• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS WORD SQUARE TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII MTs NEGERI 1 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS BERBASIS WORD SQUARE TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII MTs NEGERI 1 SEMARANG"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS

WORD SQUARE

TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII

MTs NEGERI 1 SEMARANG

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

oleh Anik Ulfah 4001409047

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Siti Harnina Bintari, MS. Stephani Diah P., M.Hum.

NIP 196008141987102001 NIP 198505142010122007

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPA

Dr. Sudarmin, M.Si.

(3)

ii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengembangan LKS Berbasis Word Square Tema Pencemaran Lingkungan Kelas VII MTs Negeri 1 Semarang

disusun oleh Anik Ulfah 4001409047

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 23 Juli 2013. Panitia Ujian

Ketua Sekertaris

Prof. Dr. Wiyanto, M. Si. Dr. Sudarmin, M.Si.

NIP. 196310121988031001 NIP 196601231992031003

Penguji Utama

Arif Widiyatmoko, S.Pd., M.Pd. NIP 198412152009121006

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Siti Harnina Bintari, MS. Stephani Diah P., M.Hum.

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang

berjudul “Pengembangan LKS Berbasis Word Square Tema Pencemaran

Lingkungan Kelas VII MTs Negeri 1 Semarang” disusun berdasarkan hasil

penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jangan menunggu karena tak akan ada waktu yang tepat. Mulailah dari sekarang, dan berusahalah dengan segala yang ada. Seiring waktu, akan ada cara yang lebih baik asalkan tetap berusaha (Napoleon Hill).

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur dan rahmat Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu

memberikan do‟a dan segala usaha

(6)

v

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

tugas penulisan skripsi dengan judul: “Pengembangan LKS Berbasis Word

SquareTema Pencemaran Lingkungan Kelas VII MTs Negeri 1 Semarang”.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk ini pada kesempatan yang baik ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.

2. Dr. Sudarmin, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.

3. Dr. Siti Harnina Bintari, MS., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, memberikan arahan, gagasan, serta petunjuk yang sangat membantu dan bermanfaat hingga selesainya skripsi ini.

(7)

vi

5. Arif Widiyatmoko, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan masukan dan arahan serta memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, khususnya Dosen Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ilmu-ilmu dalam pengajaran dan mudah-mudahan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis kelak.

7. Seluruh staf Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, khususnya staf Program Studi Pendidikan IPA yang telah membantu dan memberi kemudahan dalam administrasi.

8. Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

9. Nur Hidayati S. Pd., selaku guru mata pelajaran IPA MTs Negeri 1 Semarang yang telah membantu, memberikan arahan, serta bimbingan selama penelitian berlangsung.

10. Sigit Kristiadi S. Pd., yang selalu memberikan dorongan motivasi, semangat, serta setia menungguku.

11. Indra Syahrul Sidiq yang telah memberikan semangat.

12. Siswa siswi kelas VII D, VIII G, dan kelas VIII H MTs Negeri 1 Semarang atas kerjasama dan partisipasinya dalam penelitian ini.

(8)

vii

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang belum bisa penulis sebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Kritik dan saran dari semua pihak diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran khususnya dibidang pendidikan.

Semarang, Juli 2013

(9)

viii

ABSTRAK

Ulfah, A. 2013. Pengembangan LKS Berbasis word Square Tema Pencemaran Lingkungan Kelas VII MTs Negeri 1 Semarang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Siti Harnina Bintari, MS. dan Pembimbing Pendamping Stephani Diah P., M.Hum.

(10)

ix

ABSTRACT

Ulfah, A. 2013. Development LKS Based Word Square Theme Pollution of the Class VII Public MTs 1 Semarang. Thesis, Course of Study Education Natural Science Faculty Math and Science Natural State University Semarang. Tutorship Main Dr. Siti Harnina Bintari, MS. And Tutorship Companion Stephani Diah p. , M. Hum.

Keyword: development lks, word square, environmental pollution theme This research is aimed to ensure the feability and effectiveness of “LKS” based on word square, with Environmental Pollution theme that has been developed used in junior high school. The subject of this study was divided into two groups, they were small scale group and large scale group. The data were collected by using documentation, observation, test, and questionnaire method. Based on the validation of experts consisting of lecturer and teacher in phase I and phase II it is obtained that the result is feasible. The trial of a small scale group showed that the students‟ response reached 82 % and value

the students‟ achievement was 93 % it reached minimum mastery criteria.

The trial of a large scale the students‟ response reached 99 %, the average result observation the activity of students reached 83 %, and value the

students‟ achievement of the students in the trial of a large scale as much as

95 % above minimum mastery criteria. Based on the result it can be concluded that “LKS” based on word square the Environmental Pollution theme is feasible and effective to be teaching materials in learning IPA in junior high school.

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN KELULUSAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Secara Teoritis ... 6

1.4.2 Manfaat Secara Praktis ... 6

(12)

xi

Halaman

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Pembelajaran IPA Terpadu ... 9

2.2 Pengembangan LKS ... 12

2.3 Media Pembelajaran Word Square ... 14

2.4 Pencemaran Lingkungan ... 17

2.5 Kerangka Berpikir ... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN... 22

3.1 Lokasi Penelitian ... 22

3.2 Subjek Penelitian ... 22

3.3 Jenis Penelitian ... 22

3.4 Faktor yang Diteliti ... 22

3.5 Rancangan Penelitian ... 23

3.6 Variabel Penelitian ... 26

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.8 Instrumen Penelitian ... 28

3.9 Uji Coba Instrumen ... 28

3.9.1 Validitas ... 28

3.9.2 Reliabilitas ... 30

3.9.3 Taraf kesukaran soal ... 30

3.9.4 Daya pembeda soal ... 32

(13)

xii

... Halaman

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Hasil Pengujian Skala Kecil ... 37

4.1.2 Revisi Produk ... 41

4.1.3 Hasil Pengujian Skala Besar ... 41

4.2 Pembahasan ... 46

BAB 5 PENUTUP ... 59

5.1 Simpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Model keterpaduan IPA ... 10

3.1 Hasil validitas pada uji coba soal ... 29

3.2 Taraf kesukaran soal uji coba pada kriteria soal valid ... 31

3.3 Soal yang digunakan untuk evaluasi akhir ... 31

3.4 Daya pembeda soal uji coba pada kriteria soal valid ... 33

4.1 Hasil validasi oleh pakar pada tahap I... 38

4.2 Hasil validasi tahap II oleh pakar ... 38

4.3 Rekapitulasi hasil belajar siswa skala kecil ... 39

4.4 Hasil revisi validasi tahap II ... 41

4.5 Hasil belajar siswa skala besar ... 42

4.6 Hasil tanggapan siswa skala besar ... 44

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka berpikir pengembangan LKS berbasis

word square pada tema pencemaran lingkungan ... 21 3.1 Skema Alur Pengembangan LKS ... 23 3.2 Diagram Keterpaduan

Model Connected Pencemaran Lingkungan ... 24 4.1 Diagram hasil angket tanggapan siswa terhadap LKS

berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan ... 40 4.2 Diagram aktivitas belajar siswa

