• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Tindakan a) Hasil Belajar

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 24-31)

Hasil belajar Matematika siswa kelas 5 pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika pada Siklus II No Nilai Frekuensi Persentase

1 70-75 11 37,92%

Berdasarkan pada tabel 4.12 distribusi frekuensi nilai Matematika siklus II, jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70-75 sebanyak 11 siswa dengan presentase 37,92% dari keseluruhan siswa, 76-81 sebanyak 5 siswa dengan presentase 17,24% dari keseluruhan siswa, 82-87 sebanyak 5 siswa dengan presentase 17,24% dari keseluruhan siswa, 88-93 sebanyak 4 siswa dengan presentase 13,8%

dari keseluruhan siswa, 94-100 sebanyak 4 siswa dengan presentase 13,8% dari keseluruhan siswa. Nilai tertinggi hasil belajar siswa pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah 70 dengan rata-rata nilai 81,72. Distribusi frekuensi nilai Matematika pada siklus II, bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika pada Siklus II

0

Ketuntasan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 5 pada Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II No Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase

1 <68 Tidak Tuntas 29 100%

2 ≥68 Tuntas 0 0%

Jumlah 29 100%

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa yang telah mencapai KKM 68 ada 29 siswa (100%) tidak ada siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan tabel 4.13 ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 pada pelajaran Matematika bila disajikan dalam diagram lingkaran dapat dilihat pada gambar 4.9.

Gambar 4.9

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II b) Keaktifan

Keaktifan siswa pada siklus II diambil dari observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Keaktifan pada siklus II diamati oleh peneliti dan guru kelas 5. Sedangkan keaktifan siswa secara individu pertemuan 1 siklus II diperoleh dari hasil observasi keaktifan yang terdiri dari 10 indikator. Masing-masing indikator dalam lembar observasi diberi skor 1-4, skor 1 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 10%, skor 2 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 11% tidak lebih dari 40%, skor 3 jika indikator dilakukan oleh siswa

100%

0%

Tuntas Tidak tuntas

kurang dari 41% tidak lebih dari 70%, skor 4 jika indikator dilakukan oleh siswa lebih dari 71% tidak lebih dari 100%. Setelah itu skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor 33-40 berarti siswa masuk dalam kategori sangat aktif, 25-32 berarti siswa masuk dalam kategori aktif, 17-24 berarti siswa masuk dalam kategori cukup aktif, 10-16 berarti siswa masuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan siswa secara individu, pada pertemuan 1 siklus II dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14

Keaktifan Siswa pada Pertemuan I Siklus II No Kategori Skor Jumlah Persentase

1 Sangat Aktif 33-40 13 44,83%

2 Aktif 25-32 16 55,17%

3 Cukup Aktif 17-24 0 0,00%

4 Kurang Aktif 10-16 0 0,00%

Jumlah 29 100,00%

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa terdapat 13 siswa (44,83%) yang mendapat skor 33-40 masuk dalam kategori sangat aktif, 16 siswa (55,17%) yang mendapat skor 25-26 masuk dalam kategori aktif, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori cukup aktif dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan siswa pada pertemuan 1 siklus II bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 1 Siklus II .

Sedangkan keaktifan siswa secara individu, pada pertemuan 2 siklus II dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 2 Siklus II No Kategori Skor Jumlah Persentase yang mendapat skor 33-40 masuk dalam kategori sangat aktif, 9 siswa (31,03%) yang mendapat skor 25-32 masuk dalam kategori aktif, tidak ada siswa yang mendapat skor 17-24 masuk dalam kategori cukup aktif dan tidak ada siswa yang mendapat skor 10-16 masuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan siswa pertemuan 2 siklus II bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.11.

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif

Frekuensi 13 16 0 0

Gambar 4.11

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 2 Siklus II 4.3.5 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dari pertemuan pertama, dan kedua maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas dan peneliti. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran Matematika dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD bagi guru kelas, observer/peneliti, dan siswa. Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, pada strategi pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, apersepsi memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapatnya, pada manajemen kelas guru melaksanakan tata tertib kelas, mengelola waktu pembelajaran, pada penilaian guru melakukan penilaian keaktifan pada siswa, memberikan umpan balik, dan memberikan pujian. Berikut rincian refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus 2 adalah sebagai berikut:

Rancangan pembelajaran sudah terprogram, siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.

Hasil observasi keterampilan guru secara garis besar sudah lebih baik

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif

Frekuensi 20 9 0 0

0 5 10 15 20 25

Siswa

dibandingkan siklus I. Dalam kegiatan pembelajaran guru memberikan ice breaking, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan piagam penghargaan sebagai reward bagi team yang kompak dan mendapatkan nilai tertinggi, dan kegiatan inti pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD.

Guru dalam pengondisian kelas sudah baik karena dalam pembelajaran siklus II guru mendorong siswa dan memberikan motivasi agar siswa mendengarkan penjelasan guru dan pengarahan kepada siswa untuk berdiskusi dan berlomba-lomba menjadi kelompok yang terbaik dan mendapatkan nilai yang paling tinggi. Siswa terlihat antusisas untuk berdiskusi, merasa senang dan fokus dengan tugas kelompok masing-masing sehingga suasana belajar dan mengajar dikelas menjadi lebih kondusif.

Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dirasa tepat karena aktivitas siswa dapat meningkat. Pada pertemuan pertama siklus 2 mendapatkan jumlah skor rata-rata 3,23 dengan kriteria sangat aktif, sedangkan pada pertemuan kedua skor rata-rata sudah meningkat menjadi 3,64 dengan kriteria sangat aktif. Siswa terlibat aktif didalam proses pembelajaran.

Keberanian siswa sudah tumbuh dalam mengeluarkan pendapat, mempresentasikan di depan kelas

Hasil belajar siklus II mengalami peningkatan di bandingkan dengan hasil belajar siswa siklus I. Pada penelitian siklus II menunjukan peningkatan ketuntasan yaitu pada evaluasi hasil belajar siswa tuntas 100%. Dengan rata-rata nilai siswa 81,72.

Hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II berdasarkan pengamatan dari observer secara keseluruhan masih mengalami hambatan yaitu pengelolaan waktu yang belum tepat yang dilakukan oleh guru.

Hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara guru membatasi waktu untuk mengerjakan LKS, dan diskusi kelompok, agar waktu untuk evaluasi tidak terlalu sedikit, supaya siswa dapat berkonsentrasi dengan tenang dan dapat mengerjakan dengan benar.

4.4 Pembahasan

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 24-31)

Dokumen terkait