• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Hasil Pengujian Skala Besar

4.1.3 Hasil Pengujian Skala Besar

Hasil uji coba skala kecil digunakan pada uji coba skala besar dengan sampel satu kelas VII D sebanyak 37 siswa. Berdasarkan hasil penelitian pada skala besar dalam pembelajaran diperoleh hasil belajar siswa, aktivitas siswa, serta tanggapan dari guru dan siswa.

a. Hasil belajar siswa skala besar

Data hasil belajar siswa pada skala besar diperoleh dari nilai diskusi kelompok, nilai tugas individu, dan nilai evaluasi akhir. Hasil belajar siswa pada skala besar ditunjukkan pada Tabel 4.5.

No Masukan Revisi

1. LKS pada cover jangan disingkat Tidak menyingkat LKS pada cover

2. Judul sebelum SK dan KD dihilangkan Menghilangkan judul sebelum SK dan KD 3. Font pada peta konsep diperbesar Memperbesar font pada peta konsep 4. Ditambah bagan keterpaduan IPA di

bawah peta konsep

Menambah bagan keterpaduan IPA dibawah peta konsep

5. Petunjuk pengerjaan dan pertanyaan diperbaiki

Memperbaiki petunjuk pengerjaan LKS berbasis word square dan memperbaiki pertanyaan

Tabel 4.5 Hasil belajar siswa skala besar

Data selengkapnya lampiran 15

Dari Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa pada skala besar ada dua siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran karena hasil belajar siswa kurang dari KKM yang ditentukan yaitu ≥ 70. Ketuntasan klasikal siswa mencapai 95% hal ini menunjukkan bahwa penggunaan LKS berbasis

word square tema pencemaran lingkungan efektif. b. Aktivitas belajar siswa skala besar

Hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar menggunakan LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.

Nilai Jumlah

1 Nilai tertinggi 100 1

2 Nilai terendah 58 1

3 Rata-rata nilai 85

-4 Σ Siswa tuntas - 35

5 Σ Siswa tidak tuntas - 2

6 Ketuntasan klasikal (%) 95%

-No. Hasil

Keterangan aspek (A) dapat dilihat pada lampiran 26

Gambar 4.2 Diagram aktivitas belajar siswa kelas VII D pada skala besar Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis word square yang telah dikembangkan tema pencemaran lingkungan sangat positif. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil presentasi aktivitas siswa sebesar 83% yang berarti masuk dalam kriteria aktif.

c. Tanggapan siswa pada skala besar

Setelah pembelajaran selesai, siswa diberi angket tanggapan terhadap penggunaan LKS berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan. Adapun hasilnya seperti pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil tanggapan siswa pada skala besar

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui secara keseluruhan rata-rata tanggapan siswa skala besar terhadap LKS sebesar 99%. Rata-rata siswa tertarik

N = 37

Jumlah skor Nilai (%)

1 37 100% 2 37 100% 3 37 100% 4 37 100% 5 37 100% 6 37 100% 7 37 100% 8 35 95% 9 37 100% 10 37 100% 37 99% Sangat baik Apakah LKS word square memudahkan kalian

saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan?

Apakah LKS berbasis word square menambah kosa kata yang kalian miliki?

Apakah terjalin hubungan yang akrab, saling menghargai, lebih mengenal dan menyenangkan antar teman selama belajar menggunakan LKS berbasis word square?

Apakah kalian tertarik mengikuti pembelajaran dengan LKS pencemaran lingkungan berbasis word square?

Kriteria

Apakah gambar dalam LKS berbasis word square sudah menarik dan sesuai dengan topik yang sedang dipelajari?

Apakah gambar-gambar dalam LKS berbasis word square jelas terlihat dan mampu kalian pahami maknanya?

Apakah pertanyaan dan tugas dalam LKS berbasis word square membantu kalian menemukan konsep materi yang sedang dipelajari?

Rata-rata

Apakah pembelajaran dengan LKS pencemaran lingkungan berbasis word square memudahkan kalian dalam belajar?

Apakah kalian senang belajar dengan LKS pencemaran lingkungan berbais word square? Apakah LKS berbasis word square membuat kalian bersemangat dalam belajar pencemaran lingkungan?

No. Butir Angket

pada pengembangan LKS tema pencemaran lingkungan, siswa menjadi paham dengan media dan siswa termotivasi dengan pembelajaran LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan.

d. Tanggapan guru pada skala besar

Data tanggapan dari guru IPA tersaji pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil tanggapan guru terhadap LKS hasil pengembangan

No Butir angket Skor

Guru 1 Guru 2 1.