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 65

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 68

3. Hasil penilaian kelayakan LKS oleh dosen... 77

4. Hasil penilaian kelayakan LKS oleh guru... 89

5. Daftar siswa uji coba soal ... 101

6. Daftar siswa uji coba LKS skala kecil ... 102

7. Daftar siswa pada uji coba LKS skala besar ... 103

8. Kisi-kisi soal uji coba ... 105

9. Soal uji coba ... 108

10. Kunci jawaban soal uji coba ... 115

11. Analisis butir soal uji coba ... 116

12. Soal evaluasi ... 121

13. Jawaban soal evaluasi ... 125

14. Hasil belajar siswa kelas uji coba skala kecil ... 126

15. Hasil belajar siswa kelas uji coba skala besar ... 128

16. Hasil tangggapan siswa pada uji coba skala kecil... 130

17. Hasil tanggapan siswa pada uji coba LKS skala besar ... 132

18. Hasil tanggapan guru terhadap LKS hasil pengembangan ... 134

19. Hasil tanggapan siswa pada uji coba skala kecil ... 136

20. Hasil belajar siswa pada uji coba skala kecil ... 138

(17)

xvi

22. Hasil belajar siswa pada uji coba skala besar ... 142

23. Hasil jawaban siswa pada LKS 1 ... 144

24. Hasil jawaban siswa pada LKS 2 ... 145

25. Hasil jawaban siswa pada LKS 3 ... 148

26. Hasil rekapitulasi aktivitas siswa skala besar terhadap LKS selama kegiatan pembelajaran ... 149

27. Surat tanda bukti observasi ... 151

28. Surat penetapan dosen pembimbing ... 152

29. Surat ijin penelitian ... 153

30. Surat tanda bukti penelitian... 154

31. Dokumentasi penelitian ... 155

(18)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah melakukan berbagai upaya agar tujuan tersebut dapat tercapai, salah satunya yaitu di bidang pendidikan. Undang-undang No. 20 pasal 1 tahun 2003 tentang pendidikan menyatakan:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Perbaikan mutu pendidikan akan berdampak terhadap perkembangan pembangunan bangsa karena sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam memperbaiki kondisi dan situasi suatu bangsa.

(19)

Ketercapaian standar kompetensi dalam pembelajaran IPA sekarang ini masih kurang. Selama ini proses pembelajaran IPA di kelas kebanyakan masih menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan dan siswa mendengarkan dengan tenang. Menurut Yusuf dan Natalia (2005), dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual maupun emosional.

(20)

2008). Tugas guru adalah membuat agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, kreatif, menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan pendekatan sains.

Proses belajar mengajar akan berjalan aktif, efektif, kreatif, menarik, dan menyenangkan bila didukung dengan tersedianya bahan ajar. Salah satu bahan ajar yang digunakan untuk mendukung proses interaksi antara siswa dan guru yaitu LKS. LKS digunakan guru sebagai bahan ajar yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai tujuan pembelajaran dan membiasakan siswa belajar mandiri. Nugrahini (2012) mengemukakan belajar mandiri adalah suatu proses dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosis kebutuhan belajar sendiri; merumuskan atau menentukan tujuan belajarnya sendiri; mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. LKS IPA yang beredar sekarang ini masih sendiri-sendiri belum memadukan antara materi yang satu dengan materi lainnya yang saling terkait.

(21)

yang saling berkaitan baik dari segi kimia, fisika, atau bologi menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dan terpadu.

Keterpaduan materi IPA pada LKS yang ada di Mts Negeri 1 Semarang masih belum tampak. LKS yang ada merupakan bahan ajar utama dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas, meskipun sudah dibagikan buku paket dari perpustakaan. Siswa jarang membaca bahkan membawa buku paket IPA dalam proses pembelajaran berlangsung. Mereka hanya membuka buku paket apabila disuruh oleh guru. LKS cerah yang digunakan di MTs Negeri 1 Semarang pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan berisi pemaparan materi yang terlalu panjang dan tidak disertai gambar, penggunaan contoh terkini masih kurang, materi yang diajarkan masih belum terpadu, terdapat beberapa kata yang salah dalam penulisan, sehingga siswa kurang tertarik untuk membacanya. Jawaban yang tinggal menyalin dari rangkuman materi menyebabkan siswa kurang berpikir kritis, dan tidak menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Selain beberapa kekurangan tersebut, dilihat dari kegiatan pembelajaran di kelas masih banyak siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Hal ini tercermin pada sikap siswa yang mengantuk, mengganggu teman lain, dan melamun. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pengembangan LKS pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(22)

antara materi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dipadukan dengan materi pengenalan bahan kimia kemudian kedua materi tersebut disatukan dengan tema pencemaran lingkungan dengan menggunakan model keterpaduan

connected. Selain keterpaduan dengan tema pencemaran lingkungan LKS ini berisi poin-poin materi pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pengenalan bahan kimia yang divariasi dengan soal dan gambar yang diaplikasikan dengan permainan yang mengandung unsur pendidikan (edukatif), sehingga LKS yang dikembangkan dapat merangsang siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya dan lebih termotivasi dalam mempelajari IPA serta menambah kekayaan kosakata terutama pada tema pencemaran lingkungan. LKS yang telah dikembangkan diharapkan dapat menjadi alat bantu pembelajaran IPA yang dapat memenuhi tujuan pembelajaran materi pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pengenalan bahan kimia kelas VII MTs Negeri 1 Semarang.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul Pengembangan LKS Berbasis Word Square tema Pencemaran Lingkungan Kelas VII MTs Negeri 1 Semarang.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(23)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan dan keefektifan LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan untuk digunakan sebagai bahan ajar di kelas VII SMP/MTs.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Secara Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya tentang pengembangan LKS. 1.4.2 Manfaat Secara Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini antara lain:

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat mendorong guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran terutama pada tema pencemaran lingkungan dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan.

b. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang variasi alat bantu pembelajaran berupa LKS hasil pengembangan yang lebih menarik, bervariasi, dan dapat merangsang siswa untuk lebih termotivasi dalam mempelajari IPA.

(24)

1.5Penegasan Istilah

Untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian skripsi dengan judul “Pengembangan LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan”, maka ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut:

1. LKS

LKS adalah suatu lembaran yang berisi penjabaran materi dan kumpulan soal-soal objektif serta soal esay singkat. Prastowo (2011) mengemukakan LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. LKS yang dikembangkan oleh peneliti merupakan LKS yang berisi penjabaran pada tema pencemaran lingkungan dengan variasi soal-soal dan desain yang diaplikasikan dengan permainan edukatif berupa word square.

