• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Penelitian

2. Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematis

Tes akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dilakukan pada akhir pembelajaran. Soal tes yang diberikan sebanyak 9 soal berupa essay. Dalam penelitian ini terdapat empat indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang diukur peneliti, yaitu:

a. Berpikir lancar (fluency)

Indikator berpikir lancar (fluency) diwakili oleh soal posttest nomor 1 dan 2. Nilai rata-rata indikator berpikir lancar siswa kelas eksperimen adalah 84,72 dan kelas kontrol 74,44. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 6,78 dan kelas control 5,96. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir lancar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban posttest yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal no. 1

Diketahui sebuah layang-layang mempunyai luas 40 cm2. Tentukan sebanyak mungkin pasangan panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai!

Soal di atas merupakan persoalan mencari pasangan diagonal yang sesuai dengan laying-layang yang luasya 40 cm2. Untuk dapat menjawabnya siswa harus mengerti bagaimana menemukan diagonal-diagonal layang-layang jika diketahui

luasnya. Selain itu siswa juga harus mempunyai kelancaran dalam mencari pasangan diagonal yang sesuai dengan luasnya.

Cara menjawab siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.8a Jawaban Soal no.1 yang benar pada Kelas Eksperimen

Gambar 4.8b Jawaban Soal no.1 yang salah pada Kelas Eksperimen Gambar 4.8a Jawaban siswa pada kelas eksperimen di atas tampak bahwa siswa menjawab soal lengkap. Proses menemukan diagonalnya terlihat dari siswa menuliskan rumus luas layang-layang dan menemukan formula untuk mencari pasangan diagonalnya. Jawaban yang didapat lebih dari satu dan semuanya benar. Sedangkan Jawaban siswa pada gambar 4.8b siswa bisa menjawab hanya dengan satu jawaban. Selain proses menemukan formulanya kurang tepat sehingga siswa tidak menemukan banyak jawaban. Sebagian besar siswa menjawab seperti siswa pada gambar 4.8a, sedangkan sebagian kecil siswa menjawab seperti yang terlihat pada gambar 4.8b.

Cara menjawab siswa kelas kontrol :

Gambar 4.8c Jawaban soal no 1 yang benar pada kelas kontrol

Gambar 4.8d Jawaban soal no 1 yang salah pada kelas kontrol Pada gambar 4.8c jawaban siswa dari kelas kontrol pada di atas sudah tepat. Terlihat siswa paham sama terhadap proses menemukan formula yang benar, tetapi jawaban yang diberikan masih kurang beragam. Seperi adanya kesamaan antara pasangan diagonal 1 dengan diagonal lainya hanya posisinya yang dibalik. Jawaban soal posttest pada bagian gambar 4.8d terlihat siswa belum paham cara mencari jawaban dan cara menuliskan yang tepat, tetapi siswa masih menggunakan rumus yang diajarkan oleh peneliti pada saat pembelajaran. Selain itu siswa tersebut tidak memberikan jawaban lebih dari satu. Sebagian siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.8c. Sedangkan sebagian besarnya menjawab seperti pada gambar 4.8d. Hal ini menandakan bahwa beberapa siswa memahami soal dan mempunyai kemampuan berpikir lancar yang baik.

Sedangkan sebagian besar siswa belum memahami soal dan belum memiliki kemampuan berpikir lancar yang baik.

Dilihat dari jawaban pada gambar 4.8a sampai gambar 4.8d, kemampuan berpikir lancar (fluency) siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen, terjadi aktifitas dimana siswa mengungkapkan gagasan ataupun pemahaman berdasarkan bahasa mereka sendiri. Selain itu siswa di kelas eksperimen mempunyai kesempatan untuk menggali potensi berpikir lancar mereka secara individu pada tahap formulate sehingga siswa mampu menyelesaikan soal berpikir lancar berdasarkan pengalaman mereka pada saat mengerjakan LKS. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa menyelesaikan soal berpikir lancar hanya berdasarkan materi yang mereka terima dari gurunya. Padahal materi yang guru berikan tidak cukup untuk bisa menggali potensi berpikir kreatif mereka.

b. Berpikir luwes (flexibility)

Indikator berpikir luwes (flexibility) diwakili oleh soal post test nomor 3 dan 7. Nilai rata-rata indikator berpikir luwes siswa kelas eksperimen adalah 75 dan kelas kontrol 66,39. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 6 dan kelas control 5,31. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir luwes kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal no. 3 :

Sebuah bangun datar berbentuk seperti gambar dibawah ini. Tentukanlah keliling dan luas bangun datar tersebut !

Soal di atas merupakan persoalan menentukan luas bangun datar yang ada pada gambar dengan lebih dari satu cara.

