• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Hasil Penlitian Terdahulu

2.4 Hasil Penlitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pola proses perilaku pembelian terutama untuk produk susu sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Beberapa hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

18 Tabel 4. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu tentang Perilaku Konsumen

No. Peneliti Tahun Judul Alat Analisis Tempat Penelitian Hasil

1 Ardiany 2002 Analisis Perilaku Pembelian Susu Cair Kemasan dan Implikasinya Pada Bauran Pemasaran

Analisis Fishbein dan Analisis Biplot

Toserba - Yogya Plaza Indah Bogor

Analisis Fishbein : Frisian Flag mendapatkan nilai kekuatan kepercayaan tertinggi

2 Sawestri 2003 Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk Susu Low/Non Fat Pada Konsumen Wanita Bekerja

Regresi Logistik dan

Chi Square

PT. Penerbangan Garuda Indonesia, Cengkareng-Tangerang

Regresi logistik : variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan yaitu IMT dan frekuensi mengkonsumsi 3 Widjanarko 2004 Perilaku Konsumen Susu Cair

Kemasan Frisian Flag di Kota Bogor Metode Thurstone case 5, Important Performance Analysis (IPA) Hero Pajajaran, Superindo cabang Mall Jembatan Merah, Toserba Yogya – Plaza Indah Bogor, Supermarket Robinson dan Pasar Bogor

Analisis IPA : Kuadran I adalah atribut pilihan rasa dan ketersediaan. Pada kuadran II adalah atribut harga,

kejelasan izin Departemen Kesehatan, kejelasan kadaluarsa, kehalalan, nilai gizi, kejelasan tanpa bahan pengawet dan cita rasa. Kuadran III yaitu aroma, volume, kemasan dan kekentalan cairan, sedangkan pada Kuadran IV adalah merek.

4 Kurniawati 2005 Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Susu Batita (1-3 Tahun) Di Kota Bogor

Analisis Deskriptif dan Analisis Fishbein

Kota Bogor Konsumen kela s bawah tidak loyal pada merek produk susu batita yang dikonsumsinya, sedangkan pada konsumen kelas menengah dan atas loyal pada merek yang mereka konsumsi.

19 Tabel 4. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu tentang Perilaku Konsumen (lanjutan)

5 Sary 2006 Analisis Perilaku Konsumen Martabak Air Mancur Bogor

Analisis Deskriptif, Analisis Angka Ideal dan Important

Performance Analysis (IPA)

Martabak Air Mancur Bogor cabang Jl. Sudirman 64 dan Jl. Raya Pajajaran

Konsumen Jl. Sudirman mempunyai sikap cukup baik, sedangkan konsumen Jl. Pajajaran kurang baik 6 Khairiyah 2007 Analisis Perilaku Konsumen

dalam Proses Keputusan Pembelian Susu Merek Nesvita (Studi Kasus Toserba Yogya Plaza Indah Bogor)

Analisis Deskriptif, Analisis Angka Ideal, dan Important

Performance Analysis (IPA),

Toserba Yogya Plaza Indah Bogor

Analisis Angka Ideal : merek Nesvita termasuk kategori baik Untuk merek Anlene termasuk dalam kategori sangat baik dimata konsumen. 7 Putri 2008 Analisis Proses Keputusan

Pembelian dan Kepuasan Konsumen serta Implikasinya Terhadap Alternatif Strategi Pemasaran pada Restoran dbc & spageti di Kota Bogor

Analisis Deskriptif,

Important Performance Analysis (IPA), dan Customer

Satisfication Index

(CSI)

Restoran dbc & spageti di Kota Bogor

CSI : keseluruhan atribut fisik restoran dan atribut produk Restoran dbc & spageti telah memuaskan konsumennya.

20 Dalam penelitian Ardiany (2002) diperoleh hasil sebagai berikut : sebagian besar responden berusia 15-25 tahun, berjenis kelamin perempuan, pekerjaan sebagai mahasiswa atau pelajar, pendidikan terakhir SMA dan pengeluaran per bulan antara Rp 300.000,00-Rp 450.000,00. Alasan mengkonsumsi untuk pemenuhan gizi dan kepraktisan. Sumber informasi diperoleh dengan melihat produk yang dipajang dan iklan. Keputusan pembelian dilakukan atas inisiatif sendiri. Produk merek Ultra dan Frisian Flag adalah merek yang paling banyak dipilih. Responden rata-rata mengkonsumsi produk 3-4 kali seminggu.