2. Word square

(25)

3. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu tema pada pembelajaran lingkungan yang mempunyai dua standar kompetensi yaitu memahami klasifikasi zat (kimia) dan memahami saling ketergantungan dalam ekosistem (biologi). Kedua materi tersebut dipadukan dengan menggunakan model keterpaduan

(26)

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran IPA Terpadu

IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam (Balitbang, 2007a). Mempelajari konsep-konsep IPA tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga diperlukan adanya metode ilmiah yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah sehingga bisa membentuk nilai dan sikap ilmiah. Jadi, pada hakikatnya IPA memiliki empat unsur utama (Balitbang, 2007b) yaitu :

1) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum

2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan

3) aplikasi: penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari

4) sikap: rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, sains bersifat open ended.

(27)

sentral, siswa sebagai peserta didik yang aktif, terutama dalam keterampilan berpikir. Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem yang memungkinkan peserta didik baik secara individual ataupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik (Widodo, 2010).

Menurut Fogarty sebagaimana dikutip oleh Nuroso dan Siswanto (2010) tiga model pembelajaran terpadu yang sesuai untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA di tingkat pembelajaran pendidikan di Indonesia meliputi model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated), penjelasan ketiga model keterpaduan dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1. Model keterpaduan IPA

Model Karteristik Kelebihan Keterbatasan

Model

Keterhubungan (connected)

Menghubungkan antar konsep, topik,

keterampilan, ide yang satu dengan yang lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi. Peserta didik akan lebih mudah menemukan keterkaitan karena masih dalam lingkup satu bidang studi. Model ini kurang Menampakkan keterkaitan interdisiplin. Model jaring laba-laba (Webbed)

Dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan subtemanya dengan memperhatikan kaitannya dengan disiplin ilmu atau bidang studi lain.

(28)

Model Karteristik Kelebihan Keterbatasan

Model Keterpaduan (integrated)

Dimulai dengan Identifikasi konsep, keterampilan, sikap

yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks pembelajaran. Hubungan antar bidang studi jelas terlihat melalui kegiatan belajar.

- Fokus kegiatan belajar, mengabaikan target. penguasaan konsep - Menuntut wawasan luas guru.

Sumber: Nuroso& Siswanto, 2010

Prinsip-prinsip penyusunan tema dalam pembelajaran terpadu menurut Trianto (2007) yaitu

tidak terlalu luas, namun dapat digunakan untuk memadukan banyak bidang studi; bemakna, tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal untuk belajar selanjutnya; menyesuaikan dengan tingkat psikologis peserta didik; pengembangan tema harus mampu mewadahi sebagian minat peserta didik; mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar; menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku; mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

(29)

2.2 Pengembangan LKS

Pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran IPA terpadu sangat diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar IPA di kelas, satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk menunjang prmbelajaran IPA yaitu LKS. LKS adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru pada setiap siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan (aktivitas mengajar). Ishom (2009) juga mengemukakan bahwa LKS adalah media cetak berupa lembaran kertas yang berisi informasi soal/ pertanyaan yang harus dibawa siswa. Prastowo (2011) juga berpendapat LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Trianto (2009) juga mengemukakan LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan kegiatan belajar, meskipun bukan sebagai bahan acuan pokok. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pedukung pelaksanaan RPP, LKS juga dapat berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal yang harus dijawab oleh siswa.

Pada dasarnya, guru perlu mengembangkan bahan ajar khususnya LKS agar siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. LKS yang dikembangkan harus sesuai dengan tuntunan kurikulum dan karakteristik sasaran.

(30)

Materi LKS harus diturunkan dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan, sedangkan tampilan (desain) dikembangkan untuk memudahkan siswa berinteraksi dengan materi yang diberikan. Apabila desain yang kita buat terlalu sulit dan rumit bagi peserta didik, maka mereka akan kesulitan dalam memahami materi (Prastowo, 2011).

Menurut Darmodjo dan Kaligis sebagaimana dikutip oleh Senam (2008) mengemukakan syarat untuk LKS yaitu

(1)syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal. LKS ini dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban maupun pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep. Didalam LKS terdapat variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa, (2) syarat kontruksi, berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam LKS, dan (3) syarat teknis, menekankan pada tulisan, gambar dan penampilan LKS.

LKS yang disusun dapat merangsang siswa untuk saling bekerjasama baik dalam satu kelompok maupun dengan kelompok yang lain melalui suatu diskusi. Menurut Khalil dan Al rukban (2010), diskusi akan memfasilitasi keterampilan siswa dalam bekerja sama dan menyebabkan siswa belajar mandiri sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa.

(31)

penting bagi guru karena dapat memberikan informasi yang berkenaan dengan hasil belajar siswa.

2.3 Media Pembelajaran Word Square

(32)

Sudjana sebagaimana dikutip oleh Fathurrohman (2009), Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif dan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Situasi belajar yang efektif dapat terwujud dengan bermain. Menurut Pepe (2011), salah satu karakteristik yang paling khas dari semua anak di dunia adalah untuk melihat kehidupan sebagai permainan dan untuk mempelajari segala sesuatu melalui permainan. Bermain sebagai bentuk kegiatan belajar adalah bermain yang kreatif, menyenangkan dan bersifat mendidik, sehingga siswa tidak akan canggung lagi menghadapi pembelajaran di jenjang berikutnya. Menurut Badu (2011), bermain akan menumbuhkan anak untuk melakukan eksplorasi, melatih pertumbuhan fisik serta imajinasi, serta memberikan peluang yang luas untuk berinteraksi dengan orang dewasa dan teman lainnya, mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah kata-kata, serta membuat belajar yang dilakukan sebagai belajar yang sangat menyenangkan. Permainan adalah alat bagi anak menjelajah dunianya. Pepe (2011) berpendapat bahwa permainan adalah suatu proses dimana anak-anak belajar dengan melakukan dan berinteraksi dengan lingkungan.

(33)

akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin tinggi intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Menurut Cimer (2012), jika siswa tidak senang dengan cara ilmu pengetahuan yang diajarkan, mereka mungkin menunjukkan ketidaktertarikan dan sikap negatif terhadap ilmu pengetahuan dan pengajaran. Hal ini berarti bahwa ketertarikan siswa terhadap LKS yang dikembangkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan sebaliknya ketidaktertarikan siswa terhadap LKS yang dikembangkan akan menurunkan motivasi siswa dalam belajar terutama pada tema pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, bentuk-bentuk aktivitas bagi siswa haruslah berbentuk permainan edukatif.

Word square adalah permainan mencari kata-kata yang tersembunyi dibalik huruf-huruf yang telah diatur secara acak. Menurut Saptono (2009) word square merupakan sejumlah kata bermakna yang disusun ke kanan, keatas, atau miring di antara beberapa kata acak yang tidak bermakna dapat dijadikan permainan kata agar siswa dapat memahami konsep yang telah direncanakan guru. Teknik pencarian kata dapat dilakukan secara horizontal, vertikal, dan bentuk diagonal. Media pembelajaran word square bertujuan untuk meningkatkan kekayaan kosakata siswa terutama kekayaan kosakata pada tema pencemaran lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar. Metode pembelajaran permainan

(34)

2.4Pencemaran Lingkungan

Materi IPA yang digunakan dalam pengembangan LKS merupakan materi IPA terpadu dengan menggunakan tema/ secara tematik. Pendekatan pembelajaran tematik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memadukan beberapa mata pelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini justru menekankan pada pengembangan kompetensi lintas kurikulum antar mata pelajaran. Oleh karena itu, siswa akan memiliki kompetensi yang cukup, baik terhadap pemahaman konsep-konsep dalam mata pelajaran itu sendiri maupun kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan antar mata pelajaran tersebut (Korja, 2010). Siswa dapat memiliki kopetensi yang cukup dalam memahami konsep-konsep IPA apabila ada kemauan dalam diri siswa untuk belajar. Hamdu dan Agustina (2011) berpendapat bahwa dalam belajar siswa akan berhasil jika dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku siswa dalam belajar, dalam hal ini belajar IPA .