Cara menjawab siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.9a Jawaban soal no 3 yang benar pada Kelas Eksperimen

Gambar 4.9b Jawaban soal no 3 yang salah pada Kelas Eksperimen Pada gambar 4.9a, jawaban siswa pada kelas eksperimen di atas tampak bahwa siswa menjawab soal lebih dari 1 cara. Proses menemukan luas bangun datar antara cara 1 dan cara ke 2 juga berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa siswa ini mampu berpikir luwes atau menemukan jawaban dengan banyak cara. Sedangkan Jawaban siswa pada gambar 4.9b terlihat bahwa siswa bisa menjawab hanya dengan satu cara tetapi jawabannya belum tepat. Hal ini diduga karena siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal. Jika dilihat dari proses mencari jawaban sudah benar.

Siswa kelas eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar 4.9a. sedangkan beberapa siswa menjawab serupa dengan jawaban pada gambar 4.9b. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa di kelas eksperimen mempunyai kemampuan berpikir luwes yang baik, sedangkan beberapa siswa masih belum mengerti cara mengerjakan soal berpikir luwes.

Cara menjawab siswa kelas kontrol:

Gambar 4.9c Jawaban soal no 3 yang benar pada kelas kontrol

Gambar 4.9d Jawaban soal no 3 yang salah pada kelas kontrol

Gambar 4.9c menunjukkan bahwa siswa menjawab soal nomor 3 dengan cara lebih dari satu. Tetapi terdapat kesalahan pada saat menghitung keliling bangun datar. Sedangkan pada gambar 4.9d menunjukkan bahwa siswa tidak memahami maksud dari pertanyaan soal nomor 3. Hal tersebut terlihat karena siswa tidak mencari luas bangun datar secara keseluruhan tetapi bangun datar dibagi dan siswa mencari luas masing-masing bagian dari bangun datar itu tanpa menjumlahkan luas-luas bangun datar tersebut kembali.

Sebagian siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.9c sedangkan sebagian yang lain menjawab seperti pada gambar 4.9d. Beberapa

siswa bahkan ada yang tidak menjawab. Ada juga siswa yang menjawab namun jawabannya tidak berhubungan dengan pertanyaan pada soal.

Berdasarkan hasil postes siswa pada gambar 4.9a sampai dengan gambar 4.9d maka dapat terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada indikator berpikir luwes lebih baik pada kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan siswa kelas ekperimen lebih terbiasa menyelesaikan soal-soal berpikir luwes. Selain itu pada proses formulate siswa dilatih untuk menyelesaikan soal berpikir luwes secara individu sehingga pada saat menemui soal yang meminta jawaban dengan cara lebih dari satu siswa sudah terbiasa.

c. Berpikir Orisinil (Originality)

Indikator berpikir orisinil (originality) diwakili oleh soal post test nomor 4a dan 6a. Nilai rata-rata indikator berpikir orisinil siswa kelas eksperimen adalah 69,44 dan kelas kontrol 58,61. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 5,56 dan kelas control 4,69. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir orisinil kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban posttest yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal no. 4a

Sebuah persegi mempunyai panjang sisi (3x + 1) cm dan kelilingnya 28 cm. Buatlah persamaan keliling dan luas persegi dalam x !

Cara menjawab siswa kelas eksperimen :

Gambar 4.10b Jawaban soal no 4a yang salah pada kelas eksperimen Berdasarkan gambar 4.10a terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen dapat menemukan formula baru untuk mencari keliling dan luas dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Formula baru ini tidak harus benar-benar baru atau rumus baru tapi setidaknya baru bagi siswa itu sendiri. Sedangkan pada gambar 4.10b dapat terlihat bahwa siswa sudah benar dalam formula awalnya tetapi tidak teliti pada saat mengoperasikan aljabarnya. Hal ini mungkin dikarenakan siswa masih belum paham mengenai proses operasi pada aljabar sehingga berakibat pada penyelesaian soal tersebut. Siswa pada kelas eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar 4.10a sebagian lain menjawab seperti pada gambar 4.10b. Beberapa siswa menjawab dengan variasi lain tetapi masih berkaitan dengan soal.

Cara menjawab siswa kelas kontrol:

Gambar 4.10d Jawaban soal no 4a yang salah pada kelas kontrol Berdasarkan gambar 4.10c dapat dilihat bahwa siswa menjawab soal dengan benar. Siswa menggunakan rumus yang telah diberikan kemudian membuat jawaban baru yang dihubungkan dengan pengetahua yang dimiliki. Sedangkan pada gambar 4.10d siswa menjawab dengan salah. Bahkan siswa tersebut tidak mengerti cara menuliskan rumus dengan tepat. Pada proses aljabarpun masih belum tepat. Sehingga tidak terbentuk suatu formula baru untuk keliling dan luasnya. Sebagian siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.10d, beberapa siswa menjawab seperti pada gambar 4.10c. sebagian lainnya menjawab dengan versi jawaban lain namun masih berkaitan dengan yang ditanyakan dalam soal. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir orisinil pada kelas kontrol tidak baik.