Apakah Bapak/Ibu guru pernah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan word square

sebelumnya?

1 1

2.

Apakah dengan menggunakan LKS berbasis word square dapat memudahkan dalam penyampaian tema pencemaran lingkungan pada siswa?

1 1

3. Apakah proses pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan memudahkan Bapak/Ibu?

1 1

4. Apakah LKS word square efektif digunakan pada tema pencemaran lingkungan?

1 1

5. Apakah siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran pada tema pencemaran lingkungan berbantuan LKS berbasis word square?

1 1

6.

Apakah aktivitas siswa selama pembelajaran tema pencemaran lingkungan dengan LKS berbasis word square menjadi lebih aktif bila dibandingkan dengan strategi yang digunakan sebelumnya?

1 1

7. Apakah Bapak/Ibu guru merasakan keuntungan

menggunakan LKS berbasis word square? 1 1

8. Apakah Bapak/Guru tertarik menggunakan LKS word

square pada materi yang lain? 1 1

9.

Apakah LKS berbasis word square dapat meningkatkan kerja sama antar siswa pada tema pencemaran

lingkungan?

Data selengkapnya terdapat pada lampiran 18

Tanggapan guru digunakan untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan. Pada Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa guru memberikan kesan positif. Guru juga menyebutkan bahwa pembelajaran dengan LKS berbasis

word square memberikan kemudahan bagi siswa disamping itu siswa lebih tertarik dan tidak bosan terhadap pembelajaran.

4.2Pembahasan

Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi potensi dan masalah. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi awal di sekolah Mts Negeri 1 Semarang untuk mengetahui potensi dan masalah apa yang ada di sekolah tersebut. Salah satu bahan ajar yang digunakan siswa yaitu LKS yang masih berpotensi untuk dikembangkan sehingga lebih menarik dan bervariasi. Adapun permasalahannya yaitu LKS cerah yang digunakan terutama pada materi

No Butir angket Skor

Guru 1 Guru 2

10.

Apakah hasil pembelajaran siswa pada tema pencemaran lingkungan berbasis word square menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan stategi yang digunakan

sebelumnya?

1 1

Jumlah (Σ) 16 16

Skor total instrumen : 10

Persentase (%) 100% 100%

Kriteria Sangat

baik

Sangat baik

pencemaran dan kerusakan lingkungan berisi pemaparan materi terlalu panjang dan tidak disertai gambar, penggunaan contoh terkini masih kurang, materi yang diajarkan masih belum terpadu, terdapat beberapa kata yang salah dalam penulisan. Jawaban yang tinggal menyalin dari rangkuman materi menyebabkan siswa kurang berpikir kritis dan tidak menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Selain beberapa kekurangan tersebut, dilihat dari kegiatan pembelajaran di kelas masih banyak siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Hal ini tercermin pada sikap siswa yang mengantuk, mengganggu teman lain, dan melamun. LKS IPA yang beredar di MTs Negeri 1 Semarang masih sendiri-sendiri belum memadukan antara materi yang satu dengan materi lainnya dalam satu semester maupun antar semester yang saling terkait. Adanya permasalahan tersebut peneliti telah mengembangkan LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan.

LKS yang telah dikembangkan berisi keterpaduan antara materi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dipadukan dengan materi pengenalan bahan kimia dipadukan dengan model keterpaduan connected. Keterpaduan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2. Sebagaimana yang dikemukakan Fogarty yang dikutip oleh Nuroso dan Siswanto (2010) bahwa pembelajaran model

connected hanya menghubungkan topik-topik yang hampir sama dalam satu pelajaran atau aspek pengembangan. Selain keterpaduan dengan tema pencemaran lingkungan LKS ini berisi poin-poin materi pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pengenalan bahan kimia yang divariasi dengan soal dan gambar yang diaplikasikan dengan permainan yang mengandung unsur pendidikan, sehingga LKS yang telah dikembangkan dapat merangsang siswa untuk

menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya dan lebih termotivasi dalam mempelajari IPA serta menambah kekayaan kosa kata terutama pada tema pencemaran lingkungan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

LKS berbasis word square dikatakan layak apabila penilaian instrumen bahan ajar pada Tahap I dan pada Tahap II dinyatakan layak oleh pakar. Adapun hasil penilaian oleh pakar dan guru MTs Negeri 1 Semarang mengenai LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut.

Berdasarkan hasil penilaian dari pakar yaitu dari dua dosen Unnes dan dua guru IPA MTs Negeri 1 Semarang menunjukkan bahwa komponen isi pada penilaian Tahap I yang terkandung dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata -rata sebesar 100%. Hal ini berarti penilaian bisa dilanjutkan ke penilaian tahap kedua karena penilaian tahap kedua bisa dilakukan apabila penilaian pada tahap pertama mendapatkan penilaian 100% dari seluruh pakar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muljono dalam buletin BSNP (2007) bahwa buku dinyatakan lolos seleksi Tahap I apabila semua butir dalam instrumen penilaian

buku teks pelajaran harus mendapat “nilai” atau respons positif (Ya, Sesuai). Jika

terdapat satu saja butir yang dijawab negatif, maka buku teks pelajaran tersebut dinyatakan gugur (tidak lolos) penilaian Tahap I ini. Pada penilaian Tahap II komponen isi yang terkandung dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata penilaian dari seluruh pakar sebesar 94,79%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muljono dalam buletin BSNP (2007) bahwa, komponen kelayakan isi dikatakan layak apabila rata-rata skor komposit minimal 69% pada

tiap subkomponen. Subkomponen tersebut antara lain yaitu akurasi fakta, kebenaran konsep, akurasi teori, keterkinian/ ketermasaan fitur (contoh-contoh), kemampuan merangsang berpikir kritis, dan mendorong untuk mencari informasi lebih jauh. Minimal skor yang diberikan pada penilaian kelayakan LKS dari seluruh pakar pada tiap subkomponen kelayakan isi yaitu 3. Hal ini berarti bahwa LKS hasil pengembangan sudah sesuai dengan kompetensi dasar tema pencemaran lingkungan.

Keseluruhan materi dan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada komponen kelayakan isi dalam LKS mampu menumbuhkan rasa keingintahuan siswa untuk berpikir kreatif dan berwawasan luas. Pada LKS ini terutama pada LKS pertama dan LKS kedua masing-masing kelompok diminta untuk mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, kemudian salah satu kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan jawaban mereka dan membandingkan dengan hasil jawaban kelompok lain agar tumbuh daya saing antar kelompok.

Daya saing yang tinggi antar kelompok membuat aktivitas siswa cenderung meningkat karena masing-masing siswa ingin memperoleh hasil belajar yang baik. Selain itu, LKS yang dikembangkan menumbuhkan kesadaran siswa untuk senantiasa peduli terhadap lingkungan dan menanggulangi pencemaran yang ada di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, LKS dapat dijadikan sebagai media belajar yang dapat meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah IPA yang terjadi di lingkungan sekitar dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang diperoleh. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Wilson, sebagaimana dikutip oleh Ozkan (2013), keterlibatan siswa dengan lingkungan

merangsang dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis serta merangsang imajinasi siswa.

Berdasarkan hasil penilaian oleh pakar pada Tahap I komponen kebahasaan yang terkandung dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata sebesar 100%. Pada penilaian Tahap II komponen kebahasaan yang terkandung

dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata penilaian seluruh pakar sebesar

87,5%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muljono dalam buletin BSNP (2007), komponen kelayakan kebahasaaan dikatakan layak apabila rata-rata skor komposit minimal 63% pada tiap subkomponen. Subkomponen tersebut antara lain kesesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik, kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan, ketepatan struktur kalimat, ketepatan tata bahasa, ketepatan ejaan. Minimal skor yang diberikan pada penilaian kelayakan kebahasaan LKS dari seluruh pakar pada tiap subkomponen mencapai nilai tiga.

Penggunaan bahasa yang baik disesuaikan dengan kaidah tata bahasa Indonesia dan mengacu pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). LKS harus menggunakan bahasa yang baku, komunikatif, dan mudah dipahami siswa untuk mempelajari materi pelajaran terutama siswa SMP serta ditambah dengan gambar-gambar sehingga efektif digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnama (2009), media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa sehingga siswa lebih mudah untuk mempelajari materi pelajaran. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sudjana sebagaimana yang dikutip oleh Fathurrohman (2009), penggunaan media dalam

proses belajar mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif dan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Penyajian dalam LKS ini berpusat pada siswa dan menekankan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. LKS disajikan dengan tiga lembar kerja siswa, dua lembar kerja siswa berisi permasalahan-permasalahan dan permaianan word square yang dikerjakan dalam kelompok melalui diskusi dan satu lembar kerja siswa yang berisi permainan word square yang dikerjakan secara individu. Siswa dituntut untuk belajar berdasarkan gambar yang ada dan mengaitkan dengan lingkungan sekitar. Siswa dituntut untuk belajar mandiri, dan memecahkan masalahnya sendiri, berdiskusi dengan teman sekelompok serta bersikap aktif selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penilaian oleh pakar pada Tahap I komponen penyajian yang terkandung dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata sebesar 100%. Pada penilaian Tahap II komponen penyajian yang terkandung

dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata penilaian seluruh pakar sebesar

88,54%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muljono dalam buletin BSNP (2007), komponen kelayakan penyajian dikatakan layak apabila rata-rata nilai yang diperoleh dari pakar mencapai presentasi minimal sebesar 63% pada tiap subkomponen. Subkomponen tersebut meliputi kesesuaian/ketepatan ilustrasi dengan materi, penyajian teks, tabel, gambar, dan lampiran disertai dengan rujukan/sumber acuan, daftar pustaka, keterlibatan peserta didik, berpusat pada peserta didik, dan menyajikan umpan balik untuk evaluasi diri. Minimal skor yang

diberikan pada penilaian komponen kelayakan penyajian LKS pada tiap subkomponen dari seluruh pakar mencapai tiga.

Keseluruhan skor yang diberikan pakar pada tiap komponen kemudian diakumulasi. Penilaian tiap pakar berbeda-beda, hal ini dikarenakan karena tiap-tiap pakar memberikan nilai sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Pakar yang terdiri dari dua dosen memberikan penilaian pada tahap II sebesar 87%

dengan kriteria “layak” (Tabel 4.2) dan penilaian dari dua guru IPA di Mts Negeri

1 Semarang sebesar 92% dengan kriteria “layak” (Tabel 4.2). Hal ini disebabkan

LKS hasil pengembangan sebelum dinilai oleh guru telah mendapat perbaikan berdasarkan masukan dua pakar, sehingga sebelum LKS diuji cobakan pada skala kecil dihasilkan produk yang optimal. LKS yang telah dinilai oleh pakar dan guru diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga LKS yang telah dikembangkan efektif digunakan untuk proses belajar mengajar terutama untuk siswa SMP/ MTs.

LKS yang sudah divalidasi dan direvisi selanjutnya diuji cobakan di sekolah yaitu di MTs Negeri 1 Semarang untuk mengetahui hasil belajar siswa, aktivitas siswa, serta untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap LKS yang telah dikembangkan. Uji coba LKS yang telah dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu uji coba Tahap I yang dilakukan di kelas VIII H sebagai uji coba skala kecil dan uji coba Tahap II yang dilakukan di kelas VII D sebagai uji coba skala besar.

Uji coba skala kecil dilakukan di kelas VIII H dan data yang diperoleh meliputi hasil belajar siswa dan tanggapan siswa mengenai penerapan LKS

berbasis word square. Berdasarkan data hasil belajar siswa yang diperoleh pada saat uji coba skala kecil di kelas VIII H, sebanyak 93% ( Tabel 4.3) siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran IPA di MTs Negeri 1 Semarang. Rata-rata nilai yang diperoleh seluruh siswa pada uji coba skala kecil yaitu 79 dengan 14 siswa yang mencapai KKM dan 1 siswa yang tidak tuntas nilai KKM. Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai hasil evaluasi akhir masing-masing siswa.

Rata-rata data tanggapan siswa pada saat uji coba skala kecil sebesar 82% (Lampiran 16) secara umum menunjukkan bahwa siswa memberikan masukan yang positif terhadap penerapan LKS berbasis word square dalam proses pembelajaran tema pencemaran lingkungan. Masukan positif siswa tertulis pada setiap komentar dan saran pada angket yang dibagikan di akhir pembelajaran, diantara komentar dan saran siswa yang berkaitan dengan pengembangan LKS yaitu word square memudahkan dalam mengasah otak, word square memudahkan dalam belajar, gambar dan keterangan untuk lebih diperjelas, dan siswa bisa tertarik mengikuti pembelajaran dengan LKS pencemaran lingkungan berbasis

word square. Komentar dan saran siswa digunakan untuk memperbaiki LKS yang akan dipakai pada uji coba skala besar. Penggunaan LKS berbasis word square

memungkinkan siswa belajar sambil bermain, sehingga proses pembelajaran berlangsung menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Badu (2011) bahwa bermain akan membuat anak merasa bahwa belajar yang dilakukan sebagai belajar yang menyenangkan. Namun demikian masih terdapat tanggapan siswa yang kurang optimal dalam mencapai hubungan yang akrab, saling menghargai, lebih

mengenal dan menyenangkan antar teman selama belajar menggunakan LKS berbasis word square. Hal ini dikarenakan siswa pada uji coba skala kecil tidak melakukan diskusi antar kelompok, sehingga kerjasama, hubungan yang akrab antar teman, saling menghargai, lebih mengenal dan menyenangkan antar teman belum tampak.

Uji coba skala besar dilakukan di kelas VII D. Data yang diperoleh meliputi data hasil belajar siswa, aktivitas siswa, serta tanggapan siswa dan guru terhadap LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan yang telah dikembangkan.

Hasil belajar diperoleh dengan teknik test dan non test melalui tes evaluasi akhir, tugas diskusi dan tugas individu masing-masing siswa. Nilai hasil diskusi diperoleh dari nilai LKS 1 dan LKS 2, sedangkan nilai hasil tugas individu diperoleh dari nilai pengerjaan pada LKS 3. Hasil evaluasi akhir diperoleh setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir.

Ketuntasan klasikal yang diperoleh dari nilai akhir individu masing-masing siswa sebesar 95% (Tabel 4.5) sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada tema pencemaran lingkungan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Mulyasa (2009) bahwa ketuntasan klasikal siswa dicapai jika ≥85%

siswa mencapai ketuntasan belajar. Namun, masih ada beberapa siswa yang belum tuntas nilai KKM. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, ada siswa yang dapat cepat dalam menerima materi dan ada siswa yang lambat dalam menerima materi. Oleh karena itu, peningkatan belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi siswa untuk belajar dan bersungguh-sungguh pada saat

mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang tercermin dari hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamdu dan Agustina (2011), siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin tinggi intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.

Data rata-rata observasi aktivitas siswa pada uji coba skala besar selama proses diskusi pada tema pencemaran lingkungan sebesar 83% dengan kriteria

”aktif” (Lampiran 26) yang ditunjukkan adanya interaksi yang baik dan saling

menanggapi antar kelompok satu dengan kelompok yang memiliki pendapat yang berbeda. Hal ini membuktikan bahwa siswa bersemangat dan lebih senang mengikuti pembelajaran dengan LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan yang telah dikembangkan dibandingkan dengan hanya sekedar menghapal materi saja yang diterapkan pada pembelajaran-pembelajaran IPA sebelumnya. LKS yang telah dikembangkan mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan konsep yang telah dimiliki untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang terdapat pada LKS yang telah dikembangkan serta mengaitkannya dengan lingkungan sekitar melalui gambar-gambar dan permainan word square yang tersedia di dalam LKS. Hal ini sesuai dengan pendapat Pepe (2011) bahwa permainan merupakan suatu proses dimana siswa belajar dengan melakukan dan berinteraksi dengan lingkungan.

Hasil belajar dan aktivitas siswa yang baik dikarenakan adanya motivasi siswa yang muncul selama proses pembelajaran. Motivasi timbul karena adanya ketertarikan siswa terhadap penerapan LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan yang mengajak siswa belajar sambil bermain. Hal ini sesuai dengan pendapat Cimer (2012) bahwa jika siswa tidak senang dengan cara ilmu pengetahuan yang diajarkan, mereka mungkin menunjukkan ketidaktertarikan dan sikap negatif terhadap ilmu pengetahuan dan pengajaran. Hal ini berarti bahwa ketertarikan siswa terhadap LKS yang dikembangkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan sebaliknya ketidaktertarikan siswa terhadap LKS yang dikembangkan akan menurunkan motivasi siswa dalam belajar terutama pada tema pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil belajar dan aktivitas siswa diketahui bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa sudah baik, hal ini ditunjukkan dengan rata- rata presentase hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 95% (Tabel 4.5) dan rata-rata nilai aktivitas siswa sebesar 83% dengan

kriteria”aktif” (Lampiran 26).

Data rata-rata tanggapan siswa pada uji coba skala besar yang dibagikan setelah proses pembelajaran pada tema pencemaran lingkungan selesai sebesar 99% dengan kriteria ”sangat baik” (Lampiran 17). Hal ini berarti LKS yang telah dikembangkan mempermudah siswa dalam memahami materi pencemaran lingkungan. Siswa merasa lebih termotivasi dan tidak bosan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa merasa lebih memahami materi dengan adanya diskusi dan penugasan. Siswa juga dapat saling bekerjasama dan saling

Dokumen terkait