Tema pencemaran lingkungan merupakan suatu tema yang menggabungkan dua bidang kajian IPA terpadu yaitu bidang materi dan sifatnya serta makhluk hidup dan kehidupan dengan menggunakan keterpaduan model

(35)

a. Pencemaran dan kerusakan lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya bahan anorganik atau organik atau organisme ke dalam lingkungan yang dapat mengganggu atau membahayakan organisme di lingkungan tersebut. Pencemaran dapat terjadi secara alami atau sebagai kegiatan manusia. Seiring dengan pertambahan penduduk, semakin banyak pula kebutuhan manusia. Untuk mencukupi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat dibagi menjadi tiga yaitu pencemaran air, udara, dan tanah.

Eksploitasi hutan oleh manusia dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan pembakaran hutan untuk lahan pertanian, dan penggundulan atau penebangan liar. Eksploitasi hutan secara besar-besaran tanpa memperhitungkan prinsip ekologi akan merugikan manusia sendiri. Akibat penebangan hutan adalah punahnya organisme yang terdapat di dalamnya, suhu lingkungan meningkat, terjadinya erosi, tanah longsor, kekeringan ketika musim kemarau, dan banjir ketika musim hujan.

b. Pengenalan bahan kimia

(36)

kaporit, sedangkan pemutih yang berbentuk cair yaitu NaOCl atau hiploklorit. Bahan kimia lain yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari yaitu pewangi dan pembasmi serangga.

c. Pencemaran lingkungan

Pada materi ini diterpadukan antara materi pengenalan bahan kimia dengan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Keterpaduan materi terletak pada pokok bahasan pencemaran yang akan dikaitkan dengan materi pengenalan bahan kimia. Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena terdapat bahan kimia yang masuk kedalam lingkungan secara terus-menerus dan berlebih. Banyaknya bahan-bahan kimia yang menjadi kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan kerusakan lingkungan yang semakin parah. Semakin banyak kebutuhan manusia semakin banyak bahan-bahan kimia yang digunakan.

Penanggulangan terhadap pencemaran lingkungan yang meliputi pencemaran air, tanah, dan udara sangat diperlukan untuk kehidupan manusia di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Ozkan (2013) berpendapat bahwa lingkungan yang terbentuk dari udara, air, tanah yang diperlukan untuk bertahan hidup sejak manusia lahir sangat penting untuk semua periode kehidupan dari masa sekarang hingga masa yang akan datang.

(37)
(38)

2.5 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka diatas, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka berpikir pengembangan LKS berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan.

Fakta yang ditemui :

- LKS yang beredar kurang mengaktifkan siswa (jawaban tinggal copy paste dari rangkuman), sehingga siswa kurang berpikir kritis.

- LKS yang beredar terlalu banyak tulisan dan tidak ada gambar, sehingga siswa kurang termotivasi dan cepat merasa bosan.

- LKS yang beredar masih belum terpadu. (hasil wawancara dengan Guru IPA di MTs Negeri 1 Semarang, pada tanggal 25 januari 2013).

Pengembangan LKS berbasis word square.

Hasil yang diharapkan :

- LKS layak digunakan sebagai bahan ajar untuk MTs/ SMP.

- Tanggapan positif dari guru dan siswa mengenai LKS hasil pengembangan. - Data observasi kegiatan belajar mengajar

mencapai kategori baik.

- Hasil belajar siswa mencapai ≥85% dari nilai KKM.

[image:38.595.109.476.210.737.2]
(39)

22

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 1 Semarang yang beralamat di jalan Fatmawati Ketileng kota Semarang.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penilitian ini adalah siswa kelas VII D yang berjumlah 37 dengan jumlah laki-laki 17 dan jumlah perempuan 20. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok skala kecil dan kelompok skala besar. Kelompok skala kecil terdiri atas 15 siswa kelas VIII H yang dipilih secara random dan kelompok skala besar terdiri dari siswa kelas VII D yang berjumlah 37 siswa.

3.3 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis R&D. Sugiyono (2008) mengemukakan metode penelitian dan pengembangan (research and development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

3.4 Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu:

1) Melihat aktivitas serta tanggapan siswa, pada tema pencemaran lingkungan yang telah disampaikan guru dengan pengembangan LKS berbasis

(40)

2) Hasil belajar siswa setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berasal dari nilai akhir siswa.

3.5 Rancangan Penelitian

[image:40.595.130.498.277.586.2]

Bagan langkah-langkah penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS):

Gambar 3.1 Skema Alur Pengembangan LKS

Penyempurnaan Produk Akhir Uji Pelaksanaan Lapangan Penyempurnaan

Produk Hasil Uji Lapangan

Uji Coba Lapangan Revisi Produk dari Hasil Validasi

Validasi Produk Pengembangan Draf

(41)

a. Pengembangan draf produk

Mengembangkan LKS pencemaran lingkungan berbasis word square. LKS yang dikembangkan berisi materi tentang pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dipadukan dengan materi pengenalan bahan kimia dengan model keterpaduan connected. Keterpaduan model connected

dengan tema pencemaran lingkungan dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini:

[image:41.595.158.508.304.701.2]

Keterangan gambar:

Gambar 3.2 Diagram Keterpaduan Model Connected Tema Pencemaran Lingkungan

= Pencemaran dan kerusakan lingkungan

= Pengenalan bahan kimia

(42)

LKS yang telah dikembangkan disertai dengan latihan soal berupa latihan penjelasan tentang suatu gambar dan mencari kosa kata IPA yang berkaitan dengan materi pencemaran lingkungan dalam word square. Pengembangan LKS ini disesuaikan dengan kriteria penyusunan LKS menurut BSNP yang memuat beberapa komponen antara lain: komponen kelayakan isi, komponen kelayakan bahasa, dan komponen kelayakan penyajian.

b. Validasi produk

Menyerahkan produk pengembangan LKS tema pencemaran lingkungan kepada dua pakar yaitu pakar dari biologi dan pakar dari Pendidikan IPA. Validasi dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian Tahap I LKS yang dikembangkan yang meliputi:

1. komponen kelayakan isi 2. komponen kelayakan bahasa 3. komponen kelayakan penyajian. c. Revisi produk dari hasil validasi

Merevisi kekurangan dan memperbaiki LKS berdasarkan evaluasi dari pakar.

d. Uji coba lapangan

(43)

e. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan

Mengevaluasi hasil uji coba lapangan, selanjutnya menyempurnakan produk berdasarkan masukan dan uji coba lapangan.

f. Uji pelaksanaan lapangan

Uji pelaksanaan lapangan dilakukan di satu kelas di MTs Negeri 1 Semarang. Uji pelaksanaan lapangan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LKS tema pencemaran lingkungan yang telah disempurnakan.

g. Penyempurnaan produk akhir

Mengevaluasi hasil uji pelaksanaan lapangan dan menyempurnakan produk berdasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

3.6 Variabel Penelitian

(44)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger agenda dan sebagainya (Arikunto 2006). Metode ini dilakukan dengan mengambil data-data pendukung penelitian yang meliputi data awal yaitu daftar nama dan nilai ulangan siswa kelas VII D.