Berdasarkan analisis Fishbein, Frisian Flag mendapatkan nilai kekuatan kepercayaan tertinggi sekitar 5,16. Ultra dengan nilai 4,85, Indomilk dengan nilai 2,75 dan Milo dengan nilai -2,08. Artinya merek Milo kurang memenuhi atribut yang diinginkan. Berdasarkan analisis Biplot yaitu perhitungan jarak dekat posisi relatif produk merek Frisian Flag dan merek Ultra berada dekat dengan atribut-atribut ketersediaan, aroma, kekentalan, cita rasa, rasa, harga dan merek. Untuk strategi pemasaran, untuk bauran produk berdasarkan atribut yang dinilai pada riset konsumen terlihat bahwa susu cair kemasan dengan merek Ultra dan Frisian Flag memiliki atribut yang diinginkan oleh konsumen.

Dalam penelitian Sawestri (2003), kelompok usia terbanyak pada responden pramugari antara usia 20-30 tahun, sedangkan pada ground staff, kelompok usia terbanyak ant ara 31-40 tahun. Proporsi terbanyak menurut tingkat pendidikan untuk kelompok responden pramugari adalah SMA, sedangkan untuk kelompok responden ground staff adalah S1. Pada kelompok responden pramugari berpendapatan kurang dari Rp 5.000.000,00 per bulan dan pada ground staff

21 berpendapatan kurang dari Rp 5.000.000,00 per bulan. Sebagian responden baik pramugari maupun ground staff memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal yaitu antara 18,50 – 25,00.

Dari hasil uji Chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat asosiasi antara tingkat kepuasan dengan pendidikan terakhir, pendapatan, IMT, frekuensi dan pengetahuan gizi. Hasil uji Regresi logistik menunjukkan terdapat 2 variabel bebas yang berpengaruh terhadap kepuasan dalam mengkonsumsi susu low/non

fat yaitu IMT dan frekuensi mengkonsumsi.

Dalam penelitian Widjanarko (2004), sebagian besar responden adalah wanita, sudah atau pernah menikah, berpendidikan Sarjana dengan tingkat pendapatan diatas Rp 1.000.000,00. Alasan mengkonsumsi adalah kepraktisan dan pemenuhan gizi. Sumber informasi berasal dari iklan media elektronik. Sebagai pengganti produk responden memilih juice buah bermerek dan produk minuman kesehatan. Responden menyatakan selalu merencanakan dalam pembelian produk dengan frekuensi pembelian tiga kali seminggu dan alasan pemilihan lokasi adalah dekat dengan tempat tinggal/kantor/sekolah. Peran pembelian didominasi oleh istri. Rasa yang disukai adalah rasa coklat, dalam kemasan botol plastik dengan keadaan dingin. Logo baru Frisian Flag Indonesia lebih menarik tetapi tidak berpengaruh terhadap pembelian. Atribut produk dengan menggunakan metode Thurstone case 5 adalah cita rasa, nilai gizi, harga, kehalalan, kejelasan kadaluarsa, kejelasan tanpa bahan pengawet, pilihan rasa, izin Departemen Kesehatan, merek, aroma, ketersediaan, volume, kemasan dan kekentalan.

Hasil analisis Important Performance Analysis (IPA) diketahui bahwa atribut yang masuk dalam Kuadran I adalah atribut pilihan rasa dan ketersediaan.

22 Pada kuadran II adalah atribut harga, kejelasan izin Departemen Kesehatan, kejelasan kadaluarsa, kehalalan, nilai gizi, kejelasan tanpa bahan pengawet dan cita rasa. Kuadran III yaitu aroma, volume, kemasan dan kekentalan cairan, sedangkan pada Kuadran IV adalah merek. Rekomendasi bauran pemasaran adalah perlu inovasi kemasan yang lebih menarik, mengevaluasi bentuk kemasan botol plastik dan menggunakan format huruf-angka pada teknis penulisan kadaluarsa. Kerja sama dengan restoran cepat saji dapat menjadi suatu inovasi distribusi baru. Analisis pemilihan strategi pemasaran dengan metode Process