Gambar 4.10a sampai dengan gambar 4.10d menunjukkan bahwa kemampuan bepikir orisinil pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan siswa kelas eksperimen telah terbiasa membuat formula baru atau jawaban baru yang didapat dari hasil modifikasi jawaban dan pengetahuan sebelumnya. Kegiatan ini terdapat pada tipe model pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada kelas eksperimen yaitu FSLC khususnya pada tahap create.

d. Berpikir Rinci (Elaboration)

Indikator berpikir rinci (elaboration) diwakili oleh soal posttest nomor 4b, 5 dan 6b. Nilai rata-rata indikator berpikir rinci siswa kelas eksperimen adalah 65,56 dan kelas kontrol 58,52. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 7,87 dan kelas kontrol 7,02. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir rinci kelas

eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban posttest yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal nomor 5:

Pak Rian ingin memperindah lantai rumahnya dengan luas 30 m2 dengan memasang keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya Pak Rian memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I 30 cm. Jika keramik yang dibutuhkan sebanyak 1.000 buah, berapakah panjang diagonal II keramik tersebut ?

Cara menjawab siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.11a Jawaban soal no 5 yang benar pada Kelas Eksperimen

Gambar 4.11b Jawaban soal no 5 yang salah pada kelas eksperimen Berdasarkan pada gambar 4.11a dapat dilihat bahwa siswa mengerjakan dengan rinci. Langkah-langkah menemukan jawaban yang benar jelas dituliskan oleh siswa. Sedangkan pada gambar 4.11b dapat terlihat bahwa siswa juga

menjawab dengan benar namun di awal menulis jawaban terdapat kesalahan. Pada bagian akhir juga terdapat kesalahan. Hal ini disebabkan siswa tidak memahami cara penulisan jawaban soal matematika dengan benar.

Siswa pada kelas eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar 4.11a sedangkan sebagian kecil menjawab seperti pada gambar 4.11b. beberapa siswa menjawab dengan variasi lain namun masih mirip dengan jawaban pada gambar 4.11a. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen rata-rata memiliki kemampuan berpikir rinci yang baik.

Cara menjawab siswa kelas kontrol:

Gambar 4.11c Jawaban soal no 5 yang benar pada kelas kontrol

Gambar 4.11d Jawaban soal no 5 yang salah pada kelas kontrol Berdasarkan gambar 4.11c terlihat bahwa siswa menjawab dengan hasil yang benar namun masih terdapat kesalahan dalam penulisan langkahnya. Sedangkan pada gambar 4.11d terlihat bahwa siswa tidak memahami persoalan yang ditanyakan sehingga jawaban yang diberikan salah.

Gambar 4.11a sampai dengan gambar 4.11d menunjukkan bahwa kemampuan bepikir kreatif matematis indikator berpikir rinci siswa kelas

eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari jawaban soal nomor 5 yang benar lebih baik pada kelas eksperimen. Selain itu pada jawaban salah kelas eksperimen lebih baik daripada jawaban salah pada kelas kontrol. Hal ini dapat disebabkan siswa kelas eksperimen lebih memahami cara penulisan jawaban yang rinci. Siswa lebih memahami karena mereka sudah terbiasa pada saat pembelajaran menggunakan cara yang rinci untuk menjawab soal-soal di LKS yang guru berikan.

Rata-rata siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.11d sedangkan sebagian lainnya menjawab seperti pada gambar 4.11c. Beberapa siswa bahkan tidak menjawab sama sekal. Ada siswa yang menjawab dengan jawaban versi lain tapi tidak berkaitan dengan yang ditanyakan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol. Jadi terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe FSLC pada pokok bahasan segiempat, yang diterapkan pada proses pembelajaran dalam penelitian di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan memberikan dampak positif pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Selain itu, selama penelitian dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC yang diterapkan pada kelas eksperimen menjadikan siswa memiliki aktivitas yang mengembangkan berpikir kreatif lebih baik. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Siswa juga dapat saling berbagi pengetahuan melalui jawaban masing-masing kelompok yang diberikan. Proses pembelajaran pun terasa menyenangkan karena model pembelajaran kooperatif tipe FSLC membuat setiap siswa berlomba-lomba dalam mengerjakan soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa sehingga tidak adanya rasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis yang baik.

Sebaliknya dalam model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol menjadikan siswa kurang aktif dalam belajar. Siswa lebih fokus pada penjelasan guru dibandingkan mengeksplorasi pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Siswa

hanya menerima materi yang guru berikan. Sehingga potensi berpikir kreatifnya menjadi tidak berkembang.

Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen 73 dan kelas kontrol 64,17. Hasil dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Dengan demikian terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe FSLC berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sehingga hasil akhir siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol.

Dokumen terkait