• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, serta bobot kering jerami merupakan parameter yang digunakan untuk mengevaluasi perubahan pertumbuhan tanaman. Nilai rataan dari masing masing variabel tersebut disajikan pada Tabel Lampiran 6. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan Dharmavit berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan tanaman (Tabel Lampiran 10-13). Hasil analisis lanjutan uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan Dharmavit maupun standar nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Parameter Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah IR 64.

Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan (batang/rumpun) 21 49 56 49 56 Perlakuan ………..hst……….. Jumlah anakan produktif Bobot kering jerami (ton/ha) Kontrol 35.78 c 57.24 c 65.06 c 11.98 b 10.80 d 10.55 c 2.94 d Standar* 38.53 b 69.91 a 76.61 a 21.93 a 19.50 c 16.80 b 5.19 bc Dharmavit ½ x** 38.38 b 66.30 b 73.05 b 21.05 a 22.10 ab 19.40 a 6.31 ab Dharmavit ¾ x** 40.48 a 71.70 a 79.88 a 20.68 a 20.48 bc 17.80 ab 5.06 c Dharmavit 1 x** 39.65 ab 72.24 a 79.66 a 22.95 a 23.30 a 18.70 ab 6.44 a KK (%) 3.09 3.05 2.83 12.63 8.30 8.83 14.50

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji Duncan.

* : Berdasarkan anjuran pupuk N, P, dan K setempat (Makarim, et al., 2000) ** : Diberi pupuk dasar setara dengan perlakuan standar

Dari parameter yang diuji dapat dilihat bahwa pemberian pupuk Dharmavit cenderung memberikan pengaruh yang lebih tinggi dari perlakuan

standar dan kontrol, terutama terhadap parameter jumlah anakan maksimum (56 hst), jumlah anakan produktif, maupun bobot kering jerami. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 21, 49, dan 56 hst dan jumlah anakan pada umur 49 hst antara perlakuan Dharmavit dan standar cenderung tidak berbeda nyata. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tinggi tanaman umur 21 hst perlakuan PPC Dharmavit pada dosis ¾ x anjuran nyata lebih tinggi dari perlakuan Dharmavit ½ x anjuran dan standar, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan Dharmavit dosis 1 x anjuran. Perlakuan Dharmavit dosis 1 x anjuran tidak berbeda nyata dengan Dharmavit ½ x anjuran maupun standar terhadap tinggi tanaman umur 21 hst. Sedangkan pada tinggi tanaman umur 49 dan 56 hst perlakuan Dharmavit dosis 1 x dan ¾ x anjuran nyata lebih tinggi dari perlakuan Dharmavit ½ x anjuran tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan standar.

Jumlah anakan yang dihasilkan pada umur 49 hst antara perlakuan Dharmavit dari ketiga dosis tidak berbeda nyata dengan perlakuan standar. Sementara itu penambahan dengan PPC Dharmavit memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan umur 56 hst (jumlah anakan maksimum), terutama pada perlakuan Dharmavit dosis 1 x anjuran nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan Dharmavit dosis ¾ x anjuran dan standar, tetapi tidak berbeda nyata dengan Dharmavit dosis ½ x anjuran (Gambar 2). Jumlah anakan produktif yang paling banyak diperoleh pada perlakuan Dharmavit dosis ½ x anjuran nyata lebih tinggi dari perlakuan standar tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan Dharmavit dengan dosis yang lebih tinggi.

Dari parameter bobot kering jerami, peningkatan bobot kering jerami dari perlakuan Dharmavit 1 x anjuran didukung dengan cenderung lebih tingginya

jumlah anakan maksimum (56 hst) yang dihasilkan. Bobot kering jerami dari perlakuan Dharmavit dosis 1 x anjuran nyata lebih tinggi dari perlakuan Dharmavit ¾ x anjuran dan standar tetapi tidak berbeda nyata dengan Dharmavit ½ x anjuran seperti yang terlihat pada Gambar 3.