Hierarchy Analytic (PHA) dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian Kurniawati (2005), terdapat perbedaan karakteristik ketiga kelas sosial konsumen terutama pada tingkat pendidikan, pekerjaan suami dan pendapatan keluarga per bulan. Semakin tinggi kelas sosial konsumen maka semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Berdasarkan 12 atribut yang dipertimbangkan dalam pembelian produk susu batita (1-3 tahun) yang diuji pada ketiga kelas sosial konsumen, menunjukkan semakin tinggi kelas sosial konsumen maka semakin sedikit atribut yang dipertimbangkan dalam pembelian. Atribut yang dipertimbangkan konsumen kelas bawah yaitu kandungan gizi, harga, aroma, volume, kemasan, promosi langsung dan kemudahan mendapatkan. Atribut yang dipertimbangkan konsumen kelas menengah yaitu kandungan gizi, harga, merek, aroma, pilihan rasa, kemasan dan kemudahan mendapatkan. Atribut yang dipertimbangkan konsumen kelas atas yaitu kandungan gizi, harga, merek, aroma dan kemudahan mendapatkan.

Analisis deskriptif terhadap loyalitas konsumen kelas bawah menunjukkan bahwa konsumen kelas bawah tidak loyal pada merek produk susu batita yang

23 dikonsumsinya, sedangkan pada konsumen kelas menengah dan atas menunjukkan bahwa kedua konsumen loyal pada merek yang mereka konsumsi. Bagi industri pengolahan susu batita perlu mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk susu, dengan cara melakukan inovasi secara terus menerus dan memperhatikan apa yang menjadi pertimbangan konsumen.

Dalam penelitian Sary (2006), didapatkan hasil bahwa konsumen Martabak Air Mancur di cabang Jl. Sudirman dan Jl. Pajajaran mempunyai konsumen dengan jumlah yang hampir sama antara laki- laki dan perempuan dengan usia antara 16-35 tahun. Sebagian besar pendidikan SMU dan Sarjana. Pekerjaan yang dimiliki adalah staf swasta dengan pendapatan antara Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 per bulan. Alasan mengkonsumsi martabak yaitu menjadikan makanan selingan dan sekedar hobi. Rasa yang enak dan manfaat merupakan alasan yang dipilih untuk mengkonsumsi Martabak Air Mancur. Faktor keluarga dapat mempengaruhi pembelian Martabak Air Mancur.

Secara keseluruhan konsumen cabang Jl. Sudirman mempunyai sikap terhadap Martabak Air Mancur yang cukup baik sekitar 9,95 artinya perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang sesungguhnya sangat dekat. Jika dibandingkan dengan nilai sikap responden di Jl. Pajajaran nilai tersebut adalah lebih rendah. Berikut ini adalah urutan atribut yang diprioritaskan berdasarkan nilai sikap responden yaitu kecepatan penyajian, harga, rasa, gizi, higienis, aroma, warna, variasi menu, ketebalan dan kemasan. Sedangkan nilai sikap konsumen terhadap Martabak Air Mancur cabang Jl. Pajajaran kurang baik dibandingkan dengan sikap terhadap cabang Jl. Sudirman (17,87). Hal tersebut dapat menyebabkan penjualan di Jl. Pajajaran tersebut belum maksimal. Berikut adalah

24 urutan paling diprioritaskan oleh pihak produsen yaitu kecepatan penyajian, gizi, rasa, higienis, harga, ketebalan, aroma, warna, kemasan, dan variasi menu. Penelitian di dua cabang Martabak Air Mancur sebagian besar atribut berada pada Kuadran II. Perbedaan yang muncul untuk dua cabang adalah atribut kemasan, variasi menu dan aroma. Harga, warna dan kemasan tidak perlu diperbaiki oleh pihak produsen melainkan memperbaiki ruangan tunggu. Pihak produsen lebih baik menaikkan harga jual dari pada mengurangi bahan yang digunakan.

Dalam penelitian Khairiyah (2007), diperoleh hasil sebagian besar konsumen Nesvita berusia produktif 21-39 tahun sebanyak 67 persen. Dari 100 responden yang diambil sebesar 96 persen berjenis kelamin wanita dengan tingkat pendidikan Sarjana sebesar 37 persen. Responden yang paling dominan berprofesi sebagai pegawai swasta dengan pendapatan antara Rp 4.000.001-Rp 5.000.000 serta 76 persen responden sudah menikah. Dari tingkat pendapatannya menunjukkan bahwa konsumen susu berkalsium rata-rata mempunyai pendapatan yang cukup tinggi.