2. Metode Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengetahui aktifitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan LKS berbasis word square yang telah disempurnakan. Lembar observasi berisi aktifitas siswa selama pembelajaran dengan menerapkan LKS hasil pengembangan yang telah disempurnakan.

3. Metode Tes

Bentuk soal yang digunakan dalam tes ini adalah pilihan ganda. Data ini digunakan untuk mengetahui keefektifan LKS yang ditandai dengan nilai akhir

mencapai ≥ 85% siswa tuntas KKM yaitu 70.

4. Metode Angket

(45)

3.8Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah dengan menggunakan soal objektif. Untuk soal-soal bentuk objektif skor untuk item biasa diberikan 1 (untuk jawaban benar) dan 0 (item jawaban salah). (Arikunto 2009)

Rumus yang digunakan: S = R

Keterangan:

S = Skor yang diperoleh R = Jawaban yang betul 3.9Uji Coba Instrumen

Setelah tes disusun, kemudian diujicobakan untuk menentukan tingkat kevalidan, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sampel.

3.9.1 Validitas

Menurut Arikunto (2006), validitas adalah satu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Rumus yang digunakan adalah product moment dari pearson, yaitu sebagai berikut:

 

  2 2 2

2 ( ) ( )

) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan : xy

r

= Koefisien Kolerasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah sampel

(46)

2

X = Jumlah kuadrat nilai X

2

Y = Jumlah kuadrat nilai Y

XY = Jumlah dari instrument X dikalikan dengan jumlah dari instrument Y (Arikunto, 2006).

Koefisien korelasi yang diperoleh dengan rumus tersebut dibandingkan dengan n responden pada taraf signifikan 5%, jika rhitungrtabel dengan taraf signifikan 5% maka soal dinyatakan valid dan apabila rhitungrtabel maka soal dinyatakan tidak valid, begitu juga sebaliknya (Arikunto 2006).

[image:46.595.129.500.495.613.2]

Pada penelitian ini, soal yang digunakan adalah soal yang valid sedangkan yang tidak valid dihilangkan. Berdasarkan uji coba yang telah dilaksanakan pada kelas uji coba dengan N= 32 siswa dengan harga α= 5% didapat r tabel= 0,3 jadi butir soal dikatakan valid jika rxy> 0,349. Hasil uji coba validitas soal dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Hasil validitas pada uji coba soal

No Kriteria No Soal Jumlah 1. Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 32 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30,

31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39 3

2. Tidak valid 3, 9, 14, 15, 20, 27, 37, 40 8

Data selengkapnya terdapat pada lampiran 11

(47)

3.9.2 Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006), reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Cara mengetahui reliabilitas keefektifan metode pembelajaran demonstrasi peneliti menggunakan rumus KR-20 yaitu :

11= −

1

� − �

dimana Vt = varian total

Dengan

=

2 (

� ) 2 �

Keterangan :

11 = Realibilitas instrument

K = Banyaknya butir pertanyaan

�2 = Jumlah skor total kuadrat �2 = Kuadrat dari jumlah skor

N = Jumlah peserta tes

p = Banyaknya subjek yang skornya 1 q = Banyaknya subjek yang skornya 0

Jika 11> r tabel maka tes dikatakan reliabel (Arikunto, 2006).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 11= 0,906 sedang r tabel= 0,349 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen dalam penelitian ini reliabel.

3.9.3 Taraf Kesukaran Soal

(48)

tidak terlalu mudah. Menurut Arikunto (2009), untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal pilihan ganda dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

=

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS: Jumlah seluruh siswa peserta tes

[image:48.595.117.466.362.476.2]

Klasifiasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut: - Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Tabel 3.2 Taraf kesukaran soal uji coba pada kriteria soal valid

No Kriteria No Soal Jumlah

1 Sukar 1, 6, 8, 10, 17, 21 6

2 Sedang 2, 5, 11, 12, 13, 16, 18, 19, 23, 25, 26, 29, 30, 32, 33, 35, 38, 39

18

3 Mudah 4, 7, 22, 24, 28, 31, 34, 36 8

Data selengkapnya terdapat pada lampiran 11

Tabel 3.3 Soal yang digunakan untuk evaluasi akhir

Data selengkapnya terdapat pada lampiran11

No Kriteria No Soal Jumlah

1 Sukar 1, 6, 8, 10, 17, 21 6

2 Sedang 2, 5, 11, 12, 13, 16, 18, 19, 23, 25, 26, 29, 30, 32, 33, 35, 38, 39

18

[image:48.595.108.461.517.621.2]
(49)

3.9.4 Daya Pembeda Soal

Analisis daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemapuan soal tersebut dalam membedakan peserta didik yang kurang pandai. Daya pembeda digunakan untuk menguji apakah soal-soal yang dibuat tersebut dapat memberikan hasil yang beragam angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi disingkat D. Menurut Arikunto (2009), untuk menghitung daya pembeda item soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus:

=

=

� − �

Keterangan :

: Banyaknya peserta kelompok atas : Banyaknya kelompok peserta bawah

:Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

: Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

� : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

�, : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda adalah: - D : 0,00 - 0,20 : jelek

- D : 0,20 - 0,40 : cukup - D : 0,40 - 0,70 : baik - D : 0,70 - 1,00 : baik sekali

(50)
[image:50.595.115.460.166.287.2]

Berdasarkan hasil perhitungan dari 40 soal uji coba diperoleh bahwa: Tabel 3.4 Daya pembeda soal uji coba pada kriteria soal valid

No Kriteria No Soal Jumlah

1 Jelek - 0

2 Cukup 7, 13, 16, 19, 21, 23, 25, 30, 31, 35, 36, 38 12 3 Baik 1, 2, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 17, 18, 23, 24, 28, 29,

32, 33, 34, 39

19

4 Sangat baik

26 1

Data selengkapnya terdapat pada lampiran 11

3.10 Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan statistik. Data dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis tanggapan pakar, siswa, dan guru. Angket dalam penelitian ini mempunyai jawaban ya atau tidak. Angket dari siswa dan guru mengenai pembelajaran menggunakan LKS berbasis word square dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100 maksimal skor jumlah ya menjawab yang skor

jumlah

Nilai

Angka presentase selanjutnya dikonfirmasi pada kriteria penilaian yang mengacu pada pendekatan dengan skala Guttman sebagai berikut:

80% - 100% = Sangat baik 70% - 79% = Baik 40% - 59% = Cukup baik 20% - 39% = Kurang baik 0% - 19% = Tidak baik

Sedangkan untuk menganalisis hasil validasi media dan materi mengenai kelayakan LKS dianalisis dengan cara deskritif presentasi menggunakan rumus:

=

(51)

Keterangan : P = Persentasi

f = Skor yang diperoleh

N = Skor keseluruhan (Sudijono, 2006)

Hasil perhitungan kelayakan dikategorikan sesuai kriteria penilaian menurut Muljono dalam buletin BSNP (2007):

1) Layak, modul dinyatakan layak jika komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor minimal 69%. Komponen kebahasaan, penyajian dan kegrafikan mempunyai rata-rata skor lebih besar dari 63%.