10.8 19.5 22.1 20.48 23.3 0 5 10 15 20 25 K S* D 1/2 x** D 3/4 x** D 1x** Perlakuan Jum

lah anakan (batang/rum

pun) 2.94 5.19 6.31 5.06 6.44 0 1 2 3 4 5 6 7 K S* D 1/2 x** D 3/4 x** D 1x** Perlakuan

Bobot kering jeram

i (ton/ha)

Gambar 2. Jumlah anakan maksimum (56 hst) Gambar 3.Bobot kering jerami (ton/ha)

Produksi Tanaman

Parameter utama untuk melihat perubahan produksi padi yang dihasilkan meliputi jumlah gabah per malai, bobot gabah 1000 butir, bobot gabah bernas, persen gabah bernas, serta hasil gabah kering giling. Nilai rataan dari masing- masing variabel tersebut dari perlakuan yang diberikan disajikan pada Tabel Lampiran 7. Sedangkan hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap produksi tanaman padi sawah IR 64 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Parameter Produksi Tanaman Padi sawah IR 64.

Perlakuan Jumlah gabah per malai Bobot gabah 1000 butir (gram) Bobot kering gabah bernas (kg/petak) Persen gabah bernas Hasil GKG (ton/ha) Kontrol 52.55 b 25.05 3.02 c 91.10 1.62 c Standar* 55.67 ab 25.30 5.34 b 90.70 3.11 b Dharmavit ½ x** 56.90 ab 25.28 6.59 a 91.05 3.24 b Dharmavit ¾ x** 58.40 ab 25.20 5.99 ab 91.85 3.55 a Dharmavit 1 x** 64.13 a 25.50 6.87 a 90.69 3.66 a KK (%) 9.28 2.03 12.12 1.61 5.55

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji Duncan.

* : Berdasarkan anjuran pupuk N, P, dan K setempat (Makarim, et al., 2000) ** : Diberi pupuk dasar setara dengan perlakuan standar

Peningkatan bobot kering jerami dari perlakuan Dharmavit 1x anjuran diikuti pula dengan peningkatan hasil produksi tanamannya. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai karena pemberian pupuk cair Dharmavit cenderung lebih tinggi dibandingkan standar dan kontrol. Jumlah gabah permalai dari Perlakuan Dharmavit dosis 1 x anjuran nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Sedangkan dari bobot gabah 1000 butir, berdasarkan analisis ragam (Tabel Lampiran 15), bobot gabah 1000 butir antar perlakuan tidak berbeda nyata. Bobot gabah 1000 butir berkisar antara 25.05 g (kontrol) sampai dengan 25.50 g (Dharmavit 1 x anjuran).

Tabel 5 juga menunjukkan hal yang sama dengan jumlah gabah permalai, bahwa bobot gabah bernas pada perlakuan Dharmavit dari ketiga dosis yang diberikan cenderung lebih tinggi dari perlakuan standar dan kontrol. Perlakuan Dharmavit dosis 1 x anjuran nyata lebih tinggi dari perlakuan standar dan kontrol terhadap bobot gabah bernas tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan Dharmavit pada dosis yang lebih rendah. Untuk parameter persen gabah bernas

sejalan dengan hasil bobot gabah 1000 butir dimana hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 17) menunjukkan bahwa antara perlakuan Dharmavit dengan standar maupun kontrol tidak berbeda nyata. Persen gabah bernas berkisar antara 90.69 % (Dharmavit 1 x anjuran) sampai 91.89 % (Dharmavit ¾ x anjuran).

Dari hasil gabah kering dapat dilihat bahwa peningkatan bobot gabah kering giling dari perlakuan Dharmavit sejalan dengan peningkatan jumlah gabah permalai dan bobot kering gabah bernasnya yang cenderung lebih tinggi dari perlakuan standar dan kontrol. Dengan semakin tingginya dosis dari pemberian Dharmavit juga memberikan efek yang lebih tinggi terhadap bobot gabah kering giling dibandingkan perlakuan lain. Bobot gabah kering giling tertinggi terdapat pada perlakuan Dharmavit 1 x anjuran tidak berbeda nyata dengan perlakuan Dharmavit dosis ¾ x anjuran tetapi nyata lebih tinggi dari perlakuan Dharmavit ½ x anjuran, standar, maupun kontrol seperti yang terlihat pada Gambar 4.