Berdasarkan Analisis Angka Ideal, nilai total sikap responden terhadap susu merek Nesvita adalah 41,69 artinya merek Nesvita termasuk kategori baik dalam arti secara keseluruhan atribut Nesvita dipersepsikan baik dimata konsumen. Untuk merek Anlene nilai total sikap responden adalah 21,64 artinya merek Anlene termasuk dalam kategori sangat baik dimata konsumen. Dalam

Importance Performance Analysis (IPA), atribut Nesvita yang terdapat dalam

kuadran I adalah atribut harga, rasa, kualitas produk, iklan, komposisi, dan ketersdiaan produk. Pada kuadran II adalah kandungan gizi, manfaat, kejelasan

25 izin Depkes, kejelasan kadaluarsa dan label. Pada kuadran III adalah merek, sedangkan pada kuadran IV adalah cara penyajian dan kemasan.

Dalam penelitian Putri (2008), karakteristik umum responden Restoran dbc & spageti sebagian besar berdomisili di Bogor, berusia 16-25 tahun, berjenis kelamin perempuan dan status belum menikah. Sebagian besar responden adalah lulusan Sarjana (S1), berstatus sebagai pegawai swasta dan memiliki rata-rata pendapatan per bulan sebesar Rp 1.500.000,00 - Rp 2.499.999,00.

Berdasarkan hasil Importance Performance Analysis terdapat empat atribut pada kuadran I (prioritas utama). Keempat atribut tersebut yaitu penerangan atau pencahayaan ruangan, temperatur atau kesejukan ruangan, variasi produk minuman dan harga yang ditawarkan. Atribut-atribut yang harus dipertahankan yaitu sarana parkir yang memadai, keamanan tempat parkir, sikap pramusaji (kesopanan dan keramahan), pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual, jumlah pramusaji yang melayani, kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen, kecepatan penyajian produk, kecepatan transaksi, kebersihan

dinning dalam restoran, kebersihan dinning luar restoran, kebersihan toilet dan

wastafel, musik atau suara, variasi produk makanan, jumlah porsi produk makanan, jumlah porsi produk minuman, kehigienisan produk dan perlengkapan makan, rasa produk makanan, rasa produk minuman, dan kemasan (kebersihan). Atribut-atribut yang berada pada kuadran III (prioritas rendah) yaitu sarana transportasi umum, kemudahan jalan keluar masuk menuju restoran, display produk, layout/tata letak ruangan, dekorasi/ornamen ruangan, ketersediaan mushola, pemilihan warna ruangan, aroma dan keharuman ruangan, iklan dan promosi serta aroma produk makanan dan minuman. Pada kuadran IV

26 (berlebihan) terdapat atribut berupa penampilan pramusaji, lokasi wastafel yang strategis, tanggapan atau respon terhadap keluhan responden dan kemasan (kepraktisan). Berdasarkan nilai Indeks Kepuasan Pelanggan atau Customer

Satisfication Index (CSI), diketahui bahwa nilai CSI adalah 71,6 persen atau 0,716

yaitu berada pada range 0,66 - 0,80. Dengan demikian, keseluruhan atribut fisik restoran dan atribut produk Restoran dbc & spageti dapat dikatakan telah memuaskan konsumennya.

Dari hasil penelitian terdahulu dapat dilihat atribut-atribut apa saja yang digunakan dalam penelitian ini. Atribut-atribut tersebut adalah ketersediaan, aroma, cita rasa, harga, merek, nilai gizi, kehalalan, kejelasan kadaluarsa, kejelasan tanpa bahan pengawet, pilihan rasa, kejelasan izin Departemen Kesehatan, volume, promosi, kemasan dan kekentalan. Dengan demikian atribut tersebut digunakan sebagai referensi peneliti dalam menentukan atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian ini.

Keunggulan dari penelitian ini adalah penggunaan uji validitas dan realibilitas sebelum penyebaran kuesioner sehingga atribut-atribut yang digunakan dalam kuesioner dapat dipertanggungjawabkan konsistensinya untuk menghindari bias yang terlalu tinggi. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana sebagian besar tidak menggunakan uji validitas dan realibilitas sebelum penyebaran kuesioner.

27 BAB III

Dokumen terkait