilayah dimana mereka sebagai minoritas. Kualitas integrasi kelompok etnis sebagai mayoritas lebih tinggi dibanding sebagai minoritas.

Untuk menguji hipotesis ini dipakai Uji T dengan menarik kesimpulan melalui dua cara. Pertama, membandingkan antara T hitung dengan T tabel. Bila T hitung lebih besar dari T tabel maka hipotesis diterima. Dari analisa terlihat bahwa T hitung (3,315) lebih besar dari T tabel (1,960). Ini berarti hipotesis diterima. Artinya ada perbedaan kualitas integrasi kelompok etnis di wilayah mereka sebagai mayoritas dibanding dengan wilayah dimana mereka sebagai minoritas.

Kedua, dengan melihat tingkat signifikansi (P). Bila P lebih kecil dari 0,005 berarti hipotesis diterima. Hasil analisa memperlihatkan bahwa P (0,001) lebih kecil dari 0,005. Ini berarti hipotesis diterima. Kemudian dengan melihat perbedaan rata-rata (mean deferences) yang sebesar -1,8667 dapat disimpulkan bahwa kualitas integrasi kelompok minoritas lebih besar dibandingkan kelompok mayoritas.

6. Hipotesis keempat adalah bahwa ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan kualitas integrasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kualitas integrasi.

Untuk menguji hipotesis ini dipakai Korelasi Pearson yang mengambil kesimpulan melalui dua cara: pertama,

membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Bila r-hitung lebih besar dari r-tabel maka berarti ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas integrasi. Hasil analisa data

memperlihatkan bahwa r-hitung (0,087) lebih kecil dari r-tabel (0,1946). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas integrasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan kualitas integrasi antara tingkat pendidikan yang berbeda.

Kedua, dengan melihat tingkat signifikansi (P). Kalau P lebih kecil dari 0,05 maka berarti ada hubungan antar variabel. Hasil analisa data menunjukkan bahwa P (0,245) lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan juga bahwa tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas integrasi di lokasi penelitian.

7. Hipoteis kelima adalah bahwa ada hubungan positif antara status sosial ekonomi dengan kualitas integrasi. Semakin tinggi status sosial ekonomi maka semakin rendah kualitas integrasi.

Sebagaimana pada hipotesis keempat, untuk menguji hipotesis ini dipakai Korelasi Pearson yang mengambil kesimpulan melalui dua cara: pertama, membandingkan r- hitung dengan r-tabel. Bila r-hitung lebih besar dari r- tabel maka berarti ada hubungan antara status sosial ekonomi dengan kualitas integrasi. Hasil analisa data memperlihatkan

bahwa r-hitung (0,082) lebih kecil dari r-tabel (0,1946). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi dengan kualitas integrasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan kualitas integrasi antara status sosial ekonomi yang berbeda.

Kedua, dengan melihat tingkat signifikansi (P). Kalau P lebih kecil dari 0,05 maka berarti ada hubungan antar variabel. Hasil analisa data menunjukkan bahwa P (0,273) lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan juga bahwa tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi dengan kualitas integrasi di lokasi penelitian.

8. Hipoteis keenam penelitian ini adalah bawah ada hubungan positif antara tingkat etnisitas dengan kualitas integrasi. Semakin tinggi etnisitas maka semakin rendah kualitas integrasi.

Sebagaimana pada hipotesis sebelumnya, untuk menguji hipotesis ini dipakai Korelasi Pearson yang mengambil kesimpulan melalui dua cara: pertama, membandingkan r- hitung dengan r-tabel. Hasil analisa data memperlihatkan bahwa r-hitung (0,076) lebih kecil dari r-tabel (0,1946). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara etnisitas dengan kualitas integrasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan kualitas integrasi antara tingkat etnisitas yang berbeda.

Kedua, dengan melihat tingkat signifikansi (P). Hasil analisa data menunjukkan bahwa P (0,313) lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan juga bahwa tidak ada hubungan antara etnisitas dengan kualitas integrasi di lokasi penelitian.

BAB V

Dalam dokumen INTEGRASI ANTAR KELOMPOK ETNIS (Halaman 58-65)

Dokumen terkait