1.62 3.11 3.24 3.55 3.66 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 K S* D 1/2 x** D 3/4 x** D 1x** Perlakuan

Hasil gabah kering giling (ton/ha

)

Serapan Hara N, P, K Tanaman

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan PPC Dharmavit cenderung lebih tinggi terhadap serapan hara N, P, K tanaman dibandingkan perlakuan standar maupun kontrol seperti yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Serapan Hara N, P, K tanaman padi sawah IR 64.

Serapan hara tanaman

N P K Perlakuan ……….kg/ha……….. Kontrol 33.53 c 1.78 b 22.50 d Standar* 57.58 b 3.26 ab 39.20 cd Dharmavit ½ x** 63.28 ab 4.47 a 45.23 bc Dharmavit ¾ x** 62.23 ab 3.59 ab 58.95 ab Dharmavit 1 x** 73.10 a 3.48 ab 67.23 a KK (%)

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji Duncan.

* : Berdasarkan anjuran pupuk N, P, dan K setempat (Makarim, et al., 2000) ** : Diberi pupuk dasar setara dengan perlakuan standar

Tabel 6 menunjukkan bahwa serapan N tanaman pada perlakuan Dharmavit 1 x anjuran nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan standar maupun kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan Dharmavit pada dosis yang lebih rendah. Namun serapan N pada Dharmavit dosis ¾ x dan ½ x anjuran tidak berbeda nyata dengan perlakuan standar. Sementara itu serapan P tertinggi terdapat pada perlakuan Dharmavit ½ x anjuran nyata lebih tinggi dari kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Peningkatan serapan K tanaman terjadi dengan semakin meningkatnya dosis dari PPC Dharmavit dibandingkan perlakuan standar dan kontrol. Serapan K tanaman tertinggi terdapat

pada perlakuan Dharmavit 1 x anjuran nyata lebih tinggi dari perlakuan Dharmavit ½ x anjuran, standar, dan kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan Dharmavit dosis ¾ x anjuran. Perbedaan serapan N, P, K tanaman dari pengaruh pemberian Dharmavit dapat dilihat pada Gambar 5.

34 58 73 63 64 1.8 3.3 3.8 3.5 4.5 23 39 67 59 45 0 10 20 30 40 50 60 70 80 K S* D 1x** D 3/4x** D 1/2x** Perlakuan

Serapan hara (kg/ha)

Serapan N Serapan P Serapan K

Gambar 5. Pengaruh Perlakuan terhadap Serapan Hara N, P, K (kg/ha) Tanaman Padi Sawah IR 64 setelah Panen.

Efektivitas Pupuk

Efektivitas dari suatu pupuk dapat dihitung dengan RAE (Relative Agronomic Effectiveness). Untuk menilai efektivitas PPC Dharmavit terhadap pupuk standar dengan RAE, rumusnya sbb :

RAE = Hasil PPC Dharmavit-kontrol x 100 % Hasil pupuk standar-kontrol

Perbandingan nilai efektivitas antara perlakuan penambahan PPC Dharmavit beberapa dosis dengan pupuk standar disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Rataan RAE (Relative Agronomic Effectiveness) pada Perlakuan Pupuk Pelengkap Cair Dharmavit.

Perlakuan Hasil GKG (ton/ha) RAE (%)

Kontrol 1.62 -

Standar* 3.11 100

Dharmavit ½ x ** 3.24 108.72

Dharmavit ¾ x ** 3.55 129.53

Dharmavit 1 x ** 3.66 136.91

* : Berdasarkan anjuran pupuk N, P, dan K setempat (Makarim, et al., 2000) ** : Diberi pupuk dasar setara dengan perlakuan standar

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai RAE dari ketiga dosis perlakuan Dharmavit berkisar antara 108.72 % sampai 136.91 % lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan standar (100 %). Nilai RAE tertinggi terdapat pada perlakuan Dharmavit dosis 1 x anjuran dan diikuti oleh perlakuan Dharmavit ¾ x anjuran (129.53 %) dan Dharmavit ½ x anjuran (108.72 %). Tingginya nilai RAE dengan pemberian PPC Dharmavit ini menunjukkan bahwa pupuk cair tersebut cukup efektif jika diberikan pada tanaman padi dibandingkan dengan tanpa pupuk Dharmavit.