2) Layak dengan revisi, LKS dinyatakan layak dengan revisi jika komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor minimal 69%, komponen kelayakan bahasa, penyajian, dan kegrafikan mempunyai rata-rata skor kurang dari atau sama dengan 63% pada setiap komponen.

3) Tidak layak, LKS dinyatakan tidak layak jika memiliki rata-rata skor sama dengan 25% pada salah satu komponen.

b. Menghitung nilai akhir masing-masing siswa dengan cara:

� ℎ = � +� +�

3

Keterangan:

NE : Nilai evaluasi akhir NTI : Nilai tugas individu ND : Nilai diskusi

c. Menghitung rata-rata nilai

=

Keterangan :

X : Rata-rata nilai

� : Jumlah seluruh Nilai

(52)

d. Menghitung Ketuntasan Belajar Siswa

Uji ketuntasan belajar yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu metode pegajaran berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran secara tuntas, sehingga metode tersebut dikatakan efektif. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 70. Jika siswa tersebut tidak mencapai nilai 70 maka siswa tersebut dikatakan tidak tuntas belajar sehingga perlu perbaikan dan pengayaan. Untuk mengetahui ketuntasan belajar digunakan rumus deskriptif sebagai berikut:

P=

f

N

x 100%

Keterangan:

P = ketuntasan belajar siswa secara klasikal f = jumlah siswa tuntas belajar

N = jumlah seluruh siswa (Sudijono, 2006)

Dalam perhitungan ketuntasan belajar secara klasikal dengan

rumus diatas maka “f” merupakan simbol dari jumlah siswa yang memiliki

nilai ≥70 dan “N” merupakan simbol dari seluruh siswa peserta tes. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dicapai jika ≥ 85% siswa mencapai ketuntasan belajar (Mulyasa, 2009).

e. Menghitung Data Hasil Observasi

Hasil observasi siswa yang diperoleh dari lembar pengamatan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

� =

(53)

Keterangan : P = Persentasi

f = Skor yang diperoleh

N= Skor keseluruhan (Sudijono, 2006)

Angka presentase selanjutnya dikonfirmasi pada kriteria penilaian yang mengacu pada pendekatan dengan skala likert sebagai berikut:

85% - 100% = Sangat aktif 70% - 84% = Aktif 55% - 69% = Cukup aktif 40% - 54% = Kurang aktif 25% - 39% = Tidak aktif

f. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dikatakan layak oleh pakar atau ahli.

(54)

37

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pengembangan LKS berbasis word square dalam pembelajaran pencemaran lingkungan meliputi hasil penilaian kelayakan LKS oleh pakar, hasil belajar siswa, aktivitas siswa, serta tanggapan siswa dan guru. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

4.1.1 Hasil Pengujian Skala Kecil

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 1 Semarang pada semester genap 2012/ 2013. Subjek penelitian ini adalah 15 orang siswa dari kelas VIII H mewakili kelas skala kecil, kelas VII D sebagai kelas skala besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran. Perangkat ini dikatakan bagus/ efektif apabila hasil validasi pakar media, pakar materi, hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan tanggapan siswa dan guru selama proses pembelajaran memberikan penilaian baik. Penilaian LKS pencemaran lingkungan berbasis word square dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian tahap I dan instrumen penilaian tahap II oleh pakar. Pakar dalam penelitian ini meliputi pakar media dan pakar materi, serta dua guru IPA di MTs Negeri 1 Semarang.

(55)

a. Data Penilaian LKS oleh Pakar

[image:55.595.154.436.224.326.2]

Hasil validasi yang dilakukan oleh pakar ahli materi dan pakar ahli media adalah seperti yang tertera dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil validasi oleh pakar pada tahap I

Data selengkapnya pada lampiran 3 dan 4

Berdasarkan hasil validasi oleh seluruh pakar pada tahap I diperoleh nilai keseluruhan 100% yang artinya media layak untuk dilakukan penilaian instrumen tahap II. Hasil penilaian kelayakan LKS berbasis word square pada tahap II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil validasi tahap II oleh pakar

Data selengkapnya pada lampiran 3 dan 4

Hasil validasi tahap II menyatakan bahwa media ini dinyatakan layak baik oleh pakar ahli materi maupun pakar ahli media dan guru IPA di MTs Negeri 1 Semarang.

Pakar Guru

I Komponen Kelayakan Isi 100% 100%

II Komponen Kebahasaan 100% 100%

III Komponen Penyajian 100% 100%

Rata-rata 100% 100%

Kriteria Layak Layak

Skor pakar

No Butir

Pakar Guru

I Komponen Kelayakan Isi 93% 95%

II Komponen Kebahasaan 80% 95%

III Komponen Penyajian 89% 87%

Rata-rata 87% 92%

Kriteria Layak Layak

Skor pakar

[image:55.595.151.436.499.602.2]
(56)

b. Data Hasil belajar

[image:56.595.164.440.382.501.2]

Kualitas pembelajaran yang dilakukan, dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa. Pengukuran hasil belajar ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan LKS berbasis word square. Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi akhir pada uji coba skala kecil di kelas VIII H yang berjumlah 15 siswa.

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil belajar siswa skala kecil

Data selengkapnya lampiran 14

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa pengembangan LKS berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan di MTs Negeri I Semarang menunjukkan hasil belajar siswa sesuai dengan ketuntasan klasikal yang yang ditentukan yaitu sebesar 93%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran berlangsung efektif.

Nilai Jumlah

1 Nilai tertinggi 93 1

2 Nilai terendah 63 1

3 Rata-rata nilai 79

-4 Σ Siswa tuntas - 14

5 Σ Siswa tidak tuntas - 1

6 Ketuntasan klasikal (%) 93%

(57)

c. Data Tanggapan siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai tanggapan siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan dalam proses pembelajaran yang disajikan dalam Gambar 4.1.

[image:57.595.148.510.276.491.2]

Keterangan aspek (A) dapat dilihat pada lampiran 16

Gambar 4.1 Diagram hasil angket tanggapan siswa terhadap LKS berbasis

word square pada tema pencemaran lingkungan

(58)

4.1.2 Revisi Produk

[image:58.595.127.512.250.409.2]

Hasil revisi LKS berbasis word square setelah validasi tahap II dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil revisi validasi tahap II

4.1.3 Hasil Pengujian Skala Besar

Hasil uji coba skala kecil digunakan pada uji coba skala besar dengan sampel satu kelas VII D sebanyak 37 siswa. Berdasarkan hasil penelitian pada skala besar dalam pembelajaran diperoleh hasil belajar siswa, aktivitas siswa, serta tanggapan dari guru dan siswa.

a. Hasil belajar siswa skala besar

Data hasil belajar siswa pada skala besar diperoleh dari nilai diskusi kelompok, nilai tugas individu, dan nilai evaluasi akhir. Hasil belajar siswa pada skala besar ditunjukkan pada Tabel 4.5.

No Masukan Revisi

1. LKS pada cover jangan disingkat Tidak menyingkat LKS pada cover

2. Judul sebelum SK dan KD dihilangkan Menghilangkan judul sebelum SK dan KD

3. Font pada peta konsep diperbesar Memperbesar font pada peta konsep

4. Ditambah bagan keterpaduan IPA di bawah peta konsep

Menambah bagan keterpaduan IPA dibawah peta konsep

5. Petunjuk pengerjaan dan pertanyaan diperbaiki

(59)
[image:59.595.151.428.160.299.2]

Tabel 4.5 Hasil belajar siswa skala besar

Data selengkapnya lampiran 15

Dari Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa pada skala besar ada dua siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran karena hasil belajar siswa kurang dari KKM yang ditentukan yaitu ≥ 70. Ketuntasan klasikal siswa mencapai 95% hal ini menunjukkan bahwa penggunaan LKS berbasis

word square tema pencemaran lingkungan efektif. b. Aktivitas belajar siswa skala besar

Hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar menggunakan LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.

Nilai Jumlah

1 Nilai tertinggi 100 1

2 Nilai terendah 58 1

3 Rata-rata nilai 85

-4 Σ Siswa tuntas - 35

5 Σ Siswa tidak tuntas - 2

6 Ketuntasan klasikal (%) 95%

-No. Hasil

(60)
[image:60.595.150.512.141.354.2]

Keterangan aspek (A) dapat dilihat pada lampiran 26

Gambar 4.2 Diagram aktivitas belajar siswa kelas VII D pada skala besar Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis word square yang telah dikembangkan tema pencemaran lingkungan sangat positif. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil presentasi aktivitas siswa sebesar 83% yang berarti masuk dalam kriteria aktif.

c. Tanggapan siswa pada skala besar

(61)
[image:61.595.130.514.146.654.2]

Tabel 4.6 Hasil tanggapan siswa pada skala besar

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui secara keseluruhan rata-rata tanggapan siswa skala besar terhadap LKS sebesar 99%. Rata-rata siswa tertarik

N = 37

Jumlah skor Nilai (%)

1 37 100%

2 37 100%

3 37 100%

4 37 100%

5 37 100%

6 37 100%

7 37 100%

8 35 95%

9 37 100%

10 37 100%

37 99%

Sangat baik Apakah LKS word square memudahkan kalian

saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan?

Apakah LKS berbasis word square menambah kosa kata yang kalian miliki?

Apakah terjalin hubungan yang akrab, saling menghargai, lebih mengenal dan menyenangkan antar teman selama belajar menggunakan LKS berbasis word square?

Apakah kalian tertarik mengikuti pembelajaran dengan LKS pencemaran lingkungan berbasis word square?

Kriteria

Apakah gambar dalam LKS berbasis word square sudah menarik dan sesuai dengan topik yang sedang dipelajari?

Apakah gambar-gambar dalam LKS berbasis word square jelas terlihat dan mampu kalian pahami maknanya?

Apakah pertanyaan dan tugas dalam LKS berbasis word square membantu kalian menemukan konsep materi yang sedang dipelajari?

Rata-rata

Apakah pembelajaran dengan LKS pencemaran lingkungan berbasis word square memudahkan kalian dalam belajar?

Apakah kalian senang belajar dengan LKS pencemaran lingkungan berbais word square? Apakah LKS berbasis word square membuat kalian bersemangat dalam belajar pencemaran lingkungan?

No. Butir Angket

(62)

pada pengembangan LKS tema pencemaran lingkungan, siswa menjadi paham dengan media dan siswa termotivasi dengan pembelajaran LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan.

d. Tanggapan guru pada skala besar

[image:62.595.119.511.284.707.2]

Data tanggapan dari guru IPA tersaji pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil tanggapan guru terhadap LKS hasil pengembangan

No Butir angket Skor

Guru 1 Guru 2

1.

Apakah Bapak/Ibu guru pernah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan word square

sebelumnya?

1 1

2.

Apakah dengan menggunakan LKS berbasis word square dapat memudahkan dalam penyampaian tema pencemaran lingkungan pada siswa?

1 1

3. Apakah proses pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan

memudahkan Bapak/Ibu?

1 1

4. Apakah LKS word square efektif digunakan pada tema pencemaran lingkungan?

1 1

5. Apakah siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran pada tema pencemaran lingkungan

berbantuan LKS berbasis word square?

1 1

6.

Apakah aktivitas siswa selama pembelajaran tema pencemaran lingkungan dengan LKS berbasis word square menjadi lebih aktif bila dibandingkan dengan strategi yang digunakan sebelumnya?

1 1

7. Apakah Bapak/Ibu guru merasakan keuntungan

menggunakan LKS berbasis word square? 1 1

8. Apakah Bapak/Guru tertarik menggunakan LKS word

square pada materi yang lain? 1 1

9.

Apakah LKS berbasis word square dapat meningkatkan kerja sama antar siswa pada tema pencemaran

lingkungan?

(63)

Data selengkapnya terdapat pada lampiran 18

Tanggapan guru digunakan untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan. Pada Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa guru memberikan kesan positif. Guru juga menyebutkan bahwa pembelajaran dengan LKS berbasis

word square memberikan kemudahan bagi siswa disamping itu siswa lebih tertarik dan tidak bosan terhadap pembelajaran.

4.2Pembahasan

Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi potensi dan masalah. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi awal di sekolah Mts Negeri 1 Semarang untuk mengetahui potensi dan masalah apa yang ada di sekolah tersebut. Salah satu bahan ajar yang digunakan siswa yaitu LKS yang masih berpotensi untuk dikembangkan sehingga lebih menarik dan bervariasi. Adapun permasalahannya yaitu LKS cerah yang digunakan terutama pada materi

No Butir angket Skor

Guru 1 Guru 2

10.

Apakah hasil pembelajaran siswa pada tema pencemaran lingkungan berbasis word square menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan stategi yang digunakan

sebelumnya?

1 1

Jumlah (Σ) 16 16

Skor total instrumen : 10

Persentase (%) 100% 100%

Kriteria Sangat

baik

(64)

pencemaran dan kerusakan lingkungan berisi pemaparan materi terlalu panjang dan tidak disertai gambar, penggunaan contoh terkini masih kurang, materi yang diajarkan masih belum terpadu, terdapat beberapa kata yang salah dalam penulisan. Jawaban yang tinggal menyalin dari rangkuman materi menyebabkan siswa kurang berpikir kritis dan tidak menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Selain beberapa kekurangan tersebut, dilihat dari kegiatan pembelajaran di kelas masih banyak siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Hal ini tercermin pada sikap siswa yang mengantuk, mengganggu teman lain, dan melamun. LKS IPA yang beredar di MTs Negeri 1 Semarang masih sendiri-sendiri belum memadukan antara materi yang satu dengan materi lainnya dalam satu semester maupun antar semester yang saling terkait. Adanya permasalahan tersebut peneliti telah mengembangkan LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan.

LKS yang telah dikembangkan berisi keterpaduan antara materi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dipadukan dengan materi pengenalan bahan kimia dipadukan dengan model keterpaduan connected. Keterpaduan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2. Sebagaimana yang dikemukakan Fogarty yang dikutip oleh Nuroso dan Siswanto (2010) bahwa pembelajaran model

(65)

menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya dan lebih termotivasi dalam mempelajari IPA serta menambah kekayaan kosa kata terutama pada tema pencemaran lingkungan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

LKS berbasis word square dikatakan layak apabila penilaian instrumen bahan ajar pada Tahap I dan pada Tahap II dinyatakan layak oleh pakar. Adapun hasil penilaian oleh pakar dan guru MTs Negeri 1 Semarang mengenai LKS berbasis word square tema pencemaran lingkungan yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut.

Berdasarkan hasil penilaian dari pakar yaitu dari dua dosen Unnes dan dua guru IPA MTs Negeri 1 Semarang menunjukkan bahwa komponen isi pada penilaian Tahap I yang terkandung dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata -rata sebesar 100%. Hal ini berarti penilaian bisa dilanjutkan ke penilaian tahap kedua karena penilaian tahap kedua bisa dilakukan apabila penilaian pada tahap pertama mendapatkan penilaian 100% dari seluruh pakar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muljono dalam buletin BSNP (2007) bahwa buku dinyatakan lolos seleksi Tahap I apabila semua butir dalam instrumen penilaian

buku teks pelajaran harus mendapat “nilai” atau respons positif (Ya, Sesuai). Jika

(66)

tiap subkomponen. Subkomponen tersebut antara lain yaitu akurasi fakta, kebenaran konsep, akurasi teori, keterkinian/ ketermasaan fitur (contoh-contoh), kemampuan merangsang berpikir kritis, dan mendorong untuk mencari informasi lebih jauh. Minimal skor yang diberikan pada penilaian kelayakan LKS dari seluruh pakar pada tiap subkomponen kelayakan isi yaitu 3. Hal ini berarti bahwa LKS hasil pengembangan sudah sesuai dengan kompetensi dasar tema pencemaran lingkungan.

Keseluruhan materi dan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada komponen kelayakan isi dalam LKS mampu menumbuhkan rasa keingintahuan siswa untuk berpikir kreatif dan berwawasan luas. Pada LKS ini terutama pada LKS pertama dan LKS kedua masing-masing kelompok diminta untuk mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, kemudian salah satu kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan jawaban mereka dan membandingkan dengan hasil jawaban kelompok lain agar tumbuh daya saing antar kelompok.

(67)

merangsang dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis serta merangsang imajinasi siswa.

Berdasarkan hasil penilaian oleh pakar pada Tahap I komponen kebahasaan yang terkandung dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata sebesar 100%. Pada penilaian Tahap II komponen kebahasaan yang terkandung

dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata penilaian seluruh pakar sebesar

87,5%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muljono dalam buletin BSNP (2007), komponen kelayakan kebahasaaan dikatakan layak apabila rata-rata skor komposit minimal 63% pada tiap subkomponen. Subkomponen tersebut antara lain kesesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik, kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan, ketepatan struktur kalimat, ketepatan tata bahasa, ketepatan ejaan. Minimal skor yang diberikan pada penilaian kelayakan kebahasaan LKS dari seluruh pakar pada tiap subkomponen mencapai nilai tiga.

(68)

proses belajar mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif dan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Penyajian dalam LKS ini berpusat pada siswa dan menekankan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. LKS disajikan dengan tiga lembar kerja siswa, dua lembar kerja siswa berisi permasalahan-permasalahan dan permaianan word square yang dikerjakan dalam kelompok melalui diskusi dan satu lembar kerja siswa yang berisi permainan word square yang dikerjakan secara individu. Siswa dituntut untuk belajar berdasarkan gambar yang ada dan mengaitkan dengan lingkungan sekitar. Siswa dituntut untuk belajar mandiri, dan memecahkan masalahnya sendiri, berdiskusi dengan teman sekelompok serta bersikap aktif selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penilaian oleh pakar pada Tahap I komponen penyajian yang terkandung dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata sebesar 100%. Pada penilaian Tahap II komponen penyajian yang terkandung

dalam LKS dinyatakan “layak” dengan rata-rata penilaian seluruh pakar sebesar

(69)

diberikan pada penilaian komponen kelayakan penyajian LKS pada tiap subkomponen dari seluruh pakar mencapai tiga.

Keseluruhan skor yang diberikan pakar pada tiap komponen kemudian diakumulasi. Penilaian tiap pakar berbeda-beda, hal ini dikarenakan karena tiap-tiap pakar memberikan nilai sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Pakar yang terdiri dari dua dosen memberikan penilaian pada tahap II sebesar 87%

dengan kriteria “layak” (Tabel 4.2) dan penilaian dari dua guru IPA di Mts Negeri

1 Semarang sebesar 92% dengan kriteria

Gambar

Tabel 2.1 di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka berpikir pengembangan LKS berbasis word square pada tema pencemaran lingkungan
Gambar 3.1 Skema Alur Pengembangan LKS
Gambar 3.2 Diagram Keterpaduan Model Connected Tema Pencemaran Lingkungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah ayat 11 dikuasai pelafalannya, sebelum mengajarkan pelafalan ayat 12, guru menyuruh siswa untuk melafalkan mulai dari ayat 9 sampai 11 dengan lancar dan benar tanpa

Triyono, Dwi. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash 8 untuk Pemahaman Konsep Garis Singgung Lingkaran Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi, Jurusan Pendidikan

Nahdlatul Ulama Kota Mataram sebagai organisasi masyarakat sipil memiliki aspek dalam bidang usaha pendidikan, agama, sosial, dan budaya yang dapat mampu mempengaruhi

[r]

Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bayi umur 0-4 bulan dari ibu yang mendapat suplementasi vitamin A

Dewan direksi tidak berpengaruh terhadap earnings management karena semakin banyak dewan direksi yang ada dalam suatu perusahaan akan memberikan dampak yang buruk

tekanan, volume dan temperatur. Pengukuran adsorpsi dengan metode volumetrik ini lebih sering digunakan, karena lebih sederhana dan efektif. Skematik metode

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, setiap partai politik berhak mendapat uang