PEMBAHASAN

Apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, perlakuan Dharmavit nyata lebih tinggi terhadap parameter pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman (21, 49, dan 56 hst), jumlah anakan (49 dan 56 hst), jumlah anakan produktif, serta bobot kering jerami tanaman padi. Secara umum, perlakuan Dharmavit cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan standar terhadap parameter-parameter tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian hara melalui daun cukup efektif untuk tanaman padi sawah.

Pengaruh perlakuan Dharmavit, terutama pada Dharmavit dosis tinggi (1 x anjuran) lebih terlihat pada masa peralihan vegetatif ke generatif yaitu pada saat jumlah anakan maksimum (56 hst) karena hara yang diberikan lebih tinggi dan dalam kondisi yang dapat diserap atau lebih cepat tersedia dibandingkan perlakuan standar yang hanya diberi pupuk melalui tanah atau melalui perakaran tanaman. Pemupukan melalui tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor kendala seperti pencucian, kemungkinan hilang karena terfiksasi, serta persaingan antar hara dan mikroorganisme. Menurut Lingga dan Marsono (2004), pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya ke tanaman melalui penyemprotan ke daun. Biasanya pupuk daun merupakan pupuk yang diperlukan untuk mengatasi selama hara makro kekurangan hara mikro tanaman, karena unsur-unsur mikro jumlahnya sedikit di dalam tanah maka akan lebih baik diberikan melalui daun sehingga pemberiannya lebih merata dan efisien, untuk penanggulangan secara cepat bila terjadi defisiensi. Pemupukan melalui daun juga dapat menghindari fiksasi unsur hara oleh tanah (Hardjowigeno, 1995). Hara makro dapat diberikan melalui daun bila diperlukan dalam kosentrasi/dosis rendah.

Kelebihan dari pemakain pupuk daun dibanding pupuk yang diberikan melalui tanah (media tanah) antara lain : 1) pupuk daun dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman bila diberikan lebih sering tetapi dosisnya rendah, 2) pupuk yang diberikan ke tanah tidak seluruhnya mencapai akar tanaman karena adanya beberapa kendala baik dari sifat kimia pupuk maupun sifat tanah, 3) kelarutan pupuk daun dan pengaruh kekurangan hara berlangsung lebih cepat

dibanding pupuk akar, 4) pemberiannya dapat lebih merata, serta 5) kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan tanaman (Pinus dan Marsono, 2004)

Sebagaimana terhadap pertumbuhan vegetatif, pemberian PPC Dharmavit juga cenderung memberikan efek yang lebih tinggi terhadap jumlah gabah permalai dan nyata lebih tinggi terhadap bobot kering bernas, terutama pada Dharmavit dosis 1 x anjuran dibandingkan dengan tanpa PPC Dharmavit (standar dan kontrol) (Tabel 5). Menurut Abdullah (1993), dengan adanya pupuk pelengkap cair dapat mendorong kemampuan tanaman untuk meningkatkan proses metabolisme tanaman diantaranyadalammeningkatkanproses fotosintesis, dan lebih lanjut akan meningkatkan pengisian biji.

Rata-rata hasil gabah kering giling pada setiap perlakuan dalam penelitian ini memberikan hasil yang lebih rendah yaitu sekitar 1.62-3.88 ton/ha dibandingkan dengan rata-rata produksi nasional yaitu sekitar 5 ton/ha (Tabel 5). Penelitian lain menunjukkan bahwa dari beberapa macam PPC dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dengan varietas tanaman padi yang sama menghasilkan jauh lebih besar gabah kering giling yaitu sekitar 7 ton/ha (Permadi dan Pane, 1990). Rendahnya hasil/produksi tersebut diduga disebabkan oleh adanya gejala bronzing

(keracunan besi) pada areal persawahan yang diteliti. Pada genangan air sawah di areal percobaan tersebut banyak terlihat seperti minyak berwarna kuning kemerahan. Disamping itu tanaman berwarna kekuningan dan mengering.

Penurunan produksi diduga dipengaruhi juga oleh faktor musim tanam Hasil tanaman erat berkaitan dengan kondisi cuaca selama pertumbuhannya. Penanaman padi dilakukan pada musim hujan sehingga genangan air di lahan sawah berdrainase jelek yang memperburuk kondisi lingkungan tumbuh tanaman.

Kondisi air yang reduksi mengakibatkan unsur-unsur yang toksik seperti keracunana Fe mudah terjadi. Dua faktor inilah yang diduga dapat mengganggu penyerapan hara sehingga pertumbuhan tanaman tertekan dan produktivitas tanaman menjadi rendah. Di lain pihak, varietas tanaman tertentu merespon kondisi cuaca itu dengan pola pertumbuhan dan potensi hasil yang berbeda. Maka hasil tanaman berbeda sesuai musim dan varietasnya (Makarim, 2005). Menurut Abdullah (1993), bahwa setiap varietas padi dan kondisi agroklimat yang berbeda diduga mempengaruhi respon tanaman terhadap efektivitas berbagai jenis PPC. Fluktuasi hasil (antar musim dan tempat) merupakan respon tanaman akibat adanya faktor tersebut (Makarim, 2005).

Secara umum pemberian pupuk cair Dharmavit dengan dosis yang diberikan mampu meningkatkan hasil sekitar 0.9-3.6 % dibandingkan dengan perlakuan standar, dan sekitar 10.6-13.4 % dibandingkan kontrol. Pemberian pupuk cair Dharmavit, terutama pada dosis 1 x anjuran memberikan efek yang nyata lebih tinggi terhadap produksi tanaman dibandingkan perlakuan lain tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan Dharmavit ¾ x anjuran, terutama pada parameter : jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai, bobot gabah bernas, serta gabah kering giling.

Lebih tingginya pertumbuhan dan produksi pada Dharmavit 1 x dan ¾ x anjuran disebabkan karena jumlah hara yang diserap dan digunakan oleh tanaman cenderung lebih banyak dan, hal ini didukung oleh dengan adanya kecenderungan lebih tingginya serapan hara N, P, K tanaman dari perlakuan Dharmavit (Tabel 6). Menurut Pinus dan Marsono (1986), pupuk nitrogen sebagai tambahan sangat baik kalau diberikan lewat daun. Di dalam tanah sifatnya mudah hilang baik

melalui penguapan maupun pencucian maka pemberian lewat daun akan lebih efisien. Dalam tanaman, nitrogen berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein (Hardjowigeno, 1995). Serapan P tertinggi terjadi pada perlakuan Dharmavit ½ x anjuran namun tidak berbeda nyata dengan ¾ x dan 1 x anjuran. Fosfor dalam tanaman berfungsi dalam : pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah, dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat batang sehingga tidak mudah roboh, metabolisme karbohidrat, dll.

Dari serapan kalium dapat dilihat bahwa serapan K tanaman (Tabel 6) pada perlakuan Dharmavit 1 x dan ¾ x anjuran peningkatannya sebesar ± 2-3 kali lipat dibandingkan dengan perlakuan standar dan kontrol. Hasil ini sejalan dengan tingginya produksi gabah pada perlakuan tersebut. Kalium berfungsi sebagai pendorong dalam pembentukan anakan dan meningkatkan ukuran dan bobot gabah (Leiwakabessy, et.al., 2003). Fungsi kalium yang lain antara lain : berperan dalam pembentukan pati, mengaktifkan enzim, unsur penyusun jaringan tanaman, pembukaan stomata (mengatur pernapasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur- unsur lain, dll (Hardjowigeno, 1995).

Pengaruh Dharmavit lebih tinggi terhadap parameter pertumbuhan, produksi, dan serapan hara, serta menghasilkan RAE (Relative Agronomic Effectiveness) yang lebih tinggi dibandingkan standar yaitu berkisar dari 108.72 sampai 136.91 %. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk Dharmavit lebih efektif dalam meningkatkan produksi tanaman, dan Dharmavit 1 x anjuran mempunyai efektivitas tertinggi sebesar 136.91 % (Tabel 7).

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pupuk cair Dharmavit terutama dosis 1 x dan ¾ x anjuran cukup efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, produksi gabah, maupun serapan hara tanaman terutama serapan N dan K tanaman.

Dokumen